Mama kembali ke kamarku setelah mengantar bidan Menik, wajah Mama kelihatan sangat senang dan gembira sehingga membuat Mama lupa diri.
Mama menyingkirkan sarungku, lalu memegang penisku... aku membiarkan saja, pikirku Mama akan mengocok penisku lagi, tetapi penisku dicium-cium Mama. "Emmm.... mmmm... emmmhh..." gumamnya sambil batang penisku diusap-usapkan ke depan lubang hidungnya.
Iin masuk ke kamarku, Mama tidak tampak kaget dan canggung dengan Iin, Mama tetap memegang penisku yang lagi tegang. "Kata bidan Menik, kakakmu sudah sembuh." ujar Mama pada Iin. "Mama senang banget, tapi gak usah bilang sama Papa, ya..."
"Ya Ma, he... he..." jawab Iin ikut senang.
Iin pergi.
Mama naik ke tempat tidurku. Aku tidak perlu segan lagi dengan Mama. Untuk apa aku segan? Bukankah tadi Mama sudah mencium-cium penisku seperti penisku itu mengandung wewangian?
Segera kupeluk Mama dan kucium bibirnya dengan jantung berdebar takut Mama menolak.
Tetapi tidak. Bibir kami langsung melumat dan berpagut lupa diri. Mama memasukkan lidahnya ke mulutku. Lidah Mama aku kulum dan aku hisap dan pada kesempatan yang sama aku menarik turun celana longgar selutut Mama, Mama melepaskan ciumannya. "Itu pintu... terbuka gitu...” kata Mama. “...asal buka aja... kalau kelihatan Iin bagaimana?"
Mama kemudian turun dari tempat tidur pergi mengunci pintu kamar. Setelah itu Mama kembali ke tempat tidur.
Aku mengalami suatu 'priode baru' dalam hidupku ketika penisku dimasukkan Mama ke dalam mulutnya.
Mama mengulum penisku. Tidak hanya itu, tetapi Mama juga menghisapnya sampai pipi Mama kempot dan bibirnya monyong kepalanya naik-turun, naik-turun sehingga batang penisku serasa diurut-urut Mama dengan mulut dan bibirnya.
Adegan seperti ini biasanya aku temukan di video esek-esek, tetapi sekarang aku alami sendiri, dilakukan oleh mamaku sendiri pula. Aku seperti mendapat kehormatan dari Mama.
Selain penisku dihisap, Mama juga menjilat penisku. Batang penisku disandarkannya di telapak tangannya, baru dijilatnya naik-turun. Ohh... setelah itu biji pelerku dimasukkan ke dalam mulutnya, wawww...
Tak tahan lagi, aku copot celana Mama. Mama yang tidak memakai celana dalam, vagina dan anusnya yang hangat langsung terhidang di depanku. Anus Mama bentuknya berkerut-kerut berwarna coklat tua, langsung kujilat.
Aku tidak pernah memikirkan tempat itu lagi tempat mengeluarkan kotoran dan anus Mama memang bau kot**an dan agak lembab. Mama membiarkan aku menjilat sambil nungging di depanku. Tak berapa lama kujilat, lalu aku berpindah menjilat vagina Mama.
Sekali lagi, adegan ini sering kulihat di video esek-esek ini, kini kulakukan sendiri terhadap vagina mamaku yang yang tertutup kumpulan bulu hitam dan berbau amis.
Tidak lama kujilat, aku membalik Mama terlentang di kasur. Kembali kujilat vagina Mama. "Nakal...! Ohhh... oohhh..." desahan menghiasi cumbuanku dengan Mama, masih kujilat, kini desahan Mama berubah menjadi lenguhan dan jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakan oleh Mama.
Semakin lama semakin banyak lendir yang keluar dari kemaluannya yang membuatku lebih bergairah lagi, tiba-tiba seluruh tubuh Mama mengejang, sedangkan kedua tangannya meremas kuat kasurnya. Dengan diiringi lenguhan panjang.
“Ooooooooooohhh....” Mama mencapai orgasme, tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya mengeras sehingga membuatku ingin meremasnya dengan kuat.
Setelah tenaga Mama habis terkuras membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya aku menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya dengan penisku yang sedari tadi sudah tegang.
"Mau ngapain sih...?"
"Ngentot...!" jawabku.
"Memang sudah pernah?"
"Belum..."
"Vagina Mama sudah gak enak, jangan ya..." jawab Mama. "Mama sayang sama penismu, masih muda dan gagah dimasukin ke vagina yang sudah keriput dan longgar..."
"Biar aku nggak penasaran Ma... boleh ya, Ma...?" rayuku tidak putus asa.
Sebenarnya Mama juga pengen, tapi ia tahan harga dulu, supaya memeknya tidak seperti diobral bebas, karena kemudian Mama memegang penisku juga. "Ini rahasia kita ya..." katanya. "Jangan cerita-cerita... jangan tampilkan yang nggak-nggak bikin papamu curiga..."
"Ya Ma, aku janji..." jawabku, lalu Mamapun menekan penisku ke lubang vaginanya. "Masukin pelan-pelan..." suruhnya.
"Ahhh... ahhh... ahhh..." desahnya saat kudorong masuk penisku ke lubang vaginanya yang basah dan sempit berwarna kemerahan itu.
Kuayunkan penisku keluar-masuk pelan-pelan untuk menguak lubang vagina Mama lebih lebar sehingga dengan demikian penisku semakin masuk, "...ahh... ahhh... ahhh..." Mama terus mendesah.
Penasaran, kemudian sekaligus kudorong kuat, jlebbb... blleeessss.... awwwhh... jerit Mama. "Suruh pelan..." kata Mama.
"Penasaran..." jawabku.
“Kalau robek gimana, nanti kamu nggak bisa pakai lagi deh...” kata Mama lalu Mama merangkul pantatku dengan kedua kakinya, terus digoyang-goyangnya pantatku.
"Enak, sayang... ayo, gesek-gesek truss... oohh... enaknyaaaa.... emmmhh..." desah Mama saat penisku mulai memompa lubang yang pernah melahirkan aku itu.
Memang sangat nikmat saat penisku hilir mudik keluar-masuk menggesek-gesek dinding vagina Mama yang terasa menggerinjel.
Lubang vagina Mama menjadi sangat basah licin, dan mulai terasa longgar sehingga saking semangatnya kusodok lubang itu, penisku tergelincir keluar beberapa kali, Mama masukkannya lagi, kukayuh lagi hingga beberapa menit ke depan, "Ohhhh... aku kekk... luarrr, Maaa..." erangku sambil kudorong penisku sejauh mungkin masuk ke dalam lubang vagina Mama, lalu...
Crrrooottt... crrooottt... crrooottt... crrooottt...
"Ooohhh... oohhh... oohhh...." rintih Mama merasa nikmat rahimnya disembur lahar panas yang keluar kencang dari penisku.
Crrrooottt... crrooottt... crrooottt... crrooottt...
Setelah itu, aku terkulai lemas di atas tubuh Mama, antara puas dan menyesalinya.
Kalau saja testisku tidak digigit serangga, bisa jadi tidak terjadi hubungan incest ini antara aku dan Mama. Aku sudah mencemari kesucian rahim Mama dengan air maniku yang sebenarnya bukan hakku.
Maka itu, peristiwa ini merupakan tonggak sejarah dalam hidupku dimana perjakaku, tidak kuberikan pada wanita lain, tetapi pada Mama yang melahirkan aku.
“Jangan dicabut...” kata Mama dengan kedua kakinya masih merangkul pantatku.
Kami masih terus melakukannya kalau ada kesempatan. Mama minum pil supaya tidak hamil. Karena keseringan berhubungan seks, aku jadi mencintai mamaku sendiri.
Selain itu aku juga punya obsesi ingin mencabuli bidan Menik yang cantik.
Berhubung suaminya jarang pulang kerja di tongkang pengangkut BBM, pasti bidan Menik kesepian, tetapi aku tidak tau bagaimana caranya untuk memulai. (copyright@bc_januari2024)