Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa karakter cewek yang mau dibuat menjadi binal ?


  • Total voters
    16
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Terbawa Rasa

JULIA


POV Julia

Perlahan mata sipitku mulai membuka. Kulirik ke arah celah gorden jendela kamar hotel yang kutempati. Matahari terlihat begitu terik. Menunjukkan waktu sudah beranjang siang. Rasa lelah masih menghinggapi tubuhku. Ada rasa malas untuk meninggalkan tempat tidur. Namun aku ingat, harus ke butik. Belum lagi suamiku rencananya akan pulang hari ini. Jangan sampai dia lebih dulu berada di rumah, atau mencariku di butik. Nanti bisa ada kecurigaan dari suamiku. aku harsu menyimpat rapat-rapat pertemuan dengan Rully yang diakhiri dengan persetubuhan terlarang.

Kamar mandi menjadi tujuan langkah kakiku. Membersihkan diri dan bersiap menuju butik. Aku harus berada di butik, sebelum suamiku kembali. Paling tidak aku punya alasan, kalau tidak berada di rumah. Soal anak-anak, nanti sore rencanya aku jemput di sekolah. Pengasuhnya sengaja aku suruh libur, karena memang anak-anak diantar orang tuaku ke sekolahnya. Shower aku hidupkan untuk membasahi seluruh tubuhku. Kugosok seluruh tubuhku dengan sabun menghilangkan lengket keringat, dan bau sperma hasil persetubuhan terlarang tadi malam dengan suami adik kandungku sendiri.

Cepat aku selesaikan mandi. Tubuh kukeringkan dengan handuk. Seluruh pakaianku yang ada di kamar mandi segera kurapikan. Lilitan handuk menutupi bagian susuku hingga memek. Tepatnya lilitan handuk berada di bawah memek sedikit. Handuk yang disiapkan hotel memang besar, dan lebar. Tapi hanya mampu menutupi susu, memek, hingga paha bagian atas. Sedangkan paha di atas lutut masih menampakkan kulit putih mulus milikku. Semua pakaianku tadi malam kurapikan. Kuraih pakaian yang baru kubeli di toko tadi malam.

Bra g-string satu set dengan celana dalamnya aku keluarkan dari bungkusan dengan logo toko. Pakaian dalam satu set yang merupakan pilihan Rully untuk aku kenakan. Langsung kupasang bra g-string penuh renda berwarna merah. Ada kain tipis tepat menutup putting susuku. Lilitan handuk aku turunkan ke bagian perut hingga sekarang menutup sampai lututku. Tanganku yang mengaitkan bra ke belakang bersentuhan dengan seseorang. Ada tangan orang lain yang membantuku mengaitkan bra.

“Aku sudah menebak, cici pasti terlihat seksi dengan bra g-string,” sebuah perkataan keluar dari mulut pria. Siapa lagi kalau bukan Rully, suami dari adik kandungku. Memang dia yang memilih model bra, dan celana dalamku satu set.

Tidak aku hiraukan ucapannya. Setelah bra berhasil dikaitkan pada tempatnya, aku hendak meraih celana dalam g-string yang memang dibeli satu set dengan branya. Ketika tanganku meraih celana dalam tubuh Rully menempel kuat dari belakang. Tangannya bergerak cepat meremas susuku yang terhalang bra. Mulutnya berselanjar menjelajahi setiap sudut leher bagian belakangku. Lidahnya memberikan jilatan ditengkuk hingga sesekali mencapai kuping bagian belakang. Itu terus dilakukannya berulang hingga membuat tanganku berpegangan di ujung meja.

“Rul, kita harus cepat. Aku harus kembali ke butik, sebelum suamiku pulang dari luar kota,” ucapku mengingatkan Rully.

Perkataan yang keluar dari mulutku tidak diindahkannya. Tangannya justru semakin lincah bermain di susuku yang terhalang bra. Jarinya mencoba menerobos masuk dari celah bra g-string bagian atas. Lidahnya dengan lincah menjilati tekuk leher hingga telinga bagian belakang. Penolakanku terhadap Rully ternyata tidak membuatnya berhenti. Justru semakin ganas mencumbui tubuh bagian belakang, dan susuku. Bahkan jarinya berhasil menerobos masuk lewat atas braku menyentuh lembut putting susuku.

Gerakan Rully yang semakin ganas mencumbui tubuhku, akhirnya tanpa perlawanan. Tubuhku pasrah mendapatkan perlakuannya. Jarinya memainkan putting susuku. Lidahnya terus menjilati tekuk hingga telinga. Birahiku perlahan menjadi terpancing. Membuat aku memejamkan mata menikmati setiap gerakan lidah dan jarinya. Badanku perlahan diputar untuk berhadapan dengannya. Lidahnya menjilati leher dan turun hingga susuku. Cup bra g-string yang kugunakan ditariknya ke bawah. Membuat susuku keluar dari bra. Putingnya mengacung ke depan yang langsung menjadi santapan mulutnya.

Aaaaaauuuuuucccchhhhh…..

Mulutku mulai mengeluarkan desahan. Rangsangan mulut Rully di putting susuku memacu birahi semakin naik. Tangan Rully perlahan turun ke bawah merabai memekku. Bulu memekku yang baru dicukur dibelai lembut. Lubangnya dirabai menggunakan jari hingga menyentu klitosku. Permainan jarinya memutar pelan dari klitos hingga bibir memekku. Tanpa terasa memekku semakin lembab dan basah. Membuat jari tangan Rully semakin lincah merabai, sesekali ujung jarinya menerobos masuk bibir memekku.

“Kita harus cepat sayang. Aku ga mau nanti terlambat ke butik. Orang tuaku bisa curiga,” aku mencoba mengingatkan Rully. Sinar matahari semakin terang. Jangan sampai aku tidak berada di butik, kalau orang tuaku mencari nantinya. Aku hanya khawatir, orang tuaku menyusul ke butik, karena tidak menemukanku di rumah.

Tanpa basa basi, kepala kontol Rully yang keras sudah ditempelkan di bibir memekku. Lubangnya yang sudah terasa basah, siap menerima kontol gemuk milik adik iparku sendiri. Pantatku bersandar di meja, kakiku sebelah kiri diangkat tangan Rully. Pahaku mengangkang yang membuat lubang memekku terbuka, bersiap menerima tusukan kontolnya. Perlahan kepala kontol Rully menyeruak masuk menembus bibir liang senggamaku yang basah. Entah siap yang memulai, bibir kami sudah bertautan saling melumat.

Bllllllleeeeesssssshhhhhhhh…….

Seluruh batang kontolnya menerobos masuk lubang memekku. Sekali sentakan berhasil memposisikan kepala kontolnya bersentuhan langsung dengan lubang memekku. Didiamkannya seluruh batang kontolnya berada di dalam memekku beberapa saat. Rully diam tidak bergerak, tetapi justru pantatku yang perlahan mulai bergerak. Memberikan sensasi kocokan terhadap batang kontolnya yang sudah seluruhnya berada di dalam lubang senggamaku.

“Aku pasti merindukan saat-saat seperti ini ci,” ucap Rully pelan di sela lumatan bibir kami berdua.

Mendengar ucapan Rully membuat aku sedikit tertegun. Pikiranku menerawang jauh mengingat masa-masa indah kebersamaan kami. Jujur, aku sangat menikmati kebersamaan dengan Rully. Setiap permainan seksnya mampu memberikan kepuasan terhadapku. Tidak dipungkiri, aku selalu ingin merasakan kepuasan berulang bersama Rully. Bukan berarti, tidak puas dengan permainan suamiku. Nafsu liarku yang selalu muncul, membuat aku semakin ingin dipuaskan kontol Rully maupun suamiku.

“Tidak boleh. Aku hanya ingin kepuasan. Jangan sampai terbawa perasaan. Kita sudah komitmen hanya untuk kepuasan. Mencari variasi dalam hubungan seks. Bukan terbawa perasaan mendalam,” gumamku dalam hati.

Genjotan kontol Rully di dalam lubang memek menyadarkanku. Pikiranku yang tadinya menerawan jauh, kini mulai fokus kembali pada permainan kontolnya. Mataku terpejam menikmati setiap hujaman kontolnya yang berirama pelan. Memekku yang basah, membuat kontol Rully bebas keluar masuk. Posisiku sendiri seperti sedang digendong Rully, meski pantatku bertumpu pada ujung meja. Gaya ngentot kami memberikan sensasi luar biasa di dalam lubang memekku. Kepala kontol Rully berulang kali menyudul kuat mulut rahimku.

Gerakan kontol Rully semakin dipercepat. Sundulan kepala kontolnya di mulut rahimku semakin sering. Sesekali diberikannya hentakan keras yang membuat mulut rahim terasa geli bersentuhan dengan kepala kontolnya. Batang kontolnya menggesek kuat di dinding memekku yang mulai menyempit. Setiap kali sentakan membuat dinding memekku menyempit, memberikan sensasi menyedot lebih dalam batang kontolnya. Permainan seks berdiri dengan tumpuan ujung meja membuat nafsu birahiku semakin cepat mencapai puncak.

Pantatku ikut bergerak mengikuti irama kocokan kontol Rully di dalam memekku yang basah. Kenikmatan birahiku sengat mudah terpancing. Aku tidak segan lagi mengimbangi setiap entotan yang dilakukan Rully. Permainan seks Rully selalu mampu kuimbangi tanpa harus malu. Awalnya memang aku sedikin sungkan. Tapi ketika berada di villa masa liburan, tubuhku tidak pernah malu lagi memberikan perlawanan setiap entotan kontol gemuk suami Esti. Bahkan sering aku berinisiatif sendiri menggoyangkan pantat untuk memberikan kocokan terhadap kontolnya.

Oooouuuuuuwwwwwwhhhhh…… aaaaaaauuuuucccchhhhhh

Suara yang kelaur dari mulut kami mulai bersahutan. Erangan dan desahan dari kami mengisi kesunyian dalam kamar hotel. Kenikmatan birahi yang kami pacu hampir mencapai puncak. Seks cepat yang kami lakukan dengan sedikit pemanasan, tetap memberikan kenikmatan yang luar biasa. Apalagi kocokan kontol Rully terasa semakin cepat diimbangi dengan gerakan pinggulku yang meliuk, membuat pantatku semakin terdorong. Batang kontol Rully tenggelam lebih dalam, ketika sentakan kami lakukan bersamaan. Membuat mulut rahimku terasa sangat nikmat disundul kuat kepala kontolnya.

“Shiiitt…..kontol kamu enak banget. Kocok dengan cepat Rul. Aku sudah mau sampai,” perintahku kepada Rully.

“Kita barengan aja sayang. Aku juga mau crooot,” balas Rully.

Kelamin kami terus beradu. Kontol Rully keluar masuk dalam lubang memekku yang semakin basah. Dinding memekku terasa semakin menyempit. Ujung mulut rahimku terdesak dari sundulan kepala kontolnya. Tubuhku terasa mengejak kaku. Perlahan melepaskan kenikmatan yang keluar dari dalam lubang memekku. Kenikmatan yang terasa hingga ujung kepalaku. Membuat aku semakin kuat mencengkram kuat tangan Rully. Sedangkan Rully mengakhir sodokannya dengan sekali sentakan kuat yang membuat kepala kontolnya menempel kuat di mulut rahimku.

Crrrrrrooooottttt….. crrrrrreeeeeettttttt…….

“Cici sampai. Oooowwwwhhhh,” desahanku keluar bersamaan dengan rasa nikmat yang kurasakan dari orgasme yang kudapatkan.

Crrrrrrrooooootttt……….. crrrrrooooooooooottttt…….

Bersamaan denganku, Rully mendapatkan ejakuasinya. Lubang kecil di kepala kontolnya terasa menembakkan sperma ke mulut rahimku. Cukup kencang tembakkan menimbulkan rasa geli di mulut rahim yang membuat tubuhku semakin mengejang. Kami berpelukan, dan bibir langsung saling melumat. Nafas kami memburu, detak jantungku terasa semakin cepat memompa. Rully semakin kuat memeluk tubuhku, meski tangannya kucengram dengan kuat. Kami terdiam bersamaan menikmati sisa kenikmatan yang berhasil didapatkan.

Plllllooooookkkk……..

Ooouuuwwwccchhhh….. aaaaaaacccchhhhh……

Mulut kami bersamaan mengeluarkan lenguhan. Kontol Rully terlepas dari lubang memekku. Sisa sperma yang disemprotkannya di dalam lubang senggamaku terlihat menetes keluar. Cukup banyak sperma yang disemprotkan Rully di dalam lubang memekku, sehingga tidak tertampung semuanya. Beberapa terlihat menetes di lantai. Cairannya kental berwarna putih. Kuatur nafasku yang memburu untuk menetralisir keadaan. Tanpa berkata, Rully melangkah pergi meninggalkan tubuhku yang masih bersandar di ujung meja.

Sayup terdengar suara pancuran air dari dalam kamar mandi. Gemericik air menyadarkanku dari sisa orgasme yang kudapatkan. Langkah kakiku segera menuju ke kamar mandi. Kubersihkan memekku yang baru saja diobok-obok kontol milik suami adik kandungku. Rully terlihat asik mandi membersihkan seluruh tubuhnya. Sedangkan aku memilih closet. Memekku terlihat masih meneteskan sisa sperma Rully yang ditembakkannya. Kubersihkan seluruh bagian memekku dengan menggunakan sabun, dan melangkahkan kaki keluar kamar mandir.

Kurapikan bra g-string berwarna merah. Tidak lupa celana dalam g-string yang merupakan satu set dengan branya kugunakan. T-shirt tanpa lengan kupakai untuk menutupi tubuhku. Bawahnya aku masih menggunakan rok pendek fishtail ankle-length vintage yang kemarin kugunakan. Tubuhku yang seksi dengan t-shirt tanpa lengan kututup dengan sweater rajut cardigan panjang berwarna merah marun. Aku berdandan seadanya, karena tidak banyak peralatan make-up yang kubawa. Tidak lama Rully keluar dari kamar mandi dengan tubuhnya berlilit handuk.

“Udah siap aja cici sayang. Buru-buru yah,” ucap Rully menyapaku yang sedang berias di depan cermin yang ada di kamar hotel.

“Aku harus segera ke butik. Takutnya orang tuaku menyusul ke butik,” sahutku kepada Rully menjelaskan kekhawatiranku.

“Baik lah cici sayang. Tunggu sebentar yah,” kata Rully berlalu yang langsung menyambar pakaiannya untuk dikenakan.

Tidak ada orbrolan lagi yang keluar dari mulut selama kami di dalam kamar. Aku bergegas meninggalkan kamar hotel terlebih dahulu. Rully menyerahkan kunci mobilnya. Itu untuk memudahkan aku menunggunya di dalam mobil. Sedangkan Rully, keluar belakangan. Ia harus mengurus administrasi kamar hotel. Setelah semua selesai, Rully berlari kecil menuju ke mobil yang ada di parkiran. Tubuhnya masuk ke dalam mobil mengambil tempat di belakang kemudi dengan aku berada di sebelahnya.

“Sudah jam 11 siang. Kita cari makan dulu yah sayang,” kata Rully sembari menghidupkan mesin mobilnya.

“Terserah kamu. Tapi yang jelas, secepatnya kamu harus antar aku ke butik,” sahutku.

“Iya cici sayang. Kenapa sih khawatir amat. Kalau mamah sama papah ada di butik, nanti bilang aja dari luar ada urusan,” Rully coba memberikan ide sebagai alasan kepada orang tuaku, kalau menunggu di butik. Rully memang memanggil kedua orang tuaku dengan sebutan mamah dan papah. Sangat wajar, mengingat dia merupakan suami dari adik kandungku. Mobil yang kami tumpangi segera meninggalkan halaman hotel.

“Mungkin ga ci kita seperti ini lagi,” Rully bertanya kepadaku memecah kesunyian di dalam mobil.

“Ga tau lah Rul. Ingat yah, kita punya komitmen dengan isterimu maupun suamiku,” jawabku mengingatkannya.

“Sepanjang mereka tidak tahu, dan menjadi rahasia kita,” kata Rully lagi tanpa menjelaskan maksud dari ucapannya.

“Kita lihat nanti saja. Tidak ada salahnya juga kalau kita jujur dengan suamiku atau isterimu. Kalau mereka ingin membalas perbuatan kita, ya pasrah saja. Toh kita yang memulai melanggar komitmen,” ucapku.

“Bisa sih kita jujur, tapi mungkin ga bisa langsung. Kita harus lihat situasinya. Aku takut mereka tidak terima,” Rully mengungkapkan kekhawatirannya. Mungkin benar kata Rully. Suamiku dan Esti isterinya, bisa saja tidak terima dengan perbuatan kami. Komitmen yang kami buat untuk tidak bermain di belakang, telah dilanggar. Itu bisa menimbulkan permasalahan baru dalam hubungan kami. Apalagi aku dan Esti merupakan kakak beradik yang harus saling menjaga perasaan.

“Sampai kapan kita harus menutupinya,” aku melontarkan pertanyaan kepada Rully.

“Kita lihat situasinya. Kalau tidak mungkinkan, biar ini menjadi rahasia kita,” sahut Rully lagi.

Mataku hanya mentatap jalanan yang terlihat dari kaca depan mobil. Ucapan Rully tidak lagi kusahut. Pikiranku menerawang, bagaimana mungkin aku berhubungan di belakang suamiku. Memang suamiku tahu, aku sudah pernah ngentot dengan Rully. Tapi kami berkomitmen untuk tidak main belakang. Setiap ngentot dengan Rully, atau sebaliknya suamiku ngentot dengan Esti, tetap harus sepengetahuan pasangan masing-masing. Sekarang justru tidak. Aku dengan Rully menghabiskan malam, memburu birahi tanpa sepengetahuan Esti maupun suamiku.

Mobil yang dikemudikan Rully sudah berada tepat di depan butik. Kami akhirnya berpisah, setelah sebelumnya makan siang bersama. Tidak banyak yang kami obrolkan berdua selama makan siang. Lebih banyak diam, meski kadang Rully masih menyampaikan harapan untuk bisa bertemu kembali di lain waktu. Aku sendiri tidak berani memberikan kepastian. Apakah masih punya kesempatan untuk kembali memadu kenikmatan seks berdua. Paling memungkinkan, mengatur ulang jadwal tukar pasangan.



***

Satu minggu sudah berlalu, sejak pertemuan aku dengan Rully. Pertemuan yang berujung pada perduan kelamin untuk mencapai puncak kenikmatan. Hubungan dengan suamiku sendiri, tetap berjalan baik. Bahkan intensitas seks kami semakin meningkat. Pengalaman seks bertukar pasangan sering kami praktikkan. Bahkan sekarang menjadi kegemaranku untuk melakukan quickly seks. Tidak jarang, aku menggoda suamiku ketika hendak berangkat ke kantor. Kontolnya dari balik celana katun yang biasa dikenakan ketika ke kantor, aku elus perlahan. Itu membuat kontolnya menegang yang diakhiri dengan quickly seks.

Sejak pertukaran pasangan, aku merasakan perubahan dalam caraku berpakaian. Keluar rumah sudah mulai menggunakan pakaian seksi, meski dalam batas kewajaran. Kalau berada di rumah, tentunya pakaian seksi menjadi kegemaranku. Apalagi menjelang suamiku pulang kantor, atau ketika ingin tidur. Paginya, pakaian seksi yang melekat di tubuh sengaja tidak dilepas untuk menggoda suamiku. Hasilnya bisa ditebak. Selalu kami akhiri dengan quickly seks dengan suamiku sendiri.

Suamiku sudah terlihat rapi. Ia bersiap untuk berangkat ke kantor. Waktu masih menunjukkn pukul 6 lebih 30 menit. Aku sendiri baru selesai menyiapkan sarapan untuk suamiku dan anak-anak. Sarapan sederhana nasi goreng, telur, dan sayuran. Tidak lupa susu untuk anak-anak, dan kopi milik suamiku. Semua aku kerjakan sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga. Tidak heran, di rumah aku bisa bebas berpakaian. Pengasuh anak-anak memang jarang menginap di rumah. Apalagi dia seorang perempuan, sehingga membuatku tidak ada rasa sungkan dalam berpakaian.

Daster lingeri baju tidur berbahan satin menjadi pilihanku pagi ini. Atasnya hanya menutupi susuku dengan renda. Pakaian tidur bertali satu yang panjangnya sebatas paha. Tidak memiliki asisten rumah tangga maupun sopir pribadi, membuatku berani berpenampilan seksi di rumah. Perubahan cara berpakaian yang terjadi sejak aku mengenal kenikmatan seks dari pertukaran pasangan. Awalnya memang beli pakaian tidur seksi, untuk liburan yang berujung pertukaran pasangan. Tetapi kini malah keterusan, dan menjadi hobi menggunakan pakaian seksi di rumah. Bahkan ketika keluar rumah, aku semakin berani berpenampilan, meski dengan batas wajar. Aku memang belum seberani Esti, ketika berpakaian.

Anak-anak sudah berada di meja makan. Perempuan yang menjadi pengasuh mereka menemani sarapan. Setelah itu, anak-anakku segera berpamitan untuk menuju sekolah. Pengasuh yang mengantarkan mereka ke sekolah. Sekarang aku dengan suamiku berduaan di meja makan. Aku menemani suamiku menikmati sarapan dengan mengambil tempat di sebelahnya. Ia melahap makanan yang tersedia, diakhiri dengan kopi dan sedikit kue yang biasa aku siapkan. Kami ngobrol seadanya tentang kondisi rumah, dan anak-anak. Suamiku sendiri masih belum menyinggung rencana pertukaran pasangan selanjutnya.

Perlengkapan kerja yang masih berada di kamar. Aku berinisiatif untuk mengambilnya ke dalam kamar. Tanpa kuduga, suamiku ikut masuk ke dalam kamar. Namun ia menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar kami. Setelah selesai urusannya di kamar mandi, ia mendekatiku yang sedang mempersiapkan keperluannya. Dipeluknya tubuhku dari belakang, mulutnya memberikan kecupan lembut di tekuk leherku. Kubalikkan tubuh dengan perlengkapan kerja suamiku sudah berada di tangan. Sudah menjadi rutinitas kecupan lembut meluncur di kening, pipi, diakhiri dengan saling melumat bibir, ketika suamiku hendak berangkat ke kantor.

“Mami nanti ke butik ga,” tanya suamiku setelah melepaskan lumatan bibir.

“Siangan mungkin pi. Katanya Esti siang mau ke kantor Ci Sella,” sahutku.

“Nanti anak-anak siapa yang jemput,” suamiku kembali bertanya.

“Katanya Ci Sella sore nanti mau ke rumah bareng Esti. Jadi anak-anak diantar ke rumah sama Lina,” jawabku menjelaskan pengasuh anak-anak yang bernama Lina akan langsung mengantar ke rumah setelah pulang sekolah.

“Ok lah. Papi mungkin pulang agak malam. Bye sayang,” ucap suamiku yang langsung melangkahkan kakinya keluar kamar. Aku mengikuti suamiku dari belakang. Kebiasaanku memang mengantarkan suamiku hingga mobilnya tidak terlihat dari pandangan mata. Setelah itu, aku merapikan seluruh isi rumah. Tempat tidur kami yang berantakan setelah pertempuran sengit tadi malam langsung kurapikan. Tidak lupa mengganti seprei yang kotor. Nanti siang rencananya ke butik, untuk menggantikan Esti yang dipanggil Ci Sella ke kantornya.

Usai merapikan rumah, aku beristirahat di ruang keluarga. Pakaian tidur yang gunakan urungku ganti. Rencananya setelah mandi, aku segera berpakaian rapi untuk menuju butik. Waktu menunjukkan pukul 9 lewat 15 menit. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar, untuk melepas penat. Asik memainkan remote televisi untuk mencari acara hiburan, aku dikagetkan dengan suara bel. Ada seseorang yang datang ke rumahku. Apakah suamiku kembali dari kantor untuk mengambil sesuatu. Karena tidak biasanya ada tamu sepagi ini. Kalau tamu, pastinya dia mengetahui suamiku sedang tidak di rumah. Bahkan rumah sering kosong, karena kutinggal ke butik.

Penasaran suara bel berbunyi berulang, aku melangkah ke ruang tamu. Perlahan aku mengintip pelan, untuk melihat siapa yang berada di luar. Keberadaanku di dalam rumah memang tidak diketahui orang di luar. Kaca jendela ruang tamu memang sengaja dibuat gelap, agar aktivitas di dalam rumah tidak terlihat dari luar. Tubuhku bersembunyi di balik gorden yang ada di jendela kaca. Perlahan kepalaku keluar dari sela gorden, untuk melihat situasi di luar. Gemetar tubuhku mencari tahu, siapa tamu yang datang. Ketika mataku menyorot keluar, jantungku berdetak kencang, responku cukup kaget. Ternyata yang datang Rully yang tiada lain suami dari Esti, adik kandungku.

“Ngapain dia datang pagi begini. Apa dia ga ke kantor. Aduh gimana nih. Apa yang harus kulakukan,” otakku mulai berpikir keras. Masih tanda tanya, apakah membuka pintu atau tidak.

Ketakutanku untuk membuka pintu, berlawanan dengan hati. Ada perasaan khawatir kedatangan Rully terlihat orang lain. Tapi ada keinginan untuk membiarkan tetap masuk ke dalam rumah, meski tidak diketahui tujuannya datang sekarang. Memang perempuan selalu mengandalkan perasaan dalam mengambil keputusan. Otak dan logikaku, berhasil dikalahkan dengan hati. Kuraih gagang pintu, membuka kuncinya. Pintu rumahku terbuka lebar. Rully bergegas untuk masuk ke dalam. Padahal, aku sebagai tuan rumah belum mengizinkannya untuk masuk.

“Kita bicara di dalam aja ci. Nanti ga enak kalau terlihat orang,” perkataan Rully pelan sambil mendorong pintu lebih terbuka. Dengan refleks, aku menggeser tubuhku memberikan celah untuknya masuk ke dalam rumah. Bergegas aku menutup pintu, dan menguncinya. Langkahku mengikuti Rully yang mengambil tempat di sofa ruang tamu. Dengan kebingunan setengah mati, tanpa kata, aku duduk di sebelahnya. Tidak ada sepatah kata yang meluncur dari mulutku, selain memerhatikan tingkah laku Rully yang secara mendadak datang ke rumahku.

“Mau apa dia datang pagi begini. Apakah ada masalah dengan isterinya. Perselingkuhan kami di hotel waktu itu, diketahui Esti. Aduh bisa runyam nih masalahnya,” dalam diamku, otak terus berpikir keras. Bertanya pada diri sendiri, apa yang membawa Rully datang pagi begini ke rumahku.

“Jangan bengong ci. Cantik-cantik pagi begini sudah bengong. Nanti kesambet,” Rully mulai mengeluarkan perkataan dengan nada ledekan.

“Kami sendiri kenapa ke rumahku pagi begini. Ada masalah apa,” tanyaku dengan tegas.

“Santai aja ci. Ga ada masalah,” jawab Rully.

“Benar ga ada masalah. Kamu sama Esti baik-baik ajakan,” aku kembali ingin meminta penegasan dari Rully.

Suasana tampak sunyi. Tidak ada perkataan yang keluar setelah omongan Rully. Keheranan masih aku rasakan. Tidak ada masalah, tetapi Rully nekat datang ke rumahku. Kalau suamiku tahu, khawatirnya malah jadi salah paham. Kami memang mempunyai hubungan tukar pasangan. Tapi komitmennya, tidak bermain di belakang. Aku sendiri merasa khawatir. Komitmen yang dibuat sudah kami langgar. Tanpa sepengetahuan suami, aku dan Rully sudah berhubungan badan. Itu kami lakukan, ketika suamiku mendapat tugas ke luar kota. Sedangkan Esti isterinya, menemani Ci Sella untuk urusan bisnis.

“Cici tenang aja sayang. Tidak ada masalah,” Rully mengeluarkan perkataan memecah keheningan.

Tangan kirinya sudah merangkul pundakku. Sedang tangan kanannya memberikan elusan lembut di pangkal lenganku yang tidak tertutup kain. Aku sendiri masih menggunakan baju tidur seksi. Lingeri baju tidur berbahan satin, dengan renda di bagian atas susu, bertali satu yang panjang sebatas paha. Pakaian yang memungkinkan kulit putihku terekspose bebas. Aku sendiri tidak terpikir mengganti pakaian, ketika hendak mengintip siapa tamu yang datang. Bahkan tanpa pikir panjang, malah membuka pintu untuk Rully. Tidak menyadari, aku masih menggunakan pakaian tidur seksi yang membuat paha, dan susuku terekspose.

“Tenang sayang. Aku datang hanya karena kangen sama cici,” bisik Rully persis di daun telingaku.

Deeegghhh…. Jantung mulai berdebar kencang. Perasaanku mulai tidak enak. Hatiku semakin bertanya-tanya. Kangen. Maksud Rully kangen bagaimana. Apakah kangen ngentot denganku, atau ada yang lain. Sejuta tanya merasuk pikiran yang ada di dalam otakku. Bukankah sudah ada komitmen untuk tidak main hati dalam pertukaran pasangan. Kalau Rully main hati, bagaimana dengan aku. Jujur hatiku sebetulnya sudah terbuka menerima kehadiran Rully. Tapi aku masih menyadari komitmen yang kami buat. Apalagi sungguh tidak mungkin, karena statusku punya suami. Rully sendiri punya isteri. Lebih parahnya, isterinya tidak lain adik kandungku.

“Ini tidak boleh terjadi. Perasaan itu harus dibuang jauh. Jangan sampai terlibat permainan hati. Semua hanya untuk kenikmatan seks belaka,” logikaku mulai bermain dalam otak. Kembali menginatkanku terhadap komitmen yang dibuat. Jangan sampai malah menghancurkan hubungan persaudaran. Apalagi sampai berdampak terhadap persoalan keluarga. Hubungan rumah tangga yang tidak mempunyai permasalahan krusial. Pertukaran pasangan hanya sekedar pelampiasan nafsu untuk saling memuaskan.

“Wajah cici selalu terbayang di otakku. Aku sulit melupakannya ci. Ketika ngentot dengan isteriku, diam-diam aku membayangkan cici,” ucap Rully pelan di telengaku. Lidahnya mulai bermain di daun telingaku. Ia menjilati setiap sudut belakang telingaku yang menimbullkan rasa geli, sekaligus mampu membuat bulu-bulu kecil di tubuhku berdiri. Berulang kali lidahnya menjilati daun telingaku yang perlahan mampu memancing birahiku naik.

“Lupakan Rul. Kita sama-sama sudah berkeluarga. Jangan sampai terjadi perpecahan. Lupakan perasaan. Kita jalani hanya untuk kepuasan,” sahutku pelan mengingatkan Rully. Hatiku sebetulnya ingin bersorak. Pria kedua yang menikmati memekku, berhasil kutaklukan. Komitmen untuk tidak bermain hati, masih merasuki otakku. Aku tidak ingin menghancurkan keluargaku. Kalau untuk saling memuaskan, mungkin bisa diterima. Tapi kalau sudah main hati, aku harus berpikir ulang. Meski tidak dipungkiri, aku sebetulnya sudah siap menerima kehadiran Rully. Bimbang, itu yang mulai kurasakan sekarang.

Peringatanku tidak dihiraukannya. Lidahnya semakin berselancar menjilati telingah hingga tekukku yang terbuka. Gerakan Rully begitu cepat hingga tangannya sudah berada di susuku. Ia meremas susuku yang masih terhalang baju tidur lingeri tali satu. Aku sendiri lupa mengenakan bra, setelah dilepas saat membersihkan rumah. Bahan lingeri yang terbuat dari satin membuat telapak tangan Rully begitu terasa di permukaan susuku. Aku yakin, Rully bisa merasakan empuknya susuku yang tidak terlalu besar dan putingnya membulat.

Aaaaauuuuuwwwwwccchhh……

Awalnya aku mencoba untuk menahan birahi. Tidak meladeni permainan lidah dan tangan Rully. Tetapi nafsu yang mulai melanda di sekujur tubuh, tidak bisa dibohongi. Desahan pelan, akhirnya keluar dengan sendirinya dari mulutku. Respon dari setiap rangsangan yang diberikan Rully melalui jilatan lidahnya, dan remasan tangannya di susuku. Lidahnya tidak hanya menjilati tekuk dan telinga. Punggungku yang terbuka menjadi sasaran jilatan lidah yang terasa basah disertai dengan kecupan lembut dari bibirnya. bulu-bulu kecil yang berdiri di bagian belakang tubuhku, kembali seperti semua.

Tubuhku mulai pasrah menerima rangsangan dari Rully. Kondisiku yang pasrah dimanfaatkan Rully menggerakkan tangannya dengan cepat. Tali baju tidurku yang melekat di pundak, diturunkannya melalui tanganku. Bukannya menahan talinya lepas, tanganku justru memberikan ruang. Tali baju tidurku yang seksi terlepas hingga membuat kain bagian atasnya turun hingga bagian perut. Susuku yang putih berbentuk bulat tidak terlalu besar, kini sudah terbebas tanpa sehelai benang menutupinya. Membuat jari tangannya dengan bebas menjelajahi setiap sudut susuku hingga memainkan putingnya.

Tangan Rully membimbing tubuhku hingga rebahan di ujung sofa. Bantalan bagian ujung menjadi sandaran kepalaku. Pakaian tidurku sudah terbuka setengahnya menampakkan susuku yang bulat, tidak terlalu besar. Mulut Rully langsung menjelajahi susuku. Pinggiran susuku dikecup dan lidahnya menjulur menjilati. Berulang kali dilakukan, namun tidak sampai mengenai putingnya. Setiap kali hampir mengenai putingnya, lidah Rully langsung ditarik masuk ke dalam mulut. Itu membuat nafsuku semakin naik. Ada rasa ingin lidahnya cepat menyentuh putingnya. Rasa itu yang semakin membuat nafsuku memburu.

Oooouuuuuuwwwwwwhhhhh……

“Rul putting susuku. Jilat Rul. Oooouuuuuuwwwwwwhhhhh……,” aku merengek kepada Rully disertai dengan lenguhan tertahan.

Rengekanku tidak dihiraukannya. Ia terus mempermainkan susuku dengan mulut dan lidahnya. Sengaja dia tidak menjilati putingnya membuat aku semakin tidak mampu menahan birahi. Ada perasaan ingin cepat diberikan kepuasan, tetapi justru Rully mempermainkannya. Mulai kesal dengan permainan Rully, tanganku langsung mencari sesuatu di selangkangannya. Kuremas kontolnya yang masih dibalut celana panjang kain. Kumainkan dengan tanganku sembari memberikan kocokan kecil dari luar. Kontol gemuknya terasa mulai tegang. Resleting celananya kubuka. Tanganku menyelinap masuk melalui resleting yang terbuka, langsung merabai kontol yang ada di balik celana dalam.

Kocokan lembut tanganku di kontolnya dari luar celana dalam, membuat Rully tidak nyaman. Ia akhirnya melepaskan seluruh celananya. Kontolnya yang sudah tegang langsung mengacung. Langsung kusambut dengan kocokan tanganku. Rully terlihat mengiris kenikmatan merasakan setiap kocokan yang kuberikan. Itu terlihat dari matanya yang terkadang terpejam, setiap tanganku mengocok kontolnya. Rully terlihat semakin tidak sabar. Mulutnya yang dari tadi mempermainkan susuku, kini sudah mulai menyedot putingnya. Lidahnya memberikan jilatan memutar di putting susuku bulat yang berukuran kecil.

Oooouuuuuuwwwwwwhhhhh…… Aaaaauuuuuwwwwwccchhh……

Desahan dan lenguhan memecah kesunyian ruang tamu rumahku. Memekku terasa sudah lembab. Tidak hanya lembab, dari dalam lubang memek, aku merasakan seperti berair. Cukup lama aku mengocok kontolnya dengan tangan, begitu pula permainan mulut dan lidah Rully di susu maupun putingnya. Kepala Rully perlahan naik ke atas. Membuat wajah kami sejajar. Kecupan lembut mendarat di bibirku. Beberapa kecupan hingga akhirnya mulut kami saling melumat. Lidah saling serang hingga rongga mulut.

Kain celana dalam yang menutupi lubang memekku digeser Rully menggunakan tangannya ke samping. Kaki sebelah kananku diangkatnya hingga sandaran sofa. Ia menahan dengan menggunakan tangan, agar kakiku tidak terjatuh. Terasa benda tumpul sudah menempel kuat di muara lubang memekku. Perlahan didorongnya kepala kontol menyeruak masuk membelah bibir liang senggamaku. Kepala kontol Rully menembus pelan luang memekku yang memang sudah mulai lembab. Sedikit masih terasa sulit masuknya, meski sudah lembab. Namun gerakan perlahan Rully membuat kontolnya masuk pelan ke dalam memekku tanpa menimbulkan rasa sakit. Berulang kali dicoba keluar masuk untuk membuat lubang memekku menyesuaikan keberadaan kontol Rully di dalamnya.

Bllllleeeeeesssshhhh……



Bersambung……….
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd