Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
1 - Lembaran Baru Keluargaku
POV: Edisen


MEOBA3B_t.jpg

Di tempat baru ini, papa mulai membuka toko kelontongnya yang letaknya tidak jauh dari rumah. Suasana toko masih sepi karena belum ada pembeli. Mungkin kami masih pendatang baru jadi orang2 belum mau mampir ke toko kami. Di toko hanya ada aku, papa dan mama yang masih menunggu pembeli. Kebetulan aku masih dalam masa liburan sekolah.

Hari sudah mulai sore tiba2 ada 3 orang laki2 berwajah sangar masuk ke toko. Papa segera menghampiri mereka lalu berkata: "Mau beli apa Pak?" Tapi rupanya mereka bukan berniat ingin membeli. Ketiga lelaki ini adalah preman yang ingin minta uang sebagai tanda perkenalan, alasanya begitu.

Awalnya mereka memperkenalkan diri kepada papa. Ku dengar ketuanya bernama Pak Imron. Sepertinya usianya tidak beda jauh dengan papaku. Kalau postur tubuh Pak Imron keliatan lebih tegap sedangkan papa itu agak gemuk. Lalu 2 rekannya tampak lebih muda tapi mereka tidak sebut namanya. Keliatan kalau mereka itu anak buah Pak Imron. Yang satu tampak kurus dan satu lagi gemuk kayak papa.

Pak Imron: "Sore ko Afuk, begini ko. Kami ini pemuda setempat yang menjaga keamanan kampung kita ini. Jadi biar rumah dan toko ko Afuk aman, ko harus bayar uang keamanan."

Papa: "Berapaan yang harus dibayar?"

Pak Imron: "Karena koko ini orang baru di kampung kita ini, ko Afuk harus bayar dulu uang perkenalan satu juta, baru nanti bulanannya 300 ribu"

Jumlah yang diminta cukup besar sehingga papa keberatan untuk membayar kepada mereka. Papa berusaha untuk minta kurang tapi Pak Imron tidak mau. Aku paham kondisi keuangan keluarga kami memang itu angka yang cukup besar. Toko saat ini belum ada pembeli dan papa masih terikat banyak hutang, belum termasuk hutang kredit barang2 toko.

Papa dengan tegas menolak permintaan Pak Imron sampai mulai terpancing amarah. Mendapat respon begitu, Pak Imron juga tidak mau kalah tegas. Dia mengancam kalau tidak dibayar maka dia tidak bisa menjamin keamanan rumah, toko bahkan nyawa.

Mendengar ancaman Pak Imron, papa bukannya takut tapi malah menunjukkan perlawanan. Kedua anak buah Pak Imron dengan sigap mendorong papa dengan sikunya, lalu tangan satu lagi diangkat lalu dikepalkan disamping kepala siap2 ingin meninju papa.

Satu tonjokan terlontar ke wajah papa tapi papa tidak bisa melawan 2 orang sekaligus. Lalu dengan cepat mama mendekat menarik tangan papa supaya menjauh dari kedua anak buah Pak Imron.

"Sudah pakk sudah... maafin suamiku nanti kami akan usahakan bayar. Tolong beri kami waktu Pak.." begitu kata Mama. Lalu Pak Imron memerintahkan kedua anak buahnya berhenti memukul papa.

"Hahaha.. kalo begini cara ngomong nya kan lebih enak cik..." kata Pak Imron. Setelah mama datang amarah Pak Imron sedikit mulai mereda. Mata Pak Imron menatapi mama dari rambut sampai kaki sambil tersenyum.

Dengan sinis Pak Imron bilang: "Woi ko.. untung ada binik lu yang cantik ini, kalo gak elu udah kuhajar sampe mati, tau ga loo"

Lalu Pak Imron mendekati mama lalu bilang: "Jadi maksud cici kapan mau dibayar hahh...?" Matanya menyoroti tubuh mama dari atas ke bawah sambil senyum2 penuh arti.

Mama waktu itu memakai pakaian kaos oblong yang agak ketat sehingga sedikit menonjolkan buah dadanya dan celana pendek selutut. Bodi mama itu termasuk langsing untuk ukuran seorang ibu yang sudah beranak dua. Ukuran payudaranya kalau aku taksir sekitar 36 C. Dulu sebelum papa bangkrut mama rajin mengikuti aerobik di sanggar senam untuk mengencangkan tubuhnya. Namun untuk sekarang mama hanya bisa melakukan itu di rumah jika ada waktu senggang. Mama termasuk wanita yang cukup memperhatikan soal perawatan diri.

"Pokok kami akan usahakan secepatnya Pak..." jawab mama sambil tunduk karena takut berhadapan dengan Pak Imron. Dengan pelan Pak Imron bilang: "secepatnya itu berapa lama cik..?"

"Kami usahakan beberapa hari ini ya Pak.." jawab mama.

"Saya pikir malam ini cici ini mau bayar... rupanya beberapa hari lagi, kelamaan itu cikk..." kata Pak Imron.

"Jadi gimana dong Pak uangnya belom ada, nanti dalam dua Bapak balik sini lagi..." kata mama.

"Lu udah gila Ling... dua hari cari duit dari mana kita.." tiba-tiba papa bicara dengan nada suara tinggi seperti mau bertengkar. "Nanti kita bicarakan Fukk.." jawab mama.

"Ling, lu kan tahu jelas kita gak punya uang lagi.." kata papa seakan memulai pertengkaran.

"Hei..hei... saya gak suka liat sandiwara kalian di sini" Pak Imron memotong pembicaraan.

"Saya tidak mau tahu, dua hari lagi saya akan balik, biar kalian tahu ya selama belum bayar saya gak bisa jamin keamanan di sini" ancam Pak Imron lalu pergi meninggalkan toko.

Selama dua hari ini papa dan mama selalu bertengkar mengenai masalah ini. Sejak papa bangkrut amarah papa suka meledak-ledak. Mama selalu jadi korban emosi papa. Tidak jarang aku dengar mama dimaki papa dengan kasar. Gak liat tempat gak liat waktu, papa bisa bentak mama kalau lagi bertengkar. Sampai kata2 kotor pun bisa keluar dari mulut papa. Mungkin itu sebabnya kenapa istri pertama papa meninggalkan papa.



Malam itu ku dengar papa dan mama lagi berantam di ruang tamu.

Papa: Jadi lu mau cari duit dimana bayar itu orang?

Mama: Itu uang yang ada di tabungan dipakai dulu buat bayar

Papa: Gak bisa Ling!!! aku ada penting dengan uang tabungan itu, enak aja buat bayar itu preman sialan

(Suara papa mulai tinggi)

Mama: Jadi kalo gitu uang dari mana dong???

(Mama mulai panik gak ada solusi)

Papa: Itu urusan lu sama itu preman, kan lu yang janji sama dia. Lu mau pinjam kek lu mau rampok kek lu mau jadi lonte sekalian itu urusan luu, aku kagak mau urus !!!!

(Kata papa dengan penuh amarah)

Mama: Sen, lu itu bicara gak pake otak ya !!!! Kayak aku bukan istri lu ajaaa

(mama mulai marah)

Papa: Istri macam apa lu Ling!!! janji sama orang bukan nanya suami dulu baru bikin janji. Kalau lu mau melangkahi aku, sekarang lu urus aja sendiri !!!!

Papa lalu masuk ke kamar meninggalkan mama yang duduk sendiri di ruang tamu sambil menangis.

Malam itu aku lagi enak2 tidur tiba2 saja kedengaran ada orang melempar batu ke atas genteng. Ini terjadi beberapa kali sepanjang malam.



Keesokan harinya,

pagi-pagi aku duluan mengantar mama dengan sepeda motor untuk buka toko. Sedangkan papa masih belum bangun sepertinya amarahnya belum surut.

Letak toko kami sekitar 500 metar dari rumah kami melewat beberapa persimpangan jalanan kampung.

Toko kami ini berbentuk ruko satu tingkat, di belakang ada satu dengan sebuah ranjang kadang aku bisa pakai untuk istirahat, dan ada meja untuk aku mengerjakan PR sekolah.

Di belakang toko terdapat sebuah bangunan besar bekas gudang penyimpanan cangkang sawit. Ruko yang kami pakai untuk buka toko adalah bekas kantor administrasi gudang sawit. Semua ini milik teman papa yang dulunya pernah membuka pabrik CPO skala kecil tapi kini sudah bangkrut.

Sesampai di sana ternyata toko kami kemalingan. Maling masuk melalui pintu belakang soalnya kami lihat tidak terkunci karena sudah dirusak. Menurut mama kami kehilangan sekitar sepuluh karung beras dan beberapa kotak rokok.

Mendengar kabar itu papa segera menyusul ke toko. Sesampai di toko papa marah2 sambil memaki2 Pak Imron karena menanggap pasti dia dalang di balik semua ini.

Papa segera memanggil tukang kenalan papa untuk segera memperbaiki pintunya. Setelah engsel pintu diperbaiki, kali ini pengamanan pintu memakai gembok yang lebih besar yang kata tukangnya lebih aman.

Selama di toko suasana begitu sepi hanya ada 2 atau 3 pembeli sepanjang hari. Mama dan papa sepertinya belum berbaikan. Mereka hanya bicara seperlunya itupun dengan nada yang ketus. Malam harinya, aku masih mendengar pertengkaran orangtuaku. Aku udah capek mengikuti pertengkaran mereka, lalu aku pun pergi tidur di kamarku.

Besok adalah hari dimana Pak Imron akan datang ke toko sesuai janji mama. Mereka sedang bertengkar soal gimana menghadapi esok hari.

Intinya Papa tidak setuju membayar Pak Imron. Urusan ini papa sudah serahkan ke mama karena papa menganggap mama sok pinter janji2 ke Pak Imron.

Bagaimana mama mendapatkan uang untuk membayar Pak Imron?

Apakah mama punya cara lain untuk menyelesaikan masalah ini?
 
Terakhir diubah:
Udah bagus itu kok.

Lanjutkan saja agan ? Masih belum bisa nebak2. Mungkin aja.

1. Linda palingan melayani Pak Imron. Entah gimana eksekusinya
2. Edisen punya cara sendiri buat mencegah hal tersebut. Masa pasrah gitu, kayak kaga ada harapan aja atau minjem temennya kek.
3. Atau Cici2nya membantunya. Baik dalam syahwat atau jien / duit.
4. Tadi kluenya cuckold. Apakah suaminya Linda bakalan melihat istri keduanya di goyang lelaki lain.

Konflik udah ada. Tinggal menunggu apa yang agan sajikan aja.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd