Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Shinta jadi Simpanan

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Lanjutan

Aku masih terkejut dengan keadaan ini, bagimana tidak. Ada janin dalam rahimku. Sedangkan Om Liem hanya membalas dengan kalimat yang tidak begitu ku pahami. Hanya 1-2 temanku yang pernah hamil diperkuliahan itupun mereka sudah menikah dan hamil. Disaat seperti inilah Selly atau Rissa benar-benar aku butuhkan sebagai teman baikku. Aku bingung sekali dengan apa yang mesti kujalani. Pada satau sisi, Om Liem adalah orang yang paling bertanggung jawab atas hal ini. Aku akan menjadi seorang Ibu dari bayi. Aku tidak bisa memikirkannya secara jernih, aku masih ingin lebih bebas menjalani ini. Satu hal yang pasti kini aku demikian takut ditinggalkan Om Liem.

Sudah tiga bulan ini, aku bagai istri Om Liem mendapatkan uang bulanan dan biaya kuliah, juga mendapatkan uang opersional rumah untuk menggaji orang dan memenuhi kebutuhan rumah. Semuanya aku dapatkan, sebagai ganti dari akses ini. Aku melayani Om Liem atau jika jujur aku dan Om Liem saling memuaskan hasrat bersetubuh kami, dan entah sejak kapan aku hanya ingin melakukan dengannya. Aku memasuki mobil dan pergi ke rumah Om Liem. setelah memberikan belanjaan kepada assiten rumah tangga. Aku masuk kedalam kamar, dan duduk tepi ranjang. Cermin rias tepat dipandanganku. Setelah terdiam 10 menit baru aku menyadarinya. Aku teringat komentar Om Liem berberapa hari lalu, aku lebih berisi.

Aku bangkit, kepalaku sedkit pusing dan Mual. Aku mencoba menjaga keseimbangan. Tidak lama aku pusing dan mual hilang. Aku bisa berdiri, Aku bercermin melihat apa sudah terlihat dengan diriku. “Apa benar aku sudah hamil 3 bulan,” gunamku dalam hati. Aku melepaskan kemeja dan celana jeansku, aku ini hanya memakai Bra dan Celana Dalam, kembali aku berkaca. Aku memutar tubuhku kesamping kiri dan kanan. “Ya..Tuhan, sedikit buncit nih,” kataku pada diriku sendiri. Aku makin merasa sedih, aku belum menikah namun sudah hamil. Permainanku dengan Om Liem sudah mengarah pada hal yang kutakutkan. Meski Om Liem hanya melakukan sex atau persetubuhan dengan aku saja, aku tidak bisa menjaga diriku.

Aku bahkan tidak mempersiapkan pil KB atau memaksa Om Liem mengunakan kondom pada masa suburku. Hal ini kembali ku ingat, maka secara jelas aku juga ikut mempercepat ketakutanku. aku mulai sedikit kembali dan aku menangis. Tiba-tiba Handphone kembali berbunyi. Aku mengambilnya, “Shinta, jangan lupa makannya. Biar nanti kita bicara.” Sebuah pesan Om Liem, aku tersenyum senang. Aku pikir Om Lirm sedikit mengobati kesedihanku dan mengetahui aku butuh teman bicara. Aku mulai memmikirkan sebuah keputusan,aku ingin menunda kehamilan ini. aku belum sepenuhnya siap, mesti dari hati kecilku aku senang aku hamil. Semoga Om Liem mengerti dan menyetujuinya. Aku pergi merapihkan pakaian yang kugunakan untuk kuliah ke keranjang pakaian kotor.

Aku pergi mandi, dan memikih menunakan gaun batik, perutku sedikit menonjol. Aku cukup sedih karena dengan sedikit membuncit perutku akan menimbulkan pertanyaan bagi pekerj a dirumah. Namun aku merasa aku ingin sedkit bisa bernafas panjang dan tidak memakai pakaian yang menekan kandunganku dulu. Aku keluar dan menuju meja makan. “Nyonya, tumben pakai gaun dirumah biasa kalo mau pergi keluar, “ kata pembantu yang berada dibawah mendatangi. “Gak papa kok Ira, saya lagi pengen aja,” jawabku sekenanya. “Silakan makan Nyonya, makanannya udah siap. Tapi e…,”katanya dia diam tanoa menyelesaikan perkataannya. Diam melihat tubuhku sedikit berbeda. “Kenapa Ir,ada yang salah?”kataku. “Gak Nyonya, hanya senang aja,” katanya lalu berlalu pergi. Mungkin ia akan menduga aku hamil, ia benar. Namun jika akan menyebarkanya seperti tidak. Ira sudah 10 tahun berkerja dengan Om Liem, dia tidak akan menyebarkan masalah ini, karena Om Liem tidak segan menekan orang.

Aku menuju meja makan, awalnya aku tidak ingin lapar. Namun pesan Om Liem memintaku makan dan rasa kepala yang pusing membuatku memaksa diri. Entah karena bau makanan yang enak atau mungkin bawaan janin yang aku kandung. Sapi Asam Manis dan Plecing Kangkung merasa sedap sekali terlihat. Air liur terbit, dan aku membuka piring tertutup dan makan dengan cukup lahap. Setelah makan, dan minum aku hendak bangkit berdiri dan berjalan santai. Tiba-tiba rasa mual kembali datang, aku berlari menuju dapur. Aku muntah di tempat cuci piring, “Hoek…Hoek…Hoek..,”aku muntah di dasar wastafel cucian piring. Cukup banyak, sepertinya makanan yang aku makan sia-sia. “Nyonya,tidak apa-apa?” kata pembantu lainnya.

Pembantu itu berada disampingku dan menyentuh bahuku. “Iya, gak papa. Hanya mual aja, mungkin masuk angin aja,” kataku sekenanya. Aku berkumur-kumur sebentar. Ketika aku ingin membalikan badan, Ira ada dan berdiri dibelakangku aku. “Nyonya, makan lagi aja. Saya akan buatin susu buat kurangain rasa mual jika mau dipijat saya akan lakukan. “Terima kasih Ira, boleh juga,” kataku. Aku terpaksa menyetujui saran dari Ira. Aku kembali makan dan minum susu hangat lalu berjalan-jalan sepuluh menit untuk menjaga kondisi tubuhku. Bersama Ira pergi kekamar untuk dipijat, pada saat itu kami ngobrol, “Nyonya, sudah berberapa bulan kandungannya?” kata Ira sambil membubuhkan minyak urut dan mengusapkan ke bahuku.

“Kamu kurang etis menanyakan itu, lagian saya belum hamil kok,” kataku berbohong kepada Ira. “Maafkan saya, namun sejak bulan lalu perut Nyonya sedikit maju dan kini mual-mual. Mungkin saja Nyonya sedang mengandung anak dari tuan,” kata Ira. “Ah, kamu spekluasi aja, Ira. Coba kamu pijat kanan dikit disana bagian yang pegal. Lagian belum tentu Om Liem nikahin saya,” kataku. “Iya bisa aja Nyonya. Hubungan Nyonya sama Tuan udah lama daripada yang lain. Setelah 10 tahun kematian Nyonya Indah, Nyonya jadi pertama yang berkuasa dirumah ini,” kata Ira ia menlanjutkan memijat. Benar aku berkuasa dirumah ini dari yang dia pikirkan, namun Om Liem yang memiliki aku bahkan mengaturku.

Aku mendapatkan fasilitas, dan Om Liem menguasai aku. umur 57 tahun Om Liem masih kuat memperawani sejumlah perempuan muda. Atau mungkin saja, ia melakukan dengan banyak perempuan lain. Pada akhirnya dalam pikiranku adalah bagimana membahagiakan Om Liem, baik dalam permainan ranjang maupun sebagai perempuan yang berada disampingnya. “Ah, kamu asal saja bicaranya. Toh Dulu Iva paling sering datangkan?” tanyaku. “Gak Bu, ketiga anakTuan Liem jarang sekali datang. Mungkin karena Almarhumah Nyonya jadi alasan mesti datang sering. Palingan ketemu juga akhir bulan untuk tengok cucu. Jadi Tuan kesepian. Nikahan Tuan sama almarhum Nyonya juga karena bisnis umur mereka berdua sama namun tiba-tiba sakit dan meninggal,” kata Ira.

“Tahu darimana kamu?” kataku menanyakan kembali. aku sedikit sangsi dengan cerita Ira. Wajar saja Om Liem cukup lihai dalam bisnis dan mempengaruhi orang. Maka akan sangsi melihat jika memangung bisnis macaam itu perlu kesepakatan pernikahan. “Bener bu, almarhumah Nyonya yang cerita dulu saya kan kerja udah 15 tahun lalu,” kata Ira. Rasa simpati muncul dalam hatiku, dan tangan kananku mengelus-elus perutku. Sebetulnya ada rasa berbeda saat belakangan ini, aku ingin dekat lebih lama dengan Om Liem. Secara umum aku tetaplah Shinta namun bukan Shinta yang 5 bulan lalu yang menjadi perempuan yang bebas. Shinta yang sekarang, adalah seseorang yang memiliki ikatan dengan seseorang yang lebih tua dan sudah banyak mempengaruhinya.

Aku sudah mengikuti banyak sekali kebiasaan Om Liem yang awalnya asing bagiku. Bahkan aku merasa adalah kewajibanku melakukan hal-hal sebagai istri kepada Om Liem entah karena apa. Aku secara spekluasi bertanya kepada Ira. “Ira, kalau saya hamil nanti. Kira-kira Om Liem suka gak ?” tanyaku mencoba mencari pendapatnya. “Seneng banget paling Nyonya, maklum lah dia usaha udah besar juga belum lagi keuntungan dari usaha anak yang dikirm ke dia. Masalah setelah itu, anak-anaknya udah punya usaha sendiri. Jadi kalo kerja sekarang, ya mungkin hidupi buat anak-anak Tuan sama Nyonya,” kata Ira. Aku mendengarkan dengan hati-hati, “Sebelumnya ada yang ngaku hamil anak Tuan. Tuan malah kasih uang aja. Namun kaya Nyonya dicintai Tuan soalnya, Nyonya baik dan cantik perhatian sama tuan,” kata Ira.

“Ah, kamu bisa aja puji saya Ira. Makasih ya udah banyak kasih informasi,” kataku. ira adalah pekerja yang cukup lama. Rupanya Om Liem memiliki Kharisma yang baik sehingga banyak bawahan yang respek dengan dirinya. Namun ketakutan bukan karena aku hamil, pertama aku bimbang dan aku pikir Om Liem yang paling berhak memutuskan bagimana solusinya. Satu jam kemudian, Ira selesai memijat saya dan meninggal kamar. Aku merasa cukup nyaman, karena Ira memberikan minya ke tengkukku, pelipis kanan dan kiri juga dibawah hidung. Hal ini membuat berkurangnya rasa mual. Setelah menunggu sebentar, aku meminum vitamin dan obat yang diberikan. Tidak salah juga meminum obat dan vitamin ini.

Aku merasa lebih rileks karena sudah dipijat Ira. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, aku menoleh rupanya Om Liem sudah pulang. Aku mengampirinya. “Om, udah pulang. Tumben cepat, biasa dua jam lagi?” tanyaku kepadanya. Perasaanku tiba-tiba senang sekali, lelaki ini datang. Aku berjalan cepat dan memeluknya. Ada perasaan iningn memilki Om Liem dan begitu menyayanginya. Aku mendekapnya dengan erat seperti kami akan terpisahkan. Lelaki ini tersenyum. Selanjutnya secara sadar aku mencium keningnya. “Shin, inikan jumat. Kamu lupa Om selalu cepat pulang. Sekarang kamu siapin baju Om ya,” pintanya. Aku mengangguk, aku melepaskan pelukan dan mebiarkan menaruh tas dan melepaskan jas dan dasi lalu masuk ke kamar mandi.

Aku menyiapkan baru untuk Om Liem. kemudian keluar dan menunggu ruang santai disebelah kamar Om Liem sambil membawa hasil pemeriksaan. Aku ingin meminta izinnya untuk menunda anak ini. 20 menit kemudian, Om Liem keluar dan menuju tempatku. “Gimana kamu tadi ke dokter?” tanya Om Liem secara hati-hati. “Aku Hamil om, udah tiga bulan kandungan ini. awalnya mual dan pusing udah berberapa hari yang lalu,” kataku sambil menyerahkan hasil pemeriksaan. “Oh, gitu jadi kalu dihitung pas kamu diawal disini kan?” tanya Om Liem menjelaskan lalu melirik dengan cukup tajam. “Iya Om, Shinta gak respons maaf ya. Harusnya Shinta pakai pengaman,” kataku. Om Liem diam saja, dan meletakan hasil pemeriksaan dimeja.

“Terus bagimana Om, Shnta pikir akan jauh lebih baik kita gugurin Om. Karena Shinta masih kuliah juga dan kita belum menikah,” kataku. Om Liem menoleh kepadaku, “Kamu mau gitu, Yakin?” katanya menegaskan. Akhirnya aku mengutarakan pendapatku, “Om Liem, Aku bingung aku takut dengan kata orang nanti…,” kataku namun belum sempat menyelesaikan Om Liem mengutarakan pendapatnya. “Om, pengen punya anak dari kamu Shin, Om pengen kamu hamil,” kata Om Liem singkat. “Om, sebetulnya aku berat Om. Tapi aku takut jika Om buang aku karena hamil dan belum lagi kalo teman atau rekan bisnis Om tau aku hamil. Bisnis Om bisa hancur,” kataku menjelaskan.

“Ah, mana mungkin terjadi. Kamu tuh udah om aku istri Om. Hanya Pak Irda saya yang tahu,semua teman kantor kalian tahunya Om udah menikahi kamu,” jawab Om Liem santai. “Om, kok main mengaku saja, itukan bohong banget. Bagimana jika semuanya tahu kebohongan Om?” tanya aku. “Dengernya Shinta, asal kamu tahu. Kamu dan Selly itu punya Om dan Ivan masing-masing. Sekarang kamu mau keluar dari hidup Om? Pikir saja sendiri, kamu gak bakal kuat. Lebih baik kamu tinggal disini jadi punya Om,” kata Om Liem menekan. “Maksud Om apa sih? Oh iya, apa maksud om sama kita simpan?” kataku menanyakan semua aku binggung dari Om Liem.

“Om pengen punya anak dari kamu, dan hidup kaya gini. Okay jika kamu pengen sejelasnya, Om dan Ivan memang ingin kamu dan Selly. Tetapi, cuma miliki kalian untuk kami rasanya kurang seru. Jadi kami berusaha untuk saling bertaruh siapa yang lebih sukses untuk menjaga kalian dan membuat kalian takluk dengan kami. Ukuran kemenangan seberapa jadi Om dan Ivan menaklukan kalian contoh semakin sexy dan mengairahkan dan bonusnya bisa hamilin kalian,” jelas Om Liem. Ternyata sudah ada pertaruhan antara bapak dan anak ini. “Terus apa kosekuensi untuk kalah dan menang?” tanyaku kepada Om Liem, aku mulai penasaran dengan sistem permainan mereka.

“Yang kalah bakal biayain liburan di Makau, juga harus lebih banyak peran dalam proyek yang lain,” kata Om Liem. “Terus siapa yang lebih unggul?” tanyaku, aku kembali mengulik informasi dari Om Liem siapa tahu aku dapat mengetahui kabar dari Selly. “Mmmhmmm, Bagimana ya? Jangan dulu deh, kurang seru. Nanti aja kalo kita ketemuan dengan calon anak tirimu Shin,” kata Om Liem sambil mengeggam tanganku. “Om, jangan terlalu yakin dulu aku bakal takluk kedua kalinya. Om Liem boleh yakin, tapi aku yang nanti yang mengandung 6 bulan lagi pasti ketahuan. Bagimana kita nikah, itu harus kita pikirin Om,” kataku menekan Om Liem.

“Shinta, jangan berpikir sulit. Sekarang Om tanya apakah kamu mau hamil? Dan kedua apakah kamu bilang kamu single atau tanpa ikatan?” tanya Om Liem. Jantungku berdengup kecang, ini pertanyaan cukup privasi untuk dijawab untuk aku. “Shinta, Shin..ta…,” kataku mengulang namaku. Keinginan hati kecilku dan perasaan ingin memiliki dan bersama Om Liem kembali muncul. tanganku kini mengelus-gelus perutku. Om Liem melihatnya dan tersenyum padaku. “Rasanya kamu bimbang Shin, jangan pikirkan banyak hal dulu. Kita bisa bicarakan dulu setelah makan,” kata Om Liem ia mengajak menunda aku membuat keputusan. Aku menanggukan kepalaku, kami bangkit dan pergi makan, waktu sudah cukup sore, meski belum malam. Kami turun ke lantai bawah untuk makan.

Om Liem dan aku makan berdua, aku menuangkan nasi dan lauk pauk kepadanya. Jika dipikir, kenapa aku mau melayani dia dalam banyak hal, aku sendiri mulai binggung. Pada satu sisi, Om Liem memang tidak memaksaku melakukannya. Ia bertindak cukup pasif untuk sebagai orang yang memaksakan kehendaknya. Ada perasaaan yang kuat yang memaksaku untuk melakukan hal-hal ini. Perasaan ini terlampau dalam. Jika dibandingkan dengan rasa cintaku dengan mantan-mantanku berbeda. Pertama mantan-mantan tidak pernah melakukan hubungan seks hanya dengan Om Liem aku melakukannya. Kedua, semua kulakukan dengan nafsu seks dan hanya Om Liem yang mampu membangkitkan dan memuaskan aku. Ketiga, adalah Perasaan ini makin besar dan membuatku nyaman dengan Om Liem memiliki perasaaan yang dalam.

Kami makan dengan biasa saja, beberapa kali aku menahan rasa mual. Aku takut Om Liem terganggu dengan aku yang mual, untung Ira menyiapkan susu hangat. Aku meminumnya, karena nafsu makanku sudah hilang. Setelah makan, Om Liem mengenggam tanganku menuju kamar. Kami berjalan bersama, dalam hatiku berkecamuk. Kami masuk kekamar dan ia mendudukan aku diranjang, “Kamu sudah memikirkannya, Shin?” tanya Om Liem kepadaku. Aku diam saja, aku masih bingung dengan apa yang harus aku lakukan. Disaat itu, Om Liem melakukan sesuatu. Ia maju dan mencium bibirku. Aku merasa senang dan membalas ciumannya. Ada sensai yang berbeda, aku merasa kenikmatan saat bibirnya menyentuhku bibirku ini.

Aku langsung melumat bibirnya, aku seperti seseorang yang tidak mau kehilangan sesuatu. tanganku memeluk punggung dengan erat sekali. Sambil terus menikmati bibirku, tangan Om Liem terus mengelus dan membelai seluruh bagian tubuhku. Mungkin beginilah cara dia mengungkapkan rasa sayangnya terhadap diriku. Tapi sekarang aku ingin melakukannya dengannya. Nafsuku beranjak naik, meskipun dia orangnya cukup berumur kalau urusan lumat melumat dia jadi sangat ahli sekali, dan lumatan bibirnya sungguh sangat menggairahkan. kemudian Om Liem mulai beralih menciumi leher putihku dan sedikit jilatan dibelakang telinga, salah satu titik rangsangku. Hal ini membuatku sangat membangkitkan nafsu seksku, lebih kebawah lagi, tidak lupa ia meraba dari luar bongkahan payudaraku sudah muai mengeras.

Ia mendorongku, hingga terlentang. Lalu ia naik dan menindih badanku. “Om, kita mulai aja ya. minggu ini, terakhir ya?” kataku mengajak untuk bersetubuh. Aku sudah tidak malu lagi,aku dan Om Liem sudah cukup sering bersetubuh. “Okay,” katanya singkat. tanganku mulai berusaha membuka gaun yang kugunakan. Om Liem sangat fokus dalam usahanya melepaskan gaun yang kupakai. Mungkin ia ingin melihat kedua payudaranku. Cukup kesulitan Om Liem melakukannya, “Bentar, Om aku bangun dulu. Biar Om mudah,” kataku. Om Liem kemudian bangun dan Om Liem dan berdiri depan ranjang. Om Liem melepaskan tiga kacing gaunku dan menariknya keatas, untuk membantunya aku sengaja merentangkan tanganku keatas.

Demikan pula dengan Bra dan Celana Dalam berwarna cream yang Om Liem buka dengan cepat. Setelah itu, aku memundurkan badanku, dan mengawali permainan ini. Aku yang sudah tidak tahan lagi langsung telentang membuka lebar lebar pahaku, aku ingin memberikan kenikmatan surgawi padanya, “Sayaaang .. oral memekku, OM.. berikan kenikmatan oooh s .. Shinta nggak tahan lihat kontolnya..OM “ rengekku yang tidak tahan melihat Penis yang sudah maksimal ukurannya. Om Liem tersenyum ia melepaskan semua pakaiannya, dan kemudian naik ke ranjang. Dengan keharuman yang khas, memek itu telah membuat Om Liem betah berlama-lama mencumbui Vaginaku. Om Liem terus menjilati, dan dengan jari telunjuknya.

Dia coba merangsangku dengan memainkan klistorisku. Semakin ia percepat memainkan jari telunjuk, semakin cepat pula memainkan Vaginaku. Hal ini membuatku makin mendesah terus dan meracau tak karuan."Aacchh.. terus.. nikmatnya.. teruzzss.. lebih ke dalam lagi Om.. teruuzzss.. yacchh.. benar.. jilati terus yang.. itu.. sayang.. acchh" desahku hal ini memberikan semangat pada Om Liem untuk terus memainkan Vaginaku. Selain mendesah, kenikmatan seperti terlihat dengan aku membuka dan mengejamkan mataku juga dari desahku. Sedang om Liem mulai tersenyum sambil mengelus-elus perutku. Dengan bantuan jari-jarinya, om Liem terus mengaduk-aduk isi Vaginaku, secara perlahan, aku mulai menggelinjang. Permainan semakin liar, dan menyebabkan aku makin liar mendesah, seperti orang yang sedang ngigau, dia meracau tak karuan, tak jelas suara apa yang keluar dari mulutku.

Lubang Vaginaku mulai basah dari cairan dari dalam Vaginaku, Om Liem mulai mengarahkan kepalanya kepalanya ke Vaginaku. Ia mulai menjilatinya, “Oooooooooooooooh ak....akhirnya … kenikmatan.. da.ri..om…ooooooooooooooooh ..mmmmmmmmmmmmmmmmmmhhh.....jilati..naik turun.. tekaaan memek Shinta…dengan lidahnya Om..aaduuh .. ssssssssssssssssssssshhhhhh ssssssssshhhhh … hhhhh “ seluruh tubuhnu seperti menegang, aku benar-benar menikmati persetubuhan ini. Tubuh ku cepat sekali berkeringat, Om Liem benar-benar pandai memainkan nafsuku, tubuhnku menggeliat merasakan jilatan dan hisapan dari bibir dan lidah Om Liem. Bukan hanya itu saja, Om Liem juga menambah kenikmatan bukan hanya menjilati Vaginaku saja. Tangannya ikut bermain dibagian dadaku, Ia meremas-remas buah dadakua hal itu semakin membuatku kenikmatan. Sudah 30 menit permainan berlangsung, akhirnya aku klimaks dan mengeluarkan cairan kewanitaanku dari dalam Vaginaku.

“Creeeeeeeeet …. Creeeeeeeeet .. creeeeeet .. creeeeeeeet “ cairan dari Vaginaku keluar dan diminum Om Liem tanpa sangsi. Setelah itu, aku langsung berdiri, hal itu membuatku sedikit pusing. Untung Om Liem menuangkan air minum ke dalam gelas dan memberikan padaku. Aku meminumnya, kemudian memberikanya padanya. Aku langsung memendang Penisnya yang masih belum digunakan. Penis yang membuatku merasakan kenikmatan seks dan akhirnya sering memuaskan aku. Penis inilah yang akhirnya menghamiliku, maka dengan perlahan aku gengam dan memasukanya kedalam mulutku. Dengan perlahan aku memasukan, “Oh…Shin…nikmat…,” keluh Om Liem kenikmatan, namun hal yang menarik bagiku. Saat bangun aku merasa mual namun perlahan hilang saat Penis Om Liem masuk kedalam mulutku.

“duuuh,Shin..oh..enaaknya kuluman kamu..terus..oh...Shin.. terusin…pu..asi.. om,“ ucapnya menikmati pelayananku. Aku merasa bangga ketika Om Liem memuji aku mengoral penisnya. Maka secara teratur aku mempercepat kecepatan aku mengoral penis Om Liem. Hal itu membuat Om Liem yang setengah berdiri diranjang mulai mendesah. “Oh, Shin….nikmat….teruslah…oh….” rancau Om Liem kenikmatan. Selama satu jam permainan, rasa mual hilang. Mungkin salah satu ngidamku adalah seks. Seks membuat rasa mual dan peningku hilang. 15 menit kemudian Om Liem klimaks, Ia menyemprotkan Sperma ke mulutku. Mulutku langsung penuh,sisa dibuang ke dada dan wajahku. hal ini membuatku melayang kenikmatan. Karena terlalu banyak menampung Sperma, mulutku terasa seret. Aku mengambil gelas yang tadi dan meminumnya.

Karena meminum air tubuhku sedikit bergerak, hal yang membuat Om Liem didepanku makin bergairah. “cepatan Shin, Om udah gak tahan nih,” katanya. Aku segera menaruh gelas dimeja dan meneletangkan diri. Om Liem menaruh kakiku pada Pingangnya, dan mengarahkan penisnya kedalam didepan Vaginaku. Dalam satu tarikan, dan ia memasukan Penisnya kedalam Vgainaku. uuuuuuuuuuuuuuuh ssssssssssssssssssssshhhhhhhh…sssssssssssshhh…uuuh ..pelaan yaaa .. nikmati…. Nya..om, desahku kepada Om Liem. “aaaaaaaaaaaaaauh mmmmmmmmmmmmmmmmhhh oooh .. ooooh indahnyaaaaaaaa … nikmatnyaaaaaaaaaaaaaaa .. “ erang Om Liem mulai memasuki Vaginaku, untuk kali pertama kami melukiskan kenikmatan kami bersetubuh. Biasanya aku selalu merasakan kenikmatan diawal hanya sesekali Om Liem menunjukan dia puas dalam desahanya.

“Iya aaaaaaaah uuuuuuuuuuuh aaaaaaaaaaaah … rasanya makin nikmaaaaaaaaat oooh … sayaaang, … aaaaaaaaaaaaaaaauh, nggggg eeeeeeeeeh .. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh …. Ngggg ……………ssssssssssssssssssshhhh sssssssssssshhhh hhhhhh … “ desah dan lenguh keluhku saat Om Liem mulai memompa Vaginaku dengan Penisnya, Om Liem juga memainkan Payudara dengan cepat membuatku semakin kenikmatan. Selanjutnya aku mengigit bibirku, karena aku tahu Om Liem tidak menyukai banyak teriak, namun toh akihirnya aku mulai membuka mulutku. “Om, terus..oh…om…a…ku…su..ka,” desahku. “Oh…Ka…mu…..bi…ca…ah…..yes….bicara apa Shin?” kata Om Liem tidak memahami perkataanku dengan jelas. Om Liem masih sibuk mengenjot Vaginaku dengan tempo yang cepat.“Ya aaaaaaaampuuuuuuuuuuuuun enaaaaaaaaaaaknya aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh uuuuuuuuuuuh ooooooooooooooooh Om, .. .. uuuuh “ erangku yang kenikmatan.

Hentakan demi hentakan di selakangan, membuatku sampai mendongak, aku memegang tubuh Om dengan kuat dengan kuat, seiring Om Liem masih terus memompa Vaginaku, aku pun tak karuan sampai mataku memutih karena keenakan menggenjotku itu. Kami memindah gaya dengan telentang, Sudah 2,5 jam bermain, akhirnya kami sampai pada puncaknya. “Oooh mauuuuuu aaaaaaaaaaaaaaaaah .. semburiiiiiiiiiiiin……….aaaaaaaaaaaaaaaaaaaauuuh “ lenguhku mulai merasakan klimaks saat penisnya masih menghujam pada Vaginaku. Tidak berapa lama, Om Liem merasakan sensasi, “Shin, Vaginamu…kaya..oh…mhhhh…..lumpur …hi…sa….menyempit…ah…,”lenguh Om Liem, hal itu membuat ia merasa mencapai titik kepuasaan dan klimas “Aaaaaaaaaaaaah aaaaaakuu aaaaaaaaaaaaaaah “ erangnya tidak kuat lagi menahan rasa kenikmatan itu.Genjotan dan hujaman pada Vaginaku terasa nikmat namun memberikan rasa tekanan dan menghentak bagi tersengat listrik.

“Oooooooooooooooooooooooooooooooooh “ erang ku panjang sampai tegang badannya, kemudian perlahan lahan aku mulai lunglai seiring hujaman Penis Om Liem yang terakhir kali menggenjot Vaginaku. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “ erang Om Liem panjang dengan menyemburkan Sperma. “Crooooooooooot .. crooooooooooot .. crooot “ Sperma Om Liem memasuki Vaginaku,Penisnya menyemburkan Sperma lagi walau tidak banyak namun cukup membuat Vaginaku keluar lendir kental, Vaginaku meski tersumpal Penis Om Liem namun tetap merembes perlahan-lahan cairan putih itu, tubuh Om terkapar disampingku. Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, kami memilih beristirahat. Menjelang pukul 2.00 aku terbangun, aku lapar dan mual. Aku berlari kekamar mandi dan muntah di Wastafel. “hoek…hoek….hoek…,” aku muntah kemudian aku mandi.

Aku telanjang saat tidur, aku hanya langsung mandi. Kemudian setelah selesai aku membebatkan tubuhku dengan handuk. Rupanya Om Liem juga terbangun, Om Liem sudah duduk dipinggir ranjang saat aku keluar dari kamar mandi. “Maaf Om, keganggu saya mual,” kataku. “Gak Papa Shin, kamu lapar ya?” kata Om Liem aku menganggukan kepala. “Aku mau makan nasi goreng om,” kataku secara langsung. Mungkin ini yang dinamakan ngidam. “Ya udah, om cuci muka dulu. Kamu pakaian dan siapkan baju Om sekalian baresin baju ini” kata Om Liem. aku menganggukan kepala lalu mempersilakan Om Liem masuk. Aku berpakaian memakai Gaun dari kaos cukup tebal namun mempelihatkan perut yang buncit kemudian menyiapkan pakaian untuk Om Liem.

Singkat cerita kami makan disebuah kios sederhana, “Shin, jadi bagimana?” kata Om Liem. “Iya Om, setelah aku mau terusin kehamilan ini. Asal Om mau jaga anak ini juga,” kataku. “Iya, om jaga. Apa lagi syaratnya?” tanya Om. “kedua, Om harus nikahin Shinta entah kapan dan bagimana mau om, bahkan gak nikah gak papa asal Shinta yang paling diutamakan,” kataku. Om Liem terkejut, “Lho kok gitu?” katanya. “Iya om, Shinta cinta sama Om,” kataku, aku imenyadari aku mulai mencintai Om Liem. “Oh iya, kamu belum kaih tahu statusmu. Untuk amannya, bilang aja kamu udah resmi menikah 6 bulan lalu, ke temen atau keluarga, pakai ini biar mereka percaya,” kata Om Liem sambil memberikan sebuah kotak kecil.

Ketika aku membuka rupanya isi sebuah cincin emas putih polos. Aku memakainya, sesampai di mobil kamu berciuman. Besoknya Om Liem mengajaku untuk belanja baju hamil karena banyak baju harus disimpan. Om Liem begitu perhatian.Sejak itu aku resmi memberikan tubuhku dan jiwaku untuk Om Liem. Aku bahagia, mesti Om Liem belum menyatakan hubungan kami seperti apa selanjutnya?

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Ada lanjutan ny, ijin baca dulu gan, semoga sampai tamat gan ceritanya..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
wah, jago om liem, jadi bayi nih.. Shinta jg mulai ngerasa ada ikatan batin.. Konflik kayak apa lagi nih yg bakal muncul?
 
Pen

Penasaran apakah shinta jadi pengantinnya om liem

Banyak pertimbangan sih, namun diusahakan tetap digambarkan semua perempuan tampil sexy.

wah, jago om liem, jadi bayi nih.. Shinta jg mulai ngerasa ada ikatan batin.. Konflik kayak apa lagi nih yg bakal muncul?

Banyak pertimbangan konflik, namun diusahakan tetap nyambung sama karakter tokoh.

Hmm...ada gangbang ga ya??? Next nya.

sepertinya tidak

Om liem jadi baik

Sepertinya bukan baik tapi, (liat aja perkembangan kisahnya)

Sperma di tuai.. Janin di panen.. Cinta kasih sayang yang di dapat.. Oooh om liem

Sementara ini dalam kisah Om Liem tokoh yang utama juga mengikat ke berberapa orang.
 
cerita yang bagus, semoga Selly hamil jugaa setuju gak yang lain ?
 
Hanya ingin bertukar pendapat,

1. Kira-kira Om Liem lebih baik nikahin Shinta atau gak ?

2. Shinta ketemu Selly dibuat seperti apa ?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd