Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Shinta jadi Simpanan

Bimabet
dulu pernah baca cerita yg sama tapi tidak sepanjang ini....mungkin ini versi fullnya...
 
Lanjutan

“ah.. om.. oh…terus…ah…” desahku saat Om Liem tengah menyetubuhiku untuk kesiankan kali. Kami sedang berposisi duduk. Aku setengah berdiri sementara Om Liem duduk dibangku untuk satu orang. Kami berdua duduk disatu bangku. Suara music keras, tidak terdengar hanya desahan yang ada. Ini pengalaman yang aneh bagiku, seks ditempat umum bersama Om Liem. Setiap gerakan Penis Om Liem terasa nikmat bagiku. Aku merasa dilolosi tulangku, dan terasa kenikmatan. Semetara Om Liem seperti biasa mencium payudaraku dan leherku yang jenjang. Pakaiannku dan Om Liem sudah berserakan ke segala penjuru ruangan. Aku kurang mengetahui sejak kapan aku menikmati permainan Om Liem. kami sudah sering melakukannya, itulah peranku sebagai “pendamping” Om Liem.

Genjotan demi genjotan kami lakukan, bunyi hentakan alat kelamin kami semakin santer terdengar. Aku juga sudah tidak tahan lagi, mataku sudah merem melek keenakan terbuai birahi, tubuhnya semakin tak tahan dengan posisi penisnya yang keluar masuk vaginaku tanpa halangan. Tubuhku menggelinjang hebat, inilah tanda aku sudah hanyut dalam permainan Om Liem. Om Liem memperlambat genjotannya dan sedikit mendorong tubuhnya. Dihirupnya bau keringatku yang telah membuatnya semakin bergairah. Tubuhku sedikit melayang, rambutku menyentuh lantai karpet ruangan.. Setelah itu, dirasakannya harum keringat dan badanku, Om Liem mengembalikan kembali pada posisi semula. Om Liem memandangku, wajahnya cukup merah, demikian juga dengan wajahku. Aku mendekatkan tubuh kami, kepalaku ku tundukan. Hingga dengan dengan kepala Om Liem.

Hal ini dilanjutkan dengan mengalungkan tanganku dileher Om Liem, kami berciuman. Om Liem sangat pandai berciuman, kami saling memberikan ciuman terbaik kami. Ciuman Om Liem. Ciuman terasa manis di lidahku. Sementara Penis Om Liem masih memompa Vaginaku, permainan ini sudah berjalan 3 jam. 15 menit kemudian Om Liem mempercepat permainan, ia melepaskanciuman, pada saat yang sama,“Oooooouch” desahku, aku sudah mencapai klimaks.Bersamaan dengan itu, “Crot…crot…crot….crot…” Sperma Om Liem masuk kedalam rahimku. Aku puas, “Oh,…om…nikmat..” desahku. “Ouh…,Shin…om…juga….,Semoga…klien itu juga puas,” katanya. Setelah Penis Om Liem berhenti menyembukan Sperma. Aku dibolehkan melepaskan diri dari pangkuannya. Aku mengunakan tisu basah untuk membersihkan badanku dan dan vaginaku.

Demikian tubuh Om Liem, aku membersihkan selakangannya dengan tisu basah. Kemudian merias diri, karena akan meninggal ruangan ini.Aku memakai kembali Gaun Malam dengan warna putih gading lengan pendek, dengan manik-manik cerah dibagian depan sementara bagian bawah adalah kain biru.Setelah berpakaian, aku melihat Om Liem berpakaian. Aku membantunya, ia tersenyum dan memberikan kecupan didahiku. Perlu 20 menit kami bersiap meninggalkan ruangan. “Kamu dandan dimobil aja Sayang. Kita udah harus sampai pas, Pak Irda mau makan malam,” ujar Om Liem. “Iya, Om. “ kataku sambil berdiri, namun kepalaku sedikit pusing. Sesaat kemudian kembali, Aku tidak tau kenapa. Mungkin karena berhubungan seks. Untung Om Liem, tidak melihatnya.

“Shin, kamu terlihat beda. Sedikit berisi dan seksi.” kata Om Liem. aku tesenyum, aku mulai menyukai pujiannya. Kami meninggalkan ruangan itu, sebetulnya ruangan itu adalah ruangan VIP diskotik yang ikut dimodali calon klien Om Liem. Pak Irda adalah pengusaha asal Timur Indonesia yang akan berinvestasi untuk membuat usaha baru, dengan Om Liem. Maka terjadilah pembicaraan. Awalnya Pak Irda ingin aku melayaninya, rupanya Om Liem marah dan ingin membatalkan kerjasama. Pak irda minta maaf, kemudian Om Liem mencoba menawarkan perempuan yang pernah diperawaninya. Ia menolak, akan tetapi ia menyodorkan satu foto perempuan Om Liem menyanggupinya. Hari ini, mereka bertukar fasilitas untuk mempererat bisnis. Pak Irda meminjamkan ruangan VIP dan Om Liem memberikan kamar hotel yang sering digunakannya.

Mobil berjalan menuju sebuah Hotel yang pernah aku kunjungi. “Om, inikan Hote..” ujarku, namun belum sempat aku melanjutkan perkatanku. “Iya, ini hotel waktu itu. Tenangnya aja, kita gak main di Hotel ini. kita akan makan malam restorannya. Aku menangguk, untunglah Om Liem tidak mengajakku kembali berhubungan. Badanku cukup pegal dan lelah mala mini. Kami berjalan, menuju lobi hotel kemudian berbelok ke arah ditunjukan seseorang. “Sabar pak, Pak Irda masih siap-siap. Bapak boleh pesan makan sekarang. Pak Irda udah pesan juga,” kata seseorang yang berbadan tegap. “Okay makasih, kita bisa tunggu disini,” kata Om Liem. setelah duduk, seorang pelayan mendatangi kami. Kami memesan makanan.

Waktu menunjukan pukul 21.00, cukup malam untuk kami makan malam. Jika dahulu ini, waktuku beristirahat dikost dan ngobrol dengan Selly. Sekarang aku harus mengikuti semua keinginan Om Liem aku kini hidup darinya, maka segala keinginan harusku penuhi. Akibatnya banyak kebiasaan Om Liem menjadi gaya hidupku. Aku beruntung, Om Liem membolehkan ku kembali berkuliah dan melakukan hal yang bisa kunikmati. Bahkan dia pernah memintaku menjaga tubuhku, agar tampil cantik dan mengairahkan. “Om, pakai siapa untuk layanin Pak Irda?” kataku, aku penasaran dengan orang yang mengantikanku. Aku sebenarnya berterimakasih dengan Om Liem yang tidak mempergunakan aku untuk memuluskan rencananya. “Tenang aja, kamu bakal tahu kok. Kamu itu milik om, Shin. Jadi gak ada boleh pakai kamu,” kata Om Liem.

Tidak lama pria besar dan tinggi dengan rambut ikal dan berkumis datang. Om Liem menyambutnya, mereka bersalaman. Aku juga ikut, disampingnya seorang gadis muda. Ku lihat. “Lho, kamukan Rissa, temen seangkatanku,” kataku. “Iya, Shin. Tapi gw main sama Om Irda,” katanya. Aku melirik kea rah Om Liem, “Dia yang mau kok. Benarkan Riss,” kata Om Liem. “Iya pak Liem, tolong ini atas kehendak aku.” katanya. Aku diam saja, aku kesal. “Pak Irda, Om Lem. Aku minta waktu ngobrol sama Rissa,” kataku. Mereka mengangguk. Aku mengandeng tangan dan berbicara dengan jarak cukup jauh. Aku tidak ingin mereka mendengarkan perkataanku. “Ris, kok bisa sih? Kamu kan punya masa depan dan cantik. Kenapa bisa berhubungan dengan Om Liem?” tanyaku.

“Gw butuh uang Shin. Aku butuh untuk kehidupan. Aku kuliah punya hutang puluhan juta. Dengan hutang itu aku sulit cari kerja. Maka untuk menutupinya, aku melayani Pak Irda,” katanya. Aku sedih melihatnya. Rissa adalah teman sekelasku, lahir dari keluarga ekonomi rendah. Ia harus bekerja dan mendapatkan beasiswa untuk membantu perekonomian keluarga. Dari sisi fisik dia cukup cantik, dengan kulit berkulit langsat dan tinggi ukuran ukuran payudara ternyata lumayan besar berukuran 34C. Awalnya aku ingin mengajaknya menjadi model, namun karena keuangan orangtua memburuk, tidak terlaksana. Padahal sebagai teman baik, yang mengetahui ia terlilit sejak awal aku ingin membantunya. “Okay, aku tahu ini pilihan kamu. Usahakan ini yang terakhir, aku gak pengen kamu jadi kaya aku,” kataku dsingkat. Kami bepelukan, airmata menetes. Namun karena takut terlalu lama, kami kembali.

“kalian dari mana, ayo makan. Shin, ini makanan kamu. Kamu makannya,” kata Om Liem. aku duduk dengan tenang. Kami makan, siapa yang menyangka nasib berkata lain.”Riss, aku suka dengan pelayananmu. Om punya tawaran, kamu 4 hari lagi wisuda. Dari info dari informan Pak Liem kamu ada hutang. Om, akan bayar semua hutang kamu. Tapi dengan satu syarat kamu ikut om ke kantor Om di kota M. Kamu akan bekerja sama om,” kata Pak Irda. Tanpa pikir panjang, Rissa menyetujuinya. Aku diam, kupikir Pak Irda adalah orang yang berbeda dengan Om Liem. “semoga saja ini benar-benar tawaran kerja,” kataku dalam hati.

Rissa tersenyum menerima tawaran kerja. Padahal jika seorang perempuan lain, mungkin akan menimbang lebih banyak daripada menerima tawaran secara langsung. Singkat cerita, aku dan Om Liem pulang, namun sebelum itu kami mengantarkan Rissa kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan, “Terima kasih Rissa, kamu udah kasih pelayanan ke Pak Irda. Ini adalah bayarannya, satu cek dari Pak Irda untuk bayar hutang dan pegangan untuk keluargamu. Satu lagi cek dari saja, buat kerja kamu hari ini,” kata Om Liem. Aku merasa mual ketika mendengarnya. Aku tahu pada satu sisi, Rissa adalah perempuan yang memilih pekerjaan lain jika ada pilihan. Namun posisinya kini terjepit, hutang keluarga demikian besar.

Aku berharap nasibnya tidak seperti nasibku, aku sudah tiga bulan menjalani profesiku ini. walaupun lebih tepatnya simpanan dari pengusaha tua yang memiliki nafsu yang besar. Om Liem seorang pengusaha yang memiliki banyak usaha, dengan ia mengurusi perusahaan otomotif dan berberapa usaha lain di Ibukota yang dia modali. Sementara 3 anaknya mengurusi usahanya yang lain, Ivan dan seorang anak laki-lakinya menjadi Pengusaha Hotel dan Resort ditambah dengan pemain dibidang ekspor. Sedangkan satu anak perempuan dia, ia modali memiliki usaha yang berhubungan dengan perempuan. Ketiga hidup terpisah dengan Om Liem. Satu-satu anaknya yang kukenal dengan cukup baik adalah Ivan. Ivanlah yang membawa Selly, tiga bulan yang silam.

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya, bahkan Om Liem selalu menghidarkan pembicaraan tentang Selly. Jika Ivan menelepon ke Om Liem, buru-buru ia akan keluar dan meninggalkan aku. Ia sepertinya tidak ingin aku bertemu denganSelly. Sejak 2 hari kepergian Selly nomornya tidak aktif dan kami tidak bisa saling menghubungi. Aku akhirnya menjalani kehidupan ini, mengurusi rumah itu dengan bantuan para pembantu Om Liem dan melayaninya. Singkatnya, selain berkuliah yang hanya tinggal satu tahun lagi kuselesaikan. Pekerjaanku yang terutama adalah melayanin Om Liem, setelah sampai ke rumah. Yang menjadi pertanyaan, kenapa aku merasanya nyaman dengan rutinitas ini, bahkan aku merasa melakukan hubungan seks dengan Om Liem bukan hanya memberikan kepuasan bagi lelaki tua itu.

Sesampainya dirumah kami beristirahat, aku cukup lelah dengan kejadian hari ini. Bahkan aku merasa tubuh sedang tidak enak badan. Setelah mandi dan berpakaian, aku pergi tidur. Demikian Om Liem yang tidur disebelahku. Setelah tidur berjam-jam. Aku bangun, rasa ngantuk masih ada, ketika akan berdiri. Kembali rasa pusing menghampiriku. Aku merasa tubuhku kecapaian, maka aku bangun dengan pelan. Dan mengambil gelas berisi air di meja disamping ranjang dan meminumnya. Perlahan pusing itu hilang, dan aku bangun dan berdiri. Waktu menunjukan jam 5.00 pagi, Om Liem bisa bangun jam 6.00. Aku pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan. Hari ini,aku ingin membuatkan sarapan untuknya, walaupun sudah hampir 2 bulan lebih aku melakukannya.

Jika tanya kenapa aku melakukannya, aku tidak dapat menjawabnya. Semua yang kulakukan terjadi begitu saja. Aku memilih memasak Nasi Goreng untuknya, meski Om Liem menyukai masakanku tanpa memilih satu dan dua menu. Bau masakan cukup harum, aku suka menyiumnya. Tiba-tiba pagi ini, aku merasa berbeda. Aku merasa belum lapar, dan sedikit baunya menusuk diawal memasak. Namun aku berusaha mengendalikan diri. “Nyonya kenapa? Gak enak badan biar saya saja yang lanjutkan,”tanya salah seorang pembantu. “Gak papa, mungkin kecapaian. Ambilin botol vitamin diruang santai lantai dua mbak,” jawabku. Aku harus tampak kuat, aku tidak ingin orang menganggapku lemah. Pembantu ini, memang baik dan menghormatiku seperti aku seperti istri Om Liem.

Setelah dia pergi, aku berusaha untuk terus memasak, akhirnya jadi juga memasak. Sepiring nasi goreng telah terhidang. Tidak lama pembantu itu datang, ia memberikan vitamin ku minta. “Terima Kasih,mbak. Mbak, boleh ke belakang sekarang,” kataku. Aku duduk dan menyiapkan makananku sendiri. Roti dengan selai cokelat. Aku makan dengan minuman teh hangat, ditengah aku menikmati makanan. Om Liem datang, dia sudah berpakaian dan siap berangkat. “Om, kok bangunnya lebih pagi sih,” kataku sambil melihat jam dinding, waktu menujukan pukul 05.30. “iya, ada pertemuan dengan perusahaan, dia mau order mobil untuk pejabat dipabrik di kota C, model mobil yang ada siap di kita. Jadi dia pesan,” kata Om Liem.

“Kamu baik Shin, selain trampil diranjang. Kamu makin jago urusan rumah tang. Jadi Om, gak khawatir pulang cepat-cepat,” kata Om Liem menggoda. “Ah, Om bisa saja. Shinta cuma melakukankan yang Om minta,” kataku. Aku cukup biasa menghadapi perlakuannya, “Nanti siang. Om udah pulang. Kamu siap-siap ya kita akan pergi ke tempat bagus,” katanya. Aku mengangguk, menolaknya sama saja akan memberikan kesan amarah baginya. Aku pergi kuliah, dan menjalani perkuliahan seperti biasa. Aku teringgat dengan Rissa. Maka setelah kuliah buru-buru aku mencari Rissa dikampus. Beruntung aku menemuinya. “Hai Riss, aku boleh ngobrol dengan kamu,” kataku pada Rissa. “Bisa kok, tapi sebaiknya kita ditempat yang cukup sepi,” kata Rissa seperti menganggap pembicaraan ini akan serius.

Kami pergi ke kantin dan duduk di meja yang cukup jauh. “Ris, kamu setuju dengan tawaran Pak Irda?” tanyaku kepadanya. “Yah, mau bagimana lagi. Dia adalah orang yang pertama melakukan “itu”, jadi rahasiaku yang Om Irda pegang,” kata Rissa. “Aku sejujurnya ingin minta maaf. Ini semua ada kesesalahanku Ris, aku gak bisa jaga kamu. Terlebih Om Liem, pakai kamu untuk mulusin rencananya,” kataku. “Jangan salahkan dirimu, semua dilakukan aku gak hubungan sama kamu. Tapi semalam aku ngerasain sesuatu,” katanya. Aku merasa penasaran, baru kali ini Rissa menatapku dengan cukup tajam. Aku merasa sedikit tertekan. Perasaan apa itu Ris?” tanyaku padanya.

“Aku jadi nyaman dengan pengalaman itu. entah kenapa aku jadi ingin melakukannya lagi,” katanya dengan berbisik. Aku terkejut dengan apa yang dikatakan Rissa. “Jangan Ris, itu tidak boleh terjadi. Kamu harus menutupi kejadian ini,” kataku dengan berbisik. Aku tidak ingin pembacara ini terdengar. Tiba-tiba Handphone berdering,Om Liem menelepon. “Halo Shinta, kamu nanti langsung ke hotel ***, nanti bilang nama Om,” kata Om Liem. Aku tahu hari ini Om ingin bermain lagi. Rupanya dia sudah selesai rapat. Aku bingung ini melanjutkan pembicaraan ini atau menutupnya. “kamu dipanggil Om Liem ya, sudah lakukanlah,” sebuah tulisan diberikan Rissa diatas tisu. Aku mengambil dan menulis sesuatu. “Terimakasih, tolong jika ada kesulitan. Hubungi aku, aku ingin membantu,” tulisku.

Ia membacanya, dan tersenyum. Ketika aku meninggalkannya aku merasa ragu-ragu. Namun aku tahu Om Liem tidak terlalu menyukai menunggu. Maka dengan mengunakan mobil Om Liem yang diberikan padaku aku pergi. Dalam tempo 15 menit aku sampai, dan ingin memakirkan Mobil. “Nyonya, biar mobilnya saya saja bawa ke rumah,” kata Supir yang bisa ada dirumah. Dia biasa membawa mobil yang ku pakai. “Oh, iya. Bapak udah didalam?” tanyaku padanya. Om Liem sering dipanggil Bapak atau Tuan ketika berada kediamannya. Untuk menyebutkan Om Liem, aku harus mengatakan kata Bapak atau Tuan karena mereka akan merasa tidak nyaman. “Iya bu, bapak udah ada didalam,” katanya. Aku beruntung bukan bertemu dengan Supir Pribadi Om Liem yang lebih mengetahui hubungan panasku. Aku merasa tidak nyaman.

Secara tidak langsung dia adalah orang yang cukup mengetahui permainanku dengan Oom Liem. Aku setengah berlari menuju lobi hotel. Aku langsung menuju kamar VIP di lantai yang cukup tinggi. Dia lantai dimana pasangan dengan status khusus memadukan asmara mereka. Bagiku ini adalah kewajiban, walaupun belakangan ini aku mulai menikmatinya dan tidak mau melepaskan diri. Namun aku berusaha untuk menyimpanannya. Menuju kamar, jantungku berdegub dengan kencang, terbayang dengan Om Liem. Aku merasa bahagia, ketika aku sudah berada dikamar yang dipesannya. Ini hotel yang berbeda, kamarnya pun aku diberi tahu lewat pesan singkat. “Tok…tok.” Pintu kamar aku ketuk, pintu terbuka satu tangan kuat menarikku.

Om Liem menariku kekamar dan mendekapku erat. “Ih…Om, berat nih. Nafas Shinta jadi berat,” kataku dengan manja. “Gak papa, biar kamu jadi milik Om seutuhnya. Ehehehhe,” katanya dengan tawa khasnya itu. Daguku lalu ditundukannya dengan tanggannya sampai wajah kami berdekatan. Kemudian Om Liem mencium bibirku dengan lembut sambil diberi sedikit hisapan-hisapan dan kecupan. Aku belum bisa bereaksi sama sekali saat itu selain mencoba memejamkan mata dengan air mata yang terus berlinang. Air mata jatuh dipipinya, ia melepaskannya. “Kamu kenapa Shin, kok nangis. Apa ada masalah?” katanya. “Gak papa Om, aku juga gak tau. Lanjutin aja,” kataku secara spontan cukup membuat diriku terkejut.

Aku menaruh tas bahuku ke Sofa. Kemudian menghampir Om Liem. Aku duduk diujung ranjang, dan mengajak Om Liem berciuman kembali. Om Liem menghampiriku peris diidepanku. Ia menenmpelkan wajahnya kedepan wajahku. Kami berciuman kembali, Seperti biasa Om Liem memulai ciumannya. Ia menciumku berkali kali sampai akhirnya tanpa terasa aku mulai membuka bibirku yang tipis dan langsung dimanfaatkan oleh beliau untuk memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku. Kami kemudian berpelukan dengan erat sehingga aku bisa merasakan kehangatan tubuh beliau. Namun ciuman kami masih berlanjut. “Mmmmpphhhhh ….hhheehhhh….mmmmppphhhh …” Aku mulai berdesah sebagai reaksi atas ciuman Om Liem yang semakin gencar dengan permainan lidahnya.

Untuk kesekian kali Om Liem berhasil memancing birahiku hanya dengan ciuman saja. Om Liem ku mendorongku kekasur. Kami menempel, aku merasa sesak. Mengetahuinya Om Liem melepaskan ciumannya. Ia melihat tubuhku. Hari ini aku memakai Kemeja longgar dengan Celana Jeans yang sedikit ketat. Ia menuduk dan membuka Kemeja dan Celana Jeansku, aku membantu dengan mengerakan badanku dengan instrikuksinya. “Nah, baru kelihatan seksi, ya,” kata Om Lim dengan tersenyum. medengarnya mukaku memerah. Dalam hatiku aku merasa bingung, kenapa aku makin diluar kendali saat bersetubuh dengan Om Liem. Ia mundur dan melihat Payudaraku yang ditutup Bra, “ukuran berubah Shin?” tanya Om Liem. “Iya Om, ganti dua nomor sekarang 36 C. Aku gak tau kenapa jadi dua nomor. Kata temen harusnya satu nomor aja,” kataku.

Aku pernah bertanya pada teman-temanku yang kini menjadi istri muda. Ia mengatakan jika ukuran bra meningkat drastis berarti bukan hanya karena seks, tetapi sesuatu yang lain. Namun ia tidak mau menjelaskan. Aku mulai menghubungkan dengan sakit dan kelainan tubuh. Om Liem diam saja, ia malah menudukan kepalanya kemudian mencium Payudara kiriku. Kemudian ia membangkitkan aku. aku terduduk, kesempatan itu digunakan untuk melepaskan bra yang kugunakan. Dan membuangnya ke lantai, bersama Kemeja dan Jeans. Setelah bra yang kugunakan sudah lepas, ia kembali mengulumnya sambil memainkan lidah untuk menyapu putingku yang berwarna coklat terang. “Ahhh …ahhhh ….ahhh …ohhhh,” desahku menerima permainan lidah darinya. Sementara tangan kanan memainkan Payudara kanan dengan cepat.

Secara bergatian payudara kiri dan kanan digilir untuk diciumi dan diremas oleh mantan bosku ini yang membuat degup jantungku semakin kencang dan aku mulai merasakan kemaluanku seperti basah.Tiba-tiba aku merasakan Om Liem melepaskan ciumannya diputingku dan bibirnya mulai menelusuri perutku ke arah bawah sampai ke kemaluanku.“Aaakkkkhhhhhh …..” Aku kembali hanya bisa mengerang ketika Om Liem mulai menciumi “bibir bawahku”, menghisap dan memainkan lidahnya pada kelentitku. “Om..e..nak..banget…mhhhm”desahku kembali. Aku makin lama makin menggelinjang mengikuti irama permainannya. Walaupun tubuh Om yang putih namun bongsor dan gendut secara perlahan ia menundukan badanku. Kini ia sedang berada di atas tubuhku yang putih mulus. Setelah puas, ia meneruskan pada bahu, leher, dan tengkukku. Hal ini menyebabkan bertambah guratan merah yang sempat hilang ada kembali.

40 menit lama, Om Liem mempermainku. Ia melepaskan tubuhku. Ia turun dari ranjang, ia melepaskan pakaian dan telanjang. Ia naik ke ranjang. “Kamu siap sayang?” kata Om Liem. Aku menganggukan kepala. Om Liem menyentuh celanaku dan melepaskannya, ia menaikan pantatku untuk membantunya. Om Liem menudukan kepalanya dan mengendus Vaginaku. nafasnya mendengus liar disela belahan pahaku. Ketika kepalanya sudah berada di antara dua pahaku, aku merenggangkan kedua paha ku. Om Liem tersenyum. Om Liem turun dan menjulurkan lidahnya, “ahhhh,” pekikku. Hal ini membuatku terpejam dan menikmatinya. Berkali-kali aku mendesah keenakan terutama saat menyetuh biji klitorisku, “ohhhh … omm .. te…r…..usin…. aaaaaah .. jangaaan … please .. jangaaan berhenti “ kataku yang tak karuan mulai terangsang, mendadak aku meminta Om Liem naik dan langsung melumat bibirku dengan rakus.

Om Liem membalas lumatan itu tak kalah rakus. Om Liem menghentikan aku sebentar, dan dengan nafas tersendat aku menatapnya “Puasi aku, Omm.. mulai sekarang aku milik Om “ sahutkudengan nafas memburu bahkan dengan sangat ingin bersetubuh. Aku merebahkan diri, dan membuka lebar kakiku. Om Liem bergerak segera, ia berada diatasku, aku mengangkat pantatku sedikit untuk “menjemput” kenikmatan itu sambil mengeluarkan lenguhan dan erangan nikmat yang cukup keras.“Ohhh …hhhhh …ohhhh…shhhh…” desahku. "Argh.. argh..! Om, Penismu enak sekali... argh.. arghh..terus.om.. trus..Aku menikmat sekali..”kataku. Om Liem terus menghujamkan penisnya ke dalam vaginaku. Perasaan ini sama sekali belum pernah kurasakan dalam hidupku. Karena aku makin terlena dengan permainanya.

Om Liem pun juga terus melumatkan payudaraku dengan putingnya digigit-gigit, yang membuatku makin menggelinjang. Hampir 1 jam kemudian, aku pun mengeluarkan cairan lagi yang membuat diriku makin lemas tidak berdaya, yang mana banyak sekali cairan putih kental seakan tidak habis-habisnya dari vaginaku, tubuhku menjadi lunglai. "Akh.. akh.. OM.. aku keluar lagi nich..!"Lima belas menit kemudian, akhirnya Om Liem pun sampai juga pada puncaknya. Namun karena posisi tubuhku yang sudah loyo, ia menyiramkan Sperma yang hangat pun mengalir dengan derasnya dari penisnya membasahi rahimku."Shin..,Om keluar nich..! Om.. keluar.. argh.. argh.. enak buang ke Rahim kamu Shin…oh…mppph...." kata Om Liem. SROOOOT ….SROOOTTT …SROOOOOT….SROOOOT….SROOOT …srrtttt…srrttt. Penis Om Liem berdenyut dengan keras dan seperti menyemprotkan sesuatu berkali-kali dengan jumlah banyak di dalam Vagina dan Rahimku.

Setiap semprotan seolah-olah merupakan bagian dari puncak kenikmatanku sehingga aku ikut menjerit-jerit kecil. Aku tidak berbuat apa-apa atas tindakan Om Liem kembali membuang sperma di rahimku, aku tidak peduli. kkarena rasa hangat dan nikmat yang kurasakan. aku tidak peduli yang penting kami merasakan kenikmatan.”Crott… Crrroootttt…. Cccroottt…” Spermanya masuk tanpa sangsi. Permainan sudah berjalan dua jam, kami puas. Kami memutuskan untuk beristirahat, pada sore itu. “Om, aku putusin jadi punya Om. Aku rasa hanya Om yang mampu puas aku,” kaku sebelum tidur. kataku sambil memeluk dan menempelkan kepalaku didadanya. “Okay, om tau kamu nikmati. Sekarang kamu tidur dulunya.” kata Om Liem. Kami tertidur,malamnya kami bermain kembali namun tanpa oral karena aku merasa tidak kuat.

4 hari kemudian, aku akan pergi untuk ingin belanja keperluanku. “Em… apa laginya, Parfum,Sabun…” kataku sambil merapihkan tas. Aku merasakan mual, aku pergi ke kamar mandi dan muntah di Wastafel. “Hoek…Hoek…Hoek..,” aku memuntahkan sedikit makanan dan cairan. Aku menyalakan kran, pintu diketuk. “Siapa?” kataku. “Saya nyonya, Ira,” kata pembantu di balik pintu kamar Aku dan Om Liem. udah tiga hari ini aku merasa mual. Memang bulan lalu aku merasakannya, namun hanya satu dan dua hari. Hanya berberapa hari ini membuatku bingung, aku merapihkan diri kemudian keluar dan ingin pergi. “Kenapa?” tanyaku pada pembantu Om Liem. “Bu bayar listrik belum. Udah tanggalnya nih. Takut dicabut,” katanya.

Aku baru ingat, Om biasa menyuruhnya membayar kebutuhan rumah dengan meminta uang dariku. Aku memang memenggang uang namun jumlah hanya sesuai dengan kebutuhanku ditambah kebutuhan rumah. Untuk yang lain, Om Liem akan memberikan jika aku memintanya. “Emang udah bulan apa sih?” kataku. “Maret bu, tanggal 7,” katanya singkat. “Ini uangnya. Kamu bisa sendirikan,” kataku. “Gak bu, saya nitip yang lain. Saya lagi mens,” katanya. Aku terdiam, dan terkejut. “Kenapa bu, mual lagi,” katanya mendekatiku karena aku menutup mulutku. “Gak Mungkin,” kataku. Aku mengambil handphone dan membuka tanggal hari ini. “satu..dua..tiga,” kataku semakin terkejut. Aku masuk kekamar dan mengecek laci wastafel. “Aduh…kok banyak…ya,” kataku. Aku terlambat tiga bulan, aku berpikir kembali.

Aku tidak cemas saat Om Liem membuang sperma kedalam rahimku. Umur Om Liem yang cukup berumur. Aku berpikir sperma tidak terlalu aktif, maka aku tidak menyangka untuk hal-hal yang mengejutkan ini. Aku mencoba berpikir positif, mungkin saja aku stress. Karena menstruasi perempuan bisa saja berubah karena banyak faktor seperti Stress. Aku pun teingat kembali aku tidak mempunyai pil KB juga menambah aku cemas. Namun aku yakin ini stress. Maka aku pergi belanja, ketika menghampiri stan obat. Aku mengambil testpack dan menaruhnya dikeranjang. Aku memutuskan untuk tidak panic dan melakukan aktivitasku. Pada saat kuliah, aku kembali mual. Aku makin terdesak, aku mengeluarkan testpack dan memakainya.

Alangkah terkejutnya aku, ketika mengetahui aku hamil, aku ingin menangis. Aku mencoba mengeceknya ke Klinik diluar kampus. “Selamat mbak, Mbak hamil 3 bulan. Kandungan mbak cukup baik,” kata dokter yang memeriksaku. “Tapi dok, kok baru mual dibulan ketiga sih,biasanya teman saya dua bulan atau 1 bulan,” kataku bertanya. “Biasa bu, ada pula yang seperti itu. Biasanya karena aktvitas sibuk jadi gak ketahuan,” katanya. Aku pun meninggalkan klinik dengan gusar, aku takut Om Liem meninggalkan aku. Karena sebagai simpanan,banyak pula yang tidak ingin pasangan hamil. Mereka akan meninggalkanya. Aku memutuskan mengirim WA ke Om Liem. berisi foto testpack dan pesan aku hamil.

Tidak lama Om Liem membalas, “Ok, kita simpan. Nanti ketemu dirumahnya.”

Bersambung
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Akhirnya hamil juga Sinta, jangan di gugur kan gan, di rawat, pasti lebih Hot nanti sinta mainnya, di tunggu next ny gan..
 
Yaa Shinta nya dah hamil Gan..., pdhl khan blm di anal...
Sayang Gan lubang satunya msh perawan ...
Hehehe ...
 
Please.. Ini cerita detail banget ya.. Om liem mah sugar dady banget..
 
Shinta kuliahnya dimana ya? Kok temen2nya se profesi semua? Wkwk
 
Waooo, tekdung dehhh... hehehe
Bakal makin gede nihh teteknya & sering nambah ukuran BH... wkwkwkwk
Request dibikin keluar susu pas hamil Suhuu... hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd