begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 553
- Like diterima
- 9.425
Setubuhi Aku, Dek
Scane 1
KAKAKKU Anne pulang ke rumah membawa perutnya yang buncit. Ini merupakan kehamilan Anne yang kedua, sedangkan anaknya yang pertama sudah berusia 2 tahun.
Rencananya kakakku Anne akan melahirkan di sini, karena Mama bisa membantu, sedangkan di rumahnya ia tidak punya asisten rumah tangga, semua dilakukannya sendiri.
Usia kandungan kakakku Anne sudah 7 bulan.
Hari kedua kakakku Anne di rumah, kakakku Anne langsung membuat aku terangsang melihatnya. Tidak hanya aku, tetapi kulihat mata Papa juga melotot melihat ke arah putrinya yang sedang berjalan ke kamar mandi.
Anne, begitu aku memanggilnya. Aku tidak pernah memanggilnya kakak, mbak atau cicik, mungkin karena kebiasaan di rumahku.
Ia bangun tidur keluar dari kamarnya berjalan dengan kaki terkangkang-kangkang sambil mengelus-elus perutnya yang besar telanjang, dan wajahnya meringis seperti sedang menahan sakit di perutnya.
Pakaiannya celana boxer pendek yang menggelantung di bawah perutnya yang besar.
Celana kecil itu selain tidak cukup menutupi perutnya, juga tidak cukup untuk menutupi pahanya yang putih mulus bak singkong yang dikupas kulitnya, sehingga pusernya yang menonjol dan merekah itu bagaikan sekuntum bunga melati yang sedang mekar di pagi hari juga ikut terlihat.
Penisku sampai ngaceng melihatnya dan terasa menggeliat-geliat di dalam celana pendekku bagaikan seekor naga yang sedang mengamuk, dan kulihat celana pendek yang dipakai Papa juga menjulang tinggi berbentuk tenda kecil.
Selain daripada itu kaos yang dipakai Anne juga begitu merangsang birahi kami berdua pagi itu yang sedang duduk ngopi di dapur sambil ngobrol.
Anne yang mengenakan tanktop bertali kecil di pundaknya itu, selain pendek menggantung di atas perutnya, buah dadanya yang montok juga tampak menjiblak menggelantung dan bergoyang-goyang saat Anne berjalan ke kamar mandi. Dua putingnya yang besar tampak mencuat di atas tanktopnya.
Bagaimana tidak membuat penisku dan penis Papa merana?
“Oh... Anne...” desahku dalam hati bangun dari dudukku meninggalkan Papa yang masih duduk merokok di depan meja makan dan Mama juga sedang memasak di depan kompor.
“Mau ngapain sih?!” dari belakang aku mendengar Mama menghardik Papa dan sempat aku melihat mereka.
Papa sedang mencium leher Mama dan tangannya meremas-remas pantat Mama yang tertutup daster. “Mmmh... bau rokok...!!" teriak Mama yang tidak senang Papa merokok. "Ada cucu di rumah juga masih ngerokok...! Sudah tua... ngajarin yang nggak bener... jengkelin aja!”
Tapi ngomel-ngomel begitu kulihat Mama mematikan api kompornya dan melihat keduanya meninggalkan depan kompor, buru-buru aku pergi ke kamarku.
Di dalam kamar, pikiranku kacau membayangkan tubuh Anne yang tadi kulihat.
Ah… aku tak tahan lagi sambil berbaring di tempat tidur, aku keluarkan penisku dari celana pendekku. Dan dengan tangan gemetar aku mengocok penisku. Aku merintih dan mendesah sendirian.
Aku membayangkan mendekap tubuh Anne yang hamil dan telanjang. Sungguh aku tidak tahan dengan imajinasiku sendiri, sampai akhirnya crrooottt... crroootttt... crrooott... air maniku meyembur dengan kencangnya ke tissu... crrroottt... crrooott... crrooottt... crroootttt... crrooott...
Nimatnyaaa... aduu...uhh... sampai merasuk ke tulang sumsumku.
Sekitar setengah jam aku baru bisa keluar dari kamar hendak pergi mandi dan bertepatan waktunya Mama juga membuka pintu kamar.
“Djie, entar agak siangan anter Anne ke rumah sakit periksa kehamilannya, ya?” kata Mama padaku sambil menggenggam celana dalam di tangannya dan tissu. Sedangkan Mama sendiri memakai kain, dan di pundaknya yang putih mulus telanjang tidak kelihatan tali BH.
He..he... aku tertawa dalam hati. Habis ngentot ni ye...
“Bisa nggak kamu? Kalau bisa, anterin... Mama yang jagain Ella, Ella lagi batuk pilek...”
“Yaa... udah...” jawabku.
“Ya udah... ya udah... jawabnya yang teges dong, kayak kurang makan ajaa..aa...”
“Habis... mau nangis...?!!
Mama pergi ke dapur membuang tissu yang habis ngebersihin memeknya yang dientot Papa, lalu melangkah ke gantungan menyambar handuknya.
"Apa sih yang dipegang itu, Ma...?” tanyaku.
"Nggak...!"
Sebelum Mama sampai ke kamar mandi, kurebut celana dalam yang dipegang Mama.
"Nggak...! Nggak...! Mau ngapain sih...?!" Mama mempertahankan celana dalamnya sambil digenggamnya erat-erat.
Tapi aku tidak kalah sigap.
Akhirnya celana dalam Mama yang berwarna merah itu terlepas dari tangan Mama. Kudekatkan ke hidungku.
Mama meringis melihatku. "Hmmm... enak ya baunya...?" tanya Mama.
Semriwing... antara bau asem, bau amis dan bau kencing.
Scane 1
KAKAKKU Anne pulang ke rumah membawa perutnya yang buncit. Ini merupakan kehamilan Anne yang kedua, sedangkan anaknya yang pertama sudah berusia 2 tahun.
Rencananya kakakku Anne akan melahirkan di sini, karena Mama bisa membantu, sedangkan di rumahnya ia tidak punya asisten rumah tangga, semua dilakukannya sendiri.
Usia kandungan kakakku Anne sudah 7 bulan.
Hari kedua kakakku Anne di rumah, kakakku Anne langsung membuat aku terangsang melihatnya. Tidak hanya aku, tetapi kulihat mata Papa juga melotot melihat ke arah putrinya yang sedang berjalan ke kamar mandi.
Anne, begitu aku memanggilnya. Aku tidak pernah memanggilnya kakak, mbak atau cicik, mungkin karena kebiasaan di rumahku.
Ia bangun tidur keluar dari kamarnya berjalan dengan kaki terkangkang-kangkang sambil mengelus-elus perutnya yang besar telanjang, dan wajahnya meringis seperti sedang menahan sakit di perutnya.
Pakaiannya celana boxer pendek yang menggelantung di bawah perutnya yang besar.
Celana kecil itu selain tidak cukup menutupi perutnya, juga tidak cukup untuk menutupi pahanya yang putih mulus bak singkong yang dikupas kulitnya, sehingga pusernya yang menonjol dan merekah itu bagaikan sekuntum bunga melati yang sedang mekar di pagi hari juga ikut terlihat.
Penisku sampai ngaceng melihatnya dan terasa menggeliat-geliat di dalam celana pendekku bagaikan seekor naga yang sedang mengamuk, dan kulihat celana pendek yang dipakai Papa juga menjulang tinggi berbentuk tenda kecil.
Selain daripada itu kaos yang dipakai Anne juga begitu merangsang birahi kami berdua pagi itu yang sedang duduk ngopi di dapur sambil ngobrol.
Anne yang mengenakan tanktop bertali kecil di pundaknya itu, selain pendek menggantung di atas perutnya, buah dadanya yang montok juga tampak menjiblak menggelantung dan bergoyang-goyang saat Anne berjalan ke kamar mandi. Dua putingnya yang besar tampak mencuat di atas tanktopnya.
Bagaimana tidak membuat penisku dan penis Papa merana?
“Oh... Anne...” desahku dalam hati bangun dari dudukku meninggalkan Papa yang masih duduk merokok di depan meja makan dan Mama juga sedang memasak di depan kompor.
“Mau ngapain sih?!” dari belakang aku mendengar Mama menghardik Papa dan sempat aku melihat mereka.
Papa sedang mencium leher Mama dan tangannya meremas-remas pantat Mama yang tertutup daster. “Mmmh... bau rokok...!!" teriak Mama yang tidak senang Papa merokok. "Ada cucu di rumah juga masih ngerokok...! Sudah tua... ngajarin yang nggak bener... jengkelin aja!”
Tapi ngomel-ngomel begitu kulihat Mama mematikan api kompornya dan melihat keduanya meninggalkan depan kompor, buru-buru aku pergi ke kamarku.
Di dalam kamar, pikiranku kacau membayangkan tubuh Anne yang tadi kulihat.
Ah… aku tak tahan lagi sambil berbaring di tempat tidur, aku keluarkan penisku dari celana pendekku. Dan dengan tangan gemetar aku mengocok penisku. Aku merintih dan mendesah sendirian.
Aku membayangkan mendekap tubuh Anne yang hamil dan telanjang. Sungguh aku tidak tahan dengan imajinasiku sendiri, sampai akhirnya crrooottt... crroootttt... crrooott... air maniku meyembur dengan kencangnya ke tissu... crrroottt... crrooott... crrooottt... crroootttt... crrooott...
Nimatnyaaa... aduu...uhh... sampai merasuk ke tulang sumsumku.
Sekitar setengah jam aku baru bisa keluar dari kamar hendak pergi mandi dan bertepatan waktunya Mama juga membuka pintu kamar.
“Djie, entar agak siangan anter Anne ke rumah sakit periksa kehamilannya, ya?” kata Mama padaku sambil menggenggam celana dalam di tangannya dan tissu. Sedangkan Mama sendiri memakai kain, dan di pundaknya yang putih mulus telanjang tidak kelihatan tali BH.
He..he... aku tertawa dalam hati. Habis ngentot ni ye...
“Bisa nggak kamu? Kalau bisa, anterin... Mama yang jagain Ella, Ella lagi batuk pilek...”
“Yaa... udah...” jawabku.
“Ya udah... ya udah... jawabnya yang teges dong, kayak kurang makan ajaa..aa...”
“Habis... mau nangis...?!!
Mama pergi ke dapur membuang tissu yang habis ngebersihin memeknya yang dientot Papa, lalu melangkah ke gantungan menyambar handuknya.
"Apa sih yang dipegang itu, Ma...?” tanyaku.
"Nggak...!"
Sebelum Mama sampai ke kamar mandi, kurebut celana dalam yang dipegang Mama.
"Nggak...! Nggak...! Mau ngapain sih...?!" Mama mempertahankan celana dalamnya sambil digenggamnya erat-erat.
Tapi aku tidak kalah sigap.
Akhirnya celana dalam Mama yang berwarna merah itu terlepas dari tangan Mama. Kudekatkan ke hidungku.
Mama meringis melihatku. "Hmmm... enak ya baunya...?" tanya Mama.
Semriwing... antara bau asem, bau amis dan bau kencing.