Gini aja dech
Semprot Lover
Yang pernah baca cerita ane (Deleilah)di sub for cerpan pasti tau sosok ini. Dan kenapa ane mempostingnya di SF H2H, ente-ente yang cerdas pasti bisa "membaca" sebuah pesan dalam surat ini, surat Del buat Fitra
Dear Fitra ..
Apa kabarmu di sana ? Di sini, aku selalu berdo'a pada Tuhan mu dan Tuhan ku juga, agar kau selalu berada dalam lindungan mereka, keberkahan mereka maupun keridhoan mereka. Meski Tuhan-Tuhan kita tak pernah mengabulkan doa-doa yang kita panjatkan dulu, doa yang kita hembuskan dalam nafas yang sama, meski kau di masjid dan aku di gereja.
Mmm .. Bagaimana dengan hari-hari mu di Jakarta ? aku tahu, kau pasti sedih. Sebab aku juga merasakan hal yang sama. Oh iya, bagaimana dengan Ummi ?! Aku harap beliau selalu sehat wal'afiat. Masihkah Ummi membuatkan ku semangkuk soup di pagi dan sore hari ?
Ah .. Fitra .. aku rindu kalian berdua ..
Saaaangat rindu !!
Fitra ..
Jauh dari mu membuat ku kosong, seperti loteng tempat kita bermain dulu, dan tak pernah kita kunjungi lagi setelah kita menyadari, bahwa kita telah menjadi dewasa
Fitra ..
Sampaikan juga rindu ku teruntuk taman yang hampir tiap sore kita datangi, sore dimana dengan senyum yang tak bosan kau hambur-haburkan untukku, kau mengajariku menggubah puisi, sajak, maupun syair. Antara larik dan lirik, kekata mu lembut namun membahana, kalimat mu singkat namun penuh bermakna.
Orang-orang berkata, kau tak bermata, tapi bagiku .. kaulah netra.
Kau menunjukan segala apa yang tak mampu di lihat mata
Kau menyanyikan ribuan kidung yang tak mampu di dengar telinga
hingga kau antar kan untuk ku sejumput bunga yang kau sebut, Cinta !!
Di bias, di semu kelabu, kita tumbuh dalam bayang yang serupa, tersemat pada nada di dawai yang sama.
Ketika malam semakin kelam dan derik gemericik hujan kian membasahi setiap hati
Kita membaur padu, menjadi satu serupa senyawa kimia yang tak dapat di pecah
Kau lah bintang ..
aku malam mu
Kau lah bisik ..
aku lirih mu
kau lah mimpi
aku tidurmu
Kau lah tsunami ..
Aku lah tsunami ..
Kitalah gelombang yang menghancurkan dunia
Kitalah gelegar yang meruntuhkan langit
Kitalah jerit yang menumpahkan samudera
Kita pula segumpal asap yang membumbung lalu hilang entah kemana ..
Fitra ..
Aku yakin, suatu saat nanti kita pasti bertemu. Entah di dunia ini atau di surga yang lain. entah dengan tubuh yang ini atau dengan jiwa yang lain. Tapi aku sangatlah yakin, bahwa suatu saat nanti, matahari akan mempertemukan kita. seperti aku yang menemukanmu di balik cermin, atau seperti kau yang menemukan ku dalam pejaman mata.
Mereka yang bodoh menyebutku gila, dan mereka yang gila menyebutku bodoh hanya karena aku memiliki hati yang mencintai mu ..
Katakanlah pada mereka Fitra !
Justru mereka lah yang buta !
Mereka hanya mencinta di dalam nada dan syair, mereka hanya mencintai "sosok kekasih" dalam konsep yang mereka imajinasikan sendiri. Mereka hanya mencari bentuk sempurna dari sosok cinta yang abstrak.
Katakanlah pada mereka wahai Fitra-ku !
Seandainya mereka mendatangi cinta dengan tertatih, maka cinta akan menghampiri mereka dengan berlari. Seandainya mereka menyebutkan nama cinta dalam hati, maka cinta akan meneriakkan nama mereka sampai ke inti bumi. Seandainya mereka mencintai cinta dengan berbaring, maka cinta akan mencintai mereka dengan berdiri. Seperti itulah cinta. Kearifan abadi yang menuntun kita pada eksistensi yang hakiki. Ia sejati tak pernah mati. ia adalah bisik dari ribuan musim, ia pula Nur yang menari di angkasa, jiwa tanpa raga, dengannya, ribuan bunga bermekaran, dengannya pula ribuan kumbang beterbangan menuju sang kekasih, tempat dimana pagi pasti kembali.
Fitra ..
Sekian dulu surat dari ku ini. Sebenarnya, aku masih ingin menuliskan banyak hal padamu, namun semua kata-kata itu begitu abstrak, tanpa bisa ku tulis sepatah pun.
Fitra ..
Aku yakin suatu saat kita pasti bertemu, cepat atau lambat. Jagalah kesehatan dan jangan lupa untuk terus mencipta puisi untukku. Bye !!
Peluk
Deleilah