Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Senyum Manis Widya

Mending ikut ngekos supaya bisa icip2 widya atw ibu kos atau ngelamar kerja ma abah supaya bisa icip2 icha yah..??
 
Babak 6

“Wid”
“eh bu” widya gemetar menjawab, dia kelihatan mengambil nafas panjang untuk menenangkan diri.
hidung bu Retno terlihat bergerak gerak membaui sesuatu. matanya bergerak menelanjangi ruangan kamarku.
“sudah pulang bu?” tanya widya
“eh iya sudah, kamu masih disini aja?” telisik bu Retno.
“ini tadi barusan balik lagi bu, soalnya tadi mas yudo ga bangun-bangun”
“oh, ya sudah ayuk turun, ibu mau bicara”
tanpa menoleh kepadaku bu Retno langsung keluar. widya mengikutinya dan sekali menoleh ke arahku. Tersenyum. tapi aku tetap melihat ke Bu Retno karena walau dia melihat kedepan, terlihat dari samping bola mata berada di ujung mata ke arah kami. aku tidak berani bergerak karena di bawah selimut aku tidak memakai apa-apa. Aku pasrah misalnya memang bu Retno tau, aku hanya berharap Widya tidak dimarahi atau terkena imbasnya aku akan menerima semua demi Widya.

Badanku agak enakan setelah berkeringat tadi, tapi masih terasa lemas dan pusing.
aku mengambil makanan dan mencoba menyuapkan beberapa ke mulutku. masih terasa pahit tapi harus aku paksa karena aku tidak mau berlama-lama sakit. kost dan sakit. itu adalah hal yang tidak bisa berjalan dengan baik. walaupun disini aku ada Widya tapi kan dia juga tidak mungkin aku repotkan dengan hal-hal kecil. Dia pasti mau dengan senang hati tapi situasi dan kondisi kita yang tidak mendukung. Rasa sayang yang datang pada waktu yang tidak tepat, tapi memang kita dipertemukan di saat ini, bukan kemarin bukan besok. yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha untuk menikmati setiap saat bisa bersama.

keesokan harinya aku terbangun, hanya di tempat tidur, badan masih terasa lemas. tapi mata ini tidak bisa terpejam lagi. aku beringsut memutar badan ku kekanan menghindari cahaya matahari yang masuk dari sela gorden. Kakiku menyentuh sesuatu yang lembab, segera aku bangin dan aku buka selimutku, celana dalam widya masih disini. aku mengangkatnya dan mendekatkan ke hidungku, ternyata bau kewanitaan widya masih sangat cekat terasa. kontolku seakan menyambut itu, pelan-pelan mengeras. pikiranku menerawang ke pertukaran lendirku bersama widya kemarin. bagaimana wajah widya berpeluh dan masih mengulum kontolku. pemandangan wajahnya ketika orgasme. ah sial. ku tuntaskan saja. aku masturbasi dengan celana dalam widya. kutumpahkan semua pejuku di celana dalam itu. dan aku bisa kembali tertidur.
Tok.tok.tok
sayup-sayup terdengan pintuku diketok, terhuyung-huyung aku berdiri dan membuka pintu kamarku. “widya? eh mbak widya”
widya menengokku pagi hari, membawakan makanan, tapi dia tidak bisa lama karena ibu kost dirumah hari ini ada lah weekend.dia masuk dan menaruh makanan itu di mejaku,
“loh itu kan?” dia memungut celana dalamnya di lantai
“Siaal” aku belum sempat menyimpannya apalagi ada pejuku disana. duuhhh, tolol.
dia membaui celana dalamnya, dan melihat kepadaku. sontak dia tersenyum, “makasih mas, aku suka mas masturbasi di celana dalamku” dia memelukku, belum sempat aku memeluk balik dia segera sadar kalo dia tidak bisa lama disini. Aku masih tertegun, seakan tidak percaya. Widya malah suka dengan apa yang kulakukan, padahal itu termasuk fetish atau sebuah fantasy yang buat sebagian korbannya (yang punya celana dalam) jijik. Aku belum sempat bertanya kejadian kemarin lalu, bagaimana apakah ketahuan atau tidak atau bagaimana respon ibu kost. Icha juga wa dan menanyakan keadaanku, aku jawab apa adanya dan katanya disuruh istirahat dulu sampai benar-benar baikan.

hari minggu aku bangun dengan badan lumayan enakan.aku mengangkat selimutku bermaksud untuk membersihkan tempat tidurku yang sudah tidak karuan. Aku tidak berharap Widya bakalan datang.

tok tok tok

aku membuka pintu dan mas nanang sudah ada disana berdiri membelakangi pintu, sambil mengepulkan asap rokok.

“Mas lagi apa? ngobrol bentar yo?”

muka Mas Nanang tidak seceria dia biasanya. Masam. Kusut.
“Aku bingung kalo gini ini Mas, harus bersikap seperti apa”
sembari mas Nanang duduk didepan TV. Aku duduk disebelahnya, menghidupkan rokokku, yang kemarin-kemarin terasa pahit. namun kali ini juga terasa tidak enak, karena aku tidak dapat menerka apa yang bakal terjadi.
“Mas Yud sudah seperti saudaraku sendiri, tapi…” kepulan asap rokok mas Nanang tidak lagi ke atas, tapi dia tiupkan ke bawah. Dia nampak gusar, risau.
Setelah mengambil nafas panjang dia melanjutkan omongannya.
...tapi aku ragu”
semakin tidak karuan pikiranku, kira-kira aku bakal diapain sama Mas Nanang. tapi ya harus aku terima, aku yang main api, kalo terbakar itu resikonya. aku menunduk dan mulutku tercerkat “iya Mas mohon maaf yang sebesar-besarnya”
Mas Nanang menoleh ke arahku
“Lho kok malah maaf mas, lebaran ta?”
aku menoleh ke mas nanang, mukanya berkerut bingung dengan permintaan maafku.
“aman” pikirku.
“eh belum ya mas?” sambil garuk kepala aku berusaha mencairkan suasana,
“abis mas Nanang mukanya kusut, takut saya hehehe”
“ini lho mas aku ada masalah Mas, aku mau cerita ke Mas tapi takut mas cerita ke Widya atau Ibu”
“Nice” pikirku, wajahku aku usahakan tetap seperti awal agar tidak terlihat perubahannya.
“Mas kok malah senyum? saya serius Mas Yud!”
“eeeh ngga mas, cuman keinget aja ada yang lucu kemaren, maaf mas, monggo dilanjut”
“aku kena arek Cosco Mas”
“weh siapa mas namanya ? ayo diparani Mas. gas tok wes. Wani” kata ku bersemangat.
“lhoalah bukan Mas, sampean mari demam rodok kurang koyoe Mas” (Lhoalah bukan Mas, kamu abis demam agak bodoh kayaknya Mas”
“eh”
“aku kan sering banget ke sana kalo siang Mas, tadinya sih ganti-ganti Mas, lha trus kok ketemu anak Subang Mas, Lila namanya. wes ga bisa ganti-ganti Mas. Malah sekarang jalan sama aku”
“oalah Mas, tak kira tukaran(kelahi)”
“ojok oalah Mas, ini bahaya”
“eh iya Mas”

ceritanya kapan itu Mas Nanang ke Cosco bersama teman-temannya dan kemudian ada seorang yang menarik perhatian dia. Namanya Laila, Janda anak satu, masih muda, rambutnya panjang hitam ikal, badannya imut, tapi susu dan pantatnya menonjol. ketika Mas Nanang memilih Laila seakan-akan memberi kode dengan kedipan mata. jadilah Mas Nanang memilih Laila. Laila menggandeng manja Mas Nanang dan mereka masuk ke Room dan melakukan ritualnya. Sejak saat itu, Mas Nanang jalan dengan Laila, sampai hari sabtu pun pamit lembur ke Mbak Widya dan jalan dengan Laila.
“aku ngga bisa lupa Mas, inget dikit aja langsung ngaceng peliku, nah kalo dirumah ga bisa Mas, beda rasanya” jelas Mas Nanang kepadaku.
“hmmm” aku tidak mengatakan apapun
“lintrik ta Mas ini?” (lintrik sejenis pelet)
“waduh saya ngga tau mas gitu-gitu, saran saya coba Mas Nanang putus kontak saja dengan Laila”
“Ga bisa mas udah ta coba ada aja yang mengingatkan ke dia, tiap berangkat aku mesti video call sampai kantor, dikantor juga, nanti malam jemput ta anter ke kost”
aku bingung juga ngasi tahu mas nanang, lain sisi aku kasian tapi lain sisi lagi aku senang karena pasti widya tambah lengket denganku. tapi aku ga boleh seperti ini, aku bukan orang jahat. cuman doyan kenthu aja. kasus mas nanang ini hanya kasmaran saja menurutku, dan memang terasa lebih menyenangkan orang baru, apalagi pasti Laila ini pintar memainkan suasana. membuat Mas Nanang menjadi raja dalam satu hari. aku pernah diceritain kawanku yang pernah mendapat kasus yang sama dengan Mas Nanang. tapi mungkin juga bisa lain, apa Laila benar-benar suka dengan Mas Nanang.

“Saya mesti gimana Mas supaya bisa bantu Mas Nanang?
“Sabtu depan ikut aku ya Mas ke cosco”
“eh trus gimana Mas, aku disuruh apa?”
“wes ikut saja dulu Mas, besok ta ceritain rencananya, aku ta keluar sama Widya dulu ada kondangan di Babat Mas”

“Makasih ya Mas” Mas Nanang menyalamiku “Oh iya tadi dicari Ibu”
“Iya Mas sama-sama”



Retno Tanoyo

aku kemudian masuk kamar merapikan kamar dan kemudian mengambil handuk dan mandi. gerah sekali badanku sudah dua hari hanya berkutat di kamar. kamarku aku buka lebar jendela dan pintunya agar udaranya berputar.
Setelah Makan siang Mie Rebus aku kemudian turun ke bawah untuk menemui ibu. menuruni, tangga aku ingat. eh masak aku pakai celana pendek ketemu ibu kost. aku naik lagi untuk berganti celana training, dan kaos kerah. aku berpikir kenapa yah? kalo memang ketauan, pasti Mas Nanang tadi marah. apa Ibu kost tahu dan memilih untuk menyelesaikan denganku sendiri, mengusirku mungkin agar rumah tangga anaknya tenang kembali. tapi kan aku tidak merusaknya. tapi Ibu kost belum tentu tau masalah utamanya yah. ya sudahlah. aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam. beberapa menit aku tunggu tetap tidak ada jawaban. aku mencoba masuk karena pintu tidak tertutup sempurna, aku memanggil pelan
“Bu Retno, saya yudo”
masih tidak ada jawaban
“tadi ibu memanggil ya?”
“permisi saya masuk yah”
apa aku ketok pintu kamar bu Retno, tapi sangat tidak sopan, ternyata kamarnya terbuka sedikit. aku memberanikan diri untuk melihat kedalam, tapi terdengar suara
“emmmh”
clop clop
“aahhk”
clop clop
“ahhk” “mmh”
duuh sial kenapa lagi kok pas saat begini? apakah bapak pulang? aku sudah membalikkan badan untuk meninggalkan tapi suaranya semakin keras dan aku penasaran. “uggh’ itu hanya suara bu Retno saja. aku tunggu tidak ada suara lelaki. ohh jelas dildo ini, aku teringat menemukannya di atas lemari sewaktu membetulkan lampu. aku mengintip ke arah kamar, disela pintu yang terbuka, terlihat dipantulan cermin meja riasnya. Bu Retno sedang menungging, dia berpose doggy dan satu tangannya mencolok-colokkan dildo ke memeknya dari belakang. Mukanya merah, branya tergantung di punggungnya, masih terkait tapi susunya terekspos. gila mungkin itu 36 B atau 38 B. Aku baru saja melihat susu sebesar ini secara live. putingnya kecoklatan dan agak merekah. aku tercekat menelan ludahku, pantatnya bulan sekal dan besar, pinggangnya kecil untuk ukuran pantat sebesar itu. Gila tubuh nya seperti pemain bokep br4zz3r. kulitnya kuning bersih, hanya di pantat terlihat agak gelap, kemudian memeknya tembam, bibir memeknya besar dan sekarang sedang dicolok-colok oleh dildo yang mengkilat karena terlapisi cairan memeknya. tanpa sadar tanganku meremas kontolku yang sudah mengeras didalam celana trainingku. terlihat bercak basah di celanaku karena ujung kontolku sudah mengeluarkan pelumasnya. tanganku merogoh ke dalam celana dan mulai mengocok kontolku sendiri, nafasku memburu melihat pemandangan yang sungguh liar itu. tanpa sadar pintu terdorong pelan dan mengeluarkan suara “kriett” secepat itu bu retno menengok kebelakang dan menyambar selimut kain bali di tempat tidur dan menutup dadanya dan mendatangiku, aku hanya sempat membalikkan badan untuk kabur dan...
“YUD Sini!” hardiknya “lihat ke bawah jangan lihat ke arahku” aku tidak berani menolak.
aku membalik badan, berjalan pelan, sambil tanganku menutupi kontolku yang masih tegang karena aksi bu retno itu tadi.
“Ada apa kamu kesini?”
“Tadi kata Mas Nanang sa-ya di-pang-gil Ibu”
“trus apa yang kamu lihat barusan?”
“tidak ada bu” kataku berbohong
“tidak ada kok gini?” bu retno tiba-tiba menampar kontolku dari luar.
“ugh” terasa linu tapi menimbulkan sensasi yang berbeda. aku tetap dalam posisi menunduk. aku hanya bisa terlihat jari kaki bu Retno yang kukunya di cat keunguan.
“pejamkan matamu”
“maaf bu ampun” pintaku memohon
tiba-tiba bu retno memakai selimut atau kain bali itu untuk menutup kepalaku, dan dia membuat tali untuk mengikatnya di leherku. agak kencang tapi tidak menyakitkan. samar terlihat bu retno didepanku. tiba-tiba remasan keras bu retno ke kontolku dan menarikku kedalam kamarnya.
“Hayo ikut, kamu harus dihukum”
“ampun jangan bu”
“aku hanya pasrah aku sudah berbuat kurang ajar di keluarga ini” pikirku
kontolku terasa ngilu oleh remasan tangan Bu Retno namun aku merasakan malah berdenyut-denyut memompa lebih banyak darah ke batangnya membuatnya lebih keras dari sebelumnya.
aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh Bu Retno, samar terlihat dia mengambil sesuatu dari bawah, dia mengikatkan sabuk ke tanganku dan mendorongku ke ranjang sampai aku terduduk.
“Bu iya Yudo salah, maaf tadi Yudo masuk karena tidak ada jawaban dari Ibu”
“Kamu tau kan masuk rumah orang tanpa dipersilahkan itu tidak baik” nafas bu retno terdengar tersengal-sengal. dia menampar kontolku “plak”
“iya maaf bu” jawabku.
“apa yang kamu intip tadi?”
“saya tidak bermaksud bu”
“APA?” plak kontolku lagi menerima tamparan. “oh kurang keras rasanya hukumannya” bu retno kemudian menunduk dan memelorotkan celanaku. Terlihat kontolku mengacung. segera “plak” “plak” dua kali tamparan dikepala kontolku, terasa ngilu tapi anehnya enak. kontolku bergoyang dan kembali ke posisi semula.
“ini kontol sama bandelnya sama yang punya” tiba tiba bu retno mendorongku sampai badanku terjatuh ke ranjang. kakiku menekuk sampai ke lantai, belum sempat berpikir tiba2 penutup kepalaku dikendurkan oleh bu retno, namun hanya membuka mulut dan hidungku saja.
“bu retno maaf”
“gampang minta maaf”
aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh bu retno, tapi tiba-tiba dihidungku ada bau yang aneh, bau pantat. oh sial apa ini. dan tidak lama mukaku terasa berat karena diduduki oleh bu retno. aku sempat tidak bisa bernafas, tapi aku berhasil merubah posisi kepalaku agar hidungku mendapat sedikit rongga untuk bernafas.
“Jilat!” perintah bu retno sambil menampar kontolku.
segera aku menjulurkan lidah ku dan sepertinya aku mengenai memeknya, rasa cairan memek yang aku sangat suka, kemudian ketika aku akan melanjutkan bu retno tiba-tiba membentak “enak aja, bukan itu” dia menurunkan sedikit posisi tubuhnya dan pantat besar itu terasa mengeser dipipiku, kenyal dan halus. Bu Retno menyorongkan pantatnya ke aku dan lubangnya tepat di depan mulutku. “Jilat!” aku segera menjilatnya, ada rasa aneh di lidahku tapi segera berubah menjadi perasaan sange yang berlebihan. dan aku sangat bersemangat menjilati lubang pantat bu Retno, aku colok-colok memakai lidahku.
“ehhg” “kamu ya” bu retno suaranya tetap tegas tapi dicampur nafas yang memburu, memburu kenikmatan duniawi. bu sambil menikmati jilatanku bu retno memegang pangkal kontolku dan menampar kepala kontolku berkali-kali. kontolku semakin menjadi. aku merasa lebih membesar, entah karena bengkak atau memang sedang ngaceng penuh. panas dan nikmat bercampur di kontolku. kemudian bu retno menggeser posisinya agar memeknya yang tepat di mulutku. aku tidak menunda lagi segera ku lahap memek tembem itu, ku ciumi bibir memek yang menggelambir, tidak lupa naik ke lubang pantat bu retno dan kembali ke memeknya. ku sedot-sedot lendir memek bu retno. nampaknya dia menikmatinya, “ahhk” “akkhh” Bu retno memainkan sendiri itilnya sembari ku jilati memeknya. aku tahu karena kadang lidahku terkena kuku bu retno.
Kemudian dia mengangkat badannya, dan tidak lama kontolku merasakan kenikmatan yang tidak terkira. Bu Retno merangkak ke arah bawah, dua kakinya menyeruak diantara dua kakiku dan pantatnya menduduki kontolku,memasukkan kontolku ke memeknya tanpa ancang-ancang. SLEPPP. “AHHHK” “MMGHH” berbarengan kami mengerang bersamaan.
“Faak keras sekali kontolmu” terdengar Bu Retno bergumam. dia menggoyangnya dengan liar, aku merasakan hentakan pantat bu retno dipahaku. aku angkat kepalaku untuk melihat. samar samar ku lihat bu retno membelakangiku jadi aku hanya bisa melihat punggungnya dan pantatnya bergerak naik turun di kontolku. samar lekuk tubuh bu retno terlihat, sungguh sempurna untuk ukuran umur bu retno. hentakan keras dan kecepatan bu retno sungguh mengagumkan. kontolku serasa di tarik ulur, sakit sekaligus nikmat. aku baru pertama kali diperlakukan seperti ini, herannya aku sangat menikmatinya. perasaan di hukum, disakiti, membuat gairahku membuncah. pantatku aku gerakkan melawan hentakan pantat bu retno, sehingga membuat hentakan yang lebih keras PLOK PLOK seiring bunyi memek dan kontol beradu slep slep. aku menggoyang mencari kelemahan bu retno, dan akhirnya pada suatu posisi. membuat erangan bu retno semakin keras, dan goyangannya pun semakin menggila. kontolku menusuk titik nikmat bu retno. “AAHK-AHHK” tiap sodokan seirama dengan erangan bu Retno. Siksa aku tapi aku tidak bakal kalah. aku mulai mengimbangi serangan bu retno, ku renggangkan ikat, di tanganku. aku mulai bisa menumpu dan menyodok bu Retno dari bawah. “ahhk” jemari bu retno mcerminencengkeram sprei, berusaha menahan sodokanku agar dia tidak terjerembab kedepan. kelakianku mulai muncul dan tidak ku pelankan sodokan ku. kupercepat dan tangan kanan bu retno mulai menggapai ke belakang berusaha untuk menahan sodokanku “ehhk ehhk” dan kemudian “AHHK” creesh creessh cairan bu retno memuncrat melalui sela rapat kontolku dan memeknya. badannya bergetar keras. “sial kamu yud” suaranya tetap berusaha tegas tapi terdengar terengah-engah.. Dengan sedikit sentakan ku lepaskan ikatanku. kemudian aku berdiri dengan kontol tetap di dalam memek bu retno di kudorong Bu Retno, dia gelagapan berusaha menahan agar tidak terjatuh, tapi aku tanganku menahan pinggangnya, hanya mengambil posisi agar aku lebih mendominasi. tangan bu retno berusaha menggapai gapai meja rias. tangan kirinya berhasil menggapai meja tapi dengan sigap aku pegang tangan kanannya dan kutarik ke belakang. aku pegang dengan satu tangan, dia meronta tapi sepertinya aku bisa menghandle kondisi ini. satu tangan aku pakai untuk menahan pinggang bu retno. Aku hentakan kontolku ke memeknya untuk mereda gerakan bu retno melepaskan diri. ku tarik kontolku dan ku hentakkan lagi ke memeknya, “AHHK FA-AK kamu Yud” kuhentak hentak sepenuh tenaga, dan Bu Retno mulai menyerah. aku lepaskan kain bali yang sedari tadi melilit kepalaku, aku melihat dari pantulan kaca wajah bu retno kelihatan kesal tapi juga nikmat. Aku pompa memek bu retno dengan bertubi-tubi “AHHHk AHHK” tiba-tiba tubuh bu retno mengejang segera kulepaskan dan Creettttt cairan seperti air kencing menyembur dari memeknya “aahh shiit” bu retno mengumpat. kemudian aku menunduk dan menjilati memeknya yang basah. asin anyir khas memek yang sangat nikmat. bu retno terhuyung tidak ku beri ampun pikirku. aku berdiri dan menghunjamkan kontolku, tapi bu retno tiba-tiba
“tunggu yud” dia menoleh dan mukanya sudah tidak karuan, kuyu matanya sayu tapi puas. dia bergeser ke arah ranjang. dia menengkurapkan badannya di ranjang, kakinya berada dilantai, susunya yang besar tergencet dan muncul dari samping badan, kedua tangannya memegang pantatnya dan menarik nya sehingga lubang pantat dan memeknya terekspos “ pakai aku yud”
tanpa tunggu lama kontolku langsung menerobos masuk ke memeknya “ahhk” dia terpekik aku pompa memeknya dan saking gemas melihat pantatnya yang besar dan bulat tanganku meremas kencang. kemudian tangannya menyatu kebelakang menandakan dia pasrah. segera kusambut dan aku mengambil kain bali dari lantai untuk mengikatnya. aku genjot Bu Retno seperti kesetanan, aku tidak tahu apa yang terjadi tapi gairah ini sangat memuncak dan aku seperti ingin menyiksanya. dengan satu tangan memegangi ikatan, tangan kiriku menampar pantatnya berkali “plakss-plakss” “ahhk-ahhk” ku sodokkan kontolku dengan keras, kucabut dan kusodokkan lagi berkali-kali. rasa memek bu retno sungguh enak “plok-plok” pahaku dan pantat besar bu retno beradu, badannya terguncang-guncang menerima sodokan kasarku. matanya membelalak ketika kontolku kucabut dan kusodokkan lagi ke memeknya yang basah. “Yud kluarin please, aku ga kuat” aku memacu sodokanku lebih kencang aku kasian juga dengan Bu Retno yang wajahnya memerah dan tubuhnya sudah lemas, mungkin karena dia sudah orgasme hebat sampai keluar cairan seperti pipis tadi. aku masih ingin menikmati memek bu retno lebih lama, tapi aku kasian juga. ku angkat satu kakiku ke ranjang, dan menggenjot bu Retno dengan seluruh kekuatanku. Rasa geli menjalar dari batang kontolku,
“ahhk” “ja-ngan ke-luar la-gi” “aahhhk” ternyata bu retno menduluiku “oh my g-od” aku tetap memompa memeknya cairan bu retno memuncrat-muncrat diantara sodokanku aku mencabut dan menyodok dengan kasar dan “AHHHK” pejuku menyembur di memek bu Retno. “oogh” bu retno juga mengerang ketika aku mencapai orgasme. tiba-tiba “jangan cabut dulu dalemin yud dalemin” aku mendorong dalam-dalam kontolku ke memek bu retno. gila rasa ini belum pernah aku rasakan, memek bu retno berkedut-kedut, pantat bu retno licin karena cairan orgasmenya terasa nikmat di pahaku. aku melepas ikatannya bu retno dan sewaktu aku mau mencabut kontolku bu retno menahannya dan bilang “sini yud rebah dibadanku, peluk aku dari belakang. aku menurut dan kepalaku berada di sebelah mukanya. “cium pipiku lembut, please”
aku menciumnya dan dia memejamkan mata dan tersenyum menikmatinya. kontolku masi berada dalam memeknya dan terasa bu retno menggoyang pantatnya pelan seakan-akan baru saja mendapat kenikmatan yang luar biasa dari kontolku. seenak itu kah? aku juga tidak tahu. yang aku tahu hanya aku juga merasakannya.
“Yud maaf ya” dia membuka matanya
“eh Bu Retno, i-ya ga-papa”
“aku punya kelainan ini, dan bapak tidak terima seutuhnya, aku tau kamu sudah dewasa Yud, kamu tahu kan maksudku”
aku mencabut kontolku pelan, bu retno melenguh “ehk” dan mukanya memerah. “maaf yud” “kok aku jadi keenakan banget”. dari memeknya meleleh pejuhku dan cairan orgasmenya. aku melihat pantatnya kemerahan terkena tamparanku dan hentakanku tadi.
“maaf bu saya tadi kelewatan”
bu Retno tidak menjawab, dia membalikkan badan dan menarik kain bali untuk menutupi tubuhnya, dia beranjak dan duduk di pinggiran tempat tidur. “Sini Yud” dia menepuk-nepuk ranjang di sebelahnya, mengisyaratkan aku untuk duduk disebelahnya. “permisi bu mohon maaf”
“aku yang seharusnya minta maaf Yud, sudah menyiksa mu seperti tadi, aku juga tidak tahu kenapa aku bisa kalap seperti itu, aku harap kamu tidak marah, tapi kalo iya pun aku terima, misal kamu sudah tidak nyaman gara-gara kejadian ini aku paham kok”
“eh ga-papa bu, malah saya yang mau minta maaf saya tadi kelewatan nampar-nampar ibu”
“oh spanking pantat? aku suka kok” sembari tangannya memegang pahaku.
“kontolmu kecil yah kalo gini, tapi kalo lagi on gila sesak di memekku dan keras banget”
“eh saya ngga tahu sih bu, dari sananya seperti ini kok”
“setidaknya biarkan aku cerita yah, setelah itu kamu boleh memutuskan untuk bagaimana dengan kejadian ini, aku mempunyai kecenderungan sadomasochist entah itu sebagai Dom atau slave, tapi aku bisa benar-benar terpuaskan kalau merasakan rasa sakit atau menyiksa seseorang, yah bukan melukai yah Yud, tapi hanya menampar memukul mengikat.”
“BDSM gitu yah bu?”
“itu kamu tahu? bokep yah?”
aku mengangguk dan tetap fokus mendengarkan
“aku tidak tahu kapan, aku mulai mengalami ini, tapi mungkin gara-gara sewaktu kecil aku sering di hukum orang tuaku dengan ditampar, di rotan, dijambak, begitu juga dengan saudara-saudaraku, tapi aku tidak pernah sakit hati karena aku menerima itu sebagai hukuman ketika aku nakal, itu hanya wujud mereka untuk memarahiku, tidak pernah sampai parah dan aku terluka”
“ohh maaf bu” aku agak terbelalak, dan sedih mendengar cerita itu
“lho kenapa? tidak apa-apa hubunganku dengan orang tuaku semasa masih hidup sangat harmonis kok kami saling menyayangi saling perhatian, cuman memang mungkin cara mengasuh mereka yang keras”
Bu Retno terlihat menerawang sebentar
“kamu kenapa? kok gelisah”
“saya pakai pakaian ya bu? saya sungkan”
“hahaha kamu lucu yud” dia beranjak dan mengambilkan pakaianku
“eh jangan bu”
dia hanya melirik dengan tajam “sudah diam”
Bu Retno dia berdiri dan memakaikan kaosku, buah dadanya menyembul dari atas karena tergencet kain bali yang menutupinya. kemudian dia berjongkok dan memakaikan celanaku
“udah besok lagi aku capek Yud” ternyata sewaktu dipakaikan celana kontolku mulai mengembang “eh iya maaf bu engga kok, suka susah diatur ini” jawabku malu.
“kamu ada acara?”
“eh engga sih bu”
“ya udah tunggu diruang tamu ya sebentar saya menyusul”
“iya bu”

tidak lama bu retno keluar membawakan segelas es teh dan camilan pisang goreng.
“ini yang manis-manis biar kamu seger” ujar bu Retno sambil tersenyum. dia memakai pakaian panjang namun ketat, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang aduhai. kemudian dia duduk dan menyilangkan kakinya


“aku bertemu bapak bertahun-tahun lalu, dia pria yang baik namun keras pendiriannya karena orang tuanya sangat menjunjung adat dan martabat jawa, bertahun-tahun kami menikah aku tidak pernah menunjukkan kalo aku tidak puas berhubungan layakknya suami istri dengan bapak, bukannya bapak tidak kuat, tapi aku yang butuh perlakuan “istimewa” “ walaupun lama tapi aku tidak benar-benar puas, kemudian aku mulai mencoba masturbasi dan dikala itu aku merasa ingin menyakiti diriku sendiri, awalnya dulu aku memakai benda-benda yang ada di rumah, kemudian aku mulai membeli alat-alat BDSM lewat online, sampai akhirnya bapak mengetahuinya. dia merasa sangat terpukul dan memarahiku, aku berusaha menjelaskan tapi bapak tidak bisa memahaminya, kurang lebih begitu lah yud, sejak saat itu memang frekuensinya berkurang, tapi tetap aku menunaikan kewajiban sebagai istri untuk memuaskan suami.”
aku meneguk es teh itu, dan langsung menghabiskannya
“nah sekarang kamu yud”
“eh saya kenapa bu?” agak kaget tiba-tiba ditembak dengan pertanyaan itu
“ya perlakuanku ke kamu tadi apa tidak membuat kamu marah”
“enggg..”
“gapapa yud gapapa jujur aja”
“iya bu jujur saya menikmatinya, malah saya kelewatan ke Bu Retno tadi”
“jadi?” muka bu Retno sumringah mendengar jawabanku “eh tapi kalo kamu kapok ya udah sih jangan sampai terulang lagi lah ya, ngawur aku tadi” dengan muka yang kelihatan berharap aku menjawab sesuai keinginannya.

sambil menggaruk kepala dan malu aku menjawab
“ya saya siap aja sih bu hehehe”
Bu Retno memandangku dalam dan tersenyum kecil.
 
Babak 6

“Wid”
“eh bu” widya gemetar menjawab, dia kelihatan mengambil nafas panjang untuk menenangkan diri.
hidung bu Retno terlihat bergerak gerak membaui sesuatu. matanya bergerak menelanjangi ruangan kamarku.
“sudah pulang bu?” tanya widya
“eh iya sudah, kamu masih disini aja?” telisik bu Retno.
“ini tadi barusan balik lagi bu, soalnya tadi mas yudo ga bangun-bangun”
“oh, ya sudah ayuk turun, ibu mau bicara”
tanpa menoleh kepadaku bu Retno langsung keluar. widya mengikutinya dan sekali menoleh ke arahku. Tersenyum. tapi aku tetap melihat ke Bu Retno karena walau dia melihat kedepan, terlihat dari samping bola mata berada di ujung mata ke arah kami. aku tidak berani bergerak karena di bawah selimut aku tidak memakai apa-apa. Aku pasrah misalnya memang bu Retno tau, aku hanya berharap Widya tidak dimarahi atau terkena imbasnya aku akan menerima semua demi Widya.

Badanku agak enakan setelah berkeringat tadi, tapi masih terasa lemas dan pusing.
aku mengambil makanan dan mencoba menyuapkan beberapa ke mulutku. masih terasa pahit tapi harus aku paksa karena aku tidak mau berlama-lama sakit. kost dan sakit. itu adalah hal yang tidak bisa berjalan dengan baik. walaupun disini aku ada Widya tapi kan dia juga tidak mungkin aku repotkan dengan hal-hal kecil. Dia pasti mau dengan senang hati tapi situasi dan kondisi kita yang tidak mendukung. Rasa sayang yang datang pada waktu yang tidak tepat, tapi memang kita dipertemukan di saat ini, bukan kemarin bukan besok. yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha untuk menikmati setiap saat bisa bersama.

keesokan harinya aku terbangun, hanya di tempat tidur, badan masih terasa lemas. tapi mata ini tidak bisa terpejam lagi. aku beringsut memutar badan ku kekanan menghindari cahaya matahari yang masuk dari sela gorden. Kakiku menyentuh sesuatu yang lembab, segera aku bangin dan aku buka selimutku, celana dalam widya masih disini. aku mengangkatnya dan mendekatkan ke hidungku, ternyata bau kewanitaan widya masih sangat cekat terasa. kontolku seakan menyambut itu, pelan-pelan mengeras. pikiranku menerawang ke pertukaran lendirku bersama widya kemarin. bagaimana wajah widya berpeluh dan masih mengulum kontolku. pemandangan wajahnya ketika orgasme. ah sial. ku tuntaskan saja. aku masturbasi dengan celana dalam widya. kutumpahkan semua pejuku di celana dalam itu. dan aku bisa kembali tertidur.
Tok.tok.tok
sayup-sayup terdengan pintuku diketok, terhuyung-huyung aku berdiri dan membuka pintu kamarku. “widya? eh mbak widya”
widya menengokku pagi hari, membawakan makanan, tapi dia tidak bisa lama karena ibu kost dirumah hari ini ada lah weekend.dia masuk dan menaruh makanan itu di mejaku,
“loh itu kan?” dia memungut celana dalamnya di lantai
“Siaal” aku belum sempat menyimpannya apalagi ada pejuku disana. duuhhh, tolol.
dia membaui celana dalamnya, dan melihat kepadaku. sontak dia tersenyum, “makasih mas, aku suka mas masturbasi di celana dalamku” dia memelukku, belum sempat aku memeluk balik dia segera sadar kalo dia tidak bisa lama disini. Aku masih tertegun, seakan tidak percaya. Widya malah suka dengan apa yang kulakukan, padahal itu termasuk fetish atau sebuah fantasy yang buat sebagian korbannya (yang punya celana dalam) jijik. Aku belum sempat bertanya kejadian kemarin lalu, bagaimana apakah ketahuan atau tidak atau bagaimana respon ibu kost. Icha juga wa dan menanyakan keadaanku, aku jawab apa adanya dan katanya disuruh istirahat dulu sampai benar-benar baikan.

hari minggu aku bangun dengan badan lumayan enakan.aku mengangkat selimutku bermaksud untuk membersihkan tempat tidurku yang sudah tidak karuan. Aku tidak berharap Widya bakalan datang.

tok tok tok

aku membuka pintu dan mas nanang sudah ada disana berdiri membelakangi pintu, sambil mengepulkan asap rokok.

“Mas lagi apa? ngobrol bentar yo?”

muka Mas Nanang tidak seceria dia biasanya. Masam. Kusut.
“Aku bingung kalo gini ini Mas, harus bersikap seperti apa”
sembari mas Nanang duduk didepan TV. Aku duduk disebelahnya, menghidupkan rokokku, yang kemarin-kemarin terasa pahit. namun kali ini juga terasa tidak enak, karena aku tidak dapat menerka apa yang bakal terjadi.
“Mas Yud sudah seperti saudaraku sendiri, tapi…” kepulan asap rokok mas Nanang tidak lagi ke atas, tapi dia tiupkan ke bawah. Dia nampak gusar, risau.
Setelah mengambil nafas panjang dia melanjutkan omongannya.
...tapi aku ragu”
semakin tidak karuan pikiranku, kira-kira aku bakal diapain sama Mas Nanang. tapi ya harus aku terima, aku yang main api, kalo terbakar itu resikonya. aku menunduk dan mulutku tercerkat “iya Mas mohon maaf yang sebesar-besarnya”
Mas Nanang menoleh ke arahku
“Lho kok malah maaf mas, lebaran ta?”
aku menoleh ke mas nanang, mukanya berkerut bingung dengan permintaan maafku.
“aman” pikirku.
“eh belum ya mas?” sambil garuk kepala aku berusaha mencairkan suasana,
“abis mas Nanang mukanya kusut, takut saya hehehe”
“ini lho mas aku ada masalah Mas, aku mau cerita ke Mas tapi takut mas cerita ke Widya atau Ibu”
“Nice” pikirku, wajahku aku usahakan tetap seperti awal agar tidak terlihat perubahannya.
“Mas kok malah senyum? saya serius Mas Yud!”
“eeeh ngga mas, cuman keinget aja ada yang lucu kemaren, maaf mas, monggo dilanjut”
“aku kena arek Cosco Mas”
“weh siapa mas namanya ? ayo diparani Mas. gas tok wes. Wani” kata ku bersemangat.
“lhoalah bukan Mas, sampean mari demam rodok kurang koyoe Mas” (Lhoalah bukan Mas, kamu abis demam agak bodoh kayaknya Mas”
“eh”
“aku kan sering banget ke sana kalo siang Mas, tadinya sih ganti-ganti Mas, lha trus kok ketemu anak Subang Mas, Lila namanya. wes ga bisa ganti-ganti Mas. Malah sekarang jalan sama aku”
“oalah Mas, tak kira tukaran(kelahi)”
“ojok oalah Mas, ini bahaya”
“eh iya Mas”

ceritanya kapan itu Mas Nanang ke Cosco bersama teman-temannya dan kemudian ada seorang yang menarik perhatian dia. Namanya Laila, Janda anak satu, masih muda, rambutnya panjang hitam ikal, badannya imut, tapi susu dan pantatnya menonjol. ketika Mas Nanang memilih Laila seakan-akan memberi kode dengan kedipan mata. jadilah Mas Nanang memilih Laila. Laila menggandeng manja Mas Nanang dan mereka masuk ke Room dan melakukan ritualnya. Sejak saat itu, Mas Nanang jalan dengan Laila, sampai hari sabtu pun pamit lembur ke Mbak Widya dan jalan dengan Laila.
“aku ngga bisa lupa Mas, inget dikit aja langsung ngaceng peliku, nah kalo dirumah ga bisa Mas, beda rasanya” jelas Mas Nanang kepadaku.
“hmmm” aku tidak mengatakan apapun
“lintrik ta Mas ini?” (lintrik sejenis pelet)
“waduh saya ngga tau mas gitu-gitu, saran saya coba Mas Nanang putus kontak saja dengan Laila”
“Ga bisa mas udah ta coba ada aja yang mengingatkan ke dia, tiap berangkat aku mesti video call sampai kantor, dikantor juga, nanti malam jemput ta anter ke kost”
aku bingung juga ngasi tahu mas nanang, lain sisi aku kasian tapi lain sisi lagi aku senang karena pasti widya tambah lengket denganku. tapi aku ga boleh seperti ini, aku bukan orang jahat. cuman doyan kenthu aja. kasus mas nanang ini hanya kasmaran saja menurutku, dan memang terasa lebih menyenangkan orang baru, apalagi pasti Laila ini pintar memainkan suasana. membuat Mas Nanang menjadi raja dalam satu hari. aku pernah diceritain kawanku yang pernah mendapat kasus yang sama dengan Mas Nanang. tapi mungkin juga bisa lain, apa Laila benar-benar suka dengan Mas Nanang.

“Saya mesti gimana Mas supaya bisa bantu Mas Nanang?
“Sabtu depan ikut aku ya Mas ke cosco”
“eh trus gimana Mas, aku disuruh apa?”
“wes ikut saja dulu Mas, besok ta ceritain rencananya, aku ta keluar sama Widya dulu ada kondangan di Babat Mas”

“Makasih ya Mas” Mas Nanang menyalamiku “Oh iya tadi dicari Ibu”
“Iya Mas sama-sama”



Retno Tanoyo

aku kemudian masuk kamar merapikan kamar dan kemudian mengambil handuk dan mandi. gerah sekali badanku sudah dua hari hanya berkutat di kamar. kamarku aku buka lebar jendela dan pintunya agar udaranya berputar.
Setelah Makan siang Mie Rebus aku kemudian turun ke bawah untuk menemui ibu. menuruni, tangga aku ingat. eh masak aku pakai celana pendek ketemu ibu kost. aku naik lagi untuk berganti celana training, dan kaos kerah. aku berpikir kenapa yah? kalo memang ketauan, pasti Mas Nanang tadi marah. apa Ibu kost tahu dan memilih untuk menyelesaikan denganku sendiri, mengusirku mungkin agar rumah tangga anaknya tenang kembali. tapi kan aku tidak merusaknya. tapi Ibu kost belum tentu tau masalah utamanya yah. ya sudahlah. aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam. beberapa menit aku tunggu tetap tidak ada jawaban. aku mencoba masuk karena pintu tidak tertutup sempurna, aku memanggil pelan
“Bu Retno, saya yudo”
masih tidak ada jawaban
“tadi ibu memanggil ya?”
“permisi saya masuk yah”
apa aku ketok pintu kamar bu Retno, tapi sangat tidak sopan, ternyata kamarnya terbuka sedikit. aku memberanikan diri untuk melihat kedalam, tapi terdengar suara
“emmmh”
clop clop
“aahhk”
clop clop
“ahhk” “mmh”
duuh sial kenapa lagi kok pas saat begini? apakah bapak pulang? aku sudah membalikkan badan untuk meninggalkan tapi suaranya semakin keras dan aku penasaran. “uggh’ itu hanya suara bu Retno saja. aku tunggu tidak ada suara lelaki. ohh jelas dildo ini, aku teringat menemukannya di atas lemari sewaktu membetulkan lampu. aku mengintip ke arah kamar, disela pintu yang terbuka, terlihat dipantulan cermin meja riasnya. Bu Retno sedang menungging, dia berpose doggy dan satu tangannya mencolok-colokkan dildo ke memeknya dari belakang. Mukanya merah, branya tergantung di punggungnya, masih terkait tapi susunya terekspos. gila mungkin itu 36 B atau 38 B. Aku baru saja melihat susu sebesar ini secara live. putingnya kecoklatan dan agak merekah. aku tercekat menelan ludahku, pantatnya bulan sekal dan besar, pinggangnya kecil untuk ukuran pantat sebesar itu. Gila tubuh nya seperti pemain bokep br4zz3r. kulitnya kuning bersih, hanya di pantat terlihat agak gelap, kemudian memeknya tembam, bibir memeknya besar dan sekarang sedang dicolok-colok oleh dildo yang mengkilat karena terlapisi cairan memeknya. tanpa sadar tanganku meremas kontolku yang sudah mengeras didalam celana trainingku. terlihat bercak basah di celanaku karena ujung kontolku sudah mengeluarkan pelumasnya. tanganku merogoh ke dalam celana dan mulai mengocok kontolku sendiri, nafasku memburu melihat pemandangan yang sungguh liar itu. tanpa sadar pintu terdorong pelan dan mengeluarkan suara “kriett” secepat itu bu retno menengok kebelakang dan menyambar selimut kain bali di tempat tidur dan menutup dadanya dan mendatangiku, aku hanya sempat membalikkan badan untuk kabur dan...
“YUD Sini!” hardiknya “lihat ke bawah jangan lihat ke arahku” aku tidak berani menolak.
aku membalik badan, berjalan pelan, sambil tanganku menutupi kontolku yang masih tegang karena aksi bu retno itu tadi.
“Ada apa kamu kesini?”
“Tadi kata Mas Nanang sa-ya di-pang-gil Ibu”
“trus apa yang kamu lihat barusan?”
“tidak ada bu” kataku berbohong
“tidak ada kok gini?” bu retno tiba-tiba menampar kontolku dari luar.
“ugh” terasa linu tapi menimbulkan sensasi yang berbeda. aku tetap dalam posisi menunduk. aku hanya bisa terlihat jari kaki bu Retno yang kukunya di cat keunguan.
“pejamkan matamu”
“maaf bu ampun” pintaku memohon
tiba-tiba bu retno memakai selimut atau kain bali itu untuk menutup kepalaku, dan dia membuat tali untuk mengikatnya di leherku. agak kencang tapi tidak menyakitkan. samar terlihat bu retno didepanku. tiba-tiba remasan keras bu retno ke kontolku dan menarikku kedalam kamarnya.
“Hayo ikut, kamu harus dihukum”
“ampun jangan bu”
“aku hanya pasrah aku sudah berbuat kurang ajar di keluarga ini” pikirku
kontolku terasa ngilu oleh remasan tangan Bu Retno namun aku merasakan malah berdenyut-denyut memompa lebih banyak darah ke batangnya membuatnya lebih keras dari sebelumnya.
aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh Bu Retno, samar terlihat dia mengambil sesuatu dari bawah, dia mengikatkan sabuk ke tanganku dan mendorongku ke ranjang sampai aku terduduk.
“Bu iya Yudo salah, maaf tadi Yudo masuk karena tidak ada jawaban dari Ibu”
“Kamu tau kan masuk rumah orang tanpa dipersilahkan itu tidak baik” nafas bu retno terdengar tersengal-sengal. dia menampar kontolku “plak”
“iya maaf bu” jawabku.
“apa yang kamu intip tadi?”
“saya tidak bermaksud bu”
“APA?” plak kontolku lagi menerima tamparan. “oh kurang keras rasanya hukumannya” bu retno kemudian menunduk dan memelorotkan celanaku. Terlihat kontolku mengacung. segera “plak” “plak” dua kali tamparan dikepala kontolku, terasa ngilu tapi anehnya enak. kontolku bergoyang dan kembali ke posisi semula.
“ini kontol sama bandelnya sama yang punya” tiba tiba bu retno mendorongku sampai badanku terjatuh ke ranjang. kakiku menekuk sampai ke lantai, belum sempat berpikir tiba2 penutup kepalaku dikendurkan oleh bu retno, namun hanya membuka mulut dan hidungku saja.
“bu retno maaf”
“gampang minta maaf”
aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh bu retno, tapi tiba-tiba dihidungku ada bau yang aneh, bau pantat. oh sial apa ini. dan tidak lama mukaku terasa berat karena diduduki oleh bu retno. aku sempat tidak bisa bernafas, tapi aku berhasil merubah posisi kepalaku agar hidungku mendapat sedikit rongga untuk bernafas.
“Jilat!” perintah bu retno sambil menampar kontolku.
segera aku menjulurkan lidah ku dan sepertinya aku mengenai memeknya, rasa cairan memek yang aku sangat suka, kemudian ketika aku akan melanjutkan bu retno tiba-tiba membentak “enak aja, bukan itu” dia menurunkan sedikit posisi tubuhnya dan pantat besar itu terasa mengeser dipipiku, kenyal dan halus. Bu Retno menyorongkan pantatnya ke aku dan lubangnya tepat di depan mulutku. “Jilat!” aku segera menjilatnya, ada rasa aneh di lidahku tapi segera berubah menjadi perasaan sange yang berlebihan. dan aku sangat bersemangat menjilati lubang pantat bu Retno, aku colok-colok memakai lidahku.
“ehhg” “kamu ya” bu retno suaranya tetap tegas tapi dicampur nafas yang memburu, memburu kenikmatan duniawi. bu sambil menikmati jilatanku bu retno memegang pangkal kontolku dan menampar kepala kontolku berkali-kali. kontolku semakin menjadi. aku merasa lebih membesar, entah karena bengkak atau memang sedang ngaceng penuh. panas dan nikmat bercampur di kontolku. kemudian bu retno menggeser posisinya agar memeknya yang tepat di mulutku. aku tidak menunda lagi segera ku lahap memek tembem itu, ku ciumi bibir memek yang menggelambir, tidak lupa naik ke lubang pantat bu retno dan kembali ke memeknya. ku sedot-sedot lendir memek bu retno. nampaknya dia menikmatinya, “ahhk” “akkhh” Bu retno memainkan sendiri itilnya sembari ku jilati memeknya. aku tahu karena kadang lidahku terkena kuku bu retno.
Kemudian dia mengangkat badannya, dan tidak lama kontolku merasakan kenikmatan yang tidak terkira. Bu Retno merangkak ke arah bawah, dua kakinya menyeruak diantara dua kakiku dan pantatnya menduduki kontolku,memasukkan kontolku ke memeknya tanpa ancang-ancang. SLEPPP. “AHHHK” “MMGHH” berbarengan kami mengerang bersamaan.
“Faak keras sekali kontolmu” terdengar Bu Retno bergumam. dia menggoyangnya dengan liar, aku merasakan hentakan pantat bu retno dipahaku. aku angkat kepalaku untuk melihat. samar samar ku lihat bu retno membelakangiku jadi aku hanya bisa melihat punggungnya dan pantatnya bergerak naik turun di kontolku. samar lekuk tubuh bu retno terlihat, sungguh sempurna untuk ukuran umur bu retno. hentakan keras dan kecepatan bu retno sungguh mengagumkan. kontolku serasa di tarik ulur, sakit sekaligus nikmat. aku baru pertama kali diperlakukan seperti ini, herannya aku sangat menikmatinya. perasaan di hukum, disakiti, membuat gairahku membuncah. pantatku aku gerakkan melawan hentakan pantat bu retno, sehingga membuat hentakan yang lebih keras PLOK PLOK seiring bunyi memek dan kontol beradu slep slep. aku menggoyang mencari kelemahan bu retno, dan akhirnya pada suatu posisi. membuat erangan bu retno semakin keras, dan goyangannya pun semakin menggila. kontolku menusuk titik nikmat bu retno. “AAHK-AHHK” tiap sodokan seirama dengan erangan bu Retno. Siksa aku tapi aku tidak bakal kalah. aku mulai mengimbangi serangan bu retno, ku renggangkan ikat, di tanganku. aku mulai bisa menumpu dan menyodok bu Retno dari bawah. “ahhk” jemari bu retno mcerminencengkeram sprei, berusaha menahan sodokanku agar dia tidak terjerembab kedepan. kelakianku mulai muncul dan tidak ku pelankan sodokan ku. kupercepat dan tangan kanan bu retno mulai menggapai ke belakang berusaha untuk menahan sodokanku “ehhk ehhk” dan kemudian “AHHK” creesh creessh cairan bu retno memuncrat melalui sela rapat kontolku dan memeknya. badannya bergetar keras. “sial kamu yud” suaranya tetap berusaha tegas tapi terdengar terengah-engah.. Dengan sedikit sentakan ku lepaskan ikatanku. kemudian aku berdiri dengan kontol tetap di dalam memek bu retno di kudorong Bu Retno, dia gelagapan berusaha menahan agar tidak terjatuh, tapi aku tanganku menahan pinggangnya, hanya mengambil posisi agar aku lebih mendominasi. tangan bu retno berusaha menggapai gapai meja rias. tangan kirinya berhasil menggapai meja tapi dengan sigap aku pegang tangan kanannya dan kutarik ke belakang. aku pegang dengan satu tangan, dia meronta tapi sepertinya aku bisa menghandle kondisi ini. satu tangan aku pakai untuk menahan pinggang bu retno. Aku hentakan kontolku ke memeknya untuk mereda gerakan bu retno melepaskan diri. ku tarik kontolku dan ku hentakkan lagi ke memeknya, “AHHK FA-AK kamu Yud” kuhentak hentak sepenuh tenaga, dan Bu Retno mulai menyerah. aku lepaskan kain bali yang sedari tadi melilit kepalaku, aku melihat dari pantulan kaca wajah bu retno kelihatan kesal tapi juga nikmat. Aku pompa memek bu retno dengan bertubi-tubi “AHHHk AHHK” tiba-tiba tubuh bu retno mengejang segera kulepaskan dan Creettttt cairan seperti air kencing menyembur dari memeknya “aahh shiit” bu retno mengumpat. kemudian aku menunduk dan menjilati memeknya yang basah. asin anyir khas memek yang sangat nikmat. bu retno terhuyung tidak ku beri ampun pikirku. aku berdiri dan menghunjamkan kontolku, tapi bu retno tiba-tiba
“tunggu yud” dia menoleh dan mukanya sudah tidak karuan, kuyu matanya sayu tapi puas. dia bergeser ke arah ranjang. dia menengkurapkan badannya di ranjang, kakinya berada dilantai, susunya yang besar tergencet dan muncul dari samping badan, kedua tangannya memegang pantatnya dan menarik nya sehingga lubang pantat dan memeknya terekspos “ pakai aku yud”
tanpa tunggu lama kontolku langsung menerobos masuk ke memeknya “ahhk” dia terpekik aku pompa memeknya dan saking gemas melihat pantatnya yang besar dan bulat tanganku meremas kencang. kemudian tangannya menyatu kebelakang menandakan dia pasrah. segera kusambut dan aku mengambil kain bali dari lantai untuk mengikatnya. aku genjot Bu Retno seperti kesetanan, aku tidak tahu apa yang terjadi tapi gairah ini sangat memuncak dan aku seperti ingin menyiksanya. dengan satu tangan memegangi ikatan, tangan kiriku menampar pantatnya berkali “plakss-plakss” “ahhk-ahhk” ku sodokkan kontolku dengan keras, kucabut dan kusodokkan lagi berkali-kali. rasa memek bu retno sungguh enak “plok-plok” pahaku dan pantat besar bu retno beradu, badannya terguncang-guncang menerima sodokan kasarku. matanya membelalak ketika kontolku kucabut dan kusodokkan lagi ke memeknya yang basah. “Yud kluarin please, aku ga kuat” aku memacu sodokanku lebih kencang aku kasian juga dengan Bu Retno yang wajahnya memerah dan tubuhnya sudah lemas, mungkin karena dia sudah orgasme hebat sampai keluar cairan seperti pipis tadi. aku masih ingin menikmati memek bu retno lebih lama, tapi aku kasian juga. ku angkat satu kakiku ke ranjang, dan menggenjot bu Retno dengan seluruh kekuatanku. Rasa geli menjalar dari batang kontolku,
“ahhk” “ja-ngan ke-luar la-gi” “aahhhk” ternyata bu retno menduluiku “oh my g-od” aku tetap memompa memeknya cairan bu retno memuncrat-muncrat diantara sodokanku aku mencabut dan menyodok dengan kasar dan “AHHHK” pejuku menyembur di memek bu Retno. “oogh” bu retno juga mengerang ketika aku mencapai orgasme. tiba-tiba “jangan cabut dulu dalemin yud dalemin” aku mendorong dalam-dalam kontolku ke memek bu retno. gila rasa ini belum pernah aku rasakan, memek bu retno berkedut-kedut, pantat bu retno licin karena cairan orgasmenya terasa nikmat di pahaku. aku melepas ikatannya bu retno dan sewaktu aku mau mencabut kontolku bu retno menahannya dan bilang “sini yud rebah dibadanku, peluk aku dari belakang. aku menurut dan kepalaku berada di sebelah mukanya. “cium pipiku lembut, please”
aku menciumnya dan dia memejamkan mata dan tersenyum menikmatinya. kontolku masi berada dalam memeknya dan terasa bu retno menggoyang pantatnya pelan seakan-akan baru saja mendapat kenikmatan yang luar biasa dari kontolku. seenak itu kah? aku juga tidak tahu. yang aku tahu hanya aku juga merasakannya.
“Yud maaf ya” dia membuka matanya
“eh Bu Retno, i-ya ga-papa”
“aku punya kelainan ini, dan bapak tidak terima seutuhnya, aku tau kamu sudah dewasa Yud, kamu tahu kan maksudku”
aku mencabut kontolku pelan, bu retno melenguh “ehk” dan mukanya memerah. “maaf yud” “kok aku jadi keenakan banget”. dari memeknya meleleh pejuhku dan cairan orgasmenya. aku melihat pantatnya kemerahan terkena tamparanku dan hentakanku tadi.
“maaf bu saya tadi kelewatan”
bu Retno tidak menjawab, dia membalikkan badan dan menarik kain bali untuk menutupi tubuhnya, dia beranjak dan duduk di pinggiran tempat tidur. “Sini Yud” dia menepuk-nepuk ranjang di sebelahnya, mengisyaratkan aku untuk duduk disebelahnya. “permisi bu mohon maaf”
“aku yang seharusnya minta maaf Yud, sudah menyiksa mu seperti tadi, aku juga tidak tahu kenapa aku bisa kalap seperti itu, aku harap kamu tidak marah, tapi kalo iya pun aku terima, misal kamu sudah tidak nyaman gara-gara kejadian ini aku paham kok”
“eh ga-papa bu, malah saya yang mau minta maaf saya tadi kelewatan nampar-nampar ibu”
“oh spanking pantat? aku suka kok” sembari tangannya memegang pahaku.
“kontolmu kecil yah kalo gini, tapi kalo lagi on gila sesak di memekku dan keras banget”
“eh saya ngga tahu sih bu, dari sananya seperti ini kok”
“setidaknya biarkan aku cerita yah, setelah itu kamu boleh memutuskan untuk bagaimana dengan kejadian ini, aku mempunyai kecenderungan sadomasochist entah itu sebagai Dom atau slave, tapi aku bisa benar-benar terpuaskan kalau merasakan rasa sakit atau menyiksa seseorang, yah bukan melukai yah Yud, tapi hanya menampar memukul mengikat.”
“BDSM gitu yah bu?”
“itu kamu tahu? bokep yah?”
aku mengangguk dan tetap fokus mendengarkan
“aku tidak tahu kapan, aku mulai mengalami ini, tapi mungkin gara-gara sewaktu kecil aku sering di hukum orang tuaku dengan ditampar, di rotan, dijambak, begitu juga dengan saudara-saudaraku, tapi aku tidak pernah sakit hati karena aku menerima itu sebagai hukuman ketika aku nakal, itu hanya wujud mereka untuk memarahiku, tidak pernah sampai parah dan aku terluka”
“ohh maaf bu” aku agak terbelalak, dan sedih mendengar cerita itu
“lho kenapa? tidak apa-apa hubunganku dengan orang tuaku semasa masih hidup sangat harmonis kok kami saling menyayangi saling perhatian, cuman memang mungkin cara mengasuh mereka yang keras”
Bu Retno terlihat menerawang sebentar
“kamu kenapa? kok gelisah”
“saya pakai pakaian ya bu? saya sungkan”
“hahaha kamu lucu yud” dia beranjak dan mengambilkan pakaianku
“eh jangan bu”
dia hanya melirik dengan tajam “sudah diam”
Bu Retno dia berdiri dan memakaikan kaosku, buah dadanya menyembul dari atas karena tergencet kain bali yang menutupinya. kemudian dia berjongkok dan memakaikan celanaku
“udah besok lagi aku capek Yud” ternyata sewaktu dipakaikan celana kontolku mulai mengembang “eh iya maaf bu engga kok, suka susah diatur ini” jawabku malu.
“kamu ada acara?”
“eh engga sih bu”
“ya udah tunggu diruang tamu ya sebentar saya menyusul”
“iya bu”

tidak lama bu retno keluar membawakan segelas es teh dan camilan pisang goreng.
“ini yang manis-manis biar kamu seger” ujar bu Retno sambil tersenyum. dia memakai pakaian panjang namun ketat, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang aduhai. kemudian dia duduk dan menyilangkan kakinya


“aku bertemu bapak bertahun-tahun lalu, dia pria yang baik namun keras pendiriannya karena orang tuanya sangat menjunjung adat dan martabat jawa, bertahun-tahun kami menikah aku tidak pernah menunjukkan kalo aku tidak puas berhubungan layakknya suami istri dengan bapak, bukannya bapak tidak kuat, tapi aku yang butuh perlakuan “istimewa” “ walaupun lama tapi aku tidak benar-benar puas, kemudian aku mulai mencoba masturbasi dan dikala itu aku merasa ingin menyakiti diriku sendiri, awalnya dulu aku memakai benda-benda yang ada di rumah, kemudian aku mulai membeli alat-alat BDSM lewat online, sampai akhirnya bapak mengetahuinya. dia merasa sangat terpukul dan memarahiku, aku berusaha menjelaskan tapi bapak tidak bisa memahaminya, kurang lebih begitu lah yud, sejak saat itu memang frekuensinya berkurang, tapi tetap aku menunaikan kewajiban sebagai istri untuk memuaskan suami.”
aku meneguk es teh itu, dan langsung menghabiskannya
“nah sekarang kamu yud”
“eh saya kenapa bu?” agak kaget tiba-tiba ditembak dengan pertanyaan itu
“ya perlakuanku ke kamu tadi apa tidak membuat kamu marah”
“enggg..”
“gapapa yud gapapa jujur aja”
“iya bu jujur saya menikmatinya, malah saya kelewatan ke Bu Retno tadi”
“jadi?” muka bu Retno sumringah mendengar jawabanku “eh tapi kalo kamu kapok ya udah sih jangan sampai terulang lagi lah ya, ngawur aku tadi” dengan muka yang kelihatan berharap aku menjawab sesuai keinginannya.

sambil menggaruk kepala dan malu aku menjawab
“ya saya siap aja sih bu hehehe”
Bu Retno memandangku dalam dan tersenyum kecil.
Luar biasa suhu ini,dapet semua..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd