Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY - TAMAT Slamet kan aku

mas slamet jangan lama pindahannya ya. itu pare berotot gimana kabarnya
 
Keren gan....ikut gelar tikar....hehehehehee ojo suwe suwe nek nguduh kates...selak garing sumure....
 
Cie..Cie..Cie..Cie..



"Mas Slamet, saya nikahkan kamu dengan Anggun Setya Dewi binti Sugeng Raharjo dengan mas kawin seperangkat pakan ternak tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Anggun Setya Dewi binti Sugeng Raharjo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Jawabku lantang

"Sah?..sah?..sah?" tanya penghulu memastikan

"Sahhhhhh." teriak warga yang datang dipernikahanku.

"Akhirnya sekarang halal." celetuk salah seorang tamu dipernikahanku.

Aku sebenarnya masih bingung, bagaimana aku bisa duduk dipelaminan dengan sosok yang sebenarnya aku sendiri tidak kenal. Cantik, putih, rambut disanggul dan tertutup sedikit jilbab ala anak muda jaman sekarang dengan kebaya putih yang melekat di badannya. Menambah nilai cantik yang dia miliki. Bahkan aku masih tidak percaya dengan apa yang aku alami. Menikah, menyatukan 2 hati menjadi satu, dan menyatukan 2 keluarga yang memiliki karakter yang berbeda. Dan aku sekarang mengalaminya sendiri.

Bagaimana aku dipajang di pelaminan, duduk, menyalami para tamu dan harus tetap tersenyum mesti lelah menghinggapi tubuh.

"Cantik." pikirku dalam hati.

Bagaimana bisa aku lupa ingatan dan tiba-tiba saja sudah berada dipelaminan dengan wanita secantik ini. Lebih cantik dari Janah, atau siapalah wanita yang sudah aku kenal selama ini. Tapi memang harus diakui, pendampingku saat ini benar-benar cantik. Bahkan kecantikannya sudah berada di level artis. Tapi sebenarnya gak perlu bingung dong. Orang ganteng kaya aku pasti memang sangat pantas bersanding dengan wanita secantik Anggun.

Ehhhmmm, sebentar, sepertinya namanya sudah tidak asing lagi ditelinga. Anggun, sekali lagi aku menatap wajah cantiknya. Dia tersenyum tersipu dan pipinya pun tampak memerah. Sekali lagi aku coba mengingat-ingat nama itu, dimana aku bertemu dan bagaimana bisa hal ini terjadi. Dan jawabannya adalah ketika mataku kembali menatap ke arah Anggun, tampak seekor ayam betina yang cukup seksi dengan pantat yang aduhai sedang mengedip genit kepadaku. Tapi tetap saja seekor ayam, bukan lagi wanita cantik yang aku terima nikahnya tadi.

#

Tokkk..tokkk..tokk.. tokkk..

"Le, bangun le, sudah siang, itu ada temenmu nyariin."

Astaga, untung cuma mimpi, aku nikahin ayam pemberian mbah Dharmo, coba kalo beneran mau jadi bentuk apa anakku nanti. Tapi aku sih tetap yakin kalau keluarnya cowok pasti anakku akan mewarisi ketampananku. Meskipun dengan kepala manusia dan bertubuh ayam. Tapi sudah dapat dipastikan kalau dia akan menjadi idola dikalangan para ayam betina.

Kutengok jam yang menempel di dinding kamar, ternyata memang sudah siang. Sudah hampir tengah hari. Untung saja hari ini aku tidak janji dengan siapapun. Tapi siapa yang berani-beraninya ganggu tidurku tadi. Bertamu tidak tahu waktu. Seharusnya dia menunggu mimpiku selesai, paling tidak sampai malah pertamaku selesai dulu. Jadi aku kan bisa ber"nananina" dengan Anggun terlebih dulu.

Aku melangkah ke teras rumah, terlihat sepeda motor berwarna Hijau. Dimana sang pemilik sering sekali merepotkanku. Entah untuk urusan apa saja pasti akan membuat aku repot. Dan dari bau-baunya sih dia mau bikin aku repot lagi deh.

"Halooo Met." kata seorang lelaki yang sok misterius dengan menggunakan topi dan juga kacamata. Dan tetap saja tidak menutupi wajahnya yang tidak ganteng.

"Apa Jo?, tak kira udah lupa sama aku." balasku

"Gak lah Bro, kamu kan pahlawanku, masa aku bisa lupa."

Sembarangan si Paijo kalau ngomong, masa dibilangnya aku pahlawan, apa dipikirnya aku neneknya, sampai disamain sama pahlawan.

"Udah Jo, gak usah basa-basi, kamu mau minta tolong apa?" tanyaku memastikan.

Sebenarnya tidak perlu ditanya lagi, kedatangannya kesini pasti cuma buat minta tolong ke aku. Kalau memang gak terlalu ngerepotin sih pasti bakalan aku bantu, cuma kalau memang ngerepotin banget ya maaf-maaf saja aku gak bisa bantu lagi.

"Bro, aku mau nikah." katanya mantap

Tuing, tuing, tuing, tuing. Paijo mau nikah, tapi sama siapa?, belum juga lulus kuliah dia udah mau nikah aja. Mau dikasih makan apa anak istrinya nanti. Mungkin mau dikasih makan rumput atau kerikil. Biarin aja sudah, kok aku malah ribet bener jadi manusia. Kalau terus-terusan kaya gini lama-lama aku malah dikutuk menjadi monyet nanti.

"Siapa yang kamu hamili Jo?, Hesti?" tanyaku memastikan.

"Bukan Met, tapi Janah." jawabnya tertunduk.

Buuukkkkk..

Satu tinjuku langsung melayang ke mata Paijo. Tanpa ada perlawanan sekali, bahkan dia malah tertawa menerima pukulanku itu.

Kenapa harus Janah yang menjadi korban kebiadaban Paijo. Kenapa bukan Hesti atau wanita yang lain. Dan kenapa juga Janah harus mau dengan makhluk ghaib bernama Paijo. Kenapa, kenapa, kenapa.

"Sorry Met, kamu kalah." imbuh Paijo.

"Kamu Asu Jo." kataku pelan

Ya benar aku merasa sudah tertusuk dari belakang, rasanya seperti coklat. Coklat panas yang langsung dituangkan ke lidah. Sakit, benar-benar sakit.

"Kamu serius Jo?" tanyaku memastikan.

"Iya bro, aku emang udah hamilin dia." jawabnya mantap dengan senyuman.

Buukkkkk..

Lagi-lagi satu tinjuku melayang kemata kanan Paijo, namun dia tidak menghindar sama sekali. Tidak juga ada perlawanan darinya. Paijo hanya tersenyum ketika menerima pukulan dariku.

Aku masih bingung benar tidaknya yang dikatakan oleh Paijo. Sejujurnya aku sangat percaya bahwa Janah tidak bakal mengkhianatiku dan juga sahabatnya. Karena jika Janah benar-benar hamil oleh Paijo, berarti dia juga mengkhianati Hesti. Namun apa yang telah ditunjukkan oleh Paijo mampu membuatku percaya bahwa Janah memang telah dihamili olehnya.

"Kita tunggu bentar lagi Bro, orangnya baru dijalan kok." lagi-lagi Paijo menjawabnya dengan sangat santai, tanpa ada tekanan dan penyesalan sama sekali.

Lagi-lagi aku hanya bisa diam menengar perkataan Paijo. Aneh memang, tapi kalau benar yang terjadi seperti itu aku harus ngapain. Pukulin Paijo sampai mati?, jangan deh, kasian orang jelek itu juga punya orang tua. Lagian kasian anak Janah nanti, bisa-bisa gak tau siapa ayahnya.

Tidak lama kemudian Janah datang dengan sepeda Motornya. Kali ini dia tidak dengan Hesti, berarti apa yang dikatakan Paijo bukanlah isapan jempol belaka.

"Hay mas." sapa Janah

Tetapi kali ini dia sama sekali tidak mau menatapku. Apa ada yang aneh denganku, atau mungkin dia benar-benar merasa bersalah.

"Iya." balasku

Grooooaaaammmm, yang 1 sahabatku, yang 1 kekasihku, tapi sama-sama bikin pusing kepalaku. Dasar embek, pengkhianat kelas kakap, berani-beraninya mempermainkan aku. Seharusnya mereka berdua tidak datang kemari hanya untuk memberitahu hal itu. Cukup diam atau menitipkan undangan nikahan mereka kepada temenku. Bukan malah dengan gamblang menyampaikan maksud dan tujuan mereka.

Dipikirnya aku bakal ikut bahagia dengan kedatangan buah hati mereka, itu cuma dalam dongeng, tidak untuk kisah hidup seorang super Slamet. 2 kali pacaran dan 2 kali dikhianati. Kisah yang tak sempurna tuk dikenang.

Aku masuk kedalam rumah dan meminta mereka berdua untuk meninggalkan ku sendirian. Sebenarnya aku masih tidak habis pikir, kenapa mereka berdua tega untuk melakukan tindak kecurangan kepadaku. Apa aku memang pantas untuk dikaya ginikan. Perasaan aku gak ada salah sama mereka.

Aku lihat kalender ulang tahunku juga masih sangat lama, jadi tidak mungkin kalau mereka hanya ingin mengerjaiku. Toh kalau memang cuma ngerjain aturan gak kaya gini juga kan. Ini sudah keterlaluan, berani-beraninya mainin hati seorang Super Slamet.

Kembali aku melihat mereka dari balik jendela, tampak ibuku menemani mereka di teras. Terlihat juga senyum bahagia dari wajah Janah. Senyum yang berbeda saat dia sedang bersamaku. Apa mungkin mereka memang saling mencintai. Terus selama ini aku dianggap sebagai apa?. Kenapa mereka malah jahat banget sama aku. Sama orang yang selalu mencoba berbuat baik untuk mereka.

Apa perlu aku balas perbuatan mereka, kalau harus aku balas berarti aku harus hamilin Hesti?. Sepertinya itu pilihan yang tidak menarik. Lagian bagaimana bisa burung pipit milik Paijo mengalahkan pare berototku yang perkasa. Pasti dia pakai ilmu guna-guna.

Aarrrgggghhhh, terserah aja mereka mau berbuat apa, toh yang jelas sekarang Hesti sudah hamil dengan Paijo. Sedangkan aku harus meratapi nasibku yang semakin tidak jelas. Semua berujung kegagalan. Percintaan gagal, kuliah hampir gagal, dan semua menjadi kacau semenjak negara api menyerang.

Aku melangkah menuju kamarku, berusaha tidak peduli dengan apa yang terjadi diluar. Dua manusia yang telah berbuat dosa tetapi sama sekali tidak ada rasa penyesalan dalam hati mereka. Yang ada seperti kepuasan karena sudah bisa mempermainkan hatiku.

Sepertinya aku masih punya 1 botol Anggur kakek tua yang aku simpan dalam lemari. Minuman yang aku simpan untuk saat-saat seperti ini. Aku buka tutup botol dan mulai aku teguk minuman warna merah yang ada di dalamnya. Manis, berbanding terbalik dengan kisah hidupku yang selalu pahit. Ingin rasanya aku menyalahkan Tuhan karena memberikan kisah hidup yang seperti ini. Cuma sepertinya ini tidak semuanya salah Tuhan, karena aku yakin Tuhan selalu baik dengan kita. Meskipun kita gak bisa seperti Tuhan.

Ya sepertinya memang salah penulis kisahku yang enggan membuatku menjadi orang yang beruntung. Aku hanya menjalani takdirku sebagai seorang Slamet Arya Seta yang menjalani hidup dengan dengan tidak jelas. Seperti kisah hidupku yang semakin tidak jelas, entah mau berlanjut atau berakhir sampai disini.

Semakin aku coba melupakan kejadian antara Janah dan Paijo, semakin terasa sakit yang aku rasakan. Tapi mau bagaimana lagi, toh nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin kembali menjadi baik. Toh masih banyak perempuan lain yang lebih baik dari Janah. Meskipun kerang mentah milik Janah memang lebih spesial jika dibandingkan dengan kerang mentah milik wanita lain. Ya kerang mentah milik Janah seperti dimasak asam manis, sedangkan kerang mentah yang lain hanya dibumbui sedikit garam.

Tak terasa sudah lebih dari setengah botol anggur yang aku habiskan. Kepalaku menjadi semakin berat, pikiran tentang kerang asam manis milik Janah malah semakin menjadi di otakku. Yang memaksa pare berototku juga ikut berpikir dan berdiri tegak butuh lawan. Biasanya aku tinggal memanggil Janah untuk membantu agar pare berototku kembali turun. Tetapi untuk kali ini sepertinya aku harus membutuhkan bantuan orang lain.

Aku mengambil dompet berharap masih ada para pahlawan proklamasi yang akan membantuku menyelesaikan masalah pare berototku. Ternyata hari ini aku masih beruntung, meskipun dijaga oleh beberapa lembar pahlawan bergolok namun masih ada 5 lembar pahlawan proklamasi yang mau tinggal dalam dompetku. Yang berarti aku masih bisa minta bantuan teh Selly untuk sekedar secelup dua celup.

Saat aku keluar rumah aku lihat Janah dan juga Paijo masih mengobrol dengan ibuku. Aku yang sudah tidak mau tau tentang mereka langsung memacu Dolmen secepat mungkin. Meninggalkan mereka tanpa pamit, menuju tempat yang aku anggap paling nyaman untuk sekarang. Teh Selly, wanita yang selalu mengerti apa kemauanku. Yang mengajariku berbuat sesuatu yang sangat enak.

Sepertinya Dolmen juga tahu kalau saat ini aku sedang sedih, buktinya dia membawaku cepat sampai di salon langgananku. Kakipun tanpa aku suruh sudah melangkah masuk kedalam salon. Tampak teh Selly langsung tersenyum saat melihatku.

"Lama gak kesini mas?"

"Iya mbak, lagi sibuk skripsi." jawabku singkat

"Seperti biasa mas?"

"Iya mbak."

Teh Selly langsung menarikku ke dalam kamar, kamar yang sudah lama tidak pernah aku datangi. Suasana kamar masih tertata seperti dulu. Tanpa ada perbedaan sama sekali. Mungkin hanya letak bantal dan gulingnya saja yang berbeda.

Teh Selly memelukku dengan sangat erat, seperti ada kerinduan yang dia tahan selama ini. Bibirnya memangut bibirku dengan sangat nafsu. Lidahnya menerobos rongga mulutku, mengajak lidahku untuk saling beradu.

"Kangen mas." bisiknya disela ciuman kami

"Eeh." jawabku singkat

Tangan teh Selly, memainkan pare berototku dari luar celana, sedangkan ke dua tanganku sudah berhasil membuka kemeja yang teh Selly gunakan. Kini di depanku terpampang kelapa hijau yang masih tertutup BH. Lebih besar dari pertemuan terakhirku dengannya. Dan terasa lebih kenyal saat aku remas.

"Aaahhh."

"Tambah besar ya teh." tanyaku memastikan

"Iya, jarang dijengukin mas Marko sih." jawabnya

"Hehe."

Teh Selly sudah berhasil mengeluarkan pare berototku dari sarangnya. Mulutnya kini sudah tersumpal pare berototku yang masih belum berdiri sempurna. Terasa aneh memang, tadi saat bayangan Janah muncul dia bisa berdiri sangat tegak, sedangkan kini saat sedang berada dalam cumbuan teh Selly pare berototku masih enggan untuk berdiri.

Sudah 10 menitan pare berototku berada di mulut Teh Selly, namun sepertinya sang Jagoan masih tidak mau berdiri. Teh Selly yang sepertinya sudah capek menatapku dengan tatapan kecewa.

"Mas."

"Iya udah, biarin dulu, istirahat 15 menit ya teh, semoga masih mau."

Ya sepertinya memang hari ini adalah hari sialku. Semua berubah menjadi kacau sejak aku masih hidup dalam dunia mimpi. Tapi yang terjadi biarlah terjadi. Kita tunggu 15 menit ke depan apakah peruntunganku akan kembali baik.
 
keduax diamankan.
om soleman tega amat sama slamet. kasian si slamet
 
Jiah Met Slamet.. Apes amat nasibmu..

Kyknya pare berotot + aji kontol geong masih kurang joss.. Coba tambahin motte kyk Novian tuh.
 
Slamet slamet....andai cerita ini ada pov janah dan paijo bgaimana mereka berdua menghianati slamet...

Nasib mu nda pernah bhagia ya met
 
gk ikutan lomba met???

lumayankan, sapa tau bisa merubah nasib apesmu dan bernananina sama banyak artis...:konak:

#masih galau son...:semangat:
 
Kecewa aku met, apdetmu agak ga nyambung dgn cerita yg lagi berjalan. Terkesan maksa, apa karena gw tagih terus met? Btw, :cendol: sent yaks :beer:
 
curiga om sole marah ini gara" ditagih update terus makanya jd updatenya yg bikin emosi pembaca jg...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd