Rahma Dewi Rahayu (Rahma)
Lanjutan nya....
Pov rahma
Aku adalah seorang akhwat berhijab, nama lengkap ku Rahma Dewi Rahayu (Rahma), saat ini usia ku 19 tahun 6 bulan dan tercatat sebagai karyawan tetap di PT. IGL. Di usia ku yang masih muda aku bersyukur di beri amanah sebagai kepala unit QC di pabrik B, pabrik B khusus memproduksi pakaian muslim laki-laki dan perempuan sehingga sedikit demi sedikit aku banyak berteman dengan perancang busana muslim di seluruh indonesia melalui komunitas akhwat berhijab di sosial media.
Sudah 2 tahun aku bekerja di PT. IGL sebagai kepala unit QC pabrik B, sejak lulus SMK di bandung, jawa barat. Kota yang begitu banyak kenangan indah sekalgus pahit dalam kehidupan ku hingga aku dipertemukan dengan seseorang yang baik yaitu Septia Hadi Gunawan biasa kami menyapa beliau dengan pak hadi.
Saat itu beliau bertugas di pabrik Ranca Ekek kabupaten bandung sebagai supervisor bagian produksi, dan kebetulan aku saat itu mengikuti program sekolah ku yaitu magang/PKL. Dan aku beserta teman sekelasku diterima magang di PT. IGL cabang Ranca Ekek selama 2 bulan. Selama mengikuti magang itu lah pak hadi menganjurkan ku untuk memasukkan lamaran kerja jika aku lulus sekolah dengan memberikan alamat kantor pusat di jakarta untuk ku, karena beliau melihat cara kerja ku yang teliti dan memahami pola, sekaligus bisa dengan lancar dan baik menjahit pola yang ditetapkan sebagai contoh kemudian menjahit nya sehingga menjadi pakaian yang siap dipasarkan.
Sabtu, 2005, kamar kontrakan.......
Setelah selesai mandi dan mengerjakan sholat subuh, aku kemudian membereskan kamar tidur ku biar rapi kembali. Pagi itu perasaan hati ku sedikit resah ada sesuatu yang membuatku tidak tenang, tetapi ku buang jauh rasa gelisah ku, dan segera keluar kamar.
"Lebih baik aku masak nasi goreng buat sarapan pagi kami berenam", gumam ku dalam hati.
Saat aku mau ke dapur, ku lihat julia sedang berada persis di depan pintu kamar tina, aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkah julia saat itu.
"Jul...! Lagi ngapain kamu, ketok aja pintu nya, ngga baik loh nguping obrolan orang".
"Aa...Anu...Ma! Julia mau pinjam charger hp, charger hp julia rusak dan belum sempat beli, kalau rahma punya, boleh pinjam punya kamu aja".
"Ada kok jul, punya ku kan sama charger nya dengan punya kamu, bentar ya aku ambilin dulu!".
"Ok rahma, julia tunggu di sini aja".
Aku kembali ke kamar ku mengambil charger hp ku, dan segera balik lagi menemui julia sambil membawa charger hp yang sudah ada ditangan ku.
Ku lihat julia masih menempelkan telingan nya ke pintu kamar tina, ekspresi wajah nya seakan penasaran apa yang sedang ia dengar kan saat itu.
"Jul... ! Panggil ku pelan".
Julia menoleh kearah ku, ada kekecewaan di hati nya saat aku mengganggu acara nguping nya saat itu.
"Eh...iya makasih ma, julia pinjam dulu ya, nanti kalau batre nya udah penuh julia pulangin".
Dia pergi meninggalkan ku menuju kamar nya yang berada disamping kamar tina. Aku melangkah dengan santai ke dapur, tugas memasak memang selalu kami gilir biar semua kebagian dan tidak merasa kesal karena masalah seperti itu dan kami masing-masing bisa dengan dewasa menyadari tugas itu sebagai tanggung jawab dan kewajiban sesama penghuni kontrakan.
Saat aku berada di dapur, mulai lah kegiatan memasak ku, hingga hampir 1 jam semua menu untuk sarapan pagi sudah selesai ku masak. "Nasi goreng ala chef rahma nih saat aku menghidangkan masakan ku ke 6 piring", sorak hati ku senang karena bisa menyajikan sarapan pagi buat kami berenam.
"Rahma... wah kayak nya enak nih nasi goreng buatan kamu". Ucap mala yang saat itu tiba-tiba datang.
"Heheheheh....bisa aja kamu mal, eh iy mal, tolong bantu bawa ini ya biar kita bisa makan bareng-bareng".
"Siap chef rahma", canda mala singkat.
"Hahahaha". Aku tertawa lepas seketika.
Jam 7.00 wib, di meja makan di rumah kontrakan....
Nasi goreng yang ku masak sudah mulai di santap oleh tina, mala,cintya, lidya, julia dan aku. Tetapi aku entah mengapa terasa malas untuk makan ada yang mengganjal hati dan pikiran ku tetapi aku tidak tau apa yang membuat ku tidak tenang.
Drrrrrrttttt......Drrrrrrttttt.....Drrrrrrtttt.....
Tiba-tiba hp ku bergetar, hp yang ku kantongi di baju gamis ku. Aku meraih hp di kantong baji gamis ku lalu melihat nama uak iis yang tertera di layar hp ku, segera ku buka dan baca pesan sms dari uak iis.
"Assalamualaikum wr.wb. Nak Rahma kamu yang tenang ya, uak iis mau mengabarkan ibu mu yati meninggal, semalam keluarga di hubungi oleh sipir penjara bahwa ibu mu terkena serangan jantung dan sempat dilarikan ke RS.Bhayangkara tetapi meninggal pas di perjalanan menuju rumah sakit, kamu pulang ya nak ke bandung uak tunggu biar kamu bisa melihat ibu mu untuk terakhir kali".
Aku seketika menangis kencang, suara sesegukkan membuat mala yang berada di dekat ku langsung memeluk ku.
Tina, lidya, cintya dan julia menghambur ke arah ku dan mala, mereka seakan bertanya-tanya apa yang membuat ku menangis sesegukkan.
Julia yang memang sifat nya tengil dan dia mengambil hp yang tergeletak di meja makan, kemudian ia membaca pesan sms itu dengan suara berat dan bergetar saat ia menyebut kan
ibu mu yati meninggal saat itu semua orang di dekat ku ikut menangis, mereka semua ikut merasa sedih seperti apa yang aku rasakan.
"Jadi gimana nih, apa kita minta tolong pak hadi buat nganterin rahma ke bandung?". Ucap tina mengusulkan saat itu.
"Iya usul yang bagus tin ! Gimana kalau kita temanin rahma ke bandung?". Ucap mala ikut menambahi usul tina.
"Teman-teman maaf, aku ngga bisa ikut rahma, soalnya mau pulang ke jakarta", ucap lidya menjelaskan alasan nya.
"Iya aku juga ngga bisa ikut, sedang kurang enak badan", sahut julia beralasan.
"Yaudah siapa aja nih yang mau ikut nemenin rahma? Kalau aku jelas ikut ngga tau kalau tina dan cintya". Ucap mala menanyakan tina dan cintya.
"Aku juga ikut, kebetulan sedang santai ngga ada kegiatan apa-apa", ucap cintya.
"Aku juga ikut", sahut tina singkat.
"Yaudah, tin tolong kamu tanya pak hadi kira-kira bisa ngga kalau ia anterin kita ke bandung sekarang", ucap mala dengan cepat melihat situasi ini mesti bergerak cepat.
"Ok mal, bentar tina sms dulu pak hadi".
Tina kemudian mengetik pesan nya pada pak hadi, dan ia bilang pesan nya sudah ia kirimkan.
Drrrttt....Drrrrrtttt...Drrrrrtttt....
Hp tina bergetar dan ia membaca pesan dari pak hadi yang mengatakan ia bisa mengantarkan rahma ke bandung, kita-kita disuruh bersiap, jam 8.00 wib segera berangkat.
"Makasih sahabat-sahabat ku, kalau tidak ada kalian gimana bisa aku menjalani semua ini".
"Kita disini sama-sama sudah seperti saudara, apabila ada yang sedih yang lain ikut merasakan kesedihan, kamu jangan merasa seperti sendiri menghadapi hidup ini", ucap cintya ikut menenangkan rahma.
"Yuk kita siap-siap, yang mau berangkat bersegera siapkan keperluan kalian, aku mau bantu rahma buat menenangkan pikiran nya", ucap mala.
Aku diajak mala ke kamar ku, sambil ia membantu memasukkan pakaian yang akan ku bawa ke bandung.
"Ibu yati, maafin rahma bu, jika selama ini rahma banyak menyusahkan ibu, rahma jarang besuk ibu di penjara". Aku meratapi kesedihan ku dalam hati.
Aku merasa menyesal jarang membesuk ibu yati yang dengan ikhlas merawat ku sejak bayi hingga ia mendekam di penjara karena menyelamatkan ku dari pemerkosaan yang akan dilakukan suami nya.
"Jasa mu akan selalu aku ingat bu, walaupun engkau bukan ibu yang melahirkan ku tetapi kasih sayang yang engkau berikan pada ku begitu tulus.
Selamat jalan ibu yati, doa anak mu ini akan selalu aku panjatkan di setiap selesai sholat ku, semoga engkau mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah Swt Amiin".
Semua perasaan hati ku panjatkan dengan tulus menengadahkan tangan ku kepada sang pencipta Allah Swt.
Mala memperhatikan ku dengan tetesan air mata nya, ia pun bisa merasakan apa yang kurasakan saat ini.
"Ma...! Kamu yang sabar ya...hikz...hikz..hikz.. Doa kan saja semoga ibu mu tenang di sisi Allah Swt". Ucap malah ikut menangis sesegukkan atas musibah meninggal nya ibu ku.
Jam 8.00 wib... di halaman rumah kontrakan.....
Mobil Toyota Rush berwarna hitam telah memasuki halaman rumah kontrakan, tampak pria yang cukup di hormati dan di segani oleh karyawan PT. IGL telah keluar dari mobil dinas nya.
Tina, cintya, mala dan aku sudah berada di teras rumah kontrakan untuk segera berangkat menuju ke bandung, kota kembang yang banyak menyimpan memori di kehidupan ku.
"Yuk kita berangkat, biar cepat pula sampai di bandung", ucap pak hadi saat melihat kami berempat sudah siap di depan teras rumah.
Sebelum kami pergi keluar dari rumah julia dan lidya, mereka berdua tidak bisa ikut karena alasan yang bisa ku terima.
"Eh... Ada pak hadi", ucap julia senang saat melihat kedatangan pak hadi.
"Iya jul, kamu ngga ikut ke bandung?", ucap pak hadi bertanya pada julia.
"Iya pak, julia ngga bisa ikut, sedang ngga enak badan, seperti nya masuk angin nih".
"Rahma, ini uang dari aku dan julia, maaf ya aku ngga bisa ikut, mau pulang dulu ke rumah soalnya sudah janji dari kemaren-kemaren mau balik tapi masih banyak kerjaan", ucap lidya sambil menyerahkan amplop berisi uang pada rahma.
"Makasih lid, salam ya buat om dan tante, dari rahma".
"Ok ma, nanti lidya sampaikan salam kamu, eh iy pak hadi, hati-hati di jalan, jangan ngebut dan jagain nona-nona cantik sahabat-sahabat ku ini", ucap lidya pada pak hadi kemudian ia sempat cipika cipiki pada ku.
"Rahma, maaf jika julia bersikap seperti ini, julia ikut berduka cita semoga tante di tempatkan di surga, kamu yang kuat ya menghadapi ini".
"Makasih jul".
Aku dan julia berpelukan sebentar sambil cipika-cipiki, dan aku lalu melangkah menuju mobil yang sudah terisi oleh teman-teman ku.
Mobil yang dikendarai oleh pak hadi meluncur ke luar halaman rumah kontrakan kami, melaju dengan kecepatan sedang. Di dalam mobil tina duduk di depan menemani pak hadi menyupir, aku, mala dan cintya duduk manis di kursi belakang.
Aku sesaat mengirim kan sms ke uak iis menanyakan kapan akan di kuburkan jenazah ibu yati, dan sekaligus memberitahukan bahwa aku dan teman-temanku sedang menuju bandung berangkat pukul 8.15 wib
"Uak iis, rahma dan teman-teman sekarang otw jam 8.15 ke bandung tolong tunggu rahma ingin melihat ibu untuk terakhir kali nya". rahma
Aku menunggu pesan sms yang ku kirim kan, 10 menit kemudian ada pesan sms masuk ke hp ku.
"Kalian hati-hati dijalan, jenazah ibu mu akan di makamkan bila kalian sudah sampai di bandung". uak iis
Aku lega membaca pesan sms tersebut dan langsung membalas nya.
Mala menoleh kepada ku dan ia menanyakan kapan jenazah ibu ku akan dikebumikan.
"Jenazah ibu akan di makam kan setelah kita sampai di bandung".
"Kita berdoa saja semoga perjalanan kita lancar dan tidak mendapatkan halangan", ucap mala.
"Amiin....". Teriak kami semua serempak.
Bandung, Jl.Caringin Gg. Porib I no.xx...***mah duka....
Selama +/- 4 jam perjalanan dari tangerang ke bandung akhir nya kami telah sampai dengan selamat di rumah duka, rumah ayah dan ibu angkat ku yang sekarang di tempati oleh uak iis.
Uak iis menyambut ku dengan bercucuran air mata, sudah banyak tetangga kiri dan kanan, kerabat, kenalan ibu, teman-teman ibu yang melayat.
Aku kini melihat lebih dekat jenazah ibu yang sudah dimandikan, dikafani dan sudah berada di keranda jenazah.
Saat aku diperbolehkan melihat beliau untuk yang terakhir kali nya, ku cium kening nya, ku pandangi wajah nya yang seperti sedang tersenyum, ku belai pipi nya untuk yang terakhir kali nya.
Air mata ku mengalir saat jenazah ibu ku mulai di bawa dan akan di makam kan di TPU (Tempat Pemakaman Umum) Porib.
Flashback 2 tahun lalu.....
Tiba-tiba penglihatan ku kabur dan lama-lama gelap tubuh ku ambruk, dalam gelap aku merasakan ketakutan kemudian dari arah depan ku, aku melihat setitik cahaya yang terang kemudian aku melangkah maju menuju cahaya tersebut, tenyata aku kembali di waktu dua tahun lalu saat itu usia ku menginjak usia 17 tahun,
Aku sekarang sudah duduk di kelas 3 di SMK Negeri 9 (dulu SMKK), mengambil jurusan tata busana.
Di kelas 1 dan 2, aku selalu mendapatkan ranking 1, kesukaan ku menjahit pakaian terlatih sejak usia 10 tahun karena ibu merupakan penjahit pakaian rumahan, banyak langganan ibu dari kalangan bawah hingga kalangan atas karena beliau rapi dan bisa mengikuti perkembangan mode busana pria maupun wanita.
Beliau mengajarkan semua keahlian yang ia miliki hingga di usia 13 tahun aku bisa membantu nya menjahit pakaian dan hasil jahitan ku tidak kalah dengan jahitan yang beliau kerjakan.
Karena menurut pelanggan ibu, jahitan kami rapi dan bisa mengikuti mode yang sedang trend, maka banyak yang datang ke rumah untuk di buatkan baju dengan menunjukkan contoh baju yang akan di jahit, bahkan ada yang membawa majalah mode maupun buku-buku fashion untuk di buatkan pakaian seperti di contoh majalah atau buku, dan alhamdulillah aku dan ibu bisa membuat pakaian tersebut seperti yang mereka inginkan.
Akhir nya ibu memutuskan untuk membeli 1 unit mesin jahit yang baru biar pesanan yang semakin banyak bisa kami selesaikan sesuai waktu dan permintaan pelanggan.
Ibu banyak mengajarkan ku cara membikin pola, dengan pola itulah kita akan menjahit dengan baik dan cepat, pembuatan pola gambar pakaian itu tidak mudah, perlu imajinasi, insting, bakat dan perhitungan baik bahan maupun ukuran nya.
Hari minggu ibu ku sedang pergi ke rumah saudara nya yang berada di kabupaten garut dan rencana nya ibu akan disana selama 7 hari menemani kakak perempuan nya. Uak iis nama saudara ibu, beliau adalah saudara kandung usia mereka berjarak 6 tahun lebih tua usia uak iis, ibu ku kesana karena suami uak iis meninggal dunia, meninggalkan ia beserta 2 anak perempuan nya yang sudah berkeluarga.
Ibu ku ke garut berencana mengajak uak iis tinggal di rumah kami. Sekalian ikut menjahit karena ibu berencana membeli 1 unit mesin jahit baru lagi jika uak iis mau diajak serta ke bandung, dibanding ia hanya tinggal sendiri di garut.
Bapak ku bernama Asep Sutisna (Tisna) merupakan suami dari ibu ku Haryati (Yati) mereka sudah menikah selama 25 tahun, menurut cerita mereka berdua kakak pertama ku meninggal saat usia kandungan ibu memasuki usia 8 bulan.
Ibu ku keguguran karena terjatuh saat di kamar mandi, untung saja nyawa ibu ku masih bisa tertolong hanya saja beliau harus kehilangan anak pertama mereka yang saat itu sudah berbentuk bayi berkelamin laki-laki.
Anak kedua mereka meninggal di usia 2 tahun, berjenis kelamin perempuan yang mereka beri nama Ayu Tisna Haryati. Ayu nama panggilan kakak perempuan ku, menurut cerita ibu ayu meninggal karena terkena demam berdarah dan tidak sempat tertolong karena terlambat di bawa ke rumah sakit.
Bapak ku tisna bekerja sebagai supir truk beliau pulang hanya 1 bulan sekali, setiap pulang ke rumah tidak jarang ku dengar bapak dan ibu bertengkar membuat hubungan ibu dan bapak tidak harmonis lagi.
Bapak tidak pernah memberikan nafkah nya pada ibu sejak 5 tahun terakhir, semua biaya kebutuhan sehari-hari, uang jajan ku, biaya sekolah ku ditanggung sepenuh nya oleh ibu dari usaha menjahit nya yang semakin maju, dalam 1 hari kami bisa menghasilkan 5 sampai 10 baju siap pakai sesuai pesanan pelanggan.
Sejak itu bapak jadi semakin jarang pulang ke rumah, ibu sudah tidak memperdulikan keadaan bapak, "mau pulang ke rumah atau tidak sama aja", kata ibu ku, saat ku tanyakan hal itu pada nya.
10 maret 2003, di rumah gg. porib 1.........
Sudah 7 hari, ibu pergi ke garut untuk menemani uak iis sekaligus membujuk beliau untuk tinggal bandung di rumah kami yang sehari-hari hanya kami berdua yang menghuni nya, sesekali memang bapak pulang ke rumah tapi itu pun tidak tau pasti dan kapan ia pulang menginjakkan kaki nya kembali ke rumah.
Setelah menerima pesan sms dari ibu yang mengatakan bahwa beliau dan uak iis akan pulang sore ini dari garut dan uak iis mau tinggal bersama kita di bandung sekaligus mau ikut bantu-bantu menjahit, aku lega sekaligus senang membaca isi pesan sms ibu tersebut, aku membalas segera pesan sms ibu dengan bilang hati-hati di jalan dan salam buat uak iis dari ku lalu mengirimkan pesan sms ku ke no.hp ibu.
Siang itu jam 13.00 wib, aku mulai mengerjakan jahitan untuk tiga pesanan pakaian busana muslim pelanggan ibu yang akan mereka ambil besok pagi. Baju pertama pesanan bu hajjah lilis berwarna coklat muda dengan rapi sudah aku selesaikan dalam waktu 2 jam sesuai contoh baju dan keinginan sang pemilik.
Kemudian melanjutkan mengerjakan jahitan pakaian bu lasmi istri bu rt, model baju nya gamis berwarna biru tua ku kerjakan dengan rapi dan baik sesuai contoh baju gamis beliau, dan ku selesai dalam waktu hampir sama dengan baju pertama.
Jam 17.00 wib aku istirahat sebentar kemudian memasak nasi dan lauk-pauk untuk makan malam ku dan ibu serta uak iis nanti.
Jam 18.00 wib, aku mandi dan mengerjakan ibadah sholat magrib, serta makan malam, aku kemudian melanjutkan kembali menjahit pakaian ketiga, pesanan bu retno baju gamis yang mempunyai banyak detail dan sedikit pola nya memerlukan kerapian dalam menjahit nya, selama 3 jam akhir nya baju gamis berwarna kuning itu selesai ku jahit dengan rapi dan semua pakaian itu aku masukkan ke dalam plastik putih dan memberi nama-namanya sesuai pemilik nya.
jam 21.000 wib aku sudah bersantai berbaring di karpet sambil menonton tv menunggu kedatangan ibu dan uak iis dari garut, acara di tv saat itu sinetron sctv saat itu cinta fitri, entah karena kelelahan aku tertidur di karpet acara sinrtron sudah berganti dengan alam mimpi ku.
Mungkin karena terbawa cerita sinetron yang tadi ku tonton, aku bermimpi di cegat oleh lelaki dengan ancaman pisau, aku di tarik paksa untuk mengikuti nya hingga masuk ke dalam ruangan kamar nya.
Aku berontak melawan sekuat tenaga saat lelaki tersebut mau membuka pakaian ku, meronta-ronta sekuat tenaga dan terus berteriak dengan kencang hingga aku tersadar saat ini aku berada di bawah himpitan tubuh lelaki.
Aku terkaget dan berontak seketika sambil mendorong tubuh lelaki yang menindih ku.
"Bapak", teriak ku kaget setelah mengetahui lelaki yang menindih tubuh ku.
Tubuh bapak ku terdorong ke samping kiri dan ia sempat meringis seperti menahan sakit.
Aku segera merapikan pakaian ku dan bangkit dari posisi tidur ku berniat untuk ke kamar mandi mencuci muka biar segar, sebelum aku bisa benar-benar berdiri bapak ku menubruk ku hingga tubuh ku kembali terdorong di karpet warna merah.
Mata bapak terlihat merah, ia melihat ku seperti tatapan harimau yang melihat mangsa nya, sejenak aku terdiam aku bingung dengan perlakuan bapak saat itu, setelah ia mendekatkan kepala nya dan berusaha mencium ku baru aku tersadarkan dan berontak sekuat tenaga.
"Pak....! Sadar pak....! Aku ini anak mu pak. To...Tolooong bu".
Teriak ku yang saat itu meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari pria setengah baya yang tidak lain adalah bapak nya sendiri dimana saat ini menindih tubuh ku.
Tercium bau alkohol yang sangat menyengat dari mulut nya dan sebuah tamparan keras hinggap ke pipi kanan ku.
PLAAAKKK....
"Diam....!", bentak bapak yang sudah di hinggapi nafsu syahwat yang tinggi.
Aku hanya bisa menangis, percuma aku melawan tenaga ku kalah dengan tenaga bapak yang sudah dikuasai hawa nafsu.
"Kamu itu bukan darah daging ku, kamu aku culik saat usia mu masih bayi, ibu kandung mu kami perkosa dan kami gilir rame-rame...., hahahahaha.....".
DUAAARRRRR......
Bagai petir disiang bolong, aku terkejut dan seakan tidak percaya, aku dan ibu kandung ku ternyata korban dari pria bejat ini.
"Ya Allah ! Lindungi lah aku....!", aku berdoa dalam hati dan memejamkan mata sambil berteriak minta tolong.
"Tolooooooooooooong.........".
Lelaki bejat itu dengan kasar merobek pakaian ku yang saat ini sudah terbujur pasrah karena tenaga ku habis untuk melawan dan meronta, tetapi aku masih mencoba melepaskan diri dengan berteriak dan berdoa semoga ada yang mendengar ku saat ini.
BUUUUGGGGHHHH.......BUUUUUUUGGGGHHHHH.....BUUUUUGGGGHHHH.....
"Aaawwwwww.....". Jerit bapak saat besi itj menghantam kepala nya berkali-kali.
"Bajingan kamu kang! Anak sendiri mau kamu perkosa, ini terima kematian mu".
Ibu mengayunkan besi panjang tersebut ke muka bapak berkali-kali, beliau mengamuk sejadi-jadi nya, ia tidak ingat besi yang ia pukulkan di kepala suami nya itu membuat suami nya meninggal seketika.
Uak iis segera memburu dan memeluk tubuh ibu yang kalap dan sudah gelap mata, beliau (uak iis) dengan kencang memeluk biar ibu tidak bergerak dan emosi ibu ku seketika reda.
Tubuh nya ambruk ke lantai, ia seperti menyesali apa yang telah dilakukan nya saat melihat suami nya sudah tak bernyawa lagi dengan semua luka parah di kepala.
Bercak darah menempel di pakaian ibu dan aku, ruangan rumah menjadi berwarna merah darah bapak yang sesaat lalu mau memperkosa ku.
"Ibu".
Aku memeluk nya dengan histeris, air mata ku tak tertahan kan meledak melihat semua kejadian barusan, ibu ku telah menghabisi nyawa suami nya sendiri demi menolong ku dari pemerkosaan yang akan dilakukan nya.
Para tetangga berdatangan melihat kejadian berdarah ini, semua berusaha menenangkan aku dan ibu ku yang berada di tempat ini, sekaligus ikut berduka atas meninggal nya bapak walaupun tidak di ucapkan secara langsung.
Polisi pun datang ke rumah kami, posisi mayat bapak dilingkari dengan tanda putih, kami dievakuasi ke tempat tetangga sebelah dan rumah kami untuk sementara di beri tanda police line dan dijadikan sebagai TKP (Tempat Kejadian Perkara).
Saat ini kami (aku dan uak iis dan ibu) dititipkan sementara di rumah pak rt selama masa penyelidikan di TKP oleh tim investigasi dari kepolisian wilayah resort kota bandung berkerja sama dengan kepolisian sektor kota babakan ciparay.
Setelah beberapa jam melakukan investigasi dilapangan aku, ibu dan uak iis di bawa ke kantor kepolisian sektor kota babakan ciparay untuk dimintai keterangan sementara baik sebagai saksi maupun tersangka pembunuhan.
Setelah menjawab beberapa pertanyaan dari petugas kepolisian sektor kota secara terpisah aku dan uak iis di perbolehkan pulang, tetapi ibu ditahan sebagai tersangka pembunuhan dan diancam pidana hukuman penjara 10 sampai 15 tahun penjara.
Lokasi kantor polisi.....
Setelah beberapa kali aku dan uak iis memberikan keterangan sebagai saksi dan juga sebagai korban percobaan pemerkosaan secara terpisah akhir nya ibu ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan dan mulai hari ini beliau di tahan sementara di kantor sektor kota babakan ciparay.
Pagi itu aku dan uak iis mengunjungi kantor polisi untuk membesuk ibu yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian dan hanya menunggu berkas untuk di ajukan ke persidangan.
Setelah menunggu beberapa menit ibu datang menemui aku dan uak iis, beliau sudah bisa menerima takdir ini dan akan menjalani nya dengan ikhlas, beliau malah sekarang lebih taat dan memutuskan berhijab, aku terharu dan merasa bersalah pada ibu, ia mengorbankan diri nya demi menyelamatkan ku.
"Nak rahma, mungkin sudah saatnya ibu berkata jujur sama kamu, tentang siapa kamu sebenar nya", ucap ibu yati memulai omongan nya.
"Sebelum nya ibu minta maaf sudah menyembunyikan rahasia ini dari mu, apa yang bapak tisna omongin itu benar? Kamu bukan anak kandung kami berdua, kamu diculik oleh bapak dan komplotan nya saat mereka merampok di rumah seorang ulama muda usia mu saat itu masih 6 bulan".
"Ibu awal nya marah dan ngamuk sama bapak mu, kenapa sampai jadi penjahat selama ini ibu masih bisa terima kalau bapak hanya mabuk-mabukkan, dan bapak ternyata diperalat dan dijebak oleh komplotan tersebut karena utang bapak pada mereka sudah banyak dan kalau tidak mau ikut diri nya beserta nya akan di habisi oleh mereka".
"Ini kalung punya kamu nak, ada nama mu di kalung itu beserta inisial nama mu, ibu yakin kalung ini pemberian ibu kandung mu, ibu serahkan pada mu sekarang".
"Dan ada 2 permintaan ibu pada mu nak, tolong kamu kabulkan permintaan ibu ini".
Aku melihat ibu yati sesaat, dengan senyum dan anggukan kepala aku menjawab.
"Rahma pasti turuti semua permintaan ibu, jika ibu meminta nyawa rahma sekalipun rahma ikhlas menyerahkan nya".
"Permintaan pertama ibu, tolong maafin dan ikhlas kan semua yang bapak tisna lakukan pada mu nak, karena sebenarnya bapak itu orang baik, keadaan lah membuat diri nya berubah seperti itu, perlu nak rahma ketahui bapak lah yang menyelamatkan hidup ibu dari kenistaan, dulu ibu di usia mu adalah siswa yang berprofesi sebagai psk karena kondisi keluarga dan keuangan keluarga ibu saat itu di lilit hutang rentenir yang membuat ibu nekat menjual diri.
Bapak mu tisna adalah cinta pertama ibu, kekasih dan sekaligus teman ibu, dia anak orang kaya di kota bandung, dan selama berpacaran dengan nya dia sopan dan tidak pernah berbuat yang tidak sopan dan pantas pada ibu.
Ibu menjual keperawanan pada lelaki tua seorang rentenir yang sering menagih hutang pada keluarga kami dengan menghapus semua hutang keluarga kami. Setelah melakukan perbuatan bodoh itu ibu sangat menyesal sudah mengkhianati tisna kekasih ku dan tidak bisa menyerahkan keperawanan ibu di malam pertama untuk suami ku kelak.
Ibu mengambil keputusan untuk putus dari bapak karena sudah merasa tidak layak sebagai seorang wanita yang baik buat nya, tetapi bapak mu tetap tidak mau putus dan dengan jujur ibu mengatakan kejadian ibu menjual tubuh dan keperawanan demi membayar hutang di rentenir dan berharap agar bapak segera menjauhi ibuu bahkan bila perlu membenci ibu, justru bapak tetap mau menerima ibu apapun keadaan ibu saat ini.
Setelah ibu kehilangan keperawanan ibu sudah merasa hina dan memutuskan mencari uang dengan cara menjual diri, beberapa pelanggan tetap kaya raya bahkan orang asing sudah pernah merasakan tubuh ibu.
Hingga suatu hari tisna membawa ibu ke rumah nya dan disitulah papa nya tisna melihat ibu, papa nya tisna adalah salah satu pelanggan tetap ibu, dia tidak mau tisna berpacaran dengan ibu yang seorang pelacur dan jika bersikeras tisna di usir dan tidak lagi diakui anak sama papa dan mama nya.
Bapak mu memilih keluar dari rumah dan dia pergi dari rumah nya tanpa membawa uang sepeser pun, lalu dengan yakin mengajak ku pergi dari hadapan orang tua nya.
Dari kejadian itu ibu memutuskan sepenuh nya akan mengabdikan hidup ibu buat tisna bapak mu, dan ia dengan nekat mengajak ibu menikah saat usia kami masih 17 tahun.
1 tahun pernikahan kami lancar tanpa ada hal-hal besar menghalangi pernikahan kami.
Hingga suatu hari bapak pulang ke rumah dengan badan penuh luka dan sekujur tubuh nya memar, akhir nya ia bercerita bahwa ia habis dipukuli oleh penagih hutang yang selama ini belum ia bayar-bayar karena memenuhi kebutuhan hidup kami.
Sampai saat ini ibu tetap mencintai nya dan sudah memaafkan semua kesalahan nya, ibu tidak kuat menceritakan perjalanan pahit kami berdua pada mu nak, biar ibu dan bapak saja yang mengalami jangan sampai kamu ikut mengalami nya".
Lanjutan nya di bawah.....