kris_
Guru Semprot
- Daftar
- 24 May 2014
- Post
- 624
- Like diterima
- 417
PROLOG
"Mas aku gak kerja hari ini", ucap ku pada suami ku.
"Yauda dirumah aja, nanti jam 3 aku juga udah pulang, jangan lupa nanti malam kita spa ya",
"Iya Suami ku, enggak lupa kok, hati-hati dijalan", sahut ku seraya mencium tangannya.
Setelah suami ku berangkat kerja aku melanjutkan berbenah rumah. Walaupun cuma tinggal berdua tapi rumah
ku lumayan besar. Mulai dari mencuci pakaian sampai dengan beres-beres rumah aku kerjakan sendiri. Seusai pekerjaan rumah tangga, aku mandi. Lumayan untuk melepas lelah, apalagi ini weekend lumayan buat bersantai. Untuk urusan makan siang biasanya aku beli di warung depan gang.
Selesai mandi aku menyalakan televisi. Sekedar untuk hiburan agar tak merasa sepi. Ternyata acara pagi ini dipenuhi oleh berita gosip perselingkuhan artis. Padahal si artis pria enggak ada ganteng-gantengnya sedikitpun. Tapi dia dikelilingi wanita-wanita cantik.
Dimana-mana memang uang yang berbicara.
Terdengar bunyi ketukan pintu rumah. Aku bergegas kedepan untuk membukanya.
"Apa kabar Vi?", sapanya.
"Gung, kamu kok sampai sini?", tanya ku kaget.
"Iya lah, emang kamu nggak kangen aku?", jawab Agung.
"Apaan sih kamu, mending kamu pergi nanti ketahuan tetangga ku",
"Gak lah, rumah mu kan diujung, perumahan sini juga sepi",
"Kamu kenapa bisa kesini?",
"Mumpung weekend aku kan jalan-jalan kesini, sekalian cari hiburan", jawab Agung santai.
"Bahaya kalau ada yang lihat",
"Yakin nih gak mau ketemu aku, yaudahlah", jawabnya mengiba.
"Duduk dulu", jawab ku.
Rasanya masih tidak percaya melihat Agung datang ke rumah ku. Aku mempersilahkan dia duduk di kursi depan. Dalam hati ku ada sedikit rasa rindu pada mantan ku ini. Apalagi jika mengingat dia menghajar ku ketika acara kantor itu. Kami pun mulai bercakap makin lama makin dekat. Sesekali nampak matanya memandangi tubuh ku. Dari kepala hingga kaki ku.
"Gimana kabar kamu Vi?", tanya nya mambuka pembicaraan.
"Baik, kamu sendiri gimana?",
"Aku baik-baik aja, mulai akhir bulan aku ditugaskan di wilayah ini",
"Oya, lalu divisi mu dipegang siapa?",
"Dipegang Mas Yanu, ingat kan?",
"Iya aku ingat".
"Gung permisi bentar, aku ambilin minum", kata ku
"Gak usah Vi, aku cuma sebentar", katanya.
"Sebentar Gung",
"Udah gak usah, gak enak juga kalau lama-lama", jawabnya.
"Gak apa-apa, masa ada tamu kok dianggurin", jawab ku.
Kemudian aku kembali membawakan minuman dingin dan camilan. Aku duduk lagi, dan melanjutkan berbincang dengan Agung. Rasanya seperti reuni singkat. Mengingat akan masa-masa awal bekerja bersama teman-teman satu angkatan.
"Vi aku pamit ya, salam buat Mas Dika", pamit nya.
"Yauda Gung, nanti aku sampaikan", jawab ku sedikit merasa kecewa.
"Makasih kue nya enak", jawab Agung sambil tersenyum.
"Iya sama-sama".
Aku mengantar Agung sampai ke depan gerbang. Tanpa sengaja tangan Agung menyenggol buah dada ku cukup keras.
"Ehhh", aku terkejut sambil menahan tangan Agung.
"Aduh, maaf gak sengaja aku Vi", jawabnya lagi-lagi sambil tersenyum.
"Halah paling juga kamu sengaja curi-curi kesempatan", jawab ku ketus.
"Tapi sepertinya makin gede aja tuh",
"Ah kamu bisa aja", jawab ku.
Tiba-tiba tanpa ragu tangan Agung meraba ke payudara ku. Anehnya aku tak melawan malah seperti aku biarkan rabaan dan remasan Agung.
"Iya nih makin besar lho", candanya.
"Jangan ah, malu kalo ada orang liat".
Tangan Agung makin berani, kini menyusup kedalam kaos ku. Puting susu ku yang sudah mengeras diraba dan dipilin olehnya. Aku makin bergairah karena rangsangan Agung. Kemudian kaos ku agak disingkap keatas. Kalaupun ada orang lewat depan rumah ku pasti akan dapat melihatnya.
"Gung jangan disini", jawab ku sambil cepat-cepat menutup kaos ku.
"Terus dimana Vi, aku udah pengen", jawabnya lagi sambil memilin puting ku.
"Sebentar", jawab ku singkat.
Lalu aku melihat ke sekitar rumah. Takut barangkali ada yang melihat kami. Aku masuk duluan kedalam rumah. Entah apa yang ada dalam pikiran ku. Nafsu benar-benar sudah merasuk dalam benak ku.
"Lewat sini Gung", aku membuka pintu lorong samping.
Agung mengangguk dan segera menghampiri ku. Pintu lorong aku tutup, barangkali ada orang yang melihat. Kalaupun suami ku datang, Agung bisa mudah untuk kabur. Tanpa basa-basi kami langsung berpelukan. Bibir kami berpagutan penuh nikmat. Rasa rindu ku pada mantan ku ini benar-benar membutakan akal pikiran ku. Lalu kaos ku disingkap olehnya, sehingga terlihat BH ku yang sudah sedikit lepas. Dengan sigap tangan Agung melepas BH ku, kemudian melumat kedua buah dada ku.
"Hmmmmf pelaaan sayaaaang", rintih ku.
"Makin besar sayaaang, areola mu juga jadi lebar".
Kedua puting ku disedot oleh Agung dengan liar. Tangannya mengelus bibir vagina ku yang sudah mulai becek. Jarinya menggesek area klitoris ku perlahan. Tanpa menunggu lama aku langsung meraba batang dalam celana Agung.
"Cepetan, aku mau ini", aku meremas batang kejantanan Agung.
"Iya Vi", Agung melepas celananya lalu menggesekan penisnya pada ku.
"Emutin dulu Vi", perintahnya.
"Eeemmmmmhhh iyaaaah, sruuuuuupppppt sruuuuuuupppptt sruuuuuuppppt",
Aku tak menjawab banyak namun langsung melumatnya. Penis Agung terasa lebih berotot dari yang lalu. Mungkin hanya perasaan ku saja. Wajah Agung memerah merasakan kuluman ku pada penisnya. Lidah ku terus menjilati kepala penis nya. Dia sudah tidak karuan menahan permainan lidah dan mulut ku.
"Pelan Vi, uuuuhhh", desah Agung sambil menjambak rambut ku.
Kepala ku terus dibenamkan ke selangkangan Agung. Mulut ku terus melumat batang kemaluan mantan ku ini.
Agung memposisikan aku agak menungging. Perlahan-lahan dia menggesekkan kepala penis nya ke bibir vagina ku. Dengan pegangan pada sisi meja Agung mulai menghujamkan penisnya pada liang rahim ku.
"Ooouuuuhhhhhhhhhh", desah ku.
"Masih sempit aja kamu Vi", sindir Agung.
"Pelan Guuunggghhhh", rasanya sedikit nyeri pada vagina ku.
Perlahanan namun pasti Agung mulai menggoyangkan penisnya. Makin lama permainan Agung makin nikmat terasa. Otot-otot pada penis Agung seolah menggaruk dinding vagina ku. Sehingga membuat aku makin terangsang.
"Cepetaaan Guuunnngggggh suamiikk kkuuhh kebuuuuruuuu pulaaaaaanggh", kata ku.
Agung mempercepat sodokannya hingga terasa membentur rahim ku. Membuat aku makin kegelian.
"Akuuuuu keluuaaaar sayaaaangggghhhh, Guuuungggghhhh", aku orgasme penuh nikmat.
Melihat aku orgasme Agung tidak memperlambat serangannya tapi malah makin cepat. Aku tersungkur diatas meja namun Agung masih tetap mengentot ku.
"Aaaaaahhhhhh udaaaaaaahhhhhh, Guuuungghhhhh udaaaaahhhhhh, vaginaaaaa kuuuuhhh sakiiiitttt", erangan ku.
"Dikit lagiiii Viii keluaar, kata Agung.
"Jaangaaaaaannnn didalaaaaam sayaaaaanggggg, akuuuhh nantiiii hamilllll", jawab ku.
"Aaaaghhh enaaaaaak", Agung malah makin binal menggenjot ku, kedua payudara ku pun diremasnya dengan kuat.
"Teriakkk Viiii", kata Agung sambil menarik kedua puting ku.
"Aaaaaaaahhhhhhh sakiiiitttttttt, nantiiii putuuuusssss pentiiiiiilllll kuuuhhhhh", teriak ku kesakitan.
"Lagi Viiii", jawabnya sambil mencubit lebih keras.
"Aduuuuuuhhhhh sayaaaanggg, udaaaah sakiiiiittttt pentiiiiilllll kuuuuui", rintih ku.
Agung lalu mencabut penisnya dari liang vagina ku dan mengarahkan ke mulut ku.
"Emut nih kontol ku", perintah Agung.
"Hmmmmmmf sruuuuuuuppppt sruuuuuuupptt", aku mengulum penis Agung.
"Croooooottt croooooooot crooooooooot crooooooooooot", penis Agung menembak dalam mulut ku.
Sperma kental milik Agung tumpah di mulut ku bahkan membasahi wajah, rambut, dan dada ku. Sebagian dari sperma Agung tertelan oleh ku. Nampaknya dia puas melihat ku bermandikan spermanya.
"Udah puas Gung?", tanya ku menggoda.
"Lumayan Vi, besok lagi ya", jawab nya.
"Berarti aku udah gak enak ya?", jawab ku ketus.
"Bukan gitu, enak kok sayang", jawabnya sambil membetulkan pakaian.
"Eh jam berapa ini?",
"Jam setengah empat",
"Buruan kamu pergi, suami ku mau pulang",
"Iya sayang, kapan-kapan main bertiga sama suami mu", jawab Agung sambil meremas pantat ku.
"Gak mau ah".
Setelah melihat Agung pergi lekas aku membersihkan diri. Ternyata benar saja ketika aku akan mandi terdengar suara mobil suami ku masuk ke carport. Setelah membukakan pintu aku segera ke kamar mandi dan mencuci baju yang belepotan sperma Agung.
"Kamu buru-buru amat sayang?", tanya suami ku.
"Iya Mas, badan ku bau keringat, abis bersih-bersih", jawab ku singkat.
"Mas aku gak kerja hari ini", ucap ku pada suami ku.
"Yauda dirumah aja, nanti jam 3 aku juga udah pulang, jangan lupa nanti malam kita spa ya",
"Iya Suami ku, enggak lupa kok, hati-hati dijalan", sahut ku seraya mencium tangannya.
Setelah suami ku berangkat kerja aku melanjutkan berbenah rumah. Walaupun cuma tinggal berdua tapi rumah
ku lumayan besar. Mulai dari mencuci pakaian sampai dengan beres-beres rumah aku kerjakan sendiri. Seusai pekerjaan rumah tangga, aku mandi. Lumayan untuk melepas lelah, apalagi ini weekend lumayan buat bersantai. Untuk urusan makan siang biasanya aku beli di warung depan gang.
Selesai mandi aku menyalakan televisi. Sekedar untuk hiburan agar tak merasa sepi. Ternyata acara pagi ini dipenuhi oleh berita gosip perselingkuhan artis. Padahal si artis pria enggak ada ganteng-gantengnya sedikitpun. Tapi dia dikelilingi wanita-wanita cantik.
Dimana-mana memang uang yang berbicara.
Terdengar bunyi ketukan pintu rumah. Aku bergegas kedepan untuk membukanya.
"Apa kabar Vi?", sapanya.
"Gung, kamu kok sampai sini?", tanya ku kaget.
"Iya lah, emang kamu nggak kangen aku?", jawab Agung.
"Apaan sih kamu, mending kamu pergi nanti ketahuan tetangga ku",
"Gak lah, rumah mu kan diujung, perumahan sini juga sepi",
"Kamu kenapa bisa kesini?",
"Mumpung weekend aku kan jalan-jalan kesini, sekalian cari hiburan", jawab Agung santai.
"Bahaya kalau ada yang lihat",
"Yakin nih gak mau ketemu aku, yaudahlah", jawabnya mengiba.
"Duduk dulu", jawab ku.
Rasanya masih tidak percaya melihat Agung datang ke rumah ku. Aku mempersilahkan dia duduk di kursi depan. Dalam hati ku ada sedikit rasa rindu pada mantan ku ini. Apalagi jika mengingat dia menghajar ku ketika acara kantor itu. Kami pun mulai bercakap makin lama makin dekat. Sesekali nampak matanya memandangi tubuh ku. Dari kepala hingga kaki ku.
"Gimana kabar kamu Vi?", tanya nya mambuka pembicaraan.
"Baik, kamu sendiri gimana?",
"Aku baik-baik aja, mulai akhir bulan aku ditugaskan di wilayah ini",
"Oya, lalu divisi mu dipegang siapa?",
"Dipegang Mas Yanu, ingat kan?",
"Iya aku ingat".
"Gung permisi bentar, aku ambilin minum", kata ku
"Gak usah Vi, aku cuma sebentar", katanya.
"Sebentar Gung",
"Udah gak usah, gak enak juga kalau lama-lama", jawabnya.
"Gak apa-apa, masa ada tamu kok dianggurin", jawab ku.
Kemudian aku kembali membawakan minuman dingin dan camilan. Aku duduk lagi, dan melanjutkan berbincang dengan Agung. Rasanya seperti reuni singkat. Mengingat akan masa-masa awal bekerja bersama teman-teman satu angkatan.
"Vi aku pamit ya, salam buat Mas Dika", pamit nya.
"Yauda Gung, nanti aku sampaikan", jawab ku sedikit merasa kecewa.
"Makasih kue nya enak", jawab Agung sambil tersenyum.
"Iya sama-sama".
Aku mengantar Agung sampai ke depan gerbang. Tanpa sengaja tangan Agung menyenggol buah dada ku cukup keras.
"Ehhh", aku terkejut sambil menahan tangan Agung.
"Aduh, maaf gak sengaja aku Vi", jawabnya lagi-lagi sambil tersenyum.
"Halah paling juga kamu sengaja curi-curi kesempatan", jawab ku ketus.
"Tapi sepertinya makin gede aja tuh",
"Ah kamu bisa aja", jawab ku.
Tiba-tiba tanpa ragu tangan Agung meraba ke payudara ku. Anehnya aku tak melawan malah seperti aku biarkan rabaan dan remasan Agung.
"Iya nih makin besar lho", candanya.
"Jangan ah, malu kalo ada orang liat".
Tangan Agung makin berani, kini menyusup kedalam kaos ku. Puting susu ku yang sudah mengeras diraba dan dipilin olehnya. Aku makin bergairah karena rangsangan Agung. Kemudian kaos ku agak disingkap keatas. Kalaupun ada orang lewat depan rumah ku pasti akan dapat melihatnya.
"Gung jangan disini", jawab ku sambil cepat-cepat menutup kaos ku.
"Terus dimana Vi, aku udah pengen", jawabnya lagi sambil memilin puting ku.
"Sebentar", jawab ku singkat.
Lalu aku melihat ke sekitar rumah. Takut barangkali ada yang melihat kami. Aku masuk duluan kedalam rumah. Entah apa yang ada dalam pikiran ku. Nafsu benar-benar sudah merasuk dalam benak ku.
"Lewat sini Gung", aku membuka pintu lorong samping.
Agung mengangguk dan segera menghampiri ku. Pintu lorong aku tutup, barangkali ada orang yang melihat. Kalaupun suami ku datang, Agung bisa mudah untuk kabur. Tanpa basa-basi kami langsung berpelukan. Bibir kami berpagutan penuh nikmat. Rasa rindu ku pada mantan ku ini benar-benar membutakan akal pikiran ku. Lalu kaos ku disingkap olehnya, sehingga terlihat BH ku yang sudah sedikit lepas. Dengan sigap tangan Agung melepas BH ku, kemudian melumat kedua buah dada ku.
"Hmmmmf pelaaan sayaaaang", rintih ku.
"Makin besar sayaaang, areola mu juga jadi lebar".
Kedua puting ku disedot oleh Agung dengan liar. Tangannya mengelus bibir vagina ku yang sudah mulai becek. Jarinya menggesek area klitoris ku perlahan. Tanpa menunggu lama aku langsung meraba batang dalam celana Agung.
"Cepetan, aku mau ini", aku meremas batang kejantanan Agung.
"Iya Vi", Agung melepas celananya lalu menggesekan penisnya pada ku.
"Emutin dulu Vi", perintahnya.
"Eeemmmmmhhh iyaaaah, sruuuuuupppppt sruuuuuuupppptt sruuuuuuppppt",
Aku tak menjawab banyak namun langsung melumatnya. Penis Agung terasa lebih berotot dari yang lalu. Mungkin hanya perasaan ku saja. Wajah Agung memerah merasakan kuluman ku pada penisnya. Lidah ku terus menjilati kepala penis nya. Dia sudah tidak karuan menahan permainan lidah dan mulut ku.
"Pelan Vi, uuuuhhh", desah Agung sambil menjambak rambut ku.
Kepala ku terus dibenamkan ke selangkangan Agung. Mulut ku terus melumat batang kemaluan mantan ku ini.
Agung memposisikan aku agak menungging. Perlahan-lahan dia menggesekkan kepala penis nya ke bibir vagina ku. Dengan pegangan pada sisi meja Agung mulai menghujamkan penisnya pada liang rahim ku.
"Ooouuuuhhhhhhhhhh", desah ku.
"Masih sempit aja kamu Vi", sindir Agung.
"Pelan Guuunggghhhh", rasanya sedikit nyeri pada vagina ku.
Perlahanan namun pasti Agung mulai menggoyangkan penisnya. Makin lama permainan Agung makin nikmat terasa. Otot-otot pada penis Agung seolah menggaruk dinding vagina ku. Sehingga membuat aku makin terangsang.
"Cepetaaan Guuunnngggggh suamiikk kkuuhh kebuuuuruuuu pulaaaaaanggh", kata ku.
Agung mempercepat sodokannya hingga terasa membentur rahim ku. Membuat aku makin kegelian.
"Akuuuuu keluuaaaar sayaaaangggghhhh, Guuuungggghhhh", aku orgasme penuh nikmat.
Melihat aku orgasme Agung tidak memperlambat serangannya tapi malah makin cepat. Aku tersungkur diatas meja namun Agung masih tetap mengentot ku.
"Aaaaaahhhhhh udaaaaaaahhhhhh, Guuuungghhhhh udaaaaahhhhhh, vaginaaaaa kuuuuhhh sakiiiitttt", erangan ku.
"Dikit lagiiii Viii keluaar, kata Agung.
"Jaangaaaaaannnn didalaaaaam sayaaaaanggggg, akuuuhh nantiiii hamilllll", jawab ku.
"Aaaaghhh enaaaaaak", Agung malah makin binal menggenjot ku, kedua payudara ku pun diremasnya dengan kuat.
"Teriakkk Viiii", kata Agung sambil menarik kedua puting ku.
"Aaaaaaaahhhhhhh sakiiiitttttttt, nantiiii putuuuusssss pentiiiiiilllll kuuuhhhhh", teriak ku kesakitan.
"Lagi Viiii", jawabnya sambil mencubit lebih keras.
"Aduuuuuuhhhhh sayaaaanggg, udaaaah sakiiiiittttt pentiiiiilllll kuuuuui", rintih ku.
Agung lalu mencabut penisnya dari liang vagina ku dan mengarahkan ke mulut ku.
"Emut nih kontol ku", perintah Agung.
"Hmmmmmmf sruuuuuuuppppt sruuuuuuupptt", aku mengulum penis Agung.
"Croooooottt croooooooot crooooooooot crooooooooooot", penis Agung menembak dalam mulut ku.
Sperma kental milik Agung tumpah di mulut ku bahkan membasahi wajah, rambut, dan dada ku. Sebagian dari sperma Agung tertelan oleh ku. Nampaknya dia puas melihat ku bermandikan spermanya.
"Udah puas Gung?", tanya ku menggoda.
"Lumayan Vi, besok lagi ya", jawab nya.
"Berarti aku udah gak enak ya?", jawab ku ketus.
"Bukan gitu, enak kok sayang", jawabnya sambil membetulkan pakaian.
"Eh jam berapa ini?",
"Jam setengah empat",
"Buruan kamu pergi, suami ku mau pulang",
"Iya sayang, kapan-kapan main bertiga sama suami mu", jawab Agung sambil meremas pantat ku.
"Gak mau ah".
Setelah melihat Agung pergi lekas aku membersihkan diri. Ternyata benar saja ketika aku akan mandi terdengar suara mobil suami ku masuk ke carport. Setelah membukakan pintu aku segera ke kamar mandi dan mencuci baju yang belepotan sperma Agung.
"Kamu buru-buru amat sayang?", tanya suami ku.
"Iya Mas, badan ku bau keringat, abis bersih-bersih", jawab ku singkat.