Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa karakter cewek yang mau dibuat menjadi binal ?


  • Total voters
    16
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Jangan Main Hati

JULIA


POV Julia

Terkejut memang ketika mengetahui tamu yang datang. Tidak pernah menyangka, Rully nekat bertandang ke rumah. Untungnya suamiku sudah berangkat ke kantor. Anak-anak sendiri sudah berangkat ke sekolah. Jadi memang kondisi rumah hanya ada aku sendirian. Namun sebetulnya, aku sendiri berencana untuk ke butik. Esti dipanggil Ci Sella ke kantor. Ada urusan perusahaan yang perlu dikerjakan Esti. Kalau sudah begitu, aku yang harus menggantikannya di butik. Sebenarnya, kami punya karyawan yang sudah dipercaya. Tetapi memang tetap perlu mendapatkan kontrol dari kami.

Bukan hanya kedatangannya yang mengejutkanku. Ungkapan hati Rully sebetulnya cukup membuat aku terkejut. Aku tidak pernah menyangka, Rully menyimpan rasa yang terpendam. Ia mengaku selalu mengingatku. Mengingat masa-masa keberasamaan kami. Ada rasa rindu yang memuncak hingga membuatnya nekat bertamu ke rumahku. Sebetulnya aku merasakan hal yang sama. Tetapi aku selalu berusaha membuang jauh perasaan tersebut. Komitmen kami hanya untuk kepuasan, tidak boleh menimbulkan rasa ingin memiliki. Dampaknya sangat tidak baik, untuk keutuhan rumah tangga. Bukan hanya rumah tangga, hubungan persaudaraanku dengan Esti isterinya Rully, bisa berantakan.

“Lupakan Rul. Kita sama-sama sudah berkeluarga. Jangan sampai terjadi perpecahan. Lupakan perasaan. Kita jalani hanya untuk kepuasan,” sahutku pelan mengingatkan Rully. Hatiku sebetulnya ingin bersorak. Pria kedua yang menikmati memekku, berhasil kutaklukan. Komitmen untuk tidak bermain hati, masih merasuki otakku. Aku tidak ingin menghancurkan keluargaku. Kalau untuk saling memuaskan, mungkin bisa diterima. Tapi kalau sudah main hati, aku harus berpikir ulang. Meski tidak dipungkiri, aku sebetulnya sudah siap menerima kehadiran Rully. Bimbang, itu yang mulai kurasakan sekarang.

Peringatanku tidak dihiraukannya. Lidahnya semakin berselancar menjilati telingah hingga tekukku yang terbuka. Gerakan Rully begitu cepat hingga tangannya sudah berada di susuku. Ia meremas susuku yang masih terhalang baju tidur lingeri tali satu. Aku sendiri lupa mengenakan bra, setelah dilepas saat membersihkan rumah. Bahan lingeri yang terbuat dari satin membuat telapak tangan Rully begitu terasa di permukaan susuku. Aku yakin, Rully bisa merasakan empuknya susuku yang tidak terlalu besar dan putingnya membulat.

Aaaaauuuuuwwwwwccchhh……

Awalnya aku mencoba untuk menahan birahi. Tidak meladeni permainan lidah dan tangan Rully. Tetapi nafsu yang mulai melanda di sekujur tubuh, tidak bisa dibohongi. Desahan pelan, akhirnya keluar dengan sendirinya dari mulutku. Respon dari setiap rangsangan yang diberikan Rully melalui jilatan lidahnya, dan remasan tangannya di susuku. Lidahnya tidak hanya menjilati tekuk dan telinga. Punggungku yang terbuka menjadi sasaran jilatan lidah yang terasa basah disertai dengan kecupan lembut dari bibirnya. bulu-bulu kecil yang berdiri di bagian belakang tubuhku, kembali seperti semua.

Tubuhku mulai pasrah menerima rangsangan dari Rully. Kondisiku yang pasrah dimanfaatkan Rully menggerakkan tangannya dengan cepat. Tali baju tidurku yang melekat di pundak, diturunkannya melalui tanganku. Bukannya menahan talinya lepas, tanganku justru memberikan ruang. Tali baju tidurku yang seksi terlepas hingga membuat kain bagian atasnya turun hingga bagian perut. Susuku yang putih berbentuk bulat tidak terlalu besar, kini sudah terbebas tanpa sehelai benang menutupinya. Membuat jari tangannya dengan bebas menjelajahi setiap sudut susuku hingga memainkan putingnya.

Tangan Rully membimbing tubuhku hingga rebahan di ujung sofa. Bantalan bagian ujung menjadi sandaran kepalaku. Pakaian tidurku sudah terbuka setengahnya menampakkan susuku yang bulat, tidak terlalu besar. Mulut Rully langsung menjelajahi susuku. Pinggiran susuku dikecup dan lidahnya menjulur menjilati. Berulang kali dilakukan, namun tidak sampai mengenai putingnya. Setiap kali hampir mengenai putingnya, lidah Rully langsung ditarik masuk ke dalam mulut. Itu membuat nafsuku semakin naik. Ada rasa ingin lidahnya cepat menyentuh putingnya. Rasa itu yang semakin membuat nafsuku memburu.

Oooouuuuuuwwwwwwhhhhh……

“Rul putting susuku. Jilat Rul. Oooouuuuuuwwwwwwhhhhh……,” aku merengek kepada Rully disertai dengan lenguhan tertahan.

Rengekanku tidak dihiraukannya. Ia terus mempermainkan susuku dengan mulut dan lidahnya. Sengaja dia tidak menjilati putingnya membuat aku semakin tidak mampu menahan birahi. Ada perasaan ingin cepat diberikan kepuasan, tetapi justru Rully mempermainkannya. Mulai kesal dengan permainan Rully, tanganku langsung mencari sesuatu di selangkangannya. Kuremas kontolnya yang masih dibalut celana panjang kain. Kumainkan dengan tanganku sembari memberikan kocokan kecil dari luar. Kontol gemuknya terasa mulai tegang. Resleting celananya kubuka. Tanganku menyelinap masuk melalui resleting yang terbuka, langsung merabai kontol yang ada di balik celana dalam.

Kocokan lembut tanganku di kontolnya dari luar celana dalam, membuat Rully tidak nyaman. Ia akhirnya melepaskan seluruh celananya. Kontolnya yang sudah tegang langsung mengacung. Langsung kusambut dengan kocokan tanganku. Rully terlihat mengiris kenikmatan merasakan setiap kocokan yang kuberikan. Itu terlihat dari matanya yang terkadang terpejam, setiap tanganku mengocok kontolnya. Rully terlihat semakin tidak sabar. Mulutnya yang dari tadi mempermainkan susuku, kini sudah mulai menyedot putingnya. Lidahnya memberikan jilatan memutar di putting susuku bulat yang berukuran kecil.

Oooouuuuuuwwwwwwhhhhh…… Aaaaauuuuuwwwwwccchhh……

Desahan dan lenguhan memecah kesunyian ruang tamu rumahku. Memekku terasa sudah lembab. Tidak hanya lembab, dari dalam lubang memek, aku merasakan seperti berair. Cukup lama aku mengocok kontolnya dengan tangan, begitu pula permainan mulut dan lidah Rully di susu maupun putingnya. Kepala Rully perlahan naik ke atas. Membuat wajah kami sejajar. Kecupan lembut mendarat di bibirku. Beberapa kecupan hingga akhirnya mulut kami saling melumat. Lidah saling serang hingga rongga mulut.

Kain celana dalam yang menutupi lubang memekku digeser Rully menggunakan tangannya ke samping. Kaki sebelah kananku diangkatnya hingga sandaran sofa. Ia menahan dengan menggunakan tangan, agar kakiku tidak terjatuh. Terasa benda tumpul sudah menempel kuat di muara lubang memekku. Perlahan didorongnya kepala kontol menyeruak masuk membelah bibir liang senggamaku. Kepala kontol Rully menembus pelan luang memekku yang memang sudah mulai lembab. Sedikit masih terasa sulit masuknya, meski sudah lembab. Namun gerakan perlahan Rully membuat kontolnya masuk pelan ke dalam memekku tanpa menimbulkan rasa sakit. Berulang kali dicoba keluar masuk untuk membuat lubang memekku menyesuaikan keberadaan kontol Rully di dalamnya.

Bllllleeeeeesssshhhh……

Aaauuuuuuwwwwcch……

Lenguhan pelan kelauar dari mulutku, bersamaan dengan masuknya kontol Rully ke dalam liang senggamaku. Mataku terpejam menikmati masuknya benda tumpul di dalam tubuhku. Tubuh Rully perlahan turun membuat wajah kami saling berhadapan. Dibiarkannya kontol gemuk tetap berada di dalam memekku, tanpa memberikan sodokan. Ia biarkan kepala kontolnya bersentuhan kuat dengan mulut rahimku. Kecupan lembut mendarat ke bibirku. Tidak hanya bibir, pipi, kening, dagu, dan hidung menjadi sasaran kecupannya. Berulang kali dilakukan Rully hingga kami saling melumat. Lidah saling bertautan di dalam rongga mulutku maupun mulutnya.

Lumatan mulut kami sangat ganas. Nafsu birahi yang perlahan terpancing berpengaruh terhadap reaksi tubuh. Tidak heran lumatan mulut yang ganas ingin saling memuaskan. Cukup lama mulut kami saling melumat hingga akhirnya kepala Rully semakin turun ke bawah. Lidahnya menjulur menjilati leher jenjangku. Setiap sudut tidak lepas dari jilatannya membuat leherku menjadi basah. Lenguhan dan desahan perlahan keluar dari mulutku merasakan nikmat. Jilatan lidahnya di leherku mampu menaikkan birahi, ditambah kontol Rully yang tertancap dengan sempurna di dalam memekku.

Puas menjilati leher jenjangku, lidahnya turun ke susuku. Aerolaku menjadi sasaran jilatan lidahnya. Rully begitu pintar memainkan lidahnya membuat setiap jilatannya tidak mengenai puttingnya. Hal itu membuat rasa penasaran. Ada perasaan ingin mendapatkan jilatan, dan isapan di putting susuku. Tetapi sekali lagi, lidah Rully langsung ditariknya ketika mendekati puttingnya. Ia memainkan lidahnya dengan menjilati hanya sekitaran aerola susuku. Bagian bawah, samping, hingga lidahnya naik keatas, dan diangkatnya ketika hampir sampai putingnya.

“Oooouuuuuuwwwwwwhhhhh…… isap putingnya Rul,” rengekku kepadanya.

Rengekanku tidak dihiraukan Rully. Itu membuat birahiku semakin terbakar. Belum lagi memekku yang sudah gatal, dimasuki kontolnya. Tetapi kontolnya hanya berdiam, tidak mengocok di dalam liang senggamaku. Kondisi itu membuat aku semakin dipenuhi nafsu birahi. Kepala Rully aku angkat menjauh dari susuku. Tubuhnya langsung kurebahkan di sofa. Tanpa melepaskan kontol yang ada di dalam memekku, tubuh Rully kini aku tindih. Posisi tubuhku tegak lurus dengan kontol yang tertancap di dalam memek.

Nafsu birahi yang sudah membakar seluruh tubuhku, membuat aku ingin mengambil kendali permainan. Pinggulku langsung bergoyang, pantatku mengikuti setiap gerakannya. Kontol Rully terasa mengobok-obok lubang memekku dari setiap gerakan pantatku yang memutar. Kepala kontol Rully semakin kuat bergesekan dengan ujung rahimku. Menimbulkan rasa geli, namun nikmat. Sangat nikmat membuat birahi terus memuncak hingga merasuk di seluruh tubuh. Goyanganku yang awalnya pelan, kini mulai semakin cepat beraturan.

Seluruh tubuhku memberikan respon kenikmatan kocokan kontol Rully di dalam memekku. Semakin membuat goyangan pantatku menjadi liar. Batang kontol begitu kuat bergesekan dengan dinding memekku yang menyempit. Tubuhku semakin mengejang kaku, mataku terpejam, kepala terdongkak ke belakang menahan kenikmatan kocokan kontol Rully di liang senggama yang sudah mengeluarkan dua orang anak. Aku semakin mempercepat gerakanku, kontol Rully semakin mengocok seluruh lubang memekku. Kenikmatan dahsyat dari peraduan kelamin yang kami lakukan sudah hampir sampai. Orgasme yang ditunggu perempuan ketika ngentot, hampir datang kepadaku.

Crrroootttt….. crreeet….. crrreeet…..

“Aaauuuuuuwwwwcch…… kontol kamu selalu bisa membuat aku orgasme. Nikmat banget sayang,” racauku disertai dengan lenguhan panjang, ketika orgasme melanda.

Racauanku yang keluar begitu saja dari mulut, tanpa disadari. Rully sendiri hanya menanggapi dengan senyuman kecil yang tersungging dari bibirnya. Tidak ada perkataan yang keluar. Kontol Rully yang masih menegang maksimal dibiarkan berada di dalam memekku yang basah dari cairan lender yang keluar. Nafas memburu keluar bersahutan dari hidung maupun mulutku. Aku mencoba mengontrol tubuh dan menikmati sisa orgasme yang diraih hingga akhirnya tubuhku ambruk ke belakang yang ditahan tangan Rully. Rebahan telentang membuat tubuh Rully menegak. Posisi senggama kami berubah menjadi Rully berada di atas tubuhku.

Tanpa menunggu tenagaku pulih, Rully langsung menggenjot tubuhku. Kontolnya langsung keluar masuk di dalam memekku. Kepala kontolnya menyundul kuat muara rahimku. Terasa geli serta nikmat dari sisa orgasme yang kurasakan. Aku hanya bisa mengeluarkan desahan menahan geli sundulan kepala kontolnya. Kocokan kontol Rully yang pelan beraturan, tanpa terasa membangkitkan kembali birahiku. Otot dinding memekku mulai menggesek kuat batang kontol gemuk milik adik iparku.

Kocokan kontol di dalam memekku yang awalnya perlahan, kini mulai cepat. Kepala kontol Rully semakin sering menyentuh mulut rahimku. Staminaku yang terkuras orgasme, perlahan mulai pulih. Birahiku mulai bangkit, dari sodokan kontol Rully. Gesekan batang kontolnya di dinding memekku membuat birahiku terpancing. Pantatku mulai bergerak mengimbangi kocokan kontolnya di dalam liang senggamaku.

Aaauuuuuuwwwwcch… ooouuuwwwhh….

Erangan dan desahan kami mulai bersahutan. Pertanda kenikmatan dari peraduan kelamin antara aku dengan Rully. Peraduan kelamin pasangan tanpa ikatan pernikahan. Kelamin kami menyatu dengan kuat. Batang kontol semakin terasa membesar di dalam lubang memekku. Entah batangnya yang membesar, atau memekku yang semakin menjempit. Yang pasti otot dinding memekku yang mulai memberikan pijatan di batang kontol suami Esti yang tidak lain adik kandungku sendiri. Sangat terasa kontolnya semakin tersedot lebih dalam di liang senggamaku.

Rully terus memacu birahi dengan mempercepat genjotannya. Tubuhku ikut bergerak mengiringi setiap sodokan kontolnya. Sodokan kontol Rully yang semakin cepat membuat kepala kontolnya menyundul keras di mulut rahimku. Birahiku semakin naik mencari puncak kenikmatan dari kocokan kontol Rully. Kurasakan detak jantungku semakin cepat, nafas memburu kuat. Tubuhku mulai mengejang kaku, pertanda orgasme mulai menghampiri kembali. Suami dari adik kandungku yang sedang menggenjot tubuhku, terlihat semakin mempercepat kocokan kontolnya. Tubuh kami mulai dipenuhi birahi yang ingin segera dipuaskan.

Crrroootttt….. crreeet….. crrreeet…..

“Ooouuuwwwhh…. Rul…. Aku sampai lagi sayang,” eranganku keluar dengan keras dari mulut pertanda orgasme sudah kudapatkan kembali. Orgasme begitu cepat datang, meski belum lama sudah berhasil kuraih. Kocokan kontol Rully yang mengobok-obok memekku mampu dengan cepat membangkitkan birahiku.

Eranganku yang begitu keras tidak dihiraukan Rully. Ia terus menggenjot tubuhku dengan kecepatan tinggi. Tidak dipedulikannya rengekanku untuk meminta istirahat sebentar untuk memulihkan tenaga. Suami adik kandungku itu, terus menusukkan kontolnya lebih dalam ke dalam lubang memekku. Terasa berulang kali kepala kontolnya menyentuh keras ujung rahimku. Rasa geli dari sentuhan ujung kontolnya di mulut rahim, membuat aku semakin mengerang sejadinya. Sampai akhirnya Rully mengeluarkan lenguhan keras disertai hentakan kuat pantatnya yang membuat kepala kontolnya bergitu kuat menempel di ujung rahimku.

ooouuuwwwhh….

Crootttt….. Crrrrrooootttt…. Crrrroooottt…..

Tembakan sprema Rully di dalam memekku mengakhir genjotannya terhadap tubuhku. Gerakan kontolnya yang keluar masuk di lubang memekku terhenti. Terasa kepala kontolnya yang begitu kuat menempel di mulut rahimku. Semprotan spermanya masuk dengan cepat ke dalam rahimku. Terasa begitu hangat cairan kental masuk dengan cepat ke dalam rahim. Kecupan lembut bibir Rully kurasakan bersamaan dengan semprotan sperma yang terakhir kali keluar dari lubang kecil di kepala kontolnya.

Hhhaaaahh…. Huuusshhh…..

Suara nafas Rully keluar dari mulutnya. Tidak ada kalimat yang muncul dari mulut kami berdua. Rasa lelah mulai merasuki tubuhku. Mataku terpejam merasakan sisa spermanya yang masih berselancar di rahimku. Perlahan kontol Rully terasa semakin mengecil. Dinding memekku semakin melonggar, tidak lagi memberikan jepitan kuat di batang kotolnya yang mengecil. Dengan sisa kekuatan yang ada, Rully menjauhkan tubuhnya dariku. Kontolnya langsung terlepas dari lubang memekku yang sangat basah dari sisa sperma Rully dan cairan memekku. Tetesan sisa sperma Rully terasa menetes dari lubang memekku.

Diam seribu bahasa tanpa kalimat yang keluar dari mulut kami terjadi hampir lima menitan. Rully memilih untuk duduk di ujung sofa. Sedangkan aku masih rebahan telentang di sandaran sofa tempat kami beradu kelamin. Kami berusaha mengembali stamina yang terkuras dari pergumulan hebat. Pergumulan diakhiri dengan peraduan kelamin yang membuat aku mendapatkan dua kali orgasme pagi ini. Setelah kurasakan stamina mulai pulih, tubuhku bangkit dari sofa. Aku melangkah menuju kamar tidurku.

“Aku mau mandi dulu Rul. Sudah ada janji menggantikan Esti untuk menjaga butik. Ia dipanggil Ci Sella ke kantor nanti siang,” jelasku kepada Rully sambil berlalu pergi meninggalkannya duduk di sofa.

Tidak ada jawaban dari mulut Rully yang terdengar sampai aku berada di dalam kamar. Kuambil handuk yang tergantung di sudut kamar, dan segera melangkah ke kamar mandi. Kamarku dilengkapi dengan kamar mandi, untuk memudahkan aku dan suamiku buang air, atau mencuci kelamin setelah bergumul. Pancuran air langsung kuhidupkan. Kucuran air begitu deras keluar membahasi setiap lekuk tubuhku. Aku segera menggosok seluruh bagian tubuhku untuk membersihkan sisa keringan, maupun sperma yang ada di memekku.

Diluar dugaanku, ternyata Rully yang kuketahui hanya duduk di sofa, menerobos masuk ke dalam kamarku. Ia menyusulkan ke dalam kamar mandi. Tangannya langsung memberikan pelukan erat ke tubuhku dari belakang. Aku tersentak kaget, berusaha melepaskan pelukan Rully. Tetapi ia bersikukuh mempertahankan pelukannya di tubuhku. Tangannya begitu kuat mencengkram hingga bagian perut. Bibirnya perlahan memberikan kecupan lembut di tekuk leherku. Tidak hanya kecupan, sesekali lidahnya menjulur memberikan jilatan.

“Sudah Rul. Aku janji mau ke butik. Isterimu menungguku,” aku berusaha mengingatkan Rully.

“Nikmati aja sayang. Aku ingin menikmati tubuh yang selalu membuat rindu,” sahut Rully.

“Tubuhku saja kan,” kataku singkat.

“Tidak hanya tubuh ci. Hatiku selalu ingin berada di dekat cici,” timpalnya.

“Jangan Rul. Simpan perasaanmu baik-baik untuk isterimu. Aku sudah bersuami,” tegasku untuk menyadarkan Rully, agar tidak perasaan dalam permainan seks.

Jujur, aku sendiri sebetulnya merasakan hal yang sama dengan Rully. Aku merasa nyaman berada di dekat adik iparku. Tetapi, aku menyadari, kami melakukannya hanya untuk kesenangan. Tidak lebih. Semua kami lakukan atas dasar suka sama suka. Atas dasar ingin meraih kepuasan. Ingin mendapatkan peraduan kelamin dari seseorang yang bukan pasangan resmi. Peraduan kelamin yang memberikan sensasi berbeda dari pasangan sendiri. Bukan berarti aku tidak pernah mendapatkan kepuasan dari suami sendiri. Sangat puasa ketika ngentot dengan suamiku. Tetapi ada sensasi yang berbeda, ketika ngentot dengan Rully.

“Aku sadar ci. Tapi rasa ini, tidak mungkin aku bohongi,” Rully mulai mengungkapkan perasaannya.

“Hhheeeeehhhhh…..,” hanya itu yang kukeluarkan dari mulut, merespon ungkapan hati Rully.

“Cici pasti merasakan hal yang sama denganku. Jujur aja sayang,” desak Rully meminta jawaban.

“Entah lah Rul. Aku sendiri bingung. Tapi kita tidak boleh terjebak. Kita harus tetap pada komitmen, hanya untuk meraih kepuasan,” sahutku lagi menegaskan.

Suami dari Esti yang tidak lain adik kandung, terdiam seribu bahasa. Ia hanya memberikan pelukan dengan lembut ditubuhku. Tanpa ada yang mengomando, kakiku digiringnya untuk membuka. Aku yang terdiam dalam pelukan Rully, mengikuti kehendaknya. Dibuatnya aku sedikit membungkuk dengan tangan menempel ke dinding sebagai pondasi tubuhku. Kepala kontolnya terasa menempel di permukaan liang senggamaku. Tubuhku langsung terhipnotis merasakan gesekan kepala kontolnya di muara lubang memekku.

Dengan sekali gerakan, kepala kontolnya menyeruak membelah bibir memekku. Kepala kontolnya perlahan mulai masuk ke dalam liang senggamaku. Sedikit nyeri kurasakan ketika kepala kontolnya menyeruak masuk. Memekku yang belum diberikan rangsangan masih terlalu kering. Sedikit sulit menerima benda tumpul langsung menyeruang masuk ke dalamnya. Aku hanya menggigit bibir merasakan kepala kontolnya bergerak keluar masuk di bibir liang kenikmatan. Gerakan kepala kontol Rully yang perlahan membelah bibir memekku, memberikan rangsangan.

Cairan sedikit membasahi lubang memekku. Kepala kontol Rully semakin mudah menerobos masuk ke dalam. Gerakan perlahan, sedikit demi sedikit kontolnya semakin dalam masuk lubang senggamaku. Aku merasakan gerakan kontolnya di dalam lubang memekku semakin lancar dengan cairan yang mulai keluar. Kocokan kontol Rully pelan berirama, mampu kembali memancing birahiku untuk bangkit. Tubuhku mulai pasrah menerima genjotan Rully yang membuat kontolnya semakin masuk ke dalam.

Bllleeeeessssshhh……

Aaauuuuuuwwwwcch…

Hentakan perlahan membuat seluruh batang kontol Rully masuk ke dalam lubang memekku hingga ujung rahim. Kepala kontolnya menempel kuat di mulut rahimku. Aku yang sudah mendapatkan orgasme dua kali, ternyata masih mempunyai cukup tenaga untuk menerima penetrasi kontol Rully. Birahiku yang tadinya sudah hilang, kini mulai bangkit. Entah kenapa, sekarang birahiku begitu cepat terpancing. Padahal sebelum kami melakukan pertukaran pasangan, birahiku normal. Tidak terlalu cepat naik, dan harus mendapatkan rangsangan yang cukup. Apalagi ketika sudah mendapatkan orgasme, pasti butuh waktu untuk membangkitkan kembali birahiku. Paling tidak, ada cukup istirahat untuk mengembalikan stamina, sehingga bisa membangkitkan kembali birahi.

Sekarang memang berbeda. Pengalaman bertukar pasangan, ngentot berempat dengan Esti, Rully, dan suamiku, memberikan stimulus terhadap emosi. Permainan seksku kembali seperti mendapatkan pengaruh baru. Pengaruh yang membuat aku semakin ingin mengetahui, dan mendapatkan kepuasan dari hubungan seks. Itu mungkin yang mempengaruhi, sehingga membuat birahiku sangat mudah terpancing. Dengan rangsangan sedikit pada tempat yang tepat, semakin cepat pula birahiku naik.

“Rul kita harus cepat sayang. Jangan sampai isterimu kebingungan menungguku,” ucapku pelan coba mengingatkan Rully.

“Quickly aja ci. Biar ketika nanti aku pulang, rasa kangenku terobati,” sahutnya.

“Cepat Rul. Kocok dengan cepat sayang,” aku tidak pernah menyadari, setiap kelamin kami beradu, ungkapan sayang meluncur begitu saja dari mulutku.

Tidak dihiraukannya ucapanku yang terakhir. Tetapi tubuhnya memberikan respon terhadap perkataanku. Kocokan kontolnya di dalam memekku terasa semakin dipercepat. Kepala kontolnya semakin sering menyundul mulut rahimku. Rully menggenjot tubuhku dari belakang dengan posisi berdiri. Tubuhku sedikit membungkuk dengan tangan berada di dinding kamar mandi. Kontolnya semakin kuat menyodok di dalam lubang memekku. Dinding memekku memberikan respon yang ototnya semakit kuat mencengkram batang kontol Rully.

Tidak ada perkataan yang keluar dari mulut, kecuali desahan dan erangan kami yang bersahutan. Kamar mandi dipenuhi dengan erangan dan lenguhan yang beradu dengan suara tubuh kami bersentuhan. Tangan Rully menyangga pinggul, untuk memandu, agar gerakan tubuh kami seirama. Gerakan tubuhku mengimbangi setiap sodokan kontolnya dari belakang. Kocokan kontolnya mengobok-obok lubang memekku dengan begitu cepat. Tubuhku terasa mulai mengejang, deru nafas memburu keluar dari mulut kami bersahutan. Dinding memekku semakin menyempit, kepala terdongkak ke belakang, pertanda orgasmeku kembali akan datang.

Begitu cepat memang jarak orgasme yang kudapatkan. Tetapi kocokan kontol gemuk yang ada di dalam memekku, tidak bisa dipungkiri. Mampu dengan cepat menaikkan birahi yang membuat nafsuku semakin ingin mencapai puncak. Kami terus beradu dengan gerakan tubuh yang semakin cepat. Tanpa terasa, aku pun akhirnya mengejangkan tubuhku dengan kuat. Begitu pula dengan Rully yang langsung membuat hentakan kuat. Kepala kontolnya langsung menempel kuat di mulut rahimku.

ooouuuwwwhh…. Aaauuuuuuwwwwcch…

Crrroootttt….. crreeet….. crrreeet…..

Crootttt….. Crrrrrooootttt…. Crrrroooottt…..

Kenikmatan puncak dari hubungan seks bersamaan kami rasakan. Tubuh kami sama-sama mengaku dengan kuat. Yang tersisa hanya deru nafas yang memburu bersahutan. Tenagaku kembali terkuras dari hubungan seks. Tubuhku terasa hendak ambruk. Untungnya tangan Rully yang berada di pinggulku, mampu menahannya. Aku pun langsung menjauhkan tubuhku dari Rully. Kontol Rully terlepas dari dalam lubang memekku. Kusandarkan tubuhku pada dinding kamar mandi sambil beristirahat untuk memulihkan tenaga.



***

POV Orang Ketiga

Seorang perempuan termenung pada sebuah kursi di belakang meja kerja. Ia nampak memikirkan sesuatu yang membuat otaknya semakin penuh. Menerawang setiap kejadian dan pengalaman yang dirasakannya dalam beberapa minggu terakhir. Pengalaman yang belum pernah terpikir, akan terjadi pada hidupnya. Sebuah hubungan yang diawali dengan pertukaran pasangan dengan adik kandungnya. Hubungan yang membuat perasaan yang tidak menentu. Antara mengikuti kata hati dengan logika berpikir.

“Ini tidak boleh terjadi. Memang aku merasa nyaman. Tapi tidak boleh. Kasian adikku. Bagaimana dengan suamiku nanti,” gumam perempuan itu dalam hati.

Julia perempuan yang kini hatinya mulai bergejolak. Terjebang dalam fantasi seks suaminya yang ingin menikmati tubuh perempuan lain yang sudah bersuami. Adik kandungnya sendiri yang menjadi pilihan, untuk menyalurkan hasrat dari fantasi seks suaminya. Lebih gilanya, ternyata adik kandungnya menyambut dengan senang hati. Keliaran sifat adik kandungnya membuat rencana pertukaran pasangan terjadi dengan begitu mudah. Itu pula yang membuatnya terjebak dalam pergolakan hati.

Hubungan yang awalnya hanya untuk memuaskan hasrat seks. Berubah menjadi gejolak hati yang begitu dalam. Ia sangat mencintai suaminya, maupun keluarganya. Tetapi tidak mampu membohongi hatinya yang sedang bergolak. Ingin menerima dan menjalani keinginan hati bersama adik iparnya sendiri. Logikanya berpikir keras, tidak ingin menghancurkan hubungan rumah tangganya. Apalagi yang menjadi korban nantinya anak-anak. Belum lagi adik kandung yang dia cintai, pastinya akan merasakan sakit hati.

“Tidak. Aku harus kuatkan hatiku. Ini tidak boleh terjadi. Rully harus aku ingatkan, agar tidak meneruskan perasaannya. Itu pasti membuat ada hati yang terluka,” tegas Julia dalam hatinya.

Ia mulai berpikir keras untuk menyampaikan tekadnya kepada Rully. Mencari cara untuk membuat semua kembali kepada komitmen awal. Tidak boleh ada perasaan yang terbawa dalam pertukaran pasangan. Boleh bermain seks dengan pasangan yang menjadi lawan pertukaran, tetapi tidak boleh terbawa perasaan. Itu pun harus sepengetahuan pasangan masing-masing. Tidak diizinkan bermain di belakang. Artinya, kalau dia berhubungan seks dengan suami adiknya, tentu suaminya sendiri harus berhubungan seks dengan adik kandungnya.

“Bu, telepon dari tadi berdering,” kata seseorang menyadarkan lamunan Julia.

“Owh iya, terima kasih. Kamu sudah dari tadi,” sahut Julia kepada perempuan yang tidak lain karyawan butiknya.

“Saya baru masuk bu. Tadi mendengar ada telepon ibu berbunyi terus. Saya pikir ibu tidak ada di ruangan,” jelas perempuan itu.

Julia langsung mengecek telepon pintar miliknya. Terlihat ada empat panggilan tidak terjawab. Dua pangilangan dari teleponnya, dua lainnya panggilan dari aplikasi pertemanan. Ia segera melihat beberapa pesan yang masuk ke dalam aplikasi pertemanan. Setelah membelas semua pesan yang dianggapnya penting, ia segera memencet nomor telepon yang belum sempat dijawabnya tadi. Bunyi sambungan telepon terdengar dari ponsel pintar miliknya. Tidak berapa lama, terdengar jawaban dari lawan bicaranya di ujung telepon.

“Ci kemana aja. Dari tadi di telepon ga disahut,” suara seorang perempuan terdengar dari ujung telepon.

“Ech… ada. Tadi kebetulan dari kamar mandi. Ponsel cici ada di ruang kerja,” jelas Julia kepada lawan bicaranya.

“Cici masih di butik. Jam berapa balik,” sahut perempuan lawan bicaranya.

“Nanti jam 4 sore. Kamu di mana sekarang,” kata Julia lagi.

“Nih masih di kantor Ci Sella. Nanti rencana jam 4 meluncur dari kantor Ci Sella ke rumah Ci Julia,” ucap perempuan lawan bicara Julia yang tidak lain, adik kandungnya sendiri. Adik kandung Julia yang bernama Esti, sekarang berada di kantor Ci Sella, kakak tertua mereka.

“Ok, nanti cici tepat jam 4 pulang ke rumah. Gimana urusan di kantor Ci Sella, sudah selesai,” Julia bertanya pada adiknya.

“Udah beres ci. Urusan sebentar doank. Ini sebetulnya lagi santai. Tapi masih nunggu Ci Sella menyelesaikan beberapa dokumen,” sahut adiknya lagi.

“Ya sudah. Ni cici juga lagi beberes sebentar. Sekarang udah jam 3 lewat. Paling lambat jam 4 cici sudah pulang,” tegas Julia kepada Esti.

“Ok cici sayang. Sampai ketemu di rumah cici yah,” Esti mengakhiri pembicaraan sambil mengingatkan, kalau dia bersama Ci Sella akan ke rumah Julia sore nanti.

Tidak ada jawaban yang diberikan Julia. Ia langsung mengakhir panggilan teleponya. Senyuman kecil tesungging dibibirnya mendengar pembicaraan adiknya. Adik kandung yang paling disayanginya sejak masih kecil. Bahkan sering dibelanya, ketika papah mereka memarahi adiknya itu. Julia memang sering menunjukkan rasa sayangnya kepada Esti. Berbeda dengan Sella yang terkesan bersikap serius. Itu pula yang membuat Esti dan Julia lebih dekat, dan tidak sungkan mengutarakan isi hati masing-masing.

“Tumbun Ci Sella mau main ke rumah. Kenapa yah. Apa ada sesuatu yang penting. Entah lah, nanti saja aku dengar apa yang dibicarakan Ci Sella,” hati Julia bertanya-tanya. Memang tidak biasanya kakak tertuanya berkunjung ke rumah. Kalau tidak ada sesuatu yang penting, Ci Sella memang tidak pernah datang ke rumah. Ci Sella orang yang lebih mementingkan urusan pekerjaan. Tidak heran, sifatnya memang serius, kaku, dan formal.

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 kurang 10 menit. Julia bergegas membereskan sisa pekerjaan yang ada di butik. Ia harus segera pulang menyambut kedatangan adik, dan kakak kandungnya. Tidak lupa dia memberikan pesan kepada seluruh karyawan. Semua pembukuan diselesaikannya, tidak menunggu laporan untuk penjualan, atau barang masuk. Itu biasanya disampaikan karyawan keesokan harinya, setelah ia berada di butik. Laporan bisa disampaikan kepada Esti, kalau kebetulan lebih dulu berada di butik.

Ponsel pintar dikeluarkan dari tas hitam bermerek terkenal yang biasa dibawanya. Ia memencet sebuah aplikasi untuk memesan angkutan. Tidak lama berselang, aplikasi memberikan jawaban. Ia pun menunggu hingga sebuah mobil berwarna merah marun mendekati ke butiknya. Sang sopir langsung bertanya kepada Julia, untuk memastikan penumpang yang dijemput benar. Julia mengiyakan sebagai pemesan angkutan dari aplikasi tersebut. Pintu mobil belakang sebelah kiri dibuka, dan Julia segera masuk.

“Sesuai aplikasi yah pak,” ucap Julia singkat.

“Baik bu,” jawab Sopir.

Tidak berapa lama Julia sudah berada di dalam rumah. Ia langsung merapikan rumahnya yang berantakan. Tentu saja berantakan, setelah tadi pagi ia kedatangan seorang tamu yang tidak terduga. Seorang tamu yang sangat dikenalnya. Tamu yang membawanya ke pertempuaran birahi dahsyat. Memang Julia belum sempat membereskan rumahnya, karena buru-buru berangkat ke butik. Ia harus tiba di butik, sebelum Esti berangkat ke kantor Ci Julia. Untung saja, belum ada orang yang tiba di rumah. Jadi Julia masih sempat membereskan rumahnya.

Selesai membereskan rumahnya, tidak lama anak-anaknya diantar pengasuhnya. Kedua anaknya langsung disambut dengan pelukan hangat. Sang pengasuh langsung berpamitan pulang. Ia tidak menginap di rumah Julia. Hanya sesekali ia menginap, ketika memang diminta Julia. Jika tidak, memilih untuk pulang ke rumah. Julia langsung mengurus anak-anaknya, mulai mandi, berganti baju hingga keperluan lainnya. Dibiarkannya anak-anak bermain di dalam kamar, dan Julia segera melangkah ke ruang tamu.

“Hai cici sayang,” suara seorang perempuan terdengar diiringi langkah kaki yang menerobos masuk ke dalam ruang tamu. Esti memang sudah terbiasa masuk ke dalam rumah Julia. Apalagi Julia tidak mengunci pintu rumahnya, sehingga Esti dengan mudah menerobos masuk. Dibelakang Esti ada langkah kaki seorang perempuan yang mengikutinya.

“Hallo cici. Tumben nih mau ngajak ngobrol kami. Biasanya cici sibuk di kantor,” kata Julia menyambut perempuan yang berjalan di belakang Esti, setelah memberikan kecupan lembut di pipi adiknya.

“Iya nih, lagi kepengen ngobrol sama kalian. Sudah saatnya loh, kalian bantuan cici di perusahaan,” jawab perempuan itu dengan nada serius.

“Cici ga pernah berubah. Ketemu adiknya bukan melampiaskan kangen, tapi langsung ke persoalan serius,” sahut Julia kepada perempuan yang tidak lain Ci Sella.

Omongan Julia langsung disambut gelak tawa oleh Esti. Sella sendiri hanya membalas ucapan Julia dengan senyuman kecil di bibirnya. Itu membuat Julia sendiri terheran. Tidak biasanya Esti berani tertawa keras, ketika Ci Sella sedang berbicara serius. Tentu saja kebingungan Julia langsung disambut Sella dengan memberikan pelukan hangat. Ia langsung memberikan kecupan lembut ke pipi kiri dan kanan Julia yang tidak lain adik kandungnya sendiri.

“Udah jangan bengong gitu. Cicinya datang bukannya disambut,” kata Sella kepada Julia sambil memberikan pelukan.



Bersambung………..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd