Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa karakter cewek yang mau dibuat menjadi binal ?


  • Total voters
    16
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Kebayangnya sih makin gila swinggernya. Adik kakak dari pihak istri. Adik kakak dari pihak suami. Kalau di bayangin 12 orang orgy + 2 bocil abah
seru banget kayanya yah, kalau masing2 melibatkan saudaranya sendiri. bisa jadi pesta besar suhu.
hehehehehehehe

Layak dtggu 5some or 6some......
terima kasih sudah mau menunggu.
 
Godaan Esti

SELLA



POV Sella

Sekarang waktunya. Aku harus mampu membuat suamiku bertekuk lutut. Tidak boleh ada perempuan lain dari pikirannya. Meski harus mengorbankan tubuh adik kandungku sendiri. Paling penting, bisa membuka mata suamiku perempuan diluaran tidak sebaik yang ada di depan mata. Tubuh isterinya pasti lebih bagus dari perempuan lain. Apalagi empotan dan permaian seksku, tidak monoton seperti awal pernikahan. Perselingkuhan dengan beberapa rekan bisnis, membuat aku semakin mengenal seks. Bagaimana bisa memuaskan lawan jenis, untuk bisa menikmati persetubuhan.

Apalagi sekarang aku dibantu Esti. Paling tidak suamiku lebih bisa fokus pada permainan baru seks. Pertukaran pasangan yang terjadi di lingkungan kami sendiri. Aku ingin membuat suamiku melupakan perempuan di luaran. Ia bisa fokus pada pertukaran pasangan yang akan kami lakukan. Tidak hanya melibatkan Esti dan Dean. Kedepannya, tentu Julia dan Rully. Jadi lebih fair rasanya, kalau semua terlibat. Tidak ada rasa curiga diantara Rully dan Julia. Suaminya bisa dengan puas ngentot aku, dan Esti. Begitu pula nanti Julia, bisa mendapatkan kontol suamiku dan Rully dengan puasnya.

“Sekarang yah. Aku sudah siap,” sebuah pesan aku kirimkan melalui aplikasi chating dari ponsel pintarku. Sekarang aku sudah berada di kolam renang hotel berbintang lima di kota kami. Aku sengaja datang lebih dulu dibandingkan Dean dan Esti. Rencanaku memang ingin membuat suamiku terpana dengan penampilan adik kandungku. Itu mungkin bisa membantunya melupakan perempuan di luaran. Paling tidak, dia mempunyai pelampiasan hasrat seksnya dengan perempuan lain. Kalau dengan adikku, tentu aku tidak perlu khawatir. Kontrolnya pun lebih mudah. Tinggal dibuatkan perjanjian, kapan dan di mana dilakukan persetubuhan selanjutnya.

Pakaian renang model bikini seksi dengan belahan di depan hingga perut. Pakaian renang menutupi kedua susuku dengan belahan di dadanya dihiasi tali-tali. Memang sengaja aku berpakaian seksi untuk untuk menarik gairah suamiku. Kini aku dengan suamiku berada di pinggiran kolam renang. Suamiku memilih untuk rebahan di kursi pinggir kolam renang. Sedangkan aku duduk di sebelahnya menempel persis di bagian perutnya yang terlihat menonjol. Ia terlihat sangat menikmati suasana, meski kondisi kolam renang tidak terlalu ramai. Hanya terlihat beberapa orang, dan keluarga yang sedang berenang.

Dari kejauhan sorot mataku melihat perempuan dan pria menuju kolam renang. Mereka melangkah berseberangan dengan kami. Mengambil tempat di kursi pinggiran kolam renang. Sesuai dengan rencana sengaja dibuat seolah tidak sengaja kami bertemu. Pastinya ingin melihat reaksi suamiku ketika melihat adik iparnya bersama dengan pria yang bukan suaminya. Apalagi pria yang berasa adik iparnya, pasti sudah sangat dikenalnya. Setelah itu, menjadi tugasku untuk membawa suamiku masuk ke dalam permainan yang sudah aku rancang.

Sengaja aku tidak ingin memberitahu suamiku keberadaan Dean dan Esti. Seolah tidak melihat keberadaan Esti dan Dean. Reaksi suamiku ketika melihat mereka, itu yang memang aku tunggu. Dengan begitu, aku bisa semakin mudah mengajak suamiku masuk pada permainan inti. Sebuah permainan birahi yang membuat suamiku tidak memikirkan perempuan lain di luaran. Paling tidak, ada permainan yang bisa membuatnya melampiaskan hasratnya. Tentunya itu nanti diatur dengan baik, sehingga bisa terjadwal.

“Papah mau berenang ga. Mamah mau ke kolam renang yah,” ucapku kepada suamiku yang masih rebahan di kursi.

“Kita barengan,” ucap suamiku singkat.

Perlahan tubuhku memasuki kolam renang. Diawali dengan kaki yang masuk ke dalam kolam hingga seluruh tubuhku kini sudah berada di dalam kolam. Sengaja tidak menceburkan diri, karena memang aku ingin perlahan merendamkan diri ke kolam. Bagian kepalaku masih berada di atas air. Suamiku mengikuti langkahku di belakang. Kami bersandar di pinggiran kolam bersebelahan. Tangan suamiku memeluk tubuhku hingga telapaknya berada di bagian perut. Air yang jernih membuat pakaian renangku bagian depan terpancar keluar. Belahan bagian depannya yang dihiasi tali-tali terlihat dari luar air. Membuat belahan susuku semakin menampakkan. Susuku yang berukuran besar menyembul keluar.

Pakaian renang model bikini seksi dengan belahan di dadanya dihiasi tali-tali memang terlihat sangat menggoga lelaki. Kusandarkan kepalaku ke dada suamiku untuk menambah suasana santai. Terlihat memang kami tidak mempunyai masalah. Tetapi sebetulnya hubungan suami isteri sudah sangat liar. Bahkan beberapa kali kami sempat hendak berpisah. Perselingkuhan suamiku menjadi titik pangkal persoalan. Balas dendamku terhadap perbuatannya membuat aku semakin menjauh. Tetapi kini kami justru semakin dekat. Setelah upaya balas dendamku dengan berselingkuh tercium suamiku.

Bukannya marah, tetapi dia justru terlihat senang. Justru memintaku mendokumentasikan setiap persetubuhan yang aku lakukan dengan pria lain. Itu membuat suamiku semakin bersemangat, dan selalu diakhirnya dengan menggejot tubuhku penuh nafsu. Meski begitu, tabiatnya bermain dengan perempuan lain ternyata tidak hilang. Beberapa kali aku pergoki dia bersama dengan perempuan lain. Alasannya sudah memberikan kebebasan untukku melakukan persetubuhan dengan pria lain. Kini aku mencoba membawa suamiku masuk ke dalam permainan persetubuhan di lingkungan keluarga kami sendiri.

“Mah itu seperti Esti dan Dean. Coba lihat deh,” suamiku membuka pembicaraan, ketika kami sudah berada di dalam kolam renang. Aku yang sebenarnya sudah mengetahuinya, pura-pura mengarahkan pandangan ke arah yang ditunjuk suamiku. Sambil melotot, dan berlagak terkejut, pandanganku tidak lepas dari Esti dan Dean. Keduanya terlihat mesra. Dean membantu melepaskan kimono yang melekat di tubuh Esti. Mereka terlihat seperti pasangan yang dimabuk asmara.

“Ko mereka berdua yah. Isteri dan suami mereka di mana,” ucapku keheranan kepada suamiku.

“Pasti ada sesuatu diantara mereka. Apa perlu kita labrak,” kata suamiku lagi.

“Jangan dulu pah. Lagi pula tidak baik melabrak mereka di depan umum. Kita masih perlu menyelidiki,” aku berusaha membuat suamiku untuk menahan diri. Sengaja aku ingin mengontrol emosinya, agar perlahan nanti bisa memberikan kesempatan kepada Esti untuk menggodanya.

Kehadiran Esti dan Dean di kolam renang, bagian dari rencanaku. Itu untuk membuat suamiku tertarik atas kehadiran Esti. Perlahan pastinya, suamiku pasti akan mencari informasi. Pada saat itu, menjadi tugas Esti untuk menggodanya. Ketika rencana berhasil, aku ingin membuat suamiku semakin terjerat masuk permainan. Dengan begitu, hasrat seks suamiku tidak lagi liar kepada perempuan lain. Tetapi bisa lebih di kontrol di lingkunganku sendiri. Tentunya dengan orang yang dapat aku percaya, meski adik kandungku sendiri.

Aku tidak punya pilihan. Untuk membuat suamiku tidak tertarik dengan perempuan lain. Apalagi aku sudah terlibat jauh berhubungan dengan Esti dan Dean. Kenapa tidak sekalian melibatkan suamiku sendiri. Dengan begitu, suamiku bisa mendapatkan sesuatu yang baru dari hasrat seksnya. Dari pada harus dengan perempuan lain. Paling tidak, nanti suamiku bisa ikut permainan kami, dan melupakan perempuan lain. Bahkan aku bisa lebih mengontrol, kapan kami bermain. Kalau sukses, suamiku pastinya akan lebih banyak waktu di rumah.

“Papah cari kesempatan untuk mencari informasi dari Esti. Urusan Dean, nanti biar mamah,” bisikku kepada suamiku.

“Kita harus mencari moment yang tepat mah. Paling tidak, pada saat mereka tidak berduaan,” suamiku menimpali omonganku pelan.

“Itu pasti. Kalau saat berduaan kita temui, pastinya mereka akan pergi. Kita harus cari informasi dulu soal keberadaan mereka,” ucapku lagi.

Suamiku hanya memberikan anggukan menyetujui ideku. Kami memutuskan untuk keluar dari kolam. Sedikit berlindung, agar tidak terlihat Dean dan Esti. Sebetulnya meski pun terlihat, Esti dan Dean pastinya pura-pura tidak melihat. Karena memang tujuan utamnya, untuk memberikan keleluasaan kepada Esti menggoda suamiku. Kalau suamiku tergoda, kami bisa lanjut ke permainan selanjutnya. Dengan begitu, nantinya aku lebih mudah membuat komitmen dengan suamiku, agar dia bisa melupakan perempuan di luaran sana. Tentunya lebih fokus pada hubungan dalam lingkungan keluarga.

Esti melangkahkan kaki menuju kolam renang. Sedangkan Dean ke arah yang berlawanan. Dean menuju arah kamar mandi. Rencananya memang aku mencegat Dean di kamar mandi, dan membawanya jauh dari Esti. Suamiku nanti kusuruh untuk menyusul Esti yang berada di kolam renang. Rencana yang memang sengaja disusun, diperankan Esti dan Dean. Kini Esti terlihat sudah berada di dalam kolam renang, dan Dean sendiri sudah hilang dari pandangan mata kami.

“Papah segera ke kolam renang. Biar Dean urusan mamah,” kataku berbisik kepada suamiku.

Kakiku segera melangkah dengan arah yang berlawanan dengan suamiku. Tidak kuperhatikan lagi langkah suamiku. Aku segera menyusul Dean yang berada di café dalam area hotel. Pakaian renangku, kubalut dengan baju kaos. Sedangkan bawahnya, kulilitkan handuk. Dean kulihat sedang duduk di salah satu meja dekat taman. Ia terlihat sedang menunggu kedatanganku. Tidak berapa lama, aku sudah duduk disebelahnya.

“Sudah lama Ci,” ucap Dean ketika mengetahui kehadiranku.

“Baru aja. Tadi sempat berendam di kolam renang,” jawabku singkat.

“Gimana, suami cici tahu ga,” tanya Dean.

“Sampai sekarang dia belum tahu. Biarkan Esti menjalankan perannya. Kita tetap berada di sini,” kataku kepada Dean.

Sengaja aku dan Dean duduk lama di dekat taman. Kami duduk santai sambil minum kopi. Tentunya untuk memberikan kesempatan kepada Esti untuk menggoda suamiku. Dengan begitu, tahap selanjutnya tidak kami mainkan. Paling penting, membuat suamiku tidak menyadari kalau akan dibawa ke dalam permainan kami. Aku dan Dean lebih santai mengobrol sambil sesekali menyerumput kopi yang sudah tersedia. Obrolan santai, dan tentunya saling ledek. Bahkan menyerempet tentang seks. Meski begitu, Dean tetap menjaga untuk tidak menyentuh tubuhku di depan umum.

“Ci kangen sama memeknya. Pengen diempotin lagi,” ucap Dean berbisik pelan kepadaku.

“Husshhh…. Jangan sembarangan. Ada suamiku di sana,” kataku kepada Dean.

“Orang suaminya lagi menggoda adik sendiri,” sahut Dean lagi.

“Kamu yah, sudah mulai berani sama cici. Dulu aja waktu kepergok, ga berani sama cici,” mulutku mengeluarkan kata sedikit judes. Ia hanya membalas omonganku dengan tawanya.

Dean memang sudah mulai berani meledekku. Ia terlihat lebih santai berhadapan dengaku dibandingkan sebelumnya. Itu karena sikapku yang mulai terbuka dengannya. Bahkan Dean pula yang memberikan usulan, untuk aku membawa suami masuk ke permainan kami. Aku sepakat dengan usulan Dean. Harapannya suamiku melupakan perempuan simpanannya, dan kembali ke dalam keluarga. Apalagi sekarang di lingkungan keluarga, bisa bermain seks sepuasnya dengan berganti pasangan. Tentu tawaran yang menggiuarkan bagi suamiku pencinta cuckold.

“Awas yah kamu. Nanti malam harus buat aku puas seperti dulu,” aku mengingatkan Dean.

“Yang penting gimana Ko Esvan. Kalau dia berani menggarap Esti di depan cici, aku sih ikut aja,” Dean memberikan tantangan kepadaku.

“Aku pastikan suamiku pasti tertarik dengan Esti,” tegasku kepada Dean.

“Kalau sampai suamiku bisa ngentot sama Esti, kamu harus bisa buat aku terkecing-kencing seperti dulu,” sambungku lagi.

“Squirt ci. Itu namanya squirt. Emang cici belum pernah yah,” timpal Dean.

“Tau ah. Terserah apa namanya,” sahutku singkat.

Dean memang mampu membawa suasana hati menjadi nyaman. Aku yang dulunya bersikap kaku, dan cenderung berpendirian keras, mampu dibuatnya banyak tersenyum. Obrolan dan candaan yang dilontarkannya membuat suasana hati bisa riang. Meski kadang menunjukkan muka cemburut, tidak bisa dipungkiri sebetulnya aku ingin tertawa sekerasnya. Ledekan dan godaannya, membuat aku sering salah tingkah. Itu mampu membuatku membuang jauh-jauh semua persoalan yang sedang di hadapi.

Tanpa terasa, satu jam kami berada di café dekat taman. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul lima sore. Sudah waktunya untuk pergi meninggalkan area kolam renang, dan kembali ke kamar. Tentunya untuk melanjutkan permainan selanjutnya. Aku ingin menggiring suamiku masuk dalam persetubuhan yang menantang. Persetubuhan yang melibatkan adik kandungku. Dengan harapan bisa membuat suamiku lebih nyaman menyalurkan hasrat seksnya, dari pada dengan perempuan lain.

Langkah kaki kami menuju arah kolam renang. Kulihat Esti dan suamiku sedang asik ngobrol di bangku santai di pinggir kolam renang. Tempat di mana Esti dan Dean meletakkan pakaiannya. Tangan Esti terlihat sedang meraba-raba bagian dada tubuh suamiku. Sedangkan suamiku meletakkan telapak tangannya di paha Esti. Pikiranku memprediksi, Esti sudah berhasil menggoda suamiku. Tinggal nanti malam mengajak suamiku masuk ke dalam permainan sebenarnya. Bagaimana dia nanti bisa dengan bebasnya menjelajahi tubuh Esti, dan menyaksikan tubuh isterinya sendiri dijelajahi pria lain. Bukan hal yang baru memang, karena suamiku sudah biasa melihat dari video atau foto yang aku kirim. Tetapi melihat secara langsung, tentu belum pernah terjadi.

“Papah. Ketemua Esti di mana,” ucapku mengagetkan mereka. Sengaja aku bicara seolah tidak mengetahui keberadaan Esti. Suamiku tersentak kaget, sedang Esti dan Dean hanya diam seolah tidak tahu.

“Eeehh… mamah dari mana. Kok sama Dean,” ucap suamiku mengalihkan pembicaraan.

“Tadi ketemu Dean di café. Papah sendiri kok sama Esti,” ungkapku lagi. Aku bersandiwara dengan suamiku, seolah kami kaget bisa bertemu Dean dan Esti di hotel itu. Padahal, aku sendiri yang mengatur semuanya. Dean dan Esti yang mengetahui aku bersandiwara, pura-pura menunjukkan ketakutan. Suami yang sebetulnya tidak mengetahui sedang masuk dalam permainan kami, semakin menunjukkan sandiwaranya.

“Tenang mah, nanti biar papah jelaskan di kamar. Biarkan Esti sama Dean juga kembali ke kamar mereka,” suamiku bersandiwara menenangkanku.

“Baik kita kembali ke kamar. Esti dan Dean, kamu harus jelaskan ke cici tentang kalian nanti malam. Cici minta nomor kamar kalian,” ucapku tegas. Tanganku menarik tangan suamiku, untuk menjauhi Esti dan Dean. Tentunya aku sendiri mengejipkan mata kepada Esti dan Dean, untuk mereka tetap pada posisi sekarang. Pura-pura ketakutan, karena kepergok oleh aku dan suamiku. Sedang suamiku yang sampai sekarang belum tahu kebenarannya, berusaha menjadi pahlawan untuk melindungi Esti.

“Fix. Suamiku tergoda dengan Esti. Terlihat dia berusaha melindungi adik kandungku. Pasti ada sesuatu yang membuatnya bersikap lunak. Yah, Esti berhasil menggodanya,” gumamku dalam hati.



***

ESTI


POV Esti

Setelah mendapatkan pesan singkat di aplikasi chat dari Ci Sella, kami bergegas keluar dari kamar. Kolam renang di area hotel dekat taman menjadi lokasi yang ditentukan Ci Sella. Ia ingin aku menggoda suaminya di kolam renang. Sama seperti ketika aku menggoda Ko Dean waktu liburan dulu. Tentunya godaan manja yang membuat suaminya bisa masuk dalam permainan kami. Aku memang menjadi umpan dari Ci Sella untuk suaminya. Tetapi untuk tujuan baik, agar suaminya lebih tergoda dengan aku, ketimbang perempuan di luaran sana. Dengan begitu, Ci Sella berharap suaminya tidak jajan di luar.

Mataku menyapu sekitar kolam renang. Posisi Ci Sella dan suaminya aku temukan. Sengaja aku mengambil tempat duduk berseberangan dengan mereka. Itu memberikan kemudahan untuk Ci Sella membiarkan suaminya berenang sendiri. Dean dan aku sengaja tidak mau memperhatikan posisi Ci Sella. Kami tetap asik dengan kegiatan masing-masing. Aku sendiri memilih untuk melepaskan kimono handuk. Menyisakan pakaian renang monokini berwarna pink. Kakiku melangkah menuju kolam renang. Sedangkan Ko Dean berjalan berlawanan arah denganku. Sesuai dengan arahan Ci Sella, Ko Dean diminta menunggu di café dekat taman.

Langkahku menuju kolam renang, seolah tidak memperhatikan sekitarnya. Tubuhku langsung kurendamkan ke kolam. Bermain di pinggiran untuk membasahi seluruh tubuhku. Beberapa saat berenang, aku istirahatkan tubuh di pinggiran kolam. Tangga kolam menjadi tempatku menaruh pantat. Sedangkan tubuhku bersandar ke belakangnya. Seorang pria yang sangat kukenal sudah berada di dalam kolam yang sama. Ia berenang menuju ke arahku. Namun aku pura-pura tidak tahu kedatangannya. Cuek tanpa memperhatikan pria itu sudah berada di dekatku.

“Hai, kenapa melamun. Lagi mikirin apa,” sapa pria yang tidak lain suami dari Ci Sella. Ko Esvan biasa aku memanggilnya.

“Koko, bisa ada di sini. Sama siapa,” tanyaku sambil berakting pura-pura keheranan. Aku sendiri sebetulnya sudah mengetahui keberadaannya. Ci Sella yang menginformasikan. Scenario memang disusun Ci Sella, seolah Ko Esvan memergoki aku dengan Ko Dean.

“Tadi lagi santai dengan Sella. Sekarang dia ga tahu kemana. Aku lihat ada kamu, ya sudah aku samperin,” Ko Esvan memberikan penjelasannya keberadaannya.

“Kamu sendiri sama siapa,” lanjutnya bertanya.

“Eeeccchhhh…. Anu…. Aku sama…. Itu,” aku pura-pura bingung untuk memberikan jawaban.

“Dean yah. Sekarang di mana dia. Kamu ko bisa sama dia,” sengaran pertanyaan keluar bertubi-tubi, layaknya seorang polisi yang sedang mengintrogasi.

“Haahhh…,” wajahku menunjukkan keterkejutan.

“Udah ga usah panik. Aku sama Ci Sella melihat kamu sama Dean,” Ko Esvan memotong pembicaraanku. Matanya menatapku dengan tajam. Aku sendiri hanya menundukkan kepala.

“Sssstttttt….kamu jelasin pelan-pelan aja,” bisik Ko Esvan persis di daun telingaku. Tubuhnya sudah mendekat denganku. Ia kini berhadapan dengan tubuh mendempet dari arah depan. Kaki segera membuka memberikan ruang untuk tubuhnya berada di tengah.

Suami Ci Sella memang lebih agresif dibandingkan Ko Dean. Berbeda dengan Ko Dean ketika kudekati di kolam renang. Pria yang sekarang dihadapanku, justru lebih berani. Bahkan terbilang nekat merapatkan tubuhnya dengan mengambil posisi di depan. Wajah kami berhadapan dengan kakinya berpijak pada lantai kamar mandi. Tinggi air kolam hanya sebatas lehernya. Sedangkan aku duduk di tangga kolam. Itu membuat posisi wajahnya tepat berada di depan susuku. Meski berbalut pakaian renang, putting susuku pasti terlihatnya.

Bahan pakaian renang yang kugunakan cenderung tipis, ditambah modelnya yang seksi, menampakkan lekuk tubuhku. Bagian susu tertutup pakaian renang secara ketat, membuat putingnya menyembut keluar. Kalau dari jauh memang sulit melihat. Dengan jarak dekat, sudah pasti putting susuku terlihat menyeplak di pakaian renang. Sorot matanya tajam memandingiku dari atas sampai bawah. Memperhatikan setiap lekukan tubuhku seperti ingin menelanjangi. Wajar sikapnya seperti itu. Karena memang tabiatnya yang senang main perempuan di belakang Ci Sella.

“Ko, ga enak nanti sama Ci Sella,” aku berpura-pura mengingatkannya. Tetapi tubuhku sendiri tidak ada penolakan, ketika didesak bersandar ke belakang.

“Ga usah mikirin Sella. Kamu sendiri kenapa bisa sama Dean. Suami kamu ke mana,” ucap Ko Esvan semakin mendesakku.

Kutundukkan kepala ke bawah. Aku sengaja menghindari pandangannya. Ingin menunjukkan seolah seperti orang ketakutan. Padahal sesuai dengan skenario yang diatur Ci Sella, aku harus menggoda Ko Esvan. Kami ingin dia masuk ke dalam permainan. Tujuannya membuat Ko Esvan terlibat pertukaran pasangan yang kami lakukan. Tidak adil juga kalau hanya Ci Sella yang menjadi bulan-bulanan Dean. Kalau nanti Ko Esvan bisa turut serta, nanti dia bisa mendapatkanku ditambah bonus dengan Ci Julia. Pertukaran pasangan nanti bisa lebih seru dengan hadirnya Ko Esvan dan Ci Sella. Setelah itu, tinggal mengajak Ci Sella dan suamiku masuk ke dalamnya. Kalau itu, pastinya sangat mudah. Mereka sendiri sudah terlibat sejak awal. Hanya belum mengetahui, kalau Ci Sella sudah bergabung dengan aku dan Ko Dean ketika di kota S.

Telapak tangan Ko Esvan kini sudah merabai pinggiran perutku dari luar pakaian renang. Ia terus mendesakku hingga ke belakang. Membuat posisi tubuh dan wajah kami saling berhadapan. Perutnya yang buncit sudah menyatu kulitku yang terlahang pakaian renang tipis model monokini berwarna pink. Belaian lembut telapak tangannya menyusuri setiap sudut tubuhku hingga pinggul bagian belakang.

“Kalau kamu belum bisa jelaskan hubungan dengan Dean, boleh donk koko kebagian enak seperti Dean,” bisik Ko Esvan pelan di telingaku.

“Koko apaan sih. Ga enak sama Ci Sella,” jawabku lagi masih mengingatkannya. Aku masih berlagak jual mahal. Padahal Ci Sella sendiri yang memerintahkanku untuk menggoda suaminya.

“Udah tenang aja. Ci Sella ga akan marah,” ucapnya berusaha menenangkanku. Tangannya mulai bergerilya nakal. Naik ke atas mengarah ke susuku. Kurasakan bagian bawah susuku diremas telapak tangannya.

“Sssssssssttttttttttttttt……” sengaja mulutku mengeluarkan desisan pelan untuk memancing birahinya. Tangannya semakin berani menjamah susuku. Tidak hanya bagian bawah, kini terasa telapaknya menyentuh putting susuku yang tercetak di pakaian renang. Membuatku sengaja mengeluarkan desisan berulang kali. Bahkan aku semakin berani mengeluarkan desisan tepat di telinganya. Hembusan anginnya kumasukkan ke dalam lubang telinganya, untuk memberikan sensasi rasa geli dan rangsangan.

“Jangan Ko. Nanti ada Ci Sella,” bisikku lemah tepat di daun telinganya.

Tidak dihiraukannya peringatanku. Tangannya justru semakin lincah bermain di susuku. Tidak hanya meremas, jarinya mulai memilin putting susuku yang masih terbungkus pakaian renang. Awalnya aku membiarkan tangannya bermain di susuku. Tetapi rasa lembab di memekku, memberikan dorongan untuk melakukan lebih. Perlahan tanganku mulai bergerak mencari sesuatu di balik celana renangnya. Dengan sekejap, tonjolan di celana renangnya sudah berada dalam genggamanku. Kumainkan dengan telapak tanganku memberikan kocokan di tonjolan yang ada di dalam celana renang Ko Esvan.

Remasan telapak tangan Ko Esvan di susuku semakin kuat. Jarinya mulai memilin dan menarik-narik putting susuku. Tanganku terus memberikan kocokan terhadap kontolnya yang mulai menegang. Mataku menyapu sekitar kolam renang. Ada beberapa orang yang masih berenang, dan asik dengan aktivitasnya. Kami sendiri melakukan rabaan dan belaian sepelan mungkin, untuk menghindari sapuan mata orang lain. Jangan sampai menjadi pusat perhatian. Perlahan tanganku mulai masuk ke dalam celana renangnnya, memberikan kocokan pelan. Tubuh Ko Esvan kudorong menjauh, agar tidak menjadi perhatian orang lain.

“Ternyata benar dugaanku selama ini. Kamu merupakan perempuan liar yang haus seks. Beruntung Dean sudah bisa menikmati tubuh kamu,” kata Ko Esvan berbisik pelan.

Kocokan tanganku di kontolnya semakin kupercepat. Aku tidak ingin ada orang yang mengetahui apa yang sedang kami lakukan. Sebisa mungkin aku ingin secepatnya membuat kontol Ko Esvan memuncratkan sperma. Sengaja aku tidak terlalu banyak mengeluarkan pembicaraan. Untuk membuat Ko Esvan semakin penasaran denganku. Paling tidak, aku bisa membuat dia semakin tergoda, merayuku terus-menerus. Dengan begitu, aku bisa mengajaknya ke permainan nanti malam.

Kontol gemuk yang ada di genggamanku semakin keras. Ukurannya memang tidak terlalu panjang. Membuat aku semakin membayangkan nikmatnya kontol gemuk yang kukocok, bisa masuk ke dalam memekku. Tetapi aku harus tetap bisa menahan diri, agar bisa mengundang Ko Esvan ke permainan inti nanti malam. Sebuah kejutan yang ingin diberikan Ci Sella untuk suaminya. Bagaimana dia bisa masuk ke dalam pertukaran pasangan yang melibatkan adik-adik dari isterinya sendiri. Kami ingin membuat Ko Esvan semakin menyadari, di sekitarnya ada perempuang-perempuan cantik yang bisa memuaskan hasrat seksnya.

Telapak tanganku semakin lincah mengocok kontolnya. Kocokan dengan sangat cepat. Membuat mata Ko Esvan beberapa kali terpejam merasakan kocokan di kontolnya. Tangannya terus meremas dan mempermainkan putting susuku. Aku sebetulnya sudah merasakan kelembaban yang dahsyat di memekku. Namun sengaja kutahan, tidak ingin menunjukkan memekku yang sudah mulai gatal. Fokusku kepada Ko Esvan untuk memberikan godaan, dan kepuasan terhadap kontolnya. Dengan kocokan yang membuat spermanya muncrat, tentu dia semakin penasaran terhadapku.

Perintah Ci Sella. Aku dan Dean sebetulnya punya komitmen dengan suamiku maupun Ci Julia. Kami tidak ingin bermain di belakang mereka. Tetapi perintah Ci Sella tidak kuasa kami tolak. Apalagi Ci Sella sudah terlibat dalam permainan seks bersama kami di kota S. Tentunya tidak nyaman kalau menolaknya. Belum lagi, tujuan utamanya untuk membawa Ko Esvan ke dalam permainan kami. Membuat Ko Esvan tergila-gila ingin ikut dalam persetubuhan tukar pasangan di lingkungan keluarga sendiri. Kocokanku yang cepat membuat kepala kontol Ko Esvan berkedut. Ingin memuncratkan sesuatu di kepala kontolnya. Tidak kuhiraukan lagi kondisi di sekitar. Tanganku tetap memberikan kocokan cepat di kontol kakak iparku.

Croooooooootttttt…… crrrrrrroooooooooooooootttt………. Oooooooowwwwwwhhhhhh……

Desahan pelan keluar dari mulut Ko Esvan. Dibarengi dengan lubang kepala kontolnya yang memuncratkan sperma begitu banyak. Tanganku langsung menutup lubang kepala kontol gemuk itu dengan celana renangnya. Aku tidak ingin sperma yang dikeluarkannya mengapung di atas kolam renang. Aku biarkan tertahan di celana renangnya. Nafas Ko Esvan terdengar memburu seperti orang yang habis berolahraga. Setelah menyelesaikan tugasku membuat kontol Ko Esvan muncrat, sengaja aku berlalu pergi meninggalkannya. Aku keluar dari kolam menuju kursi yang menjadi tempat kami menaruh barang bawaan.

Tidak lama, Ko Esvan melangkahkan kakinya mengikutiku. Aku mengambil tempat di kursi santai yang ada di pinggiran kolam renang. Tubuhku dibalut dengan handuk. Ko Esvan mengambil tempat duduk di sebelahku. Wajahnya menatapku dengan penuh pertanyaan. Sedangkan aku memilih diam, dan bersikap dingin terhadapnya. Sengaja aku melakukan itu, untuk membuat Ko Esvan semakin mengejarku.

“Kamu diam aja,” ucap Ko Esvan di sebelahku. Mataku hanya menyorotnya sebentar, langsung kupalingkan kembali ke arah kolam renang.

“Tenang aja, Ci Sella tidak akan marah. Tapi bagaimana suamiku, kalau tahu kamu sudah mengocok kontolku. Belum lagi, kalau ternyata kamu liburan di hotel bareng Dean,” Esvan menenangkanku sembari memberikan ancaman. Aku sudah memprediksi sebelumnya. Kebersamaanku dengan Dean pasti dijadikan ancamannya. Tetapi memang kami sudah mempersiapkan semuanya. Membuat mulut Ko Esvan tetap diam, dan tidak membocorkan perihal liburan kami di hotel bintang lima sekarang.

“Jangan setega itu ko. Aku ga enak sama Ci Sella,” sahutku pelan tanpa menatap wajahnya.

“Berikan aku porsi yang sama seperti Dean,” bisik Ko Esvan tanpa basa-basi.

“Kalau aku memberikannya, apakah koko bisa menjaga rahasia,” kataku membalas ucapannya dengan helaan nafas yang dalam.

“Aku jamin tidak akan bocor. Soal Sella, itu urusanku,” Ko Esvan menenangkanku. Aku tidak menjawab lagi ucapannya. Sengaja aku buat wajahku tetap kaku, dan seperti orang melamun memikirkan sesuatu. Padahal, aku sedang memikirkan untuk semakin menariknya masuk ke dalam permainan. Memikirkan bagaimana membawanya ke dalam kamarku nanti malam.

“Yesss…. Sekarang saatnya memasukkan Ko Esvan dalam permainan. Dia akan mendapatkan kejutan nanti malam,” gumamku dalam hati.

“Soal Sella aku yang atur. Asalkan…” mulutnya menahan kalimat yang ingin dikeluarkan.

“Asalkan apa,” tanyaku kepadanya. Wajahku kini kupalingkan kepadanya. Mataku menyorot tajam mengisyaratkan pertanyaan.

“Kamu pasti sudah mengerti maksudku,” jawabnya santai.

“Nanti malam koko ke kamarku. Nanti aku kasih tau nomor kamarnya,” timpalku.

“Bagaimana dengan Dean,” tanya Ko Esvan.

“Kenapa. Koko takut kalau ada Ko Dean. Bukan kah koko ingin porsi yang sama,” tantangku kepadanya.

“Iya, tapi bagaimana dengan Dean nanti,” tegasnya lagi.

“Kita beri dia hukuman, karena mengajak adik iparnya yang sudah bersuami liburan. Apalagi sudah ketahuan orang lain,” sahutku sekenanya.

Wajah Ko Esvan sedikit kebingunan. Dia masih memikirkan, bagaimana berada di dalam kamarku sedangkan ada Ko Dean. Kebingungannya kutangkap dengan senyum kemenangan. Aku sendiri berhasil membuatnya semakin penasaran. Bahkan mengejarku untuk meminta jatah bersetubuh denganku. Tetapi mampu membuatnya bingung dengan tantanganku. Apakah dia masih takut Dean melihatnya bersetubuh denganku.

“Dean urusanku. Koko urus Ci Sella. Jangan sampai dia memerahiku,” mulutku mengeluarkan perkataan tegas menenangkannya. Ko Esvan masih diam membisu. Kebingungannya tidak selesai dengan penjelasanku.

“Kalau koko berani, nanti malam harus ke kamarku. Ini kesempatan terakhir untuk koko,” jelasku lagi.

“Kamu pastikan Dean tidak membocorkan semuanya,” pinta Ko Esvan.

Tidak kujawab omongan terakhirnya. Jari tangan telunjuk dan gajah menyatu membetuk bulatan. Sedangkan sisanya berdiri tegak. Mengisyaratakan aku setuju dengan omongannya terakhir. Mataku kembali beralih ke kolam renang. Tidak terasa, kami satu jam lebih berada di dalam kolam renang. Wajahku perlahan mulai celingak-celinguk mencari sesuatu. Tidak kudapati Ko Dean dan Ci Sella. Entah kemana mereka pergi. Padahal aku ingin segera beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Memekku yang lembab mendesak untuk dipuaskan. Tentunya aku tidak ingin memintanya ke Ko Esvan. Terlalu mudah untuknya mendapatkan tubuhku. Aku ingin membuatnya semakin penasaran, dan mengejar-ngejar.

Kepalaku menoleh ke belakang. Aku perhatikan ada langkah kaki yang menuju ke arah kami. Kulihat Dean dan Ci Sella berjalan beriringan. Tanganku langsung meraba bagian dada tubuh Ko Esvan. Membuat dia semakin terlena, dan tidak menyadari kehadiran isterinya. Rabaanku di bagian dada tubuhnya, membuat telapak tangan Ko Esvan meluncur ke pahaku. Aku ingin membuat Ko Esvan kaget dengan kehadiran isterinya yang muncul dari belakang.

“Papah. Ketemua Esti di mana,” ucap Ci Sella. Ko Esvan kaget dengan suara di belakangnya. Aku pun berlagak kaget dengan sengaja menarik kembali tanganku meninggalkan dada Ko Esvan.

“Eeehh… mamah dari mana. Kok sama Dean,” ucap Ko Esvan mengalihkan pembicaraan.

“Tadi ketemu Dean di café. Papah sendiri kok sama Esti,” ungkap Ci Sella lagi. Aku dan Dean yang mengetahui sandiwara ci Sella, pura-pura menunjukkan ketakutan. Suaminya yang sebetulnya tidak mengetahui sedang masuk dalam permainan kami, semakin menunjukkan sandiwaranya.

“Tenang mah, nanti biar papah jelaskan di kamar. Biarkan Esti sama Dean juga kembali ke kamar mereka,” kata Ko Esvan.

“Baik kita kembali ke kamar. Esti dan Dean, kamu harus jelaskan ke cici tentang kalian nanti malam. Cici minta nomor kamar kalian,” ucap Ci Sella tegas. Tangan Ci Sella menarik suaminya, untuk menjauhi dariku dan Dean. Ci Sella mengejipkan mata kepada kami, untuk tetap pada posisi sekarang. Pura-pura ketakutan, karena kepergok olehnya. Sedang suami Ci Sella yang sampai sekarang belum tahu kebenarannya, berusaha menjadi pahlawan untuk melindungiku.



Bersambung……..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd