Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SENA JATUH CINTA



Awal cerita…


Kutambatkan tali si Ireng, kebo peliharaanku, pada pohon albasia. Si kebo pun mendengus senang dan langsung menyisir lahan yang dipenuhi rumput hijau. Buntutnya tak berhenti ngepot. Setelah menepuk punggungnya, aku sedikit menjauh dan duduk berteduh di bawah pohon kelapa.

“Belum dimasukan kandang toh, Na? Udah sore loh.” ujar seorang wanita yang sedang mencuci pakain di tepi kolam ikan. Posisi kami berseberangan, aku di sisi atas, tepatnya di sisi tebing, sedangkan wanita itu berada di bibir kolam.

“Eh ada bibi. Nanti aja Bi, saya tidak ngarit, jadi biarin si Ireng kenyang dulu.” jawabku sambil menyalakan rokok.

Wanita itu hanya tersenyum dan kembali fokus pada pekerjaannya. Namanya adalah Bi Ira, tetangga rumah yang berjarak sekitar seratus meter dari rumahku. Usianya belum genap empat puluh tahun. Namaku sendiri Sena, atau lebih keren lagi Sena Wiwaha Obam Taryadi. Kadang-kadang temanku memanggilku SWOT atau WOT saja yang merupakan singkatan dari namaku. Usiaku mendekati sembilan belas tahun.

Aku menghisap rokokku sambil menikmati semilir angin. Sekali-kali aku dan Bi Ira terlibat obrolan tentang musim kemarau yang membuat kami harus menunda tandur di sawah.

“Bapaknya si Sari besok mau mau nguli di kota, kalau hanya nungguin musim hujan datang mah nanti dapur keburu tidak bisa ngebul.” ujarnya. Yang dia maksud adalah suaminya, sedangkan Sari adalah anaknya yang bulan lalu baru menikah dan tinggal di kampung sebelah.

“Si mamang mau kerja apa di kota, Bi?”

“Diajak Mang Kuci ngebangun rumah saudaranya di sana.”

“Oh gitu. Tapi nanti kalau si mamang masih di kota terus ada hujan gimana atuh, Bi?” ujarku.

“Ya palingan kalau nyingkal (membajak sawah) ama nyangkul mah bibi mau minta tolong kamu ama tetangga lain. Bisa, kan?”

“Siap, Bi. Kan biasanya juga saya yang nyingkal.”

Bi Ira pun selesai membersihkan semua pakaiannya dengan sabun, tinggal membilas. Ia berdiri dan menaikan kain sarung yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Dengan cekatan ia menaikan kain itu hingga di atas lutut dan mengikatnya. Itu ia lakukan bukan supaya penutup tubuhnya basah, melainkan supaya kain itu tidak mengapung di atas air sehingga auratnya bisa tidak terlindungi.

Bi Ira pun turun ke tepian kolam, tubuhnya tenggelam hingga sebatas pinggang.

Aku menelan liur tanpa sadar. Kulit tubuhnya tidak putih, tetapi sangat mulus, kakinya jenjang indah. Bi Ira pun mulai membilas.

Sebenarnya pemadangan seperti ini sudah biasa di kampungku, bahkan aku sudah terbiasa melihat perempuan mandi di tampian, tetapi entah kenapa kali ini perasaanku berdesir halus. Mataku lekat memandang paha Bi Ira, dan menjelajahi semua lekuk tubuhnya. Payudaranya yang cukup besar tak luput dari pengamatan mesumku. Aku hanya berpaling membuang muka ketika ia menengok ke arahku di sela obrolannya.

Kegiatan membilas Bi Ira membuat pakaiannya lambat laun basah. Lekuk tubuhnya semakin terpampang jelas. Betis dan pahanya membayang di antara riak air, pinggulnya membulat. Payudaranya bergoyang seiring gerakan tangannya. Rambutnya yang digelung terurai, berkibar keemasan diterpa sinar matahari sore.

Entah berapa batang rokok yang kuhabiskan. Yang jelas selalu kusambung untuk menenangkan resah, dan desiran aneh yang tiba-tiba melingkupiku. Aku bisa dibilang tidak sedang mengintip karena aku tidak berlindung untuk menyembunyikan tubuhku; Bi Ira juga tahu akan kehadiranku. Kami malah saling bercengkerama. Tetapi mata ini.. aku tidak bisa menolak untuk selalu menatapnya. Dan anganku mulai melayang mebayangkan kemolekan tubuh Bi Ira jika tanpa berpakaian.

“Bibi mau sekalian mandi.” ujarnya. Rupanya kegiatan mencucinya sudah selesai.

“Eh iya, Bi.” aku menjawab sambil mengubah poisi dudukku. Tidak membelakanginya, tetapi menyamping sehingga aku masih bisa mengintipnya dari sudut mataku.

Setelah melihat ke arahku untuk memastikan bahwa aku tidak menghadap ke arahnya, ia pun membelakangiku. Sebuah posisi yang sangat menguntungkan sehingga aku bisa mengamati tubuhnya dari belakang.

Detak jantungku berubah lebih keras ketika Bi Ira melolosi kaosnya. Perlahan tapi pasti kaos itu naik melewati leher dan kepalanya. Kulit kuning langsat punggungnya langsung terpajang, sedikit mengkilap karena basah sekaligus terkena terpaan sinar matahari. Aku menelan liur, garis hitam beha hitamnya terlihat begitu seksi, sangat kontras dengan warna kulitnya.

Bi Ira masih mengencangkan ikatan sarung pada pinggangnya. Ia kembali menengok ke arahku, sebelum ia melepas satu-satunya kain yang menutupi bagian atas tubuhnya. Sigap aku membuang muka dan seolah-olah asik dengan rokokku. Untung Bi Ira tidak menciduk kelakuan, ia malah kembali mengajak ngobrol.

Dua tali beha sudah turun dari bahunya. Lantas ia memutar kain itu untuk membuka kaitannya. Aku yakin kedua payudaranya sudah tidak ada lagi penyangga. Perasaanku kelabakan membayangkannya. Aku menghela nafas halus sambil kembali mengamati kulit punggungnya.

Kulihat Bi Ira menenggelamkan tubuhnya ke dalam air hingga sebatas leher. Bayangan tubuhnya bergoyang karena riak air. Aku malah membayangkan tubuh polos Bi Ira yang melenggang-lenggok. Hadeuuuh.. aku benci pikiranku sendiri!

Jantungku semakin berdebar kencang ketika kulihat Bi Ira mulai menggosok tubuhnya. Nafasku menjadi pendek. Tanpa sadar tanganku membetulkan isi celana yang tiba-tiba menggeliat.

Obrolan Bi Ira hanya kutanggapi singkat-singkat. Aku lebih fokus mengamati tubuhnya yang sintal walau hanya sebatas dari arah belakang. Gerah oleh keadaan aku pun pamit.

“Saya mau mindahin si Ireng dulu, Bi.” ujarku sambil berdiri membelakanginya. Kusampaikan juga bahwa aku akan mandi setelah Bi Ira pergi.

Aku pun melenggang sambil menghembuskan deras nafas. Aku tidak berbohong, kupindahkan ikatan si jalu walaupun rumput di sekitar masih banyak. Tapi aku kembali ke tepi-atas kolam tanpa Bi Ira tahu.

Aku tengkurap di antara rerimbunan semak. Memosisikan diri seaman mungkin, yang penting masih ada celah untuk mengintip.

Jantungku semakin berdetak keras. Bukan hanya karena pemandangan di dalam kolam, dimana ada Bi Ira yang setengah bugil, tetapi juga karena takut ketahuan.

Bi Ira sendiri terlihat lebih leluasa mandi karena dipikirnya sudah tidak ada orang. Ia membilas rambut dan keramas. Bukan itu yang membuatku terbelalak menganga, melainkan karena kedua payudaranya yang menggantung indah, muncul-tenggelam di atas permukaan air. Nampak sekal dan menggiurkan, besar dan menggemaskan. Aku benar-benar disuguhi pemandangan erotis nan mendebarkan.

Selesai keramas, Bi Ira mulai menyabuni tubuhnya. Mulai dari leher, dan turun ke payudara. Ketiaknya yang berbulu tak luput dari dari gosokan busa sabun.

Suhu tubuhku kian panas, sementara isi celana sudah sangat tegang. Kutekan-tekan hingga ke tanah.

Bi Ira melihat ke sekililing. Setelah yakin tidak ada orang, ia pun berdiri. Kini aku bisa benar-benar melihat tubuh bagian atas Bi Ira yang telanjang; rambut dan tubuhnya basah. Dan payudaranya itu.. sungguh sangat merangsang.

Bi Ira membuka ikatan tali sarungnya pada pinggang, tapi tidak menanggalkannya. Tubuhnya setengah membungkuk sehingga payudaranya menggelantung, jentik-jentik air menetes dari kedua putingnya.

Rupanya Bi Ira sedang menyabuni vaginanya yang tetap terlindung sarung. Tapi pikiranku sudah membayangkan tubuh polosnya yang tanpa pelindung. Nafasku menderu tanpa bisa berbuat apa-apa selain nafsu yang tak tersalur. Pikiran gelapku mendorong supaya aku melompat ke dalam kolam, berenang dan menangkap tubuh Bi Ira. Menggerayanginya dan jika mungkin menyetubuhinya. Tapi akal sehatku jauh lebih kuat. Aku belum mau hidupku kiamat.

Bisaku saat ini hanyalah terus mengintip sambil mengocok isi celanaku. Mataku lekat menatap Bi Ira yang asik mandi, membayangkan bahwa aku sedang mencumbunya. Dan aku muncrat bersamaan dengan berakhirnya pemandangan di dalam kolam. Bi Ira sudah menyudahi mandinya, aku terkulai lemas dengan nafas ngos-ngosan.
Mantap keren sekali
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd