Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sweet Potatos (Real Story)

Bimabet
Hanya suhu yang bisa kerjakan kami hanya bisa bilang sabar hu dan ulang lagi hu dari awal
 
Bayangan Arin masih saja melekat di pikiranku. Entah kenapa aku masih memikirkannya. Ini bukan melulu soal sex, tapi menikmati suatu hubungan terlarang setahap demi setahap menuju sebuah kenikmatan tentunya sebagaimana niatku sejak awal.

Aku merasa nyaman dan menaruh kepercayaan kepadanya bahwa dia tidak akan berupaya mengganggu kehidupan pribadiku kelak seumpama hubungan ini berakhir.

Bahkan saking percayanya, pernah suatu hari kami berjanjian untuk pergi sarapan bersama. Malam sebelumnya telah kuberitahukan bahwa dia akan kujemput besok jam 7 pagi di kediamannya. Dia menyanggupinya, sehingga membuat dia rela bangun lebih pagi demi pergi bersamaku, sesuatu yang jarang dilakukannya bahkan pada saat dia harus bekerja pagi sekalipun. Kuajak dia untuk mampir sebentar ke kantor, untuk melakukan presensi absen. Sesuatu yang tabu dilakukan oleh petualang wanita sepertiku sebenarnya.

Pada umumnya, setiap gedung perkantoran akan memasang plang nama kantor di depan tembok pagarnya sebagai identitas kantor tersebut agar bisa dibaca setiap orang yang akan memasuki kantor tersebut. Kulirik dia sedang membaca plang kantorku saat mobil hendak memasuki halaman kantorku.

Sengaja kudiamkan, aku ingin melihat reaksinya begitu dia mengetahui tempat kerjaku yang sebenarnya. Mobil kuarahkan ke halaman belakang gedung, tempat mesin finger print terletak di salah satu dindingnya. Mobil kutepikan tidak berjauhan dengan mesin absensi tersebut, kutinggalkan Arin sebentar di mobil untuk turun dan menempelkan jari di mesin absen.

Mobil pun kukendarai kembali menuju ke sebuah kedai makan di daerah s**ta, namun hingga beberapa saat tak jua kudengar pertanyaan darinya. Seharusnya dia melakukan protes saat mengetahui profesiku yang sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang kukatakan saat awal perkenalan dulu. Entah dia membacanya atau memang dia tidak peduli dengan pekerjaanku, syukurlah dia tidak menanyakannya walau aku ingin berterus terang sebenarnya.

Sebagian wanita tentunya akan berpikir memanfaatkanku secara finansial begitu mengetahui profesiku, tapi sepertinya dia tidak begitu. Memang pernah suatu ketika dia menghubungiku untuk meminta bantuan, namun memang saat itu dia benar benar terdesak dan bukan bersifat konsumtif. Kalau cuma sekedar kuajak makan, masih okelah pikirku toh aku juga ikut menikmatinya bersama saat itu. Sejauh ini, belum kulihat tanda tanda dia akan memanfaatkanku, walau aku sebenarnya juga berniat memanfaatkan tubuhnya untuk enak enak, slow but sure.

Memang terkadang aku masih merasa kesal dengannya dalam urusan komunikasi, namun kucoba mengambil hikmah positifnya yaitu setidaknya aku merasa aman bila suatu waktu terkena sidak hp oleh Polda Rumah. Selain itu, aku juga tidak merasa cepat bosan dengannya.

Belajar dari pengalaman bersama Anty sebelumnya, dimana semuanya kuraih dengan sangat cepat membuatku menjadi sedikit bosan dan hilang feelnya. Apalagi dia mulai sedikit posesif saat itu.

"Drrrrttt.." getar suara hpku membuyarkan lamunanku. Sebuah pesan WA terkirim kepadaku, yang ternyata Franz sohibku.

"Mana foto nudenya Viana kemaren?" tembaknya tanpa basa basi.
"Yaelah..baru juga ketemu 2x dah minta foto aja" jawabku

"Ga usah lama-lama, langsung aja minta ekse" candanya
"Halah..ini belum diapa apain aja, dah ngehubungin terus" elakku

"Lha bukannya bagus, jadi lebih gampang diekse. Gatel kali pepeknya jarang ditengokin lakinya" katanya cabul
"Hahaaha..bangke loe, malah jadi takut gw" jawabku

"Cupu..terus ngapain loe ajak ketemuan segala" ledeknya
"Ya pelan2 donk nikmatinnya 🤣. Jadi kangen Arin nyong" jawabku

"Kayak bisa ML aja sama Arin" jawabnya
"Ya kan kemaren sedang dalam proses menuju kesana" balasku

"Hahaha..mending sama Vianalah, toketnya gede" katanya
"Pala loe peyang Dul, toket mulu pikirannya" jawabku

Aku jadi terpikir untuk ngepoin IG nya Arin, sebagai penawar rinduku..halah 😓

Kupilih menu unhide aplikasi sebelumnya dan mencari aplikasi IG ku yang tersembunyi, kemudian setelah membuka lock patternnya, kupilih tombol log in fake IGku. Kucari IG Arin di daftar followerku. Terdapat sekitar puluhan foto memenuhi katalog galerinya, ada foto yang baru diuploadnya semalam di bagian baris pertama, foto saat dia sedang jalan bersama teman karibnya di suatu mall kemudian taman kota.

Kugeserkan layar hp secara perlahan dengan menggunakan jari jempolku, untuk merunut satu persatu fotonya. Terdapat foto selfienya saat kami menghabiskan malam bersama di beberapa cafe yang pernah kami kunjungi dan masih tersimpan. Selanjutnya foto fotonya sekitar beberapa bulan sebelum kami bertemu, saat dia masih terlihat lebih kurus dibanding sekarang. Dia memang pernah mengeluhkan berat badannya yang naik hingga 5 kg kepadaku, dan bagi wanita itu sebuah problem besar.

Sebuah pesan berupa image dikirim Arin kepadaku. Saat kubuka, ternyata sebuah foto timbangan dengan jarum utamanya tengah berada di angka 51 kg.

"Gendutan 😭" tulis captionnya
"Hehe..bagus donk" komenku

"Hmmm.." balasnya seperti biasa
"Ya berarti tandanya bahagia donk 😂" lanjutku

"Ngeledek 😓" katanya
"Kamu bagusan agak gemuk dikit deh, kelihatan lebih segar dan montokan" kataku berpendapat

"Mukaku jadi keliatan aneh nanti" jawabnya
"Kan yg penting aku suka 😁" rayuku

"Hmmm.." komen ga jelasnya

Dia memang terlihat kurus saat kami pertama kali bertemu. Pipinya tirus, tidak seperti sekarang yang agak tembeman. Aku suka melihatnya yang sekarang, terlebih bisa membuatnya bertambah berat badannya. Dia pernah cerita, banyak masalah yang menguras pikirannya, baik Rumah Tangga maupun pekerjaan, terutama masalah perceraiannya. Aku sungguh berempati dengan kondisinya, di saat usianya yang baru beranjak 22 tahun namun dia telah melalui banyak pengalaman pahit dalam hidupnya.

"Drrrttt.." kembali getar hpku membuyarkan lamunanku. Namun kali ini ternyata Viana yang mengirimkan pesan.

"Hai..sibuk ya?" sapanya
"Hai juga..iya lumayan sibuk ni" jawabku berbohong
"Oh..semangat ya. Eh iya kamu katanya sering lewat k***ng kalo pulang kantor kan?" tanyanya

"Iya si kalo pas bawa motor" jawabku
"Aku sore ini mau ke K***ng, sekalian meetup yuk" ajaknya

"Hehe aku lagi bawa mobil hari ini" balasku
"Yah.." balasnya sedikit kesal

"Hehe..next time ya" tawarku

Entah kenapa Viana seperti kecanduan mengajakku untuk meetup. Padahal kuperhatikan dia seringkali memasang update status sedang hangout bareng teman temanya. Kalau untuk sekedar ditraktir, rasanya tidak. Karena beberapa kali dia hendak berniat menraktirku namun gagal karena kudahului membayar.

Pekerjaanku sebenarnya bersifat fleksibel, bisa santai bisa sibuk bahkan hingga lembur. Semua tergantung kembali kepadaku supaya bisa memanage waktu dengan baik, sehingga pekerjaanku bisa selesai tepat waktu.

Sore itu, masih di hari yang sama, aku berencana untuk lembur karena frekuensi pekerjaanku yang lumayan padat. Sekitar jam 6 sore, atau tepatnya beberapa saat setelah masuk waktu Maghrib, Viana menghubungiku kembali, namun lewat Video Call kali ini. Segera kucari handsfree di dalam tas, lalu kupasangkan di hpku supaya percakapan kami tidak terdengar rekan kerja di sekitarku.

"Halo.." sapanya kembali sambil berbaring di suatu tempat tidur dengan mengenakan infus di lengannya.
"Lagi dimana itu?" tanyaku heran

"Di klinik kecantikan di K***ng" jawabnya sambil tersenyum genit
"Owh..kirain di Rumah Sakit" balasku

"Jangan donk..bete aja sendirian, makanya VC kamu" jawabnya
"Hahaha" aku hanya bisa tertawa

"Masih di kantor ya?" tanyanya
"Iya masih ni, lagi lembur" jawabku

"Wah..luar biasa dedikasinya" ledeknya
"Hahaha" tawaku kembali

Sebenarnya aku sedikit merasa terganggu, karena sedang fokus bekerja. Selain itu juga tidak bisa lepas dalam berbicara karena rekan kerjaku berada tepat di depan meja kubikelku.

"Eh..aku mau Sholat Maghrib dulu yak" kataku untuk menghentikan percakapan ini.
"Oh..oke deh..ntar sambung lagi ya?" jawabnya

"Ok" tutupku mengakhiri pembicaraan.

Lama lama aku jadi merasa sedikit takut dengannya. Seperti kataku tadi kepada Franz, belum kuapa apain aja dah agresif begini, apalagi sampai sudah kuajak ML, pasti bakal repot lagi pastinya. Menurutku Viana ini memang sedikit genit, terlihat dari mimik wajahnya saat berbicara dan gestur tubuhnya. Ditambah lagi dengan kumis tipis yang menghiasi atas bibirnya, yang setahuku menandakan ciri agresif atau nafsuan.

Entah sebaiknya kuhentikan saja berhubungan dengannya, karena aku belum juga mendapat feel darinya setelah beberapa kali bertemu dan berkomunikasi. Mungkin hanya nafsu yang ada di pikiranku saat ini, tapi ya itu tadi masalahnya, bakal beresiko kedepannya.

Bisa saja sebenarnya bila kujadikan teman ngopi atau ngobrol, tapi buat apa kalau tidak kudapat feelnya, belum lagi misalnya bila sampai membuatnya baper, geerku 😝.

Seminggu kemudian, kebetulan aku berencana menghadiri acara reuni dengan teman seangkatan kuliahku dulu di sebuah resort yang udaranya sangat sejuk di sebuah kota. Setelah turun pesawat, kusempatkan mengambil beberapa foto di bandara tersebut, untuk kushare di WA "B" dan Fake IGku. Beberapa teman wanita mengomentari statusku, demikian halnya dengan Viana, namun tidak dengan Arin yang hanya sebatas melihat saja.

Acara reuni tersebut cukup padat, karena hanya berlangsung selama 2 hari 1 malam, full acara, tidak perlu kuceritakan disini. Keesokan harinya saat dalam perjalanan menuju bandara, kulihat Arin memasang status berupa tulisan yang terdapat kata kata sedikit kasar untuk melampiaskan amarahnya.

"Kamu kenapa?" tanyaku memulai pembicaraan setelah lama vakum
"Gpp mas, cuma lagi kesal aja" balasnya

"Kesal kenapa memangnya?" tanyaku kepo
"Adeknya mantan suami mau ngusik ngusik aku" jelasnya

"Oh..tapi ga perlu buat status kayak gitu kan?" kataku memberi saran
"Biarin aja deh, aku kesel banget soalnya" jawabnya

"Ya ga gt juga kan, yang ada kamu dinilai jelek sama orang lain" ujarku
"Iya si mas, ya udah ntar kuhapus" janjinya

"Oke, makasi ya" tutupku.

Terkadang emosinya memang masih suka meledak ledak, mungkin karena pengaruh usianya yang tergolong labil.

Teguranku tadi ternyata menjadi pembuka jalan untuk berkomunikasi kembali dengannya. Sesekali aku mulai mengomentari statusnya, walau tidak sehangat dulu tentunya percakapan kami.


Bersambung...
 
Bayangan Arin masih saja melekat di pikiranku. Entah kenapa aku masih memikirkannya. Ini bukan melulu soal sex, tapi menikmati suatu hubungan terlarang setahap demi setahap menuju sebuah kenikmatan tentunya sebagaimana niatku sejak awal.

Aku merasa nyaman dan menaruh kepercayaan kepadanya bahwa dia tidak akan berupaya mengganggu kehidupan pribadiku kelak seumpama hubungan ini berakhir.

Bahkan saking percayanya, pernah suatu hari kami berjanjian untuk pergi sarapan bersama. Malam sebelumnya telah kuberitahukan bahwa dia akan kujemput besok jam 7 pagi di kediamannya. Dia menyanggupinya, sehingga membuat dia rela bangun lebih pagi demi pergi bersamaku, sesuatu yang jarang dilakukannya bahkan pada saat dia harus bekerja pagi sekalipun. Kuajak dia untuk mampir sebentar ke kantor, untuk melakukan presensi absen. Sesuatu yang tabu dilakukan oleh petualang wanita sepertiku sebenarnya.

Pada umumnya, setiap gedung perkantoran akan memasang plang nama kantor di depan tembok pagarnya sebagai identitas kantor tersebut agar bisa dibaca setiap orang yang akan memasuki kantor tersebut. Kulirik dia sedang membaca plang kantorku saat mobil hendak memasuki halaman kantorku.

Sengaja kudiamkan, aku ingin melihat reaksinya begitu dia mengetahui tempat kerjaku yang sebenarnya. Mobil kuarahkan ke halaman belakang gedung, tempat mesin finger print terletak di salah satu dindingnya. Mobil kutepikan tidak berjauhan dengan mesin absensi tersebut, kutinggalkan Arin sebentar di mobil untuk turun dan menempelkan jari di mesin absen.

Mobil pun kukendarai kembali menuju ke sebuah kedai makan di daerah s**ta, namun hingga beberapa saat tak jua kudengar pertanyaan darinya. Seharusnya dia melakukan protes saat mengetahui profesiku yang sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang kukatakan saat awal perkenalan dulu. Entah dia membacanya atau memang dia tidak peduli dengan pekerjaanku, syukurlah dia tidak menanyakannya walau aku ingin berterus terang sebenarnya.

Sebagian wanita tentunya akan berpikir memanfaatkanku secara finansial begitu mengetahui profesiku, tapi sepertinya dia tidak begitu. Memang pernah suatu ketika dia menghubungiku untuk meminta bantuan, namun memang saat itu dia benar benar terdesak dan bukan bersifat konsumtif. Kalau cuma sekedar kuajak makan, masih okelah pikirku toh aku juga ikut menikmatinya bersama saat itu. Sejauh ini, belum kulihat tanda tanda dia akan memanfaatkanku, walau aku sebenarnya juga berniat memanfaatkan tubuhnya untuk enak enak, slow but sure.

Memang terkadang aku masih merasa kesal dengannya dalam urusan komunikasi, namun kucoba mengambil hikmah positifnya yaitu setidaknya aku merasa aman bila suatu waktu terkena sidak hp oleh Polda Rumah. Selain itu, aku juga tidak merasa cepat bosan dengannya.

Belajar dari pengalaman bersama Anty sebelumnya, dimana semuanya kuraih dengan sangat cepat membuatku menjadi sedikit bosan dan hilang feelnya. Apalagi dia mulai sedikit posesif saat itu.

"Drrrrttt.." getar suara hpku membuyarkan lamunanku. Sebuah pesan WA terkirim kepadaku, yang ternyata Franz sohibku.

"Mana foto nudenya Viana kemaren?" tembaknya tanpa basa basi.
"Yaelah..baru juga ketemu 2x dah minta foto aja" jawabku

"Ga usah lama-lama, langsung aja minta ekse" candanya
"Halah..ini belum diapa apain aja, dah ngehubungin terus" elakku

"Lha bukannya bagus, jadi lebih gampang diekse. Gatel kali pepeknya jarang ditengokin lakinya" katanya cabul
"Hahaaha..bangke loe, malah jadi takut gw" jawabku

"Cupu..terus ngapain loe ajak ketemuan segala" ledeknya
"Ya pelan2 donk nikmatinnya 🤣. Jadi kangen Arin nyong" jawabku

"Kayak bisa ML aja sama Arin" jawabnya
"Ya kan kemaren sedang dalam proses menuju kesana" balasku

"Hahaha..mending sama Vianalah, toketnya gede" katanya
"Pala loe peyang Dul, toket mulu pikirannya" jawabku

Aku jadi terpikir untuk ngepoin IG nya Arin, sebagai penawar rinduku..halah 😓

Kupilih menu unhide aplikasi sebelumnya dan mencari aplikasi IG ku yang tersembunyi, kemudian setelah membuka lock patternnya, kupilih tombol log in fake IGku. Kucari IG Arin di daftar followerku. Terdapat sekitar puluhan foto memenuhi katalog galerinya, ada foto yang baru diuploadnya semalam di bagian baris pertama, foto saat dia sedang jalan bersama teman karibnya di suatu mall kemudian taman kota.

Kugeserkan layar hp secara perlahan dengan menggunakan jari jempolku, untuk merunut satu persatu fotonya. Terdapat foto selfienya saat kami menghabiskan malam bersama di beberapa cafe yang pernah kami kunjungi dan masih tersimpan. Selanjutnya foto fotonya sekitar beberapa bulan sebelum kami bertemu, saat dia masih terlihat lebih kurus dibanding sekarang. Dia memang pernah mengeluhkan berat badannya yang naik hingga 5 kg kepadaku, dan bagi wanita itu sebuah problem besar.

Sebuah pesan berupa image dikirim Arin kepadaku. Saat kubuka, ternyata sebuah foto timbangan dengan jarum utamanya tengah berada di angka 51 kg.

"Gendutan 😭" tulis captionnya
"Hehe..bagus donk" komenku

"Hmmm.." balasnya seperti biasa
"Ya berarti tandanya bahagia donk 😂" lanjutku

"Ngeledek 😓" katanya
"Kamu bagusan agak gemuk dikit deh, kelihatan lebih segar dan montokan" kataku berpendapat

"Mukaku jadi keliatan aneh nanti" jawabnya
"Kan yg penting aku suka 😁" rayuku

"Hmmm.." komen ga jelasnya

Dia memang terlihat kurus saat kami pertama kali bertemu. Pipinya tirus, tidak seperti sekarang yang agak tembeman. Aku suka melihatnya yang sekarang, terlebih bisa membuatnya bertambah berat badannya. Dia pernah cerita, banyak masalah yang menguras pikirannya, baik Rumah Tangga maupun pekerjaan, terutama masalah perceraiannya. Aku sungguh berempati dengan kondisinya, di saat usianya yang baru beranjak 22 tahun namun dia telah melalui banyak pengalaman pahit dalam hidupnya.

"Drrrttt.." kembali getar hpku membuyarkan lamunanku. Namun kali ini ternyata Viana yang mengirimkan pesan.

"Hai..sibuk ya?" sapanya
"Hai juga..iya lumayan sibuk ni" jawabku berbohong
"Oh..semangat ya. Eh iya kamu katanya sering lewat k***ng kalo pulang kantor kan?" tanyanya

"Iya si kalo pas bawa motor" jawabku
"Aku sore ini mau ke K***ng, sekalian meetup yuk" ajaknya

"Hehe aku lagi bawa mobil hari ini" balasku
"Yah.." balasnya sedikit kesal

"Hehe..next time ya" tawarku

Entah kenapa Viana seperti kecanduan mengajakku untuk meetup. Padahal kuperhatikan dia seringkali memasang update status sedang hangout bareng teman temanya. Kalau untuk sekedar ditraktir, rasanya tidak. Karena beberapa kali dia hendak berniat menraktirku namun gagal karena kudahului membayar.

Pekerjaanku sebenarnya bersifat fleksibel, bisa santai bisa sibuk bahkan hingga lembur. Semua tergantung kembali kepadaku supaya bisa memanage waktu dengan baik, sehingga pekerjaanku bisa selesai tepat waktu.

Sore itu, masih di hari yang sama, aku berencana untuk lembur karena frekuensi pekerjaanku yang lumayan padat. Sekitar jam 6 sore, atau tepatnya beberapa saat setelah masuk waktu Maghrib, Viana menghubungiku kembali, namun lewat Video Call kali ini. Segera kucari handsfree di dalam tas, lalu kupasangkan di hpku supaya percakapan kami tidak terdengar rekan kerja di sekitarku.

"Halo.." sapanya kembali sambil berbaring di suatu tempat tidur dengan mengenakan infus di lengannya.
"Lagi dimana itu?" tanyaku heran

"Di klinik kecantikan di K***ng" jawabnya sambil tersenyum genit
"Owh..kirain di Rumah Sakit" balasku

"Jangan donk..bete aja sendirian, makanya VC kamu" jawabnya
"Hahaha" aku hanya bisa tertawa

"Masih di kantor ya?" tanyanya
"Iya masih ni, lagi lembur" jawabku

"Wah..luar biasa dedikasinya" ledeknya
"Hahaha" tawaku kembali

Sebenarnya aku sedikit merasa terganggu, karena sedang fokus bekerja. Selain itu juga tidak bisa lepas dalam berbicara karena rekan kerjaku berada tepat di depan meja kubikelku.

"Eh..aku mau Sholat Maghrib dulu yak" kataku untuk menghentikan percakapan ini.
"Oh..oke deh..ntar sambung lagi ya?" jawabnya

"Ok" tutupku mengakhiri pembicaraan.

Lama lama aku jadi merasa sedikit takut dengannya. Seperti kataku tadi kepada Franz, belum kuapa apain aja dah agresif begini, apalagi sampai sudah kuajak ML, pasti bakal repot lagi pastinya. Menurutku Viana ini memang sedikit genit, terlihat dari mimik wajahnya saat berbicara dan gestur tubuhnya. Ditambah lagi dengan kumis tipis yang menghiasi atas bibirnya, yang setahuku menandakan ciri agresif atau nafsuan.

Entah sebaiknya kuhentikan saja berhubungan dengannya, karena aku belum juga mendapat feel darinya setelah beberapa kali bertemu dan berkomunikasi. Mungkin hanya nafsu yang ada di pikiranku saat ini, tapi ya itu tadi masalahnya, bakal beresiko kedepannya.

Bisa saja sebenarnya bila kujadikan teman ngopi atau ngobrol, tapi buat apa kalau tidak kudapat feelnya, belum lagi misalnya bila sampai membuatnya baper, geerku 😝.

Seminggu kemudian, kebetulan aku berencana menghadiri acara reuni dengan teman seangkatan kuliahku dulu di sebuah resort yang udaranya sangat sejuk di sebuah kota. Setelah turun pesawat, kusempatkan mengambil beberapa foto di bandara tersebut, untuk kushare di WA "B" dan Fake IGku. Beberapa teman wanita mengomentari statusku, demikian halnya dengan Viana, namun tidak dengan Arin yang hanya sebatas melihat saja.

Acara reuni tersebut cukup padat, karena hanya berlangsung selama 2 hari 1 malam, full acara, tidak perlu kuceritakan disini. Keesokan harinya saat dalam perjalanan menuju bandara, kulihat Arin memasang status berupa tulisan yang terdapat kata kata sedikit kasar untuk melampiaskan amarahnya.

"Kamu kenapa?" tanyaku memulai pembicaraan setelah lama vakum
"Gpp mas, cuma lagi kesal aja" balasnya

"Kesal kenapa memangnya?" tanyaku kepo
"Adeknya mantan suami mau ngusik ngusik aku" jelasnya

"Oh..tapi ga perlu buat status kayak gitu kan?" kataku memberi saran
"Biarin aja deh, aku kesel banget soalnya" jawabnya

"Ya ga gt juga kan, yang ada kamu dinilai jelek sama orang lain" ujarku
"Iya si mas, ya udah ntar kuhapus" janjinya

"Oke, makasi ya" tutupku.

Terkadang emosinya memang masih suka meledak ledak, mungkin karena pengaruh usianya yang tergolong labil.

Teguranku tadi ternyata menjadi pembuka jalan untuk berkomunikasi kembali dengannya. Sesekali aku mulai mengomentari statusnya, walau tidak sehangat dulu tentunya percakapan kami.


Bersambung...
Horee... makan kentang lagi neh..wkwkwk.
 
"Ah..ah..ah..mas aku keluar..aahhhh"
"Aku bentar lagi sayang..aahhhhhh...dikeluarin dimana?"

"Dalem aja mas.. biar enak..aahh..ahhh..ahhh..srrrrr..."
"Plok..plok..plok...aaahhhh aku keluaaaarrrr"

Dan akhirnya mereka keluar bareng
:konak: :bacol:

Buat yang ngerasa kentang 😛😛
Wkwkkwkwkkk.....
Crot oye oye...
 
Luar biasa suhu.. pasti suhu orgny ganteng bin tampan nih, slalu muncul dgn TO yg berbeda2.. lancrotkann hu, gw penggemar setia nih... Hahaha
 
Wah ada fansnya Arin ;)
wkwkkwk ceritanya lebih deep dan lbh terkesan harus mengerahkan tenaga lbh buat bs bobo syantik sm dia.. cewe begini yg bikin nagih dan penasaran huuu mknya ane condong ke arin ahayyy.. but good luck hu sm viana cm kalau sm cwe agresif itu harus lbh extra hati" hu, ane pernah sm yg ginian rada rawan :adek:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd