Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Subarkah

Chapter 15 : Burung Yang Tertukar 2.

Kepikiran soal nanti malam dan tidak dapat uang dari Prapti, Cepi seharian bekerja dengan lesu. Ketika sore dan pekerjaan sudah beres, sebelum pulang Cepi sedang duduk di kedai kopi dan tuak milik Nyai Darsih. Cepi pun memesan segelas kopi panas sore itu.

"Ini Cep diminum" seru Nyai Darsih dengan lembut sambil tersenyum tipis. Cepi jadi bingung ini Nyai Darsih kesambet setan apa kok jadi lemah lembut begini.

Ketika Cepi sedang menyeruput kopi hitamnya, datanglah Barkah kawannya itu.
"Bengong ae to Cep" sapa Barkah sembari duduk disamping Cepi.

"Nyai, kopi juga satu ya" kata Barkah dengan sopan.
Nyai Darsih tersipu sipu malu melihat kedatangan Barkah, dengan sigap dihidangkan bukan saja kopi panas, tapi sekaligus pisang goreng, mendoan, dan singkong goreng yang masih hangat.

"Minum kopi mesti ada temennya, ini gorengan dimakan ya Bar" kembali Nyai Darsih bersikap lembut sehingga membuat Barkah dan Cepi saling pandang terbengong bengong. Nyai yang biasanya judes sekarang jadi lembut dan perhatian.

Tak memusingkan soal Nyai Darsih Barkah dan Cepi menikmati kopi dan gorengan yang disajikan.
"Nopo to Cep, kok kayane ada masalah berat? Utangmu numpuk lagi?"

"Bukan Bar, utangku udah beres sejak terakhir kamu bantu itu, aku udah lumayan bisa nabung sekarang Bar biarpun ndak banyak"

"La terus nopo kok mukamu ditekuk koyok corobikang gosong"

"Gini lo Bar, kamu bisa simpan rahasia yo, kamu kan sahabatku"
Cepi pun menceritakan kejadian siang itu, dan janji yang diminta oleh Prapti nanti malam.

"Gimana coba Bar, atiku sebener e jek sakit ati Bar, tapi aku yo takut sama Pak Samsul, pie ini Bar"

Barkah hanya menggeleng heran dengan kelakuan Prapti, hal inilah yang membuat dia tidak menyukai Prapti. Kasihan dengan sahabatnya muncul niat Barkah untuk membantu.

"Gini aja Cep, nanti malem kamu tak temeni, kita tagih uang airmu itu. Nggak bisa seenak itu dia. Tapi aku perlu ijin dulu ke Bu Marsih" kata Barkah mencoba menghibur Cepi yang muram.

"La kok mesti ijin ke Bu Marsih kenopo sih Bar?"

"Udah kamu ndak perlu tau, Bu Marsih itu sekarang udah tak anggep kayak ibuku Cep, aku merasa apapun keputusanku aku mesti ijin dulu, nanti malem sebelum jam 8 kita ke tempat Prapti, tapi kamu jangan nongol dulu, nanti kita atur dulu gimana nagihnya, yowis aku balik dulu, habisin tuh kopi dan gorengannya, ini duitnya buat bayar ya"

Barkah kembali mentraktir sahabatnya itu dan pulang.

Malam yang dijanjikan pun tiba.

Barkah bertemu kembali dengan cepi di jalanan dekat halaman rumah Prapti.

"Gimana Bar? Apa rencanamu?" Tanya Cepi.

"Cep aku tadi cerita ke Bu Marsih masalahmu ini, dan Bu Marsih kasih solusi lain Cep" jelas Barkah kepada Cepi.

Cepi menjadi bingung dan bertanya "solusi apa Bar?"

"Gini Cep, aku ini sahabatmu, kamu percaya to sama aku, aku mau melakukan sesuatu sama Prapti sesuai saran Bu Marsih. Kamu pokoknya nanti diam saja di semak semak sini, perhatikan dari jauh yo"

Cepi pun mengingat jasa jasa Barkah yang sudah sering membantunya, dirinya pun percaya bahwa sahabatnya ini pasti melakukan yang terbaik bagi dia sehingga Cepi merespon dengan mengangguk tegas menandakan dia setuju.

Barkah sedikit menjelaskan rencananya,
"Gini, coba kamu lihat halaman samping rumah Prapti, remang remang dan cenderung gelap kan"

"Cep dengan kondisi gelap gitu dan bentuk badan kita itu mirip mirip. Kalo aku yang dateng nggantiin kamu untuk kentu sama Prapti, aku yakin Prapti Ndak tau. Kamu nanti ngumpet di sini aja, lihat apa yang terjadi"

"Lo...lo...kok malah kentu Bar, la duitku gimana?"
Cepi agak bingung akan ide sahabatnya itu, kemudian dia ingat akan satu hal "sek sek Bar, tapi kan manukmu luwih cilik Bar dari manukku" kata Cepi dengan polosnya

Tanpa tersungging dengan perkataan Cepi, Barkah menjawab "uwis to kamu tenang wae, nanti pokoknya kamu jangan bersuara, kamu ngintip aja dari balik semak, tak balaskan dendam mu selama ini. Soal duit kamu ndak usah bingung, aku udah bawa duit dari Bu Marsih, katanya pekara duit dia yang tanggung. Nih buat gantiin duit air yang nggak dibayar Prapti"
Kata Barkah seraya menyerahkan uang kepada Cepi.

Tak lama muncul lah Prapti sesuai janji mereka. Mereka berdua pun segara diam merunduk dibalik semak semak.
"Cep....cep...." Prapti berseru pelan mencari si Cepi.

Maka muncullah Barkah dari balik semak menggantikan Cepi. Benar saja, karena cahaya sangat remang dan bentuk badan mereka hampir sama. Prapti tidak bisa membedakan antara Barkah dan Cepi.

"Ayo Cep buruan, itu ada kursi batu di sana, cepet memek ku udah gatel"

Saat itu dengan cahaya yang minim, Barkah bisa melihat bahwa prapti mengenakan daster tanpa lengan yang panjangnya selutut. Prapti sengaja berpakaian seperti itu agar mudah berhubungan intim tanpa melepas baju. Dibalik dasternya Prapti sudah tak mengenakan pakaian dalam lagi. Tinggal disingkap dasternya maka telanjanglah Prapti.

Barkah pun berjalan mendekat tapi tak berani mencium Prapti, takut wajahnya ketahuan jika dari dekat. Alih alih Barkah memeluk Prapti dari belakang, dan mulai mengelus elus perut Prapti. Kelamaan elusan itu naik ke arah payudara dan berubah menjadi remasan. Semakin lama semakin kuat membuat Prapti mulai terpancing birahinya. Apalagi tadi siang dia belum tuntas dipuaskan Cepi.

"Nah gini dong Cep, yang mesra. Mmhhh.....enak Cep" desis pelan Prapti masih mengira bahwa itu adalah Cepi.

Barkah melanjutkan dengan menggesek gesekan burung nya yang sudah mulai mekar mengeras. Saat itu Barkah mengenakan kaos dan bagian bawah tubuhnya hanya mengenakan sarung tanpa celana dalam, dibaliknya.

Alhasil tonjolan burungnya dapat menggesek dengan mudah pantat Prapti.

Terasa kok lebih besar dari tadi pagi, Prapti sebenarnya mulai merasakan ada yg berbeda. Akan tetapi remasan payudara, yang, digabungkan dengan ciuman mesra ditengkuk dan gesekan gesekan burung dipantat, membuat Prapti melayang, mengabaikan kecurigaan nya itu. Nafasnya makin memburu, mukanya terasa panas, memeknya terasa lembab.

Tanpa membuang waktu, Barkah menyibakkan sarungnya dan mengeluarkan penisnya yang sudah mengacung tegak. Dia duduk di kursi batu yang ada.

Ditariknya Prapti kepangkuannya, duduk membelakangi dirinya. Seketika itu juga dihentakan pinggul Barkah dan batang perkasanya menerobos masuk dengan paksa ke memek Prapti.

Hampir saja Prapti berteriak kencang karena kaget memeknya dimasukin batang sebesar itu. Untung Barkah dengan sigap membekap mulut Prapti sehingga teriakannya tidak terdengar kencang.

"MMMHHHHMMMMM......MHHHHMMMMM...." Prapti masih duduk dipangkuan Barkah dengan kondisi memeknya sudah tertancap penis Barkah. Tubuhnya menggelepar gelepar hebat. Matanya mendelik, kedua tangannya mengejang hebat. Khawatir akan teriakan lanjutan Barkah mencabut sesaat penisnya "Plopppppp"

Kemudian dibalikkan badan Prapti, dan diangkat untuk kemudian kembali dinaikkan kepangkuan Barkah. Kini mereka dalam posisi saling berhadapan. Daster Prapti diloloskan sehingga Prapti telanjang bulat. Barkah kembali mengayunkan batang perkasanya sambil mencium erat Prapti agar tak bersuara. Tangannya menahan tubuh Prapti agar tidak banyak bergerak. Prapti kembali meronta ronta bagai cacing tersiram bensin.

Memeknya terasa penuh, sesak sekaligus nikmat. Sensasi yang sungguh membingungkan bagi Prapti. Sesaat Barkah tidak menggerakkan sama sekali batangnya. Dibiarkan terdiam menancap sambil kelamaan terasa lelehan lendir Prapti mulai membasahi. Tanda Prapti sudah siap digempur habis habisan.

Barkah pun mulai melanjutkan genjotannya yang sudah tertunda. Kini bibirnya telah dilepaskan. Dari jarak sedekat ini, meskipun cahaya sangat remang Prapti mulai dapat melihat siapa pria ini. Deggggg...... hatinya berdegup kencang,

"Barkah.....kenapa dia" batin Prapti dalam hati.

Nasi telah menjadi bubur, memek telah menjadi becek, Prapti sudah tak ada niatan mundur dari percabulan ini. Prapti pun mulai ikut bergoyang liar dipangkuan Barkah. Tangannya mulai memeluk leher Barkah. Sesekali dia menyosor mencium Barkah.

Ciuman berubah jadi jilatan. Bibir Barkah dijilat jilat liat, pipi, telinga tak luput dari sapuan lidah Prapti. Kelakuannya benar benar seperti anjing betina yang kehausan. Memeknya terus berkedut kedut seakan ingin menghancurkan penis Barkah dengan remasan. Tapi penis Barkah tak semudah itu untuk ditundukkan.

Hasil yang muncul justru Prapti sudah mendekati puncak orgasmenya. Badannya kembali mengejang hebat dan memeknya mengeluarkan cairan dashyat. Tubuhnya menegang sesaat dan kemudian mulai melemas.

Cepi melihat adegan ini dari balik semak semak. Tubuh indah Prapti yang dulu pernah digaulinya dengan penuh rasa cinta, kini sedang telanjang dan digempur habis habisan dengan brutal oleh sahabatnya di alam terbuka.

Melihat Prapti yang sampai kejang histeris ada rasa puas di hati Cepi. Selain itu, birahi Cepi juga mulai naik. Dikeluarkan batang penis Cepi yang tidak sebesar Barkah, dan Cepi mulai melakukan onani melihat live show ini dibalik semak semak.

Meskipun Prapti telah mencapai orgasme, Barkah belum usai memberikan pelajaran kepada Prapti.

Ditariknya badan lemas Prapti untuk rebah ke tanah. Sebelumnya Barkah melepas sarungnya, dan menjadikan alas agar tidak terlalu gatal ketika berbaring di rumput.

Barkah langsung menubruk tubuh telanjang Prapti yang sudah tergeletak di tanah beralaskan sarung. Dengan lututnya Barkah membuka paha Prapti. Mudah saja dilakukan karena Prapti sudah dalam kondisi lemas. Sejurus kemudian dimasukkan kembali batang penisnya sambil kembali menciumi Prapti.

"Hmmmhhhhh......mmmmhhhh" hanya suara erangan yang tersumpal bibir Barkah yang terdengar saat itu.

Barkah mengayunkan dengan keras pinggangnya menghajar kemaluan Prapti. Prapti sebetulnya kebingungan dan ingin menyudahi persetubuhan ini untuk mencari tahu kenapa Barkah bisa di sini.

Tapi reflex dari tubuh binal nya berkata lain. Prapti justru kembali mengalungkan kedua lengannya ke leher Barkah, kedua kakinya menggapit erang pinggang Barkah sambil silang satu sama lain. Seakan Prapti ingin melebur jadi satu dengan pejantan perkasa ini. Tak ingin penis kekar itu dicabut barang sedetik pun.

Hempasan demi hempasan dilakukan Barkah, memek Prapti mulai terasa panas dan kebas. Cairan memeknya membanjir tidak karuan membasahi sarung Barkah yang menjadi alas. Orgasme kedua akhirnya muncrat dari memek Prapti.

Kali ini sudah tidak ada suara teriakan,
"Hnnnghhhhhh.........errrhhhhhh" suara lirih yang dikeluarkan Prapti sambil tangan dan kakinya yang mendekap erat Barkah terlepas. Tubuhnya membusur ke atas menonjolkan kedua payudaranya yang masih mulus. Barkah bagai disuguhi kedua Payudara Prapti untuk dicaplok.

Benar saja tak menunggu lama dicucup payudara Prapti tepat dibagian puting dan dikulum serta digigit pelan putingnya. Diberikan cupangan cupangan begitu banyak kedua bongkahan payudaranya. Barkah berubah menjadi ganas jika birahinya sedang seperti ini. Tak ada lagi pemuda baik berhati tulus. Payudara Prapti menjadi bulan bulanan. Diremas kuat keduanya sampai membekas telapak tangan Barkah sambil terus dipompa keras memeknya.

Belum selesai gelombang orgasme kedua sudah muncul rangsangan lagi. Barkah seperti mesin penggiling yang tak berhenti henti melumat habis tubuh Prapti.

Dengan suara serak Prapti berseru lirih dan sangat pelan
"Barrr....rrr....suu....dahh.....a....nggak....kuat"
Bagai kesetanan Barkah tidak menghiraukan perkataan Prapti. Dia justru bangkit berdiri dan menarik Tubuh Prapti untuk ikut berdiri.

Dibaliknya badan Prapti membelakangi dirinya, kedua lengan Barkah masuk melalui bawah ketiak Prapti, kemudian menahan pundak Prapti. Prapti jadi seperti boneka yang pergerakan nya sepenuh nya dikendalikan Barkah.

Dilesakkan kembali batang perkasa Barkah ke memek Prapti dari belakang. Dihentakan makin kencang. Kali ini Barkah mengejar ejakulasinya yang makin dekat. Memek prapti sudah tak karuan kondisinya. Lelehan lendir mengalir ke sana kemari. Sebagian menjadi buih putih disekujur bibir memek sampai kebelahan pantat. Memberikan sensasi makin licin dan nikmat kepada Barkah. Dari posisi Barkah bahkan bisa tercium aroma lendir khas lendir memek wanita.

Ketika Barkah merasakan dirinya sudah hampir muncrat, diturunkan pelan pelan tubuh lunglai prapti hingga jatuh tersungkur, kemudian dijambak rambut Prapti agar mukanya mendongak. Diarahkan penis barkah yang kepalanya sudah membengkak mau menyemburkan sperma. Dikocok kocok batang penisnya yang masih licin berlumur lendir Prapti dengan tangannya.

"Croottttt......croooottttt...... croooottttt" akhirnya ejakulasi juga barkah dimuka Prapti. Wajah cantik Prapti kini penuh dengan lelehan sperma kental Barkah yang perlahan mengalir turun kedagu. Sebagian masuk ke mulut Prapti yang saat itu sedikit terbuka.

Suasana malam berubah hening. Suara jangkrik dan binatang malam terdengar nyaring. Prapti masih terduduk dalam diam. Barkah masih berdiri tegap, perlahan dia mendekati tubuh lemas Prapti dan mulai memanggil.

"Prap.....prap.....kamu ndak papa?"
"Maap e yo, aku tau kamu lagi butuh dipuaskan, benernya aku cuma mau membantu Cepi, kamu bisa berdiri?"

Prapti pun mengumpulkan sisa tenaganya, dia mencari dasternya yang tadi dibuang oleh Barkah. Lelehan sperma diwajah dilap dengan daster tersebut kemudian digunakan kembali dasternya.

Prapti menoleh ke arah Barkah, dia melihat baik baik dalam keremangan malam batang yang tadi mengoyak ngoyak rongga memeknya.

Muncul senyum kecil dibibir Prapti, seraya berujar
"Aku ndak nyangka Bar, burungmu segede gini, tau gini dulu kita pacaran ya Bar"

Barkah menjawab cepat,
"Prap, kamu itu gadis cantik, banyak pria yang mau dijadikan suami sama kamu, tapi kamu mbok ya jangan suka mainin perasaan pria to Prap, apalagi si Cepi, kasian dia"

Prapti yang masih lemas akibat orgasmenya otaknya tidak bisa memproses apapun dan hanya mendengar kan perkataan Barkah dalam diam. Hatinya mulai sedikit tersadar akibat perkataan Barkah.
Yang tidak diketahui Prapti bahwa saat itu Cepi masih ada di balik semak dalam diam menonton mereka berdua.

Anehnya Prapti sang don juan di Desa Banjardowo tidak merasa sakit hati atas hal ini. Dia malah merasa lega, seakan beban yang ditanggung sekian lama lepas begitu saja.

Mendengar perkataan Barkah, Prapti pun tersenyum sambil memandang Barkah. Dia tak bisa berkata apapun saat itu. Yang bisa dia lakukan hanyalah tersenyum memandang mata Barkah sambil mengangguk pelan.

"Bar, aku masuk dulu yo, kapan kapan aku mau ketemu kamu lagi, dah sek yo, lututku ndredeg Bar"

Prapti pun berlalu masuk meninggalkan Barkah yang sibuk mengenakan kembali sarungnya.

"Wis Cep, beres ya masalahmu" kata barkah kepada Cepi yang masih menunggu dibalik semak.

"Wuihhhh Bar, manukmu kok bisa segede itu? Dulu waktu kita masih suka mandi bareng di sungai ndak kayak gitu seingetku lo Bar. Gimana ceritanya bisa jadi begitu?" Tanya Cepi dengan muka nampak kagum dan berbinar.

"Ini semua berkat Bu Marsih Cep. Dia juga yang memberikan saran untuk memberi pelajaran Prapti dengan cara seperti ini. Aku sendiri juga tidak tahu alasannya, nanti kalo ketemu coba tak tanyain kenapa beliau bisa menyarankan seperti ini Cep"

"Bar kalo burungku dibuat segede itu juga bisa ndak? Aku ya mau to Bar" seru Cepi yang merasa ingin tahu lebih dalam.

"Nguawureee, aku ndak tau Cep, kamu tanya sendiri sama Bu Marsih kalo berani. Dah ah, ayo balik, aku mulai kademen ini Cep, aku kan cuma sarungan nggak pake cawet ini"

Akhirnya kedua sahabat itupun berpisah dan pulang ke rumah masing masing. Cepi kembali ke rumah orang tuanya dengan wajah ceria karena duit air sudah didapatkan. Serta melihat bagaimana Prapti yang selama ini suka sok jadi boss dibuat kelojotan sama Barkah membuat sakit hatinya sedikit terobati.

Barkah juga ikut pulang, tapi Barkah tidak pulang ke rumahnya. Dia menuju ke rumah Bu Marsih berniat melaporkan kejadian barusan sambil sekalian menengok Harni.


Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd