Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Selingkuh yang Tak Terduga dengan Salsa dan Kak Ratna (Sequel "Yeni, Partnerku, Mantan Istri Temanku")

listob

Semprot Addict
Daftar
18 Jul 2017
Post
412
Like diterima
2.491
Bimabet
Sesuai dengan janjiku pada thread cerita: "Yeni, Partnerku, Mantan Istri Temanku", di link: https://www.semprot.com/threads/yeni-partnerku-mantan-istri-temanku.1373907/
aku coba membuat cerita lainnya dengan Salsa, yang kebetulan dapat bonus kakaknya. Selamat membaca, semoga bisa dinikmati.


Selingkuh yang Tak Terduga dengan Salsa dan Kak Ratna


Sedang asyik-asyiknya membaca-baca sebuah aplikasi medsos, tiba-tiba mataku tertuju pada status Salsa, yang menyatakan lagi di rumah sakit. Salsa adalah istri Rudi, keduanya adalah temen kuliahku yang masih akrab sampe sekarang. Biasanya Salsa banyak upload poto poto dirinya dengan berbagai dandanan jilbabnya. Cukup cantik sih wajahnya yang berhiasan kacamata minus. Kembali ke status medsos Salsa, aku bertanya-tanya siapa yang sedang dirawat di rumah sakit? Maka kutelpon lah dia,

“Halo Sa.., siapa yang sakit?” tanyaku

“Hai Pras.., anakku yang sakit, si Radit kena typus..” jawab Salsa di ujung telepon.

“Oooh.., oke deh nanti malam aku bezuk, di RS mana?”

“Di RS Hxxxxxxa.., di ruang XXXX, Terima kasih ya Pras..”
“Sama-sama, see you nanti malam ya..” Aku menutup telepon.

Salsabila, atau yang sering dipanggil Salsa, adalah teman akrabku sejak kuliah, yang akhirnya dinikahi oleh temanku juga, yaitu Rudi. Kami bertiga seumuran, 36 tahun, karena satu angkatan. Semasa pacaran dulu, akulah yang sering menjadi teman curhat Salsa, termasuk saat Rudi yang sempat dekat dengan Yeni (Pada cerita sebelumnya, “Yeni, Partnerku, Mantan Istri Temanku”, aku sempat sedikit menceritakan hal ini). Silakan bagi yang belum membaca:

https://www.semprot.com/threads/yeni-partnerku-mantan-istri-temanku.1373907/
https://www.semprot.com/threads/yeni-partnerku-mantan-istri-temanku.1373907/

Yeni memang lebih cantik, dan lebih muda setahun, daripada Salsa, tapi Salsa pun termasuk cukup cantik, apalagi saat ini hobinya dandan dan berpoto di medsos. Dalam penampilan pun sama, Salsa pun menggunakan hijab, bahkan Salsa sudah lebih lama berhijab daripada Yeni.

Malam hari, sepulang dari tempat kerja, aku menepati janji untuk membesuk anak Salsa di rumah sakit. Setibanya di sana, aku menuju kamar atau ruang perawatan anaknya Salsa dan Rudi.

“Hai.. Pras sama siapa ke sini?” Salsa menyapaku saat masuk ke ruang perawatan anaknya.

“Sendiri Sa, Rudi mana?” tanyaku sambil memandang sekeliling mencari sosok Rudi.

“Dia lagi dinas luar kota, Pras… makanya repot aku sendirian…” jawabnya.

“Ohya gimana kondisnya Radit?” tanyaku sambil memandang anaknya Salsa yang masih tertidur.

“Sudah rada baikan daripada kemarin waktu masih di rumah..” jawab Salsa..” Eh bentar aku telepon Mas Rudi ngabarin ada kamu..” lanjut Salsa sambil beranjak dari tempat tidur anaknya.

“Salamin ya Sa. Sama Rudi..” kataku. Salsa hanya melambaikan tangannya saja.

Ruang perawatan Radit merupakan Ruangan VIP karena dia dicover asuransi dari kantor bapaknya. Ruangannya VIP di rumah sakit tersebut cukup bagus, lengkap dengan segala fasilitasnya, seperti TV, kulkas, kamar mandi, dan sofa. Malam ini di ruangan VIP tersebut hanya ada kami bertiga, aku, Salsa, dan anaknya yang sedang sakit.

“Salam balik, Pras..” tiba-tiba Salsa sudah berada di sampingku.

“Sampai kapan Rudi di luar kota?” tanyaku.

“Semingguan lah, baru berangkat dua hari yang lalu..” jawab Salsa, “Oh iya Pras.. mau minum apa? Lagi banyak makanan nih..” tawar Salsa.

“Kalau ada sih kopi, ada air panas kan?”

“Kopi ada, ntar aku buatkan pake air panas di dispenser..” Salsa pun lalu menyeduhkan kopi untukku.

Kini kami pun duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Minuman dan makanan kecil sudah tersedia di meja, menemani kami ngobrol ngalor ngidul. Meskipun kami sudah akrab, aku sama sekali gak punya pikiran macam-macam sama Salsa. Secara penampilan sih lumayan cantik, apalagi sekarang banyak uang dan banyak dandan, terlihat masih muda saja. Meskipun demikian, Salsa bukan tipeku secara fantasy sexual, lain dengan Yeni yang sejak dulu membuatku tertarik.

Malam ini Salsa memakai jaket Panjang warna coklat, dipadu dengan jilbab warna abu-abu. Terlihat lumayan cantik dia memakai kacamata minusnya.

“Jadi malam ini kamu sendirian nenemin Radit?” tanyaku.

“Iya.., kan bapaknya lagi dinas luar, tapi kayaknya besok Kak Ratna mau datang..” jawab Salsa.

“Ooh.., ya udah aku temenin ngobrol aja dulu ya, ntar kalo kamu ngantuk, aku balik..”

“Makasih Pras.., temenin aku ngobrol ya.. sepi..” wajah Salsa terlihat penuh harap.

“Siaaap, asal kopinya tersedia terus..?” jawabku

“Beres itu siih..,” Salsa tersenyum, lalu melanjutkan omongannya, “Eh.. Pras, kalau Rudi keluar kota, entah perasaanku jadi gak enak, kamu jangan ngomong-ngomong sama Rudi ya, feelingku dia suka main cewek..”

“Aaah itu mah perasaanmu saja Sa, lebih baik positive thinking aja..” aku mencoba membela Rudi.

“Iih dasar cowok sama aja, belain temennya..” Salsa merengut.

“Bukan belain.. kalau gak ada bukti mah susah Sa..”

“Hmm.. gimana ya ngomongnya, aku pernah denger dia teleponan sama cewek, dan aku pernah lihat pesan WA yang agak gimana gitu sama cewek, kayaknya mereka pernah melakukan sesuatu..”

“Melakukan apa? ML?” selidikku.

“Iya.., intinya seperti itu, lagipula.. feeling istri itu kuat Pras…” wajah Salsa mulai terlihat sendu.

“Hmm.. mudah-mudahan kecurigaanmu salah Sa…” hiburku.

“Tidak Pras…, bahkan aku menemukan chat seperti itu tidak hanya dari satu cewek..” Salsa mulai terisak dan tiba-tiba menjatuhkan wajahnya ke pundakku.

Aku elus kepalanya yang berbalut jilbab. Sebenarnya aku tahu juga bahwa Rudi memang suka main cewek, bahkan sejak jaman kuliah. Posturnya yang tinggi besar ditunjang oleh wajahnya yang ganteng, tentunya mudah bagi dia untuk mendapatkan cewek. Yeni saja pernah suka sama Rudi, bahkan mereka pernah sampai ML waktu itu.

“Sudah Sa.., jangan nangis.., tapi kalau menangis bisa mengurangi beban fikiranmu.. ya gak apa-apa, aku ada di sini untuk menemanimu…” aku mencoba menghibur Salsa.

“Hiik…hiik.., kamu jangan pulang malam ini ya…Pras, temani aku dulu..,” pintanya penuh harap.

Entah disadari atau tidak, kini Salsa memeluk tubuhku.. tubuhnya wangi juga. Dadanya terasa empuk menekan tubuhku. Dipeluk oleh wanita yang lumayan cantik dan wangi, meskipun sahabatku sendiri, membuatku mulai bernafsu.

“Saa.., kalau kamu meluk aku kayak gini.. ntar aku nafsu loh…” kataku berusaha mengatur nafas.

“Emang kamu bisa nafsu sama temen sendiri?” tanya Salsa ketika mengangkat wajahnya. Matanya masih berlinang di balik kacamatanya.

“Aku lelaki normal Sa.., pastinya bisa nafsu.., apalagi sama cewek yang cantik kayak kamu..” kataku sambil mengusap lelehan air mata di pipinya.

“Kirain.. kalau sama aku kamu gak nafsu…, terus kalau nafsu.. kamu mau ngapain?” kini Salsa mencoba tersenyum menggoda.

“Hmm…, you know lah.., sudah sama-sama dewasa…, tapi jangan marah ya..” jawabku agak ragu-ragu.

“Gak..Pras.., kamu sahabatku yang baik…” Salsa memejamkan matanya, seperti menantangku untuk berbuat lebih jauh. Salsa makin cantik saat wajah berkacamatanya terlihat pasrah.

Cuuup…aku pun mengecup bibirnya, sesaat Salsa terdiam.. lalu tiba-tiba menghindar sambil menengokkan wajahnya ke samping.

“Sorry Sa..” aku kaget takut Salsa marah.

“Gak apa-apa Pras.., aku cuma malu.. baru pertama kali aku begini sama cowok lain..” Salsa menundukkan wajahnya.

Aku yang sudah mulai bernafsu mencoba untuk tidak melepaskan kesempatan yang berharga ini, lagipula sepertinya Salsa pun mau, cuma masih malu.

“Gak perlu malu.., aku kan sahabatmu…, lagian kita sudah kenal lama…” aku mengangkat wajah Salsa.

Cuup… aku kembali mencium bibir Salsa dengan penuh percaya diri. Akhirnya Salsa pun membalas lumatan bibirku. Rupanya dia pun sudah mulai bernafsu. Bibir kami saling merapat dan lidah kamipun saling mengait, meresapi kenikmatan. Tanganku yang tadi penasaran, kini mulai meraba dan meremas payudara Salsa yang empuk dan kenyal, di balik jaketnya. Aku merasakan payudara Salsa tidak segede punya Yeni, tapi termasuk montok juga.

“Aaah.. Pras….hmmm… aahh.. tanganmu nakal…” rintih Salsa, tapi sepertinya dia menikmati.

“Hmm.. mau lanjut gak Sa..?” godaku.

Salsa tidak menjawab pertanyaanku, tapi tangannya tiba-tiba meraba selangkanganku, ““Kamu sudah nafsu ya…” bisik Salsa sambil memegang kontolku yang sudah tegang di balik celana jeanku.

“Tuuh.. tangan kamu juga mulai nakal Sa..” godaku sambil memencet hidungnya yang mancung.

“Iih.. kamu..” Salsa mencubit pahaku.

Aku pun membuka celanaku, lalu menuntun tangan Salsa untuk masuk ke balik celana dalamku.

“Iiiih.. kok …aaah.. kok sudah tegang Pras..?” Salsa malu malu menggenggam batang kontolku.

“Gak.. segede punya Rudi ya…?” godaku.

“Gak.. tau.., belom liat..” jawab Salsa masih malu..

“Haaalaah.. tinggal lihat aja, tuh sudah dipegang sama kamu…” ledekku.

“Hmm… malu Pras.. baru lihat punya orang lain selain suamiku..” Salsa menunduk.

“Saaa, pindah ke ranjang sana yuk.., tuh ada ranjang nganggur..” ajakku.

Aku melihat di sudut ruangan ada ranjang lain, entah ranjang cadangan atau ranjang dari ruangan lain yang tidak terpakai. Jarak ranjang tersebut agak jauh dari ranjangnya Radit, sehingga agak leluasa.

“Hmm.. mau ngapain..?” tanya Salsa pura-pura.

“Mau melakukan adegan ranjang, jadi harus di ranjang…” jawabku.

“Iiih… istri temannya sendiri mau diembat…” ledek Salsa.

“Bukan mau diembat.. tapi mau dientot…” godaku, sambil menuntun Salsa menuju ranjang di sudut ruangan.

Aku baringkan Salsa di atas ranjang putih tersebut, kembali kuciumi bibir Salsa sambil meremas kedua payudaranya.

“Saa.. buka ya.. aku pengen lihat…tetekmu..” rayuku.

“Hmm.. aku malu.. Pras…”

“Aaah dari tadi malu terus…, tapi keenakan diremas teteknya..” godaku

“Hmm… jangan dibuka semua.. ya, takutnya si Radit bangun…” Salsa pun mulai membuka kancing jaketnya, sehingga terlihat gumpalan payudaranya yang masih tertutup BH merah.

“Mulus banget tubuhmu Sa.. merangsang banget…” pujiku.

Salsa kemudian menurunkan BH-nya sehingga payudaranya tersembul, indah sekali.

“Segini aja ya…, gak usah dibuka BH-nya.. yang penting kelihatan..” kata Salsa sambil memegangi kedua payudaranya yang tersebul di balik BH-nya.

“Wow.. indah sekali tetekmu Sa.., montok dan mulus…, ternyata temenku mempunyai toket yang indah…” pujiku sambil memandang payudara Salsa dengan penuh nafsu.

Kini di depanku, Salsa, seorang wanita yang masih lengkap memakai jilbabnya, sedang memamerkan payudaranya yang indah, pemandangan yang sangat merangsang. Selain putih dan mulus.. payudara Salsa cukup montok juga, meskipun masih kalah gede sama payudara Yeni. Putingnya sudah terlihat menegang berwarna coklat muda.

Melihat pemandangan tersebut, aku jadi gak tahan, maka segera kulumat payudara Salsa, dan kuisap putingnya…

“Aaah… Praas.. oooh…” Salsa mendesah tapi dia berusaha menahan suaranya.

Ternyata payudara Salsa masih kenyal saat kupegang dan kuremas, meskipun dia telah menyusui. Mungkin karena Salsa rajin olah raga senam, sehinga tubuhnya masih kencang. Berganti-ganti kedua putting payudara Salsa kulumat dan kuisap.

Salsa terus mendesah.. sepertinya dia pun sudah sangat bernafsu. Aku mencoba membuktikannya, maka tanganku pun merayap ke bawah perut Salsa. Lewat celana kain yang dipakainya, tanganku masuk ke dalam dan menyusup ke balik celana dalam Salsa. Tanganku merasakan permukaan yang agak kasar waktu menyentuh gundukan memek Salsa, rupanya bulu jembut Salsa belum lama dicukur dan sudah mulai numbuh kembali.

“Baru dicukur ya Sa..?” godaku sambil mengelus memeknya.

“Iya.. kemarin sebelum Rudi berangkat…” jawab Salsa.

Rupanya Rudi termasuk penggemar memek gundul, aku ketawa dalam hati, ingat memek Yeni yang kemarin-kemarin aku gundulin. Kalau Rudi tahu, pasti dia pengen ngentot kembali sama Yeni.

Aku pun kembali focus pada tujuan, yakni mengecek kebasahan celah memek Salsa. Setelah kuraba dan kutelusuri belahan memek Salsa, ternyata celah memeknya sudah basah.

“Aaaw…aaaah Praaas.. aah..” Salsa mendesah saat jariku menggesek celah dan itil Salsa.

“Sudah basah.. Sa.., aku buka ya…” pintaku.

Salsa mengangguk, tapi kemudian dia menutup mukanya saat aku menarik celana kain Salsa, sekaligus melucuti celana dalamnya.

“Aah Praaas.. jangan dilihat… aku malu..” rintih Salsa.

Setelah terlepas celananya, kini terpampang pemandangan yang indah dan sangat merangsang sekali. Nafsuku pun semakin naik ......
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd