Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG STORY OF DE

Status
Please reply by conversation.
Tifa ntar tau kalau adiknya juga suka dendi, akhirnya sharing pacar...
 
wah belom ada update yaa, yaudah selalu ditunggu hu update nya hehe
 
Maaf..maaf para suhu semua..:hua:

Karena kemarin ane kurang enak badan jadi nggak ada nafsu buat nulis..

Kalau nafsu yang lain masih ada kok:D, walaupun ane nggak tau mau ngelampiasin kesiapa nafsu ane ini..
Eh keceplosan:malu:..:bata:..:((..:sendirian:

Tapi hari ini ane udah selesai nulisnya:haha:

Walaupun masih tulisan kotor..
Mungkin sore atau malam ane update setelah ane revisi dulu..

Mohon maaf sekali lagi dan ane mau bobo dulu, :bye:
 
Maaf..maaf para suhu semua..

Karena kemarin ane kurang enak badan jadi nggak ada nafsu buat nulis..

Kalau nafsu yang lain masih ada kok, walaupun ane nggak tau mau ngelampiasin kesiapa nafsu ane ini..
Eh keceplosan......

Tapi hari ini ane udah selesai nulisnya

Walaupun masih tulisan kotor..
Mungkin sore atau malam ane update setelah ane revisi dulu..

Mohon maaf sekali lagi dan ane mau bobo dulu,

Lampiasin ke siapa .. ? Lah itu emaknya Tania ngga akan nolak Bray ... Hahaha
 
Hahaha...si om ngomong pelampiasan...tania aja keduluan sama tifa...update hu..
 
9#


1a590-puy-brahmantya-kembaran-astrid-tiar-2.jpg
Tifasya Putri Atmadjaya

e364de77dce3775d8adfea0e2ebe93be.jpg

Tania Putri Atmadjaya

Model+Rambut+Poni+Anak+Perempuan.jpg

Kyarannisa Almira



Weekend telah tiba, hari ini adalah hari dimana aku akan bertemu dengan Kyara anaknya Mbak Tifa, aku cukup grogi memikirkannya, apakah dia akan menyukaiku, pikirku. Entah dia suka atau tidak, biar lah itu jadi urusan nanti, aku terlalu memikirkan hal yang bahkan belum terjadi. Seperti yang pernah aku katakan ke mbak Tifa, "Biarlah takdir menuntun kearah mana hubungan kami".

Saat aku sedang hilang dalam lamunanku, aku melihat sebuah mobil yang aku kenal masuk kedalam kos'an dan kemudian turunlah seorang wanita yang sangat kukenal dengan atasan yang yang cukup ketat yang bisa memperlihatkan lekuk tubuhnya dan bawahan dengan dengan celana jeans panjang dengan banyak robekan yang menghias di sebagian celananya.

"Hei Hei, ngeliatnya biasa aja" ejeknya saat dia melihatku kehilangan fokus saat menatap dadanya.

"Ehh maaf, ini serius keluar pake baju kayak gini Mbak?"

"Emangnya kenapa?, nggak bagus yaa?" tanya nya dengan dia menunduk melihat pakaian nya.

"Bagus sih, tapi kok aku nggak rela ya, biarin orang lain ngeliat Mbak pake baju kayak gini" jawab ku sedih, karena aku memang nggak rela

"Eh, emang ini kelihatan seksi ya?" tanyanya dengan aku mengangguk sebagai jawaban.

"Ternyata cowokku ini posesif juga ya, iya sayang aku ada jaket kok dimobil" jelasnya, yang membuatku sedikit tenang, hingga sebuah teriakan yang terdengar imut menggangu kami.

"Bundaaaaa, kapan Kya maennnyaaa"

Kami berdua hanya menatap kearah mobil dengan kaca terbuka dan terlihat anak perempuan yang sangat lucu dan cantik dengan bibirnya dimanyunin yang membuat dia semakin imut.

"Ck Ck Ck, ini Bunda ny gimana sih, kok anak ditinggal sendiri" singgungku tapi bercanda ke mbak Tifa sambil berdiri dan berjalan kearah mobil.

"Yeee, salahin Ayahnya juga lah, Bundanya malah diajak ngobrol" jawab mbak Tifa yang membuat aku terdiam.

AYAH? Tapi jujur aku cukup senang mendengarnya.

"Sayang, kalau bisa kamu jangan panggil aku Mbak ya. Soalnya kan aku ingin Kyara mengenal kamu sebagai pasanganku" pinta mbak Tifa dimana aku mengerti, kalau aku memanggil mbak Tifa dengan "Mbak", bisa jadi Kyara salah paham, dan menganggap ku hanya sebagai teman bunda nya.

"jadi manggilnya apa ni?" tanyaku bingung

"Ya, terserah kamu, Bunda juga boleh" jawabnya dengan senyum yang ahhh sudahhlahhh.

Ketika aku sampai dan menaiki mobil di kursi pengemudi. Kyara hanya diam dan melihatku tanpa henti yang cukup berhasil membuat aku sedikit Grogi.

"Hai, kita belum kenalan ya? Nama om, om Dendi.. Kalau cantik namanya siapa?" tanyaku

"......." dan kyara hanya diam dan terus menatapku

"Sayang, kok ditanya malah diem sih" mbak Tifa pun tidak bisa tinggal diam melihat kejadian ini.

"..... Kyala om" jawabnya dengan nada lucu tapi dia terus menatapku

"Kyara ya... Kyara pengen main?" tanyaku dan dia hanya mengangguk dan terus menatap ku.

Akhirnya aku mulai mengemudi dan mengarah ke wahana bermain dimana ini tempat favoritnya Kyara, aku dan Mbak Tifa hanya melihatnya dengan senyum bahagia dan mengikuti kemanapun dia pergi dari satu permainan ke permainan yang lain.

Tapi aku sering melihat Kyara seperti memperhatikan kami juga, terutama saat aku memanggil mbak Tifa dengan panggilan sayang atau Bunda dan Mbak Tifa selalu menggandeng lenganku. Setelah sekian lama dia akhirnya berhenti bermain karena kelihatannya dia cukup lelah.

" Sayang capek ya, kita makan dulu ya, Kya laper kan?" tanya mbak Tifa

"lapelll, tapi endoonggg" jawabnya dengan manjanya

"Om aja yang nggendong yaa, Bunda kamu juga capek tu ngikutin Kya daritadi, oke?" tanyaku, karena bisa jadi kesempatan buatku lebih dekat ke Kyara.

Kyara diam sesaat sambil menatapku, lalu membuka tangannya tanda dia mau.

Akupun langsung menggendongnya, dimana dia hanya terus menatapku.

Kami pun berjalan kearah tempat makan dengan aku menggendong Kyara dengan tangan kiri ku dan mbak Tifa menggandeng lengan kananku, dimana beberapa orang sesekali melihat kearah kami.


Tapi yang tidak diketahui De adalah ada seseorang dikejauhan yang terus melihat pergerakan mereka. Tak lama kemudian orang itu mengambil Handphonenya dan menghubungi seseorang.

"Positif, target memang memiliki hubungan serius dengan putri ATMADJA GROUP"


••••••••••


Selesai kami makan, kami pun beranjak pulang karena merasa sudah cukup lelah. Tapi hal terbaiknya adalah Kyara yang awalnya hanya diam dan terus memandang ku mulai sering berbicara kepadaku dan bahkan Kyara yang awalnya cukup kaku saat aku menggendongnya dipelukanku akhirnya mulai nyaman dan membalas memelukku di leherku dan akhirnya dia juga tertidur dipelukanku.

Aku dan mbak Tifa hanya saling memandang dan tersenyum bahagia karena sepertinya ketakutan kami tidak beralasan.

Saat kami sampai dikosan ku, ternyata Kyara terbangun dari tidurnya, dan kemudian dia menatapku cukup lama lalu dia mengucapkan sesuatu yang membuatku dan mbak Tifa sangat kaget.

"Om... Om mau nggak..adi ayah..nya Kyala?" tanyanya dengan polos, yang membuat aku kaget dan terdiam sedangkan mbak Tifa hanya memandangku dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Setelah aku berhasil menenangkan diri dari shock therapy yang dibuat Kyara, aku pun memandangnya sambil tersenyum

"Mau lah, siapa sih yang nggak mau jadi ayah anak yang cantik kayak Kyara gini" jawabku sambil mentoel hidungnya.

"Enelan Om?" tanyanya lagi dan aku menjawab dengan anggukan kepalaku.

"yeeeeee.. Bundaaa.. Kya sekalang unya Ayahhh.."
Teriaknya dengan senyum bahagia

Aku hanya bisa terdiam senang sedangkan mbak Tifa sudah tidak mampu lagi menahan tangisnya.

"Bunda enapa nangis?, Bunda nggak cuka ya, Kyala unya Ayah?" tanyanya dengan polos dan langsung di jawab dengan gelengan kepala mbak Tifa.

"Nggak, bunda nangis karena bahagia kok, Bunda juga bahagia Kyara sekarang punya ayah" jawab mbak Tifa sambil menghapus air matanya.

"Kya uga bahagia, sekalang Kya unya Ayah ama Bunda hehehe" jawab Kyara dengan senyum polosnya.


••••••••••


Disaat bersamaan, disebuah ruangan kantor yang cukup besar dimana duduk seorang pria di kursi kerjanya yang cukup besar dimana itu bisa menandakan posisinya, dan dihadapannya duduk seorang pria dengan santainya menghisap rokok sambil meletakkan handphone nya ke atas meja, seakan orang dihadapannya bukan lah Bosnya melainkan temannya.

"Menurut informan, itu memang positif" pria dengan rokok dimulutnya sengan santai menyampaikan informasi kepada seorang pria didepannya.

"Atmadja Group ya..." berbicara seorang pria di kursi kerjanya atau lebih tepatnya berbisik.

"Jadi gimana Bos? haruskah gw mulai bergerak?" tanya pria dengan santai kemudian dengan hisapan terakhirnya lalu mematikan rokoknya ke asbak didepannya.

"Anto..Anto.. Ini bukan seperti gaya mu yang biasa, sepertinya kamu sangat semangat kali ini ya?

"Sudah lama aku tidak merasa seperti ini" Jawab anto dengan sebuah gairah yang terlihat dimatanya.

"Biarkan saja dulu, tidak ada gunanya membuat gerakan sekarang, kamu tau kenapa?" tanya seorang pria yang dipanggil Bos itu dengan senyum yang bukan tersenyum.

"Haaaaahh..Karena dia masih muda" jawab anto dengan helaan nafas, karena sedikit kecewa tidak bisa membuat gerakan apapun.

"Benar, dia masih "muda". Biarkan dia sendiri melihat seperti apa dunia ini yang sebenarnya, tanpa kita harus mempengaruhi pandangannya"


••••••••••


Ishhhh.. Kak Tifa jahaaaaat... Aku kan juga pengen jalan-jalan, tapi malah dilarang. Mau quality time sama Kyara? Kok aku ngerasa quality time nya bukan sama Kyara doang deh.

Hmm, bisa jadi dia jalan bareng sama si Dedi itu, tapi kan kak Tifa nya bawa Kyara, jadi nggak mungkin. Atau.... Kak Tifa mau ngenalin Kyara ke si Dedi itu? Ini malah nggak mungkin, nggak harus secepat ini kan?

Dedi... Siapa kamu?... Seganteng itu kah kamu?... Semenarik itu kah kamu?...

Eh tunggu dulu... Kak Tifa sama Dedi ini kan belum tentu bener, ini cuma firasat Mama aja..

Tapi... Seperti apa sih si Dedi ini?....


••••••••••


Hatttcchhhiiiiiii......

Shiittttttt... Kampret lu sin, ganggu konsentrasi aja.

Mengingat kejadian malam itu waktu sama mbak Tifa, ehemmm bukan yang itu, tapi pas yang bagian terakhir, iya yang itu. Tapi kalau aku mengingat setelah malam itu, mbak Tifa emang berubah. Dia jadi lepas gitu saat denganku, tidak seperti sebelum-sebelumnya dimana dia seperti menahan sesuatu.

Nah loh, kok jadi mikirin ini sih,skip.


Aku terus memikirkan tentang sibejo yang ternyata bisa keluar dari tubuh dan dari gambaran mbak Tifa, aku meyakini kalau sibejo ini berbentuk listrik. Kalau dari kejadian malam itu, sibejo keluar dari tubuh saat aku ejakulasi, yang berarti sibejo juga bisa keluar melalui urine ku.

Aku langsung beranjak ke toilet sambil membawa baskom kecil, aku mengarahkan sibejo ke penis ku dengan skala yang sedikit lebih besar dari malam itu karena aku yakin itu tidak akan berbahaya untuk penis ku.

Csserrrrrrrrrr...

Sambil memegang baskom yang berisi urine ku, perlahan aku meletakkan baskom itu ke lantai toilet. Aku melihat urine ku dengan serius karena aku ingin melihat apakah ada perubahan, tapi aku hanya melihat sebuah air yang sedikit kekuningan didalam baskom tanpa ada perubahan tertentu.

Aku perlahan menggerakkan tangan ku ke arah tengah baskom, untuk menyentuh urine ku. Saat jari ku menyentuh air itu, aku terkejut saat merasakan jari ku seperti di setrum listrik.

Jadi memang listrik hah?...

Aku memasukkan kembali jariku, tapi aku menahan nya cukup lama, dan aku merasakan seperti tadi dan perlahan jari ku mulai kebas, tapi perlahan rasa itu hilang, kemudian urine ku tidak menyebabkan jari ku seperti disetrum lagi, tapi malah digantikan hangat.

Aku kemudian duduk di kasurku, yang pasti setelah aku mencuci tanganku. Jadi memang listrik, sibejo ini memang listrik, tapi bagaimana tubuhku ada listrik? Inilah pertanyaan terbesarku. Sebaiknya untuk saat ini aku tidak memikirkan hal itu, karena lebih baik aku fokus untuk bisa mengeluarkan sibejo melalui bagian tubuhku yang lain.

Aku perlahan turun dari kasur dan duduk di lantai kamar kos ku, perlahan aku mengarahkan sibejo ke tanganku. Aku bisa merasakan sesuatu yang menjalar ditanganku, tapi aku tidak berhenti. Aku terus mengarahkan sibejo ke jari-jariku, dan aku memaksa sibejo untuk keluar melalui jari-jariku, tapi aku hanya merasa seperti sesuatu yang berada didalam jariku itu menghantam sebuah dinding tebal yang membuatnya tidak bisa keluar.

Aku mencoba dan terus mencoba, tapi hasilnya sama. Setelah beberapa saat, aku mulai merubah metodeku, dimana sebelumnya aku mengarahkan sibejo ke kelima jariku, kini aku hanya mengarahkan sibejo hanya ke jari telunjuk ku. Aku memulai lagi, aku terus mencoba membuat sibejo keluar dari jari telunjukku. Dengan keringat di dahi ku terus bercucuran, aku pun merasa sibejo tidak akan bisa keluar dan hanya membuat telunjukku menjadi merah seperti akan meledak yang membuatku menghentikan aktifitasku.

Hashh.. Hashh.. Hashh..

Aku akhirnya menyadari bahwa tubuh ku berkeringat, dan nafasku juga tersengal-sengal. Aku biasanya untuk lari yang cukup jauh saja tidak akan membuat nafasku menjadi berat, tapi mencoba sibejo untuk keluar membuat ku seperti ini, dan juga pikiran ku menjadi lelah, padahal biasanya otakku akan selalu ringan dan tenang.

Apa mungkin fisik mempengaruhi nya?

Atau mungkin intensitas sibejo masih cukup kecil untuk mampu menembus daging dan kulit ku?

Banyak pertanyaan muncul di kepalaku hingga membuat pikiran yang tadinya memang lelah menjadi semakin lelah. Aku akhirnya menaiki kembali kasurku, berbaring dan tak lama aku pun tertidur.


••••••••••


Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagiku, tapi selain itu yang pastinya Saat malam kami jalan bareng dan aku juga mengetahui bahwa dia menyukaiku adalah malam yang paling membahagiakan juga bagiku, Hmm, Tapi malam itu... juga membuatku sangat bahagia.

Saat dia memelukku, menciumku, dan.... Ahhh mikir apaan sih. Tapi malam itu memang malam yang tidak terlupakan. Entah berapa kali aku "sampe" dibuatnya. Huuu, dasar anak muda staminanya kuat banget, tapi.... Yang terakhir itu, akuu nggak bisa menjelaskannya karena sangat..... Ahhhh... tapi setiap aku memikirkannya, aku bisa merasakan seakan akan getaran itu masih ada.. Ihhhh kok aku malah mikir jorok sih..


Setelah pikiranku tenang kembali, aku melihat anak ku yang lucu dan cantik ini tidur karena pasti dia capek seharian bermain. Haahh, bahagianya aku melihat anakku juga bisa menerima laki-laki yang aku cintai, walaupun aku bingung kenapa Kyara bisa secepat itu menyukai De.

Tapi kalau dipikir-pikir mungkin karena pesona dan kharisma nya?, bisa jadi. Kekasih ku itu memang memiliki pesona dan kharisma yang sulit untuk dijelaskan. Hanya berada disampingnya saja aku bisa merasakan aman, nyaman, bahagia dan ini mungkin yang membuat Kyara menerimanya.

Tapi karena pesona kamu itu De, aku tidak bisa mengekangmu. Karena aku yakin kamu kelak ditakdirkan tidak hanya untukku, walaupun sedikit sakit saat memikirkan hal ini, tapi dengan kamu memberikan cintamu kepada ku apalagi sekarang ada Kyara yang juga membutuhkan cinta mu, itu sudah cukup bagiku.


Akhirnya sampai juga, dan ketika aku masuk sambil menggendong Kyara aku melihat Adikku yang kalau dirumah manjanya minta ampun, tapi kalau diluar, kata orang dia dingin bahkan terkesan sombong, entah lah aku tidak mengerti Adik ku yang satu ini.
Tapi sebelum aku bisa duduk, dia malah menyinggungku karena aku tidak mengijinkan nya ikut jalan-jalan denga Kyara.

"Cieee, yang jalan-jalan tapi nggak ngajak-ngajak ternyata udah pulang"

"Cieee, yang nggak diajakin jalan lagi ngambek" jawabku, sambil membaringi Kyara di sofa sebelahnya, lalu aku pun duduk karena memang aku sangat lelah.

"isshh, Mamaaa..Lihat Kakak tuh" rengek nya kepada Mama, Manjanyaaa...

"Hahaha, emangnya tadi kemana Kak?" tanya Mama padaku sambil menertawakan adikku itu.

"Ngajakin Kyara main, udah lama nggak ngajakin dia jalan-jalan, tapi kayaknya ada yang sebel nggak diajakin" jawabku sambil melirik Tania ,dan dia hanya membuang muka, sebel kali.

"Terus kenapa, adiknya nggak diajakin sekalian?" tanya Mama kembali

"Kakak lagi pengen Quality time bareng Kyara aja" jawabku. Aku dirumah memang dipanggil Kakak oleh orang tua ku.

"Bener cuma berdua?" Tanya Mama kembali dengan Senyum menggoda

"Eh?.." aku kaget, apakah Mama mengetahuinya?.. Feeling seorang Mama memang tidak bisa diragukan.

"Cieee, yang jalan sama cowok" ledek adikku, yang membuatku semakin kaget sepertinya Mama sudah membicarakan hal ini dengan Tania

"Benerankan Kak, tuh lihat muka Kakak, jadi kayak udang rebus gitu, hahaha" sambungnya, aku kaget, apakah wajah ku memerah? Tapi memang wajahku terasa memanas karena ledekkan tania.

"Jalan sama si Dedi itu ya?" tanya Mama kembali, dan aku semakin terkejut. Dedi? Siapa Dedi?... Hmm, Dendi kah? Sepertinya Mama menebak aku dekat dengan penyelamatku itu, tapi tebakannya masuk akal sih dan itu benar. Mama juga sepertinya salah denger pas De ngenali diri dulu. Tapi bagus lah setidaknya untuk saat ini De aman, karena setelah aku mengetahui kalau De dan Tania satu Fakultas di kampus, aku tidak ingin atau Belum ingin memberitahu Tania soal hubungan kami. Saat Aku hanya diam memikirkan omongan Mama, adik kukembali meledek ku.

"Diem berarti bener loh Kak"

Saat aku akan menjawab, aku melihat Kyara sepertinya akan bangun

"Hmmppp... Hmmppp..Enghh.. Bundaaaaaaa.. Haussss.. " rengeknya yang terlihat lucu

"ini sayang minumnya" balas adikku sambil menyodorkan air putih yang diambilnya dari meja.

Setelah meminum air itu, Kyara langsung meringsut ke pelukan ku.

"Tadi Kyara jalan-jalan ya?, seneng nggak jalan-jalannya?" tanya adikku yang dijawab dengan anggukan kepalanya, tapi sesaat kemudian aku langsung terdiam karena kata-kata dan pertanyaan Kyara.

"Cenengggg anget, coalnya Kya jalan-jalannya baleng Ayah hehehe, cekalang Kya udah unya Ayah loh, Ayah Kya anteng loh Tan (Tante,red), ya kan Bun? Bunda, kapan Kya ica ketemu Ayah agi?"

Aku hanya terdiam dengan melihat tatapan kaget dari Mama dan Tania, dan aku tidak bisa menyalahkan Kyara, karena dia memang sejak lama merindukan sosok Ayah.

"Bunda kok diem cih.. Kya kapan ica ketemu Ayah agi" tanyanya dengan polosnya

"Bunda juga nggak tau, soalnya Ayah lagi sibuk juga kan" jawabku tanpa memperdulikan tatapan Mama dan Tania

"Kya elepon aja, oleh kan Bun? Kya engen dengel cuala Ayah" tanyanya dengan riang dan dengan anggukan kepalaku aku menjawabnya

"Yeeee... Elepon cekalang Bun, Kya engen dengel cuala Ayahhhh" Rengeknya

"Udah nanti aja, sekarang Kyara nya mandi dulu, masak mau nelpon Ayahnya badan Kyara bau gini" jawabku, yang langsung membuat Kyara turun dari pelukan ku dan berlari sambil teriak

"Ayooo bundaaa, Kyala engenn andiii.. Epeettt"

Aku pun mengejar Kyara, tanpa memperdulikan Tatapan penuh tanya dari mereka berdua.


••••••••••


Hooaammm... Hmmpp... Enggghhh...

Badan ku terasa pegal semua, padahal cuma mencoba mengeluarkan sibejo tapi capeknya kayak lari keliling indonesia. Aku mengambil Hp ku dan ternyata udah sore, lumayan lama juga aku tidur. Eh, ada misscall dari mbak Tifa, kenapa ya?

Tuut.. Tuut.. Tuut.. Ceklek..

"Halo ayah, baru bangun tidur ya?" tanya suara yang menawan diseberang sana yang membuat aku terdiam

"Halo... Ayah ketiduran lagi ya..? "

"Eh, nggak Mbak, aku Kaget aja, Mbaknya manggil gitu" jawabku

"Lah, kan sekarang kamu udah jadi Ayah, hehehe. Juga, anak kamu tuh dari tadi pengen telponan sama Ayahnya, malah nangis-nangis gara-gara nggak diangkat"

Aku terdiam lagi saat mendengar Mbak Tifa atau Bunda mungkin?, berbicara. Jujur aku belum terbiasa dengan panggilan Mbak Tifa, tapi aku sangat bahagia saat mendengarnya. Mungkin karena aku tidak lagi mempunyai Orang tua, jadi saat aku mendengar gelar Ayah dan Anak itu membuatku bahagia sampai tidak sadar mataku menjadi merah.

"Kok Ayah diem aja" tanya nya lagi

"Eh enggak kok Mb,eh Bun, eh Mbak.. Aku seneng aja denger Mbak ngomong barusan" jawabku gugup

"Hi..hi..hi.. Ayah mah lucu, kalau manggil Mbak, ya Mbak aja.. Bunda, ya bunda aja"

"Ehm, maaf ya Mb,eh Bun... Belum terbiasa"

"Dibiasain dong, kan nggak lucu, Anaknya manggil Ayah, ehhh Ayahnya malah manggil Mbak ke Bundanya, Hehehe"

"Hahaha, iya Aku usahain ya, Eh Kyaranya mana, katanya tadi pengen telponan, Malah daritadi ngobrol sama Bundanya"

"Hmmmm, okeee!!!.... Kyaranya masih tidur, bentar aku bangunin" aku langsung melarangnya, tapi Mbak Tifa bilang Kyara nya memang tidur sudah lama jadi ya aku biarin, hingga terdengar lah suara yang sangat menggemaskan.

"Ayahhhhhh... Uuuu... Ayah dali adi Kya elepon elepon api gak diangkat angkat... Uuuu..." panggilnya dengan suara tangisnya yang sangat menggemaskan

"Iya..iya.. Maafin Ayah ya.. Tadi Ayah ketiduran sayang.." jelasku panjang lebar

Akupun menghabiskan sore dengan berbicara dengan "Anak" ku ini, walaupun aku kadang tidak mengerti apa yang dikatakannya, tapi aku sangat bahagia, seperti ini toh rasanya mempunyai anak.


••••••••••


Di malam hari ini aku bersama Rio pergi keluar, karena kami memang jarang untuk ngumpul bareng lagi, apalagi semenjak Rio sudah mulai belajar sedikit demi sedikit bisnis Ayahnya, aku pun senang mendengarnya ketika dia mulai fokus untuk masa depannya, sedangkan aku bahkan belum memikirkan apa yang akan aku lakukan di masa depanku.

Kami pun nongkrong di sebuah kafe yang cukup terkenal di kalangan anak muda di kota ini, kami juga bertemu dengan beberapa teman kampus dan kami pun bergabung bersama mereka. Kami banyak menceritakan banyak hal dimulai tentang libur kuliah yang beberapa hari lagi, tapi kebanyakan fokusnya sih membahasku. Mereka yang sebagian mengenalku bertanya tentang perubahan ku, masalah aku yang terkenal karena kembali, dan statusku dengan Tania yang pasti aku mengatakan tidak karena aku memang tidak memiliki hubungan apapun, dan saat membahas Tania, yang jadi pemikiranku adalah bagaimana reaksinya ketika dia tau kalau aku menjalin hubungan dengan Kakaknya.

Hingga akhirnya obrolan kami sedikit terganggu dengan kedatangan seseorang.

"wihh.. Pada nongkrong nih, boleh gabung nggak nih?" tanyanya tanpa menunggu jawaban, dia langsung duduk dikursi tongkrongan kami di ikuti dengan teman atau cecunguknya yang juga duduk di kursi terdekat.

"Eh Bram, silahkan, makin rame makin asyik" jawab teman kampus ku yang aku lupa Namanya, karena ini memang penyakitku, bisa mengingat wajah tapi susah mengingat nama, padahal semenjak sibejo ada diotakku, daya ingatku meningkat drastis.

Aku pun melihat Bram, terkadang dia membicarakan seseorang yang aku yakin itu Aku, yang membuat Rio dan lainnya sering melirikku tapi aku hanya tersenyum dan tidak memperdulikannya
Karena menurutku terlalu buang waktu untuk meladeninya. Tapi kalau dia sudah melewati batas toleransiku, itu lain cerita.

Sudah lumayan lama kami mengobrol dan tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yang walaupun singgungan itu terkadang masih ada, hingga akhirnya kami memutuskan untuk menyudahinya.

Aku dan Rio berjalan ke arah parkiran mobil, dan walah, seperti yang aku tebak. Ada Bram dan empat orang berada disekitar mobil Rio sedangkan cecunguk yang tadi ikut duduk bersama kami tidak ada lagi. Menurut ku ini sedikit aneh. Kalau Bram ingin menyelesaikan masalah malam itu, seharusnya dengan pola pikir biasanya, Bram harus membawa lebih banyak orang, tapi malam ini dia hanya membawa empat orang.

"Hei bro.. Ketemu lagi kita" sapanya dengan senyum meremehkan

"Apa maksudnya ini Bram" belum sempat aku menjawab, Rio sudah bertanya kepada Bram

"lu temen gw yo, jadi gw kasih saran buat lu nggak usah ikut campur urusan gw. Gw mau nyelesain malam yang belum sempat selesai dengan De"

"Urusan De, berarti urusan gw Bram" jawab Rio lagi dengan emosinya mulai meninggi

"itu terserah lu, gw sudah ngasih saran ya, jadi jangan tersinggung nantinya" balas Bram
"Dan lu De, lu bilang kalau gw nggangguin lo lagi lo nggak bakal bersikap lembut? Gw jadi pengen lihat, gimana lo maen kasar,hahaha" sambung Bram lagi

Aku hanya diam tidak memperdulikan Bram dan hanya memperhatikan empat orang yang ada di sisi Bram, mereka juga masih muda mungkin sama atau beberapa tahun lebih tua dariku. Mereka juga terlihat biasa, tapi perasaan ku mengatakan kalau mereka tidak sesederhana itu.

"Kenapa lo diem aja, mana lagak sombong lo malam itu" tanya Bram dengan emosi tinggi, mungkin karena aku tidak memperdulikannya.

"ini mau berantem atau cuma adu mulut?" tanyaku
"kalau mau berantem, serius mau disini?, belum sempat kita berantem yang ada malah di lerai sama dilaporin ke polisi" sambungku lagi

"Hahaha ini yang gw suka, gaya sombong lo yang entah darimana datangnya, gw kira gw bakal maksa lo, tapi karena lo memang rela buat Mati, jadi ayo ikut gw" jawab Rio sambil berjalan ke suatu tempat

"De, lu jangan gila. Lu mau cari mati hah?" desak Rio, aku cukup senang melihat kekhawatiran Rio kepadaku, tapi aku harus menyelesaikan urusan malam ini secepatnya, walaupun ini tidak terlalu berarti bagiku, tapi kalau terus berulang, cukup membosankan.

"Udah lu tenang aja, lu tunggu dimobil aja atau lu boleh pulang duluan, gw gak apa apa kok" jawab ku mencoba menenangkannya.

"lu gila, emang gw apaan, gak mungkin gw ninggalin lu pulang"

"oke, lu tunggu dimobil aja, entar kalau lu ikut, gw jadi gak konsen berantemnya, dan juga kalau lu kenapa-kenapa bisa ngamuk bokap lu, lu ngertikan maksud gw?" tanyaku dengan wajah yang serius, karena Rio ini juga anak satu-satunya, dan bokap Rio sangat sayang dengannya, dan dia pernah cerita bagaimana bokapnya pernah nyuruh orang buat ngebantai preman yang pernah malakin Rio pas SMP dan hari itu juga mereka menghilang entah kemana, dan aku tidak mau hal itu terulang kembali, apalagi Bram juga dari kalangan Atas, dan itu bisa berpotensi perang keluarga.

"Iya, gw paham, tapi lu hati-hati bro" jawabnya sambil menepuk pundakku.

"Aman"


Aku berjalan ke arah tempat yang Bram tuju, ternyata itu sebuah lapangan yang minim penerangan, dan ini memang tempat yang pas buat ngehajar orang.

Bram ini memang selalu hadir di saat aku butuh teman sparring untuk mengetes apakah hasil latihan ku selama ini cukup signifikan.

Aku berdiri menatap seseorang yang juga masih muda dengan tubuhnya yang standar, tapi aku merasa mereka penuh kekuatan, sedangkan tiga orang lain nya, hanya melihat mungkin untuk menilai seberapa baik beladiriku.

Saat aku sedang memperhatikan gerak gerik mereka, pemuda itu perlahan mendekat dan ketika jarak kami hanya dua meter, dia mulai menerjang maju dengan tendangan ke kepalaku, aku mencoba mengikuti irama nya untuk mebiasakan diriku.

Aku menundukkan kepalaku untuk menghindari tendangan itu tapi tendangan itu seakan akan magnet yang mengikuti kepalaku, akupun terpaksa mengangkat tangan ku untuk menangkisnya dan itu cukup menyakiti lenganku, sebelum aku bisa terbiasa dengan rasa sakit itu, kaki yang terhenti dilengan ku dengan cepat mundur, tapi sebelum aku mulai bergerak, kaki itu menyerang ku lagi ke arah pinggang ku.

Taekwondo hah?

Aku menutupi pinggangku dengan lengan ku dan aku dengan cepat maju untuk mendekatinya tapi pemuda itu dengan cepat mengarahkan kaki kirinya ke dada ku, aku pun menangkisnya lagi, sehingga aku lupa bahwa kaki kanannya terbebas dan langsung mengarah ke kepalaku lagi.

Hmm..oke...

Cukup sudah aku bermain, dan aku menebak bahwa orang yang pertama bergerak biasanya yang terlemah, mungkin

Aku langsung menangkap kakinya dengan setengah kekuatan asliku, dia mencoba melepaskannya, tapi aku langsung menariknya dengan kuat yang membuat dia mendekatiku, dan aku langsung menghantam kaki yang satunya yang membuat dia terjatuh, dengan satu kakinya masih ditanganku aku langsung melompat mengarahkan lututku kewajahnya, belum sempat dia menggerakkan tangan untuk menangkis, lutut ku telah mencium wajahnya.

Buugghhh.. Arrgghhhhhhh....

Dengan setengah kekuatan itu sudah cukup membuat wajahnya hancur dengan tertutup oleh darah. Dia hanya meringkuk sambil menutupi hidung dan mulutnya, dan aku tidak lagi menyerangnya, karena kami memang tidak memiliki permusuhan apapun.

Ketika aku melihatnya sedang kesakitan aku merasa hawa angin mengarah kekepala ku, dengan instingku, aku menutupi kepalaku dengan tanganku kemudian menunduk dan memundurkan tubuhku dengan cepat tapi ketika aku berputar aku malah disambut dengan sebuah lutut mengarah kewajahku.

Hmm.. No.. No.. No.. Kalian boleh melukai bagian tubuhku yang lain, tapi tidak dengan wajahku, karena aku tidak mau saat mbak Tifa melihatnya membuatnya khawatir.

Aku menangkis lututnya dengan dua tangan bagian luarku yang membuatku termundur dan aku jatuh terduduk ditanah, tapi aku dengan cepat menahan dengan tanganku mengerahkan kekuatan ke tanganku dan mendorong tubuhku melompat maju dengan kakiku mengarah keperutnya, tapi karena cukup gelap kaki ku tidak mengarah ke perut melainkan kebawah dari perut, dan ya... Aku juga bisa merasakan sakit itu, untung karena posisi ku yang tidak siap, membuat terjangan kaki ku tidak memiliki cukup kekuatan.

Bruugghhh... ARRGGGHHHHH...ARRGGGGHHHHH

Aku pun berdiri kembali sambil mengernyitkan dahi karena rasa ngilu yang aku rasakan di TS ku, dan seketika rasa ngilu itu ada, rasa kangen ku ke mbak Tifa juga hadir.

Kampret, jadi kangen dengan mbak Tifa.

Aku berdiri dan melihat ke arah dua orang yang lain, dan saat aku melihat satu pemuda ingin maju. Tapi dia langsung ditahan oleh pemuda yang lainnya. Kemudian pemuda yang menahan itu, perlahan maju ke arahku.

Hmmm.. Ini sepertinya pemimpin mereka.

Dia perlahan demi perlahan kearahku, dan aku bisa merasakan sesuatu yang berbeda dari pemuda yang kelihatannya biasa ini tapi memiliki aura yang tidak bisa aku jelaskan. Tapi aku merasa mengenalnya, tapi dimana? Apakah aku pernah bertemu dengannya? Sepertinya ini hanya perasaan ku saja.

Kami hanya saling berpandangan tanpa bergerak, kami saling mengamati diri kami masing-masing dengan jarak yang cukup dekat. Dan tak lama kemudian dia memasang sebuah kuda-kuda yang jarang dan bahkan tidak pernah aku lihat, tapi kuda-kuda ini tidak terlalu asing, seperti sesuatu yang sudah ada tapi telah di ubah.

Pencak Silat? Tapi ini pertama kalinya aku melihatnya. Memang silat bermacam banyaknya, yang bahkan masih banyak tersimpan kerahasiaan dan keasliannya.

Akupun akhirnya memasang kuda-kudaku, selain karena bersiap untuk bertarung, kuda-kuda juga merupakan cara penghormatan dan pengenalan diri masing-masing terhadap lawan. Aku juga melihat dia mengernyitkan dahi, mungkin sama sepertiku, dia juga tidak mengenal seni beladiriku, ya karena ini adalah seni beladiri yang aku buat khusus untuk diriku sendiri.

Aku merasakan atmosfer yang berbeda saat ini. Sebuah atmosfer dari sebuah pertarungan yang sesungguhnya. Aku bisa merasakan detak jantung ku yang meningkat tapi dalam batas normal, aku merasakan sebuah kebahagiaan, seperti sebuah kebahagiaan yang sudah lama aku nantikan.

Aku melihatnya tersenyum, seperti dia juga merasakan hal yang sama denganku, dan kemudian kami mulai saling menyerang. Aku menyerang dan dia bertahan, dan kemudian dia menyerang lalu aku yang bertahan, kami bertarung tapi aku tidak merasa seperti bertarung, aku merasa kami sedang berkenalan. Inikah "Perkenalan pria melalui pertarungan"?.

Aku awalnya melihat dia sedikit kaget dan kesulitan saat merasakan kekuatan dari setengah kekuatanku, tapi perlahan dia juga bisa mengimbangi kekuatanku.

Hmm? Ini sebuah teknik? Tenaga dalam?

Ah, menarik..sangat menarik, aku sangat bahagia saat aku setidaknya bisa bertarung seimbang walaupun dengan setengah kekuatan ku.

Saat aku kehilangan fokus karena kebahagiaanku, sebuah tangan mengarah kewajahku, ya.. Tangan, bukan sebuah kepalan tinju. Gerakan tangan itu lambat tapi juga cepat, dan terlihat lemah tapi memiliki kekuatan.

Aku menangkis dengan menggesernya dengan tanganku tapi tangan itu seperti belut, sangat licin yang tiba-tiba terlepas dan kembali mengarah ke wajahku. Bukan tapi ke arah tenggorokanku dengan tangan itu membentuk sebuah cakar yang siap mencengkram.

Aku menangkisnya dengan tanganku dan seketika aku merasakan rasa sakit dipergelangan tanganku, kekuatan yang besar, kalau itu berhasil mengarah ketenggorokanku maka sangat berbahaya.

Setelah berhasil menangkap tangan ku,karena keterkejutanku dia berhasil menariknya sehingga lengan ku menjadi lurus dan dia memutar badan nya dan menggunakan siku tangan kirinya untuk memukul lenganku yang sudah lurus dan kalau itu berhasil, kemungkinan patah cukup besar.

Aku langsung menahan dengan tangan kiriku sembari aku menggunakan kekuatan ku untuk membuat lengan ku menekuk kembali, aku mengikuti atau meniru teknik cakarnya, untuk menangkap sikunya, tapi dia langsung memutar kembali tubuhnya ke arah berlawanan sambil melepas cengkeraman tangan kanan nya sehingga cengkraman cakar ku gagal menangkap sikunya, dan sebuah siku dari tangan kanannya mengarah kencang ke wajahku, aku pun dengan cepat memutar tubuhku lalu menangkis siku kanannya dengan lengan kananku dan aku juga mengarahkan siku kiriku ke wajahnya dengan meniru gerakan nya lagi tapi dia juga berhasil menangkisnya yang membuat aku termundur satu langkah sedangkan dia termundur beberapa langkah.

Aku merasakan rasa sakit yang besar di lengan kanan ku dan juga sedikit dikepalaku karena efek rebound dari lenganku dan aku merasakan dia juga mengalami hal yang sama.

Kami kembali saling berpandangan, berdiri diam. Aku terus memikirkan pertarungan kami barusan dan aku tak tahu apakah dia juga melakukan hal yang sama.

"gw Yoga, lu?" tanyanya, yang ternyata dia bernama Yoga.

Seperti dejavu, batinku

"gw Dendi, biasa di panggil De" jawabku tersenyum, tapi aku menjadi heran saat melihat mimik wajahnya menjadi kaget.

"lu Dendi? De?" tanyanya lagi yang membuatku semakin heran

"Ya, ada apa ya? Lu kenal gw?" tanyaku aneh, karena ini pertama kalinya aku bertemu dengannya, walaupun aku merasa dia tidak asing bagiku.

"Iya, gw kenal, tapi hanya kenal Nama lu, cerita tentang lu"

"lu anak kampus A juga?" tanyaku karena memang aku cukup terkenal dikampus gara-gara cerita "kembalinya si anak hilang"

"bukan" jawabnya yang membuatku semakin heran

Hm? Bukan anak kampus? Jadi siapa? Seterkenal itu kah aku?

"Tapi, cerita tentang lu memang sesuai, gw kira itu cuma dilebih-lebihkan" sambungnya.

Aku terus memikirkan siapa pemuda ini dan kenapa dengan cerita ku, kenapa ada yang menceritakanku, aku hanya pemuda biasa dan tidak layak untuk diceritakan.



Tapi yang De tidak tahu. Malam ini, sebuah malam yang terlihat biasa tapi sebenarnya malam yang sangat bersejarah dimana De bertemu dengan sahabat, orang kepercayaannya, dan salah satu dari tangan kanan De yang terkenal didunia bawah sebagai,



"SANG EKSEKUTOR"
 
Terakhir diubah:
hhhmmm....paragraf bawah kok kyknya yoga ntr jd anak buah de ya...
anto ma bosnya kok anw ngrasa bukan maksud jahat ke de....moga bener filing ane...
hu usul itu tania dibikin muter2 dulu utk tau de ma kakaknya bagus jg d....kyonya suhu mo buat de jd ma kakak bradik ya...
 
Bimabet
Tegang Bray......

Tehnik silatnya kurang master,perlu berguru nih si Dee....

By the way updetnya sip jadi gak sabar nunggu lanjutannya.....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd