Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa karakter cewek yang mau dibuat menjadi binal ?


  • Total voters
    16
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Terima kasih atas respon para suhu sekalian. nubie sendiri jujur masih belajar bagaimana membuat karya yang baik.
paling tidak karya yang bisa diterima para suhu yang sudah populer di forum tercinta.
kalau ada kritik dan saran untuk karya yang sedang nubie buat, mohon segera diberikan kepada nubie.

sebagai bentun apresiasi nubie atas perhatian para suhu terhadap karya yang sedang dalam proses penulisan,
nubie berikan kado untuk bermalam minggu kepada para suhu, nubie persembahkan update karya yang nubie buat.

semoga berkenan menikmati karya nubie yang dibuat seadanya.

:beer: :beer: :Peace::Peace::p:p
 
Pengakuan Rully

JULIA



ESTI

POV Rully

Sungguh mimpi yang menjadi kenyataan. Sejak lama aku mendambakan bisa ngentot dengan cici. Kakak kandung isteriku ini. Keinginan itu muncul setelah cici kembali ke kota kami. Suaminya dipercaya menjadi pucuk pimpinan kantor regional di perusahaan multi nasional. Sejak itu, intensitas ketemu dengan cici semakin sering. Apalagi sejak isteriku diajak untuk membuka butik bersama. Tapi pertemuanku dengan cici setelah sekian tahun dia berada di luar daerah, ternyata memunculkan pikiran lain.

“Dulu waktu cici hadir di pernikahanku dengan Esti biasa saja. Tapi sekarang cici nampak menggairahkan. Tubuhnya tidak berubah. Masih seksi, tidak terlalu gemuk, tapi sangat ideal untuk seorang perempuan,” gumamku dalam hati saat merebahkan diri di sebelah cici yang sedang tengkurap. Mataku menyoroti seluruh bagian tubuh cici, mulai dari wajah hingga bagian kakinya.

Kulitnya mulus hampir tidak ada cacat. Hanya sedikit guratan tipis, layaknya perempuan lain yang pernah hamil. Meski begitu, tidak mengurangi kemulusan kulitnya. Bulu memeknya tertata rapi. Lingkaran di lubang memeknya terlihat bersih. Memeknya tembem, membuat kontol terasa terjepit apabila memasuki lubang memeknya. Otot memeknya masih kuat mencengkram batang kontol yang masuk.

Cici dan aku baru saja melampiaskan nafsu birahi. Sebuah rencana matang yang aku susun, untuk menjebak cici dan koko. Permainan di kolam renang memang awal untuk memulainya. Kejadian di kolam renang, lebih kepada ingin membaca situasi. Reaksi mereka biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal di kolam renang cici mampu mencapai orgasme. Sedangkan kontol koko memuncratkan sprema, ketika dikocok isteriku.

Kesimpulannya, aku dan isteriku bisa melanjutkan rencana selanjutnya. Sengaja aku membawa minuman import. Obat perangsang cair, aku dapatkan dari seorang teman. Esti aku minta meneteskannya di botol minuman keras yang kami bawa. Ternyata obat perangsang itu bekerja dengan cepat. Nafsu birahi kami berempat seketika langsung naik. Padahal minuman keras yang aku bawa, baru habis 2 botol. Itu pun aku lihat masih ada sisa.

Minuman itu tidak dihabiskan, karena aku sendiri sudah terpengaruh dengan nafsu birahi. Langsung menyerang isteriku yang ada di sampingku. Sengaja aku tidak membawa isteriku ke kamar. Kami memang sudah berencana untuk memuaskan birahi di depan koko dan cici. Rencana itu berjalan mulus. Koko yang sedang asik menggenjot cici dari belakang, langsung aku tawarkan bertukar posisi.

Respon koko awalnya keberatan. Entah kenapa, tidak lama dia memberikan persetujuan. Itu menjadi kesempatanku untuk menggauli cici, kakak kandung isteriku. Secepat kilat aku hujamkan kontolku ke dalam memekku. Aku tidak mau tiba-tiba cici tersadar, ketika kontol suaminya terlepas. Cici ternyata merespon hujaman kontolku ke memeknya dengan desahan. Tetapi wajahnya tetap tidak menoleh ke belakang, untuk melihat siap yang sedang menggoyangnya.

Sempat kaget ketika cici tahu kontolku yang sedang berada di memeknya. Kejadian itu untungnya setelah kami sudah mendapatkan orgasme. Pejuku sudah kusemprotkan ke memek cici sebanyak mungkin. Cici kaget melihat ke belekang. Kontolku yang menancap di memeknya. Isteriku yang mengetahui kondisi itu, langsung menenangkan cici. Akhirnya ia pasrah, toh akhirnya kami berempat menikmatinya. Koko juga menjebol memek isteriku, dan mencapai orgasme bersamaan.

Wanita keturunan yang terus menjadi fantasi seksku, kini tengkurap di sebelahku. Wajahnya menunjukkan kelelahan. Matanya terpejam, nafasnya menderu teraratur. Bibirnya seksi, hidungnya mancung, dan tentu yang paling aku suku susunya. Tidak terlalu besar, putingnya berwarna coklat mengarah pink. Bentuk putingnya bulat, dan tenggelam ke dalam kalau tidak dalam kondisi bernafsu. Putingnya keluar, kalau diisap, ditarik, atau dijalati. Memang unik, dan langka. Apalagi cici sudah mempunyai dua orang anak. Tetapi puting susunya masih agak ke dalam.

Rasa kantuk dan capek, sudah hinggap. Tidak lama, aku pun ikut tertidur di samping cici. Panlok (sebutan wanita keturunan) yang kurindukan selama ini. Wanita yang mampu membangkitkan gairah seks, meski hanya kudapatkan dari fantasi. Namun sekarang, aku berhasil menaklukkannya. Bukan hanya sekali, dua kali aku ngentot dengannya. Bahkan dia memberikan perlawanan hebat pada ronde kedua.



***

Hawa dingin menjalar di seluruh tubuhku. Sinar matahari masuk menembus celah gorden yang tidak tertutup rapat. Sunyi dan senyap suasana yang aku rasakan. Aku seperti mengalami mimpi yang indah. Seseorang telah mengulum kontolku ke dalam mulutnya. Setengah sadar, aku merasakan nikmat yang luar biasa. Kulumannya masuk hingga ke dalam rongga tenggorokan. Memberikan sensasi yang hebat pada ujung kontolku.

Slruuuuup…… sluuppppp….. slruuuuup……

Terdengar sanyup-sanyup mulut yang mengulum kontolku. Dalam sadarku bertanya-tanya. Siapa yang melakukannya. Mimpi sedang di oral seks oleh seorang wanita. Ini bukan mimpi, bisik batinku. Kukumpulkan kekuatan tubuhku. Perlahan mataku terbuka. Kuarahkan pandangan ke kontolku. Seorang perempuan berambut panjang hingga pundak sedang mengoral kontolku. Dia asik mengulum, dan memainkan batak kontolku. Tangannya mengusap-usap biji kontolku.

“Cici sudah bangun,” ucapku ketika mengetahui Julia sedang mengulum kontolku. Tidak menyangka, ketika hawa dingin menusuk tulangku, ternyata cici sedang memainkan kontolku dengan mulutnya. Dia hanya memberikan senyuman termanisnya, tanpa menjawab ucapanku. Sedangkan aku, kini sedang asik menikmati jilatan lidah dan lumuan mulutnya ke kontolku. Kupasrahkan kontolku untuk disantapnya seperti anak kecil memainkan permen lollipop.

“Kalau tidur, kontolnya jangan tegak begini. Memek cici jadi gatel lihatnya,” sahutnya kemudian.

Ooouwwhhhhh… Sststststsss…..

Desahan tertahan keluar dari mulutku. Kontolku sudah menegang maksimal. Panjangnya standar orang Indonesia, tetapi lebih gemuk dibandingkan kebanyakkan orang. Kekuatanku sudah mulai terkumpul. Mataku membuka dengan sempurna. Namun tidak ingin menghentikan aktivitas mulut cici di kontolku. Sengaja aku membiarkan ia menikmamti kontolku hingga melahapnya habis ke dalam mulutnya.

Setelah puas memainkan kontolku, cici membangkitkan tubuhnya. Ia segera mengambil posisi mengangkang dengan kaki terbuka. Memperliahkan lubang memeknya yang merekah. Siap menerima hujaman kontol. Bulunya lebat tertata membentuk huruf V. Cici langsung meraih kontolku dengan tangannya. Dipegang, dan diarahkannya menuju lubang memeknya. Perlahan kontolku mulai tenggelam di dalam memeknya.

Sststststsss….. Ooouwwhhhhh… Bllllleeeeeeeesssssshhhhhhh……

Desisan lembut keluar dari mulut cici. Dibalas lenguhan tertahan dari mulutku. Perlahan pantatnya mulai bergerak turun. Batang kontolku mulai tenggelam, dan tidak terlihat dari pandangan. Setelah memastikan sudah masuk semua, cici hanya mendiamkannya. Matanya terlihat menutup menikmati ujung kontolku yang beradu pada mulut rahimnya. Tidak ada suara yang kami keluarkan, kecuali desahan dan desisan tertahan.

Setalah puas menikmati kontolku di dalam memeknya, pantatnya mulai memutar. Goyangan andalannya yang membuatku terbuai. Liukan badannya disertai pantatnya, menambah sensasi kenikmatan kontolku yang terbenam sangat dalam di lubang memeknya. Ia memutar-mutar ke kiri, dan kanan. Diselingi dengan gerakan memaju-mundurkan tubuhnya. Kontolku terbawa mengikuti setiap gerakkan pantatnya.

Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss…..

Desisan dan desahan cici keluar dari mulutnya. Tidak terlalu keras, sangat jelas terdengar di telingaku. Sedangkan aku sendiri belum bereaksi. Kubiarkan dia terus memutar-mutarkan pantatnya. Mataku terpejam ikut menikmati sensasi yang diberikan. Sesekali aku hentakkan pantat ke atas, untuk mendorong kontolku masuk lebih dalam. Perlakuanku membuat cici semakin mengeraskan suara erangannya.

Ooouwwhhhhh… Sststststsss…..

“Kalian sudah membuat memekku gatal. Kamu harus tanggung jawab,” kata cici di sela kenikmatan yang ia tahan.

Tidak kuhiraukan ocehannya. Tetapi kini aku mulai menggiring tubuhnya bergerak turun naik. Itu seiring dengan gerakkan pantatku yang menaik, dan kuturunkan kembali ke tempat tidur. Cukup lama peraduan memeknya dan kontolku melakukan gerakan turun naik. Kontolku menancap kuat, dan dikeluarkan kembali hingga mulut memeknya. Gerakkan cici yang mulai cepat, namun tetap menjaga kontolku tetap berada di dalam memeknya.

Matanya terus terpejam. Kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan. Ia mempercepat gerakkan pantatnya. Naik turun yang spontan diikuti gerakkan kontolku. Aku mulai memahami keinginan cici. Quickie Seks di pagi hari. Pantas gerakkan semakin cepat, agar semakin mencapai puncak kenikmatan. Goyangan cici yang aku ikuti ternyata menambah sensasi yang luar biasa. Dinding memek cici semakin menjepit batang kontolku.

Ooouwwhhhhh… Sststststsss…..

Desahan dan erangannya semakin menjadi. Tubuh cici semakin meliuk-liuk, bak penari striptes. Batang kontolku semakin tersedot ke dalam memeknya. Kepala kontolku seperti ingin meledakkan sesuatu yang tertahan. Tidak lama kemudian, aku rasakan memek cici semakin mengeluarkan cairan. Semakin cepat goyangannya, semakin banyak cairannya keluar. Dengan sekali hentakan menekan ke bawah, memeknya langsung banjir.

Crrrrreeeeeeeeeeeeeeet……… crrreeeeeeetttttttt…….. creeeeet…..

“Ooouwwhhhhh…… akhirnya sampai…..,” desahan panjang keluar dari mulut cici dengan pelan. Hentakan pantatnya membuat kontolku semakin ke dalam. Itu membuat kepala kontolku bersentuhan langsung dengan ujung rahimnya. Gesekan keras tersebut, membuat kepala kontolku mengeluarkan semprotan peju yang cukup kencang.

Crrrrroooootttttt…… crroooottttttttttt…….. crrrrrroooooott……..

“Ooouwwhhhhh……,” lenguhku pelan. Itu menandakan kontolku sudah mengeluarkan seluruh isi spermanya yang dari tadi mendesak keluar. Orgasme kami pagi ini didapatkan hampir bersamaan. Banjir yang menyirami batang kontolku bercampur antara air memek cici dengan sprema yang aku semprotkan. Nafas kami terengah-engah mengeluarkan deruan yang keras. Setelah nafasnya mulai terarut, cici menjatuhkan tubuhnya ke badanku.

Kontolku masih menancap kuat di memek cici. Posisi badannya menindih tubuhku. Wajah cici di tutupkan ke sebelah kanan. Pipi kami saling menempel. Mulut cici berada persis di samping kuping sebelah kiriku. Nafasnya tidak memburu lagi. Namun masih mengeluarkan suara dengusan seperti orang kecapean. Sengaja aku membiarkan tubuh cici terus menindihku, sampai ia mampu mengendalikan keadaan. Susunya menempel empuk di dadaku.

“Kontol kamu berhasil memuaskanku,” ungkap cici, ketika kondisinya mulai stabil.

“Quickie Seks di pagi hari nikmat yah ci,” sahutku sekenanya.

“Yes…. Belum pernah aku mendapatkan seperti hari ini,” cici menimpalinya.

“Ini pengalaman pertama aku Quickie Seks. Justru dapatnya dari cici,” jelasku kepada cici.

Tanganku melingkar ke belakang tubuh cici. Kuberanikan membelai punggungnya hingga ke bawah. Memberikan sentuhan mesra layaknya pasangan yang sedang memadu kasih. Kupalingkan wajahku menghadap cici, langsung aku cium pipinya selebah kiri. Kulanjutkan ciumanku ke keningnya. Ia memejamkan mata mendapatkan perlakuanku. Menikmati setiap usapanku pada tubuh bagian belakangnya.

Kontolku mulai mengecil. Perlahan lepas dari jepitan dinding memeknya. Cairan dari memek cici menetes ke selangkangku. Menyadari kontolku sudah terlepas dari memeknya, cici menggeser turbuhnya. Ia berebah telentang mengambil sisi sebelah kiri tubuhku. Matanya masih terpejam merasakan setiap tetes cairan yang keluar dari memeknya. Pastinya akan membanjiri sprei hotel di tempat tidur ukuran besar di kamarku.

“Tidurmu pulas, tapi kontol ngaceng,” mulut cici berujar memeceh keheningan di kamar. Ia hanya tertawa kecil mengingat kejadian, ketika terbangun dari tidur. Cici menceritakan, hawa dingin yang masuk ke kamar berhasil membangunkannya dari tidur. Memeknya tidak kuasa menahan pipis, dan segera ke kamar mandi. Ketika ingin menarik selimut, ia melihat kontolku berdiri tegak. Secara spontan tangannya mulai membelai kontolku.

“Gemas aku melihat kontol kamu berdiri. Ukurannya kalah panjang sama koko, tapi gemuk. Jadi yah aku mainin aja. Lagian hawanya dingin banget. Hitung-hitung sebagai penghangat badan,” ujar cici menjelaskan, kenapa ketika aku bangun mulutnya sudah mengulum kontolku. Ia tertawa kecil, ketika memberi penjelasan.

“Aku justru seperti bermimpi di tengah hawa dingin ada bidadari yang sedang mengoralku. Ternyata bukan mimpi. Seorang bidadari memang sedang mengerjai kontolku,” aku melontarkan pikiranku sambil memberikan bumbu rayuan kepada cici.

“Pandai kamu merayu perempuan. Sudah berapa banyak perempuan yang kamu entot selain isterimu,” pernyataannya menohok. Mukanya sedikit cemberut, menandakan sebetulnya cici senang kalau mendapatkan rayuan dari pria.

“Sampai sekarang aku masih menjaga kontolku dengan baik. Cici perempuan kedua yang merasakan sodokan kontolku,” tegasku, meluruskan pernyataan cici yang menyerang pribadiku.

“Ga percaya aku. Pasti sebelum menikah, kamu sudah pernah bermain seks,” cici menghakimiku dengan perkataannya.

“Kalau memasukkan kontol ke memek belum pernah ci. Esti perempuan pertama yang merasakan sodokan kontolku. Tapi…..” aku semakin mempertegas jawaban. Namun tidak kulanjutkan, untuk melihat reaksinya.

“Tapi apa. Tapi banyak yang memeknya sudah kamu kerjai,” kata cici semakin menghakimiku.

“Ga ci. Cuma sekedar menggesek aja. Kata orang petting lah,” jawabku sekenanya.

“Awas kalau bohong. Nanti aku cari tahu,” sahut cici Julia. Ia kemudian membangkitkan tubuhnya dari tempat tidur. Tujuannya ke kamar mandi, setelah sebelumnya mengambil kimono berbahan handuk dari lemari hotel. Sedangkan aku hanya tersenyum mendengar perkataannya.

“Mau ikut mandi bareng,” ajak cici setelah menemukan kimono handuk, dan langsung berjalan menuju ke kamar mandi. Mendapatkan ajakan seperti itu, tentunya menjadi kesempatan yang langka bagiku. Langsung aku bangun, bergegas menyusul cici ke kemar mandi. Tidak lama kemudian, suara pancuran air mengucur deras. Tubuh cici sudah berada terlebih dahulu di bawah pancuran air.



***

JULIA

POV Julia


Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Kesempatan kami untuk sarapan di restoran hotel sudah lewat. Setiap hotel hanya memberlakukan layanan sarapan untuk tamu antara jam 6 sampai 10 pagi. Sedangkan kami, baru selesai mandi pukul 10 pagi. Entah tadi malam aku dan Rully sampai jam berapa menyelesaikan peraduan. Ketika terbangun, sinar matahari sudah menembus kamar melalui celah gorden yang tidak tertutup rapat.

Aku masih menggunakan kimono handuk fasilitas hotel. Sedangkan Rully menggunakan celana pendek selutut berwarna putih, dan kaos oblong longgar putih. Langkahku menuju sebuah meja yang menaju dengan lemari. Termos listrik aku isi air, dan mencoloknya. Sambil menunggu, aku mempersiapkan cangkir yang sudah diisi kopi, dan teh. Mungkin minuman panas bisa membantu menyegarkan kembali kondisi tubuh kami yang capek.

Aku memilih untuk tetap berada di kamar Esti dan Rully. Tidak terdengar suara dari kamar junior suite yang di tempati suamiku dan Esti. Sebelumnya sempat aku menengok ke ruang tamu, masih kosong. Kupikir, Esti dan suamiku masih berada di kamar. Rully kulihat sedang duduk di kursi yang ada di kamar tidur. Secangkir kopi aku letakkan di meja tempat di dekar Rully yang sedangkan duduk. Sedangkan teh, aku posisikan lebih dekat dengan kursi yang aku duduki.

“Nih aku buatin kopi. Kamu suka kopi kan,” ucap cici membuka pembicaraan.

“Suka, tapi bukan pecandu kopi,” sahutku.

“Minum dulu. Lumayan untuk menghangatkan badan,” jawab cici lagi.

“Kenapa dengan aku tadi malam. Tiba-tiba nafsuku sangat memuncak. Anehnya, aku tidak menyadari kalau suamiku dan Rully, ternyata sudah bertukas posisi. Ternyata di sofa tadi malam ketika aku dientor dari belakang, kontol Rully yang mengobok-obok memekku. Bahkan sampai tadi pagi, aku masih merasakan memekku gatal,” gumamku dalam hati.

Aku melamun memikirkan kejadian tadi malam hingga pagi hari. Aku seperti perempuan yang haus seks. Begitu liar, buas, dan ingin menerkam semua kontol yang ada dihadapanku. Untuk pasanganku kali ini Rully, adik iparku sendiri. Jadi aku tidak takut, sisi liarku ketika ngentot terdengar orang lain. Seandainya orang lain, tentu aku sangat khawatir. Pasti ada tuduhan kalau aku berselingkuh. Perempuan murahan yang melayani suami orang, atau lainnya.

“Apa yang dipikirkan,” ungkap Rully memecahkan lamunanku.

“Entah lah. Aku sedikit bingung dengan kejadian yang menimpa kita,” aku mencoba mengutarakan pikiranku.

“Semua sudah terjadi. Toh kita sama-sama menikatinya,” Rully coba menenangkanku, agar menyesali kejadian yang kami alami.

“Khawatir aja, kalau ada yang salah sangka. Nanti aku dikira merebut suami adikku sendiri,” jawabku lagi.

“Atau sebaliknya. Aku yang dituduh merayu kakak iparku sendiri,” sahut Rully sekenanya, disertai dengan tawa kecil.

“Yeee… malah ketawa dia,” nada kesal kulontarkan, karena Rully malah seperti meledekku.

“Tapi jujur, aku bangga sudah bisa menaklukan kakak iparku yang cantik seperti bidadari,” Rully mengungkapkan pikirannya, sembari melontarkan rayuannya.

“Jangan menggombali kakak kandung isterimu. Nanti kalau kedengaran isterimu, bisa salah paham,” aku coba mengingatkan Rully. Jangan sampai kejadian persetubuhan kami, justru terbawa ke hati. Sebenarnya aku merasakan menikmati hubungan seks kami tadi malam. Tetapi hatiku tetap tidak bisa berpaling dari suamiku. Rasa cinta dan sayangku, masih untuk suamiku. Meski aku sudah ngentot dengan adik iparku. Toh kejadian kami ngentot, diketahui suamiku. malah suamiku sendiri tidak peduli isterinya dientot laki-laki lain.

Setelah mengetahui kontol Rully yang memberikan kepuasan kepada memekku tadi malam, suamiku justru diam. Anehnya, Esti langsung mengendalikan keadaan. Ia langsung mengoral kontol suamiku. Sedangkan suamiku, keenakan merasakan oral seks dari Esti. Justru yang lebih aneh, diriku sendiri. Bukannya marah dengan kelakuan Esti dan suamiku, malah terpancing untuk membalas perbuatan mereka. Kontol Rully menjadi sasaran mulutku, untuk menutupi rasa cemburuku tadi malam.

“Mungkin kita sama-sama mabuk tadi malam. Itu membuat kita tidak sadar ngentot dengan seseorang yang bukan pasangan kita,” ucapku memecahkan kesunyian di dalam kamar. Helaan nafasku terdengar cukup keras. Bukan menyesali, tetapi masih dalam balutan kebingungan diotakku. Bisa-bisanya aku justru menikmati kontol yang bukan milik suamiku. Nafsuku benar-benar sampai pada puncak, sehingga tidak peduli kontol siapa yang memuaskan birahi.

“Bisa jadi pengaruh minuman keras. Tapi sepertinya kita ngentot dalam keadaan setengah sadar semua,” sahut Rully lagi memberikan pendapat.

“Entah lah. Yang penting jangan sampai kejadian di sini bocor ke orang lain,” pintaku kepada Rully.

“Aman ci. Ga mungkin aku membongkar rahasia kita. Nanti malah ga dapat jatah lagi dari cici,” sahut Rully sambil tersenyum menyerumput kopi di hadapannya.

“Enak aja kamu ngomong. Belum tentu aku mau seperti ini lagi. Itu kan hanya pengaruh minuman keras tadi malam,” perkataanku kembali tegas mengingatkan Rully.

“Kalau cici ga mau, gimana dengan koko. Sepertinya koko menikmati juga ngentot dengan Esti,” ucapan Rully benar-benar membuatku terpojok. Dia benar, apalagi suamiku memang berfantasi untuk ngentot dengan Esti. Tidak bisa dipungkiri, kejadian ngentot kami bertukar pasangan, sebetulnya keinginan suamiku juga. Bahkan aku menyatakan siap menerima konsekuensi, kalau harus ngentot dengan Rully. Kenapa ketika semua sudah terjadi, justru aku marah.

Persoalan ini nampaknya harus aku diskusikan kembali dengan suamiku. Apakah setelah kejadian hari ini, masih perlu dilanjutkan atau seperti apa. Kalau memang harus dilanjutkan, tentunya perlu disusun dengan rapi. Aku tidak ingin persoalan ngentot dengan Rully, suamiku ngentot dengan Esti, terdengar keluarga besar. Pastinya kami sangat malu.

“Entah lah. Aku harus bicarakan lagi dengan suamiku,” sahutku singkat.

“Tapi cici benar-benar fantasi seksku,” Rully mengungkapkan pengakuannya.

“Whats….. kenapa bisa,” aku sedikit terkejut dengan pengakuannya.

“Semua orang pasti punya fantasi seks. Cici pun pastinya ada. Tapi jarang orang yang mau mengungkapkannya,” ucap Rully memberikan pengakuan.

“Kenapa harus cici,” kembali kulontarkan pertanyaan.

“Kenal cici sudah lama. Sejak aku dan Esti pacaran. Kami belum mengenal seks secara utuh. Setelah cici kembali ke kota kita, itu awalnya,” penjelasan Rully tertahan. Aku tidak menyahuti penjelasannya. Itu untuk memberikan kesempatan ia bicara untuk mengungkapkan semuanya. Anggukan kepala tanda persetujuan kuberikan, agar Rully melanjutkan ceritanya. Aku hanya ingin mendengar pengakuannya.

“Intensitas pertemuan cici dengan Esti semakin sering. Itu membuat kita sering bertemu. Awalnya hanya muncul perasaan aneh. Lama-lama jadi keinginan untuk ngentot cici. Tapi tidak berani untuk mewujudkannya. Aku sadar, kalau ketika itu diwujudkan pasti terjadi pertengkaran hebat di dalam keluarga kita,” cerita Rully mulai mengalir dari mulutnya. Aku hanya memberikan isyarat dengan deheman yang keluar dari mulut, tanda setuju untuk ia melanjutkan ceritanya.

“Semakin sering ketemu, keinginan ngentot cici begitu kuat. Aku dan Esti sudah terbiasa terbuka membicarakan semua persoalan. Akhirnya aku beranikan untuk menceritakan kepada Esti, tentang fantasi seksku,” lanjut Rully menceritakan.

“Esti tidak marah. Pikirannya soal seks cukup terbuka. Bahkan Esti mengakui, seseorang mempunyai fantasi seks menandakan kenormalan hormonnya. Itu berarti nafsu birahinya masih bagus. Begitu menurut Esti dalam beberapa artikel yang pernah dibacanya,” Rully meneruskan ceritanya.

“Sempat tidak percaya, Esti mendukung fantasi seksku. Tetapi Esti mengingatkan untuk mengurungkan niat mewujudkannya. Ci Julia kakak kandung Esti. Itu yang menjadi alasan. Ia tidak mau ada keributan dengan cici. Tetapi, Esti memberikan kesempatan untuk aku berfantasi tentang cici ketika ngentot dengannya,” mata Rully menyorot wajahku, ketika mulutnya menyudahi perkataan. Aku sendiri hanya senyum menanggapinya, dan memintanya kembali melanjutkan pengakuannya.

“Itu terjadi berbulan-bulan, sampai akhirnya cici curhat dengan Esti soal seks. Ketika itu Esti memperkirakan ada keinginan cici untuk mengenal seks lebih dalam. Bahkan Esti terus memancing cici dengan membuka kehidupan seks dirinya pribadi. Kami sepakat mengajak cici dan koko liburan. Tujuannya untuk melihat reaksi koko dan cici soal keinginan mengorek kehidupan seks kami,” ucapan Rully mampu membuatku terdiam.

Kesadaranku mulai membuka pikiran. Keinginanku mewujudkan fantasi seks suamiku, menjadi awal pertukaran pasangan tadi malam. Lebih gila lagi, pasangan pertukaran pasangan merupakan adik kandungku sendiri. Bukan mampu mengorek informasi dari Esti, tapi justru aku justru terpancing ke dalam permainan mereka. Sekarang aku mulai bisa menarik garis besar kenapa semua ini terjadi begitu cepat. Tanpa ada rasa sungkan, sejak kejadian di kolam renang, hingga tiba-tiba kontol Rully melesak ke memekku tanpa sepengetahuanku.

“Liburan tanpa melibatkan anak-anak, bagian dari rencana kalian. Minuman keras yang dibawa, sudah dipersiapkan,” aku berusaha mengorek informasi dari Rully. Kejujuran Rully yang aku inginkan, agar aku bisa membicarakan kelanjutannya kepada suamiku. Kalau memang sepakat diteruskan, tentu aku sendiri tidak keberatan. Toh aku sudah pernah ngetot dengan Rully. Yang penting, tidak bermain di belakang, dan pastinya harus sepengetahuan pasangan masing-masing.

“Itu semua rencana kami. Toh tidak perlu ditutupi. Semua sudah terjadi. Cici sudah ngentot sama saya. Esti sendiri, entahlah sampai pukul berapa ngento sama suami cici tadi malam,” Rully memberikan penjelasan yang menekankan, suamiku ternyata sampai sekarang belum keluar dari kamarnya. Artinya masih bersama Esti di kamar. Apa yang disampaikan Rully menyadarkan aku, bahwa semua tidak perlu disesali. Toh dilakukan dengan adil, dan tidak ada yang dirugikan.

“Rully benar. Tidak ada yang dirugikan. Sepanjang kami sama-sama menikmati, untuk apa disesali. Sekarang tidak menunggu suamiku dan Esti. Bagaimana selanjutnya. Apa diakhiri sampai disini, atau seperti apa,” ungkapku dalam hati. Aku mulai memikirkan, apakah pasrah dan menikmati permainan yang sudah terjadi. Pertukaran pasangan sedikit banyaknya ada peranku. Tujuan awal mewujudkan fantasi seks suamiku.

“Menurut kamu, kita harus bagaimana selanjut,” tanyaku ke Rully.

“Sebaiknya kita menunggu koko dan Esti. Kalau semua sepakat, artinya tidak ada yang keberatan. Apakah dilanjutkan, atau cukup sampai disini,” kata Rully dengan tegas.

“Masih ada masalah yang mengganjal di hatiku,” ucapku tertahan.

“Semua sudah terjadi. Aku pun tidak akan merahasiakan apa-apa lagi. Kita sendiri belum putuskan, apakah dilanjutkan, atau diakhiri,” jawab Rully mempersilakan aku untuk bertanya.

“Pengaruh minuman keras yang dibawa Esti, kenapa efeknya ke nafsu seks. Bukan kah minuman keras hanya membuat orang mabuk,” aku melontarkan pertanyaan ke Rully.

“Soal itu, sebaiknya tunggu Esti. Nanti kami jelaskan sama-sama. Hubungan kita semua, Cici, Koko, Esti, dan aku, sebaiknya kita bicarakan secara terbuka,” ungkap Rully.

Mendengar penjelasan Rully, aku menahan diri untuk tidak mendesaknya. Apa yang dikatakan Rully ada benarnya. Sebaiknya semua dibahas bersama-sama. Tidak boleh ada yang ditutupi lagi. Toh aku, suamiku, Esti, dan Rully menikmati permainan sekarang. Meski bertukar suami dengan adikku, tidak ada yang keberaatan. Bahkan aku sendiri mampu menikmati permainan seks yang diberikan Rully. Tidak lama, kami terdiam, sampai ada suara yang memecahkan kesunyian.

“Cici sayang….,” terdengar suara lembut seorang perempuan. Sontak kami langsung menoleh ke arah suara. Esti dengan gayanya yang centik, langsung masuk lewat pintu penghubung. Dia menggunakan kimono handuk sama seperti aku. Sedangkan ditangannya, terlihat sedang menenteng pakaiannya tadi malam. Pakaian tidur seksi pendek di bawah pusar dengan model lengan setali. Celana hotspan pendek.bahkan tanpa malu, dia menenteng bra dan celana dalamnya.

“Baru bangun mah,” ucap Rully memecahkan kesunyian.

“Kamu mandi dulu sana,” aku menimpali lagi.

“Tenang cici. Aku sama koko sudah mandi. Tuh koko sedang mengenakan pakaiannya,” kata Esti dengan santai dan langsung duduk di atas pangkuan suaminya.

Tidak aku hiraukan aksi keduanya. Langkahku langsung menuju kamar junior suite melalui pintu penghubung. Kupunguti pakaian yang gunakan tadi malam, dan bergegas membawa ke kamar. Suami sedang mengenakan pakaiannya. Kaos berkerah warna biru tua, dan jeans menjadi pilihannya. Sedangkan aku langsung mengambil coverku, untuk merapaikan pakaian kotor yang akan dibawa pulang nanti. Aku tidak berani mengeluarkan kata-kata. Ada perasaan tidak enak, setelah kejadian tadi malam. Apalagi aku sendiri sudah digauli pria lain.

“Hai sayang. Masih capek yah,” suami membuka pembicaraan denganku. Dia langsung memberikan pelukan kepadaku dari belakang. Aku yang sedikit kaget, mencoba menengok ke belekang. Suamiku memberikan senyuman. Pikiranku menerawang entah kemana. Setelah kejadian tadi malam, tidak ada perasaan jijik dari suamiku terhadap isterinya yang sudah digauli pria lain.

“Sudah lah, tidak usah dipikirkan. Papi sudah bicara banyak dengan Esti. Nanti kita bahas bersama-sama rencana selanjutnya,” ucap suamiku lagi berusaha menenangkanku. Ia seperti mampu membaca apa yang aku pikirkan sekarang.

“Papi tidak marah dengan kejadian tadi malam,” aku coba meyakinkan diriku dengan memberikan pertanyaan kepada suamiku.

“Sayang, bukan kah memang ini yang mau kita wujudkan. Papi mengerti, mami hanya berusaha mewujudkan fantasi seks papi. Jangan bilang kalau mami belum siap untuk kejadian sekarang. Kalau belum siap, kenapa mami justru menyetujui liburan kita kali ini,” suamiku mencoba meminta pengertianku. Apa yang dikatakan suamiku ada benarnya. Kalau aku tidak setuju mewujudkan fantasi seksnya, kenapa harus menyetujui keberangkatan kami.

Sebetulnya aku masih punya kesempatan menolak tawaran Esti untuk liburan. Tetapi, justru aku sendiri yang berusaha merayu suamiku untuk bisa ikut. Sudah seharusnya, aku tidak perlu mempermasalahkannya. Sebetulnya bukan mempermasalahkan. Tapi ada perasaan tidak enak dengan suamiku. Aku sebagai isteri, sudah melayani pria lain. Bahkan itu kulakukan dihadapannya.

“Kalau suamiku tidak mempermasalahkan, berarti dia tidak marah. Tidak marah, berarti dia senang semua keinginannya terwujud. Sedangkan aku, sekarang terjebak pada fantasi seks mereka. Tapi jujur, kejadian tadi malam memberikan pengalaman baru dalam hubungan seks diriku. Aku menikmatinya, dan ingin merasakan kembali,” pikiran dalam hatiku mereka-reka, apa yang harus aku lakukan sekarang.

“Setelah kejadian ini, mami harap papi tidak merasa jijik menyentuh mami,” ucapku pelan sambil menunggu jawaban suamiku.

“Owh tentu. Toh kita semua sama-sama menikmati. Sekarang papi justru ingin tahu, apakah mami masih menginginkan ini terulang. Kalau setuju, kita tinggal bahas dengan Esti dan Rully,” suamiku menenangkanku, dan balik menanyakan keinginan aku selanjutnya.

Sebetulnya aku sendiri sudah mendapatkan penjelasan panjang lebar dari Rully. Sekarang hanya menunggu reaksi suamiku. Reaksinya terhadap isteri yang sudah digauli pria lain. Ternyata yang aku pikirkan, justru sebaliknya. Suamiku malah memberikan tantangan kepadaku untuk melanjutkan aktivitas tukar pasangan ini. Kekhawatiranku Dean akan marah setelah tahu isterinya digauli pria lain, justru tidak terjadi.

“Jujur mami sendiri menikmati hubungan seks tadi malam. Tapi ada keraguan. Mami takut papi malah merasa jijik, dan akhirnya menjauhi isteri sendiri,” aku mencoba mengungkapkan pikiranku kepada suamiku.

“Sepanjang kita saling jujur, papi tidak masalah. Justru papi sekarang tambah sayang kepada mami. Isteri papi yang sudah mewujudkan fantasi seks, tidak layak dijauhi. Justru papi tambah sayang sekarang,” kata suamiku meyakinkanku.

Mendengar ucapannya, aku merasa tenang. Tidak ada keraguan lagi, kalau suamiku nanti memutuskan tukar pasangan tetap berlanjut. Dia tidak marah, dan membenciku. Bahkan pernyataannya terakhir, membuat aku semakin bahagia. Itu mungkin yang dikatakan banyak orang, mewujudkan fantasi seks justru menambah keharmonisan keluarga. Aku langsung memutar badanku, untuk berhadapan dengan suamiku.

Ia langsung memberikan kecupan di kening. Perlahan turun hingga akhirnya bibir kami saling beradu. Kami saling melumat, dan memainkan lidah untuk menyerang. Lidahnya masuk ke dalam mulutku, langsung kusambut dengan memutar-muarkan lidah. Kami melampiaskan kebahagiaan dengan saling memberikan kenikmatan dengan berciuman. Aktivitas kami terhenti, ketika nafas sudah mulai habis. Diakhir dengan saling memberikan senyuman lebar satu sama lain.

“Sekarang mami berpakaian. Rencananya kita mau bahas rencana selanjutnya,” ungkap suamiku memecahkan kesunyian, setelah menyudahi peraduan bibir kami.

“Ada tawaran menarik dari Esti dan Rully, untuk acara selanjutnya. Mami sebaiknya mempersiapkan diri,” suamiku melanjutkan ucapannya. Ia kemudian berlalu pergi keluar kamar. Sedangkan aku, memilih pakaian yang akan digunakan. Mengingat ucapan suamiku, ada dorongan untuk aku tampil secantik mungkin. Tentunya harus dipersiapkan dengan matang. Meski masih ada pergumulan dalam pikiranku, keinginan menikmati pertukaran pasangan semakin kuat.

Perlahan mataku mulai memerhatikan tempat tidur yang berantakan. Sedikit tersentak, sprei yang menjadi alas tempat tidur basah seperti tersiram air yang banyak. Aku bertanya dan sedikit heran. Apa yang terjadi sampai tempat tidur kami basah kuyup begitu. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa tadi malam. Tetapi tempat tidur kami masih aman. Ada sprema bercereran, tapi tidak basah seperti yang aku lihat sekarang.

“Betapa nikmatnya permainan mereka sampai sprei tempat tidur basah begini,” ucapku dalam hati.

Kenikmatan yang aku rasakan, membuat aku terbawa sendiri ke dalam fantasi seks mereka. Tanpa banyak membantah, aku tergiring pasrah mengikuti fantasi seks mereka. Aku seorang isteri yang sama sekali tidak pernah memiliki nafsu liar, kini tergiring dengan kenikmatan tukar pasangan dengan adik kandungku.

Bersambung…….
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd