Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tabir Seorang Wanita

Status
Please reply by conversation.
Ceritanya menyangkut ke para wanita di kluarga danil dan teman2 danil gk ni hu?
 
Oke. Saya tepati janji saya.

Komplek Perumahan Jatimulya


Di dalam kamar mandi sepasang suami istri sedang sibuk membersihkan salah satu anggota tubuh mereka. Dengan bertelanjang dada, Yandi membersihkan kemaluan pada sebuah keran yang mengucurkan air. Kartika mencuci tangan dari sebuah cidukan. Mereka berdua mobilisasi dengan tergesa-gesa, khawatir danil pulang pada waktu yang tidak tepat. Kini, barangkali ketergesaan tersebut bisa mengendur sedikit karena yang mereka telah lakukan tidak sampai diketahui oleh danil.

Sebelumnya, Yandi yang sedang bergairah dan tidak mampu mengontrol birahinya memaksa kartika untuk membantunya onani. Mula-mula kartika menolak, tetapi rangsangan yang ditebar mendesak dia untuk segera menuruti kemauan yandi. Ia mengurut kemaluan suaminya hingga mencapai puncak orgasme. Sejujurnya Kartika tidak begitu menikmati. Dia was-was selagi membantu suaminya. Dia berpikir apa yang terjadi jika danil sampai melihat adegan yang dilakukan om dan tantenya itu? Tercoreng kehormatan yandi dan kartika. Apalagi mereka berdua hanya tamu di rumah danil.

"Jangan gitu lagi kamuh....", kartika cemberut seraya menyabuni jarinya.

Sebaliknya Yandi malah tersenyum,"maaf ya yang, kan aku udah bilang lagi kepengen berat..."

"Tapi gak harus sebegitunya juga kan... kalau danil ngelihat gimana? kita musti ngomong apa? Udah bagus mas Teguh (Papanya Danil) ngizinin kita tinggil di sini..."

"Iya deh maaf.. kamu kan tahu sendiri.."

"Sudah... gak usah dibahas lagi....", kartika menyela.

"Hmmm...." Ketika ingin melanjutkan percakapan, yandi dan kartika mendengar suara danil memanggil,"Om! Tante! Ini makanannya!"

Kartika segera buru-buru keluar. Yandi yang bertahan di kamar mandi sempat menyentuh lengan istrinya.
"Yang, tolong ambil celanaku..."

"Ambil aja sendiri....", jawab kartika ketus.

"Jangan gitu dong, kamu mau bau sperma aku kecium sama danil?"

"Udah ah, aku laper. Mau makan dulu..", kartika tidak menghiraukan pesan yandi.

"Ambil celanaku dulu pliss...."

Kartika mengabaikan pesan yandi. Kemudian Dia menghampiri danil yang duduk di bangku ruang tamu. Seraya menjepit rambut panjangnya yang terurai, Ia lihat danil sedang sibuk dengan smartphone.

"Itu di atas meja tante....", danil meletakkan smartphonenya di atas meja sejenak. Lalu ia merogoh saku celananya. "Nah ini kembaliannya...."

"Yuk langsung makan aja yuk....", bujuk kartika sambil mengait plastik berisi makan malam mereka.

"Iya...."

Sambil berjalan menuju dapur dimana ruang makan juga berada di sana, kartika memperhatikan pintu kamar mandi, ternyata suaminya masih betah berada di sana.

"Makanya lihat waktu kalau urusan napsu...", ledek kartika di dalam hati.

"Om yandi kemana?", danil merasa sunyi.

Tiba-tiba terdengar yandi memanggil keponakannya,"Nil, danil... tolongin ambilin celana sama baju om dong..."

"Eh iya om.... dimana bajunya?", tanya danil sigap mendekat ke kamar mandi.

"Itu di atas sofa, kan ada ransel tuh.... kamu ambil di dalem kaos sama celana pendek, bebas yang mana aja..."

"Oke om....", balas danil melesat.

Setelah mengubek-ubek isi ransel omnya, danil menyerahkan kaos dan celana pendek yang diminta. Ia perhatikan omnya cepat-cepat mengenakan pakaian. Keluar dari kamar mandi, danil langsung ditanyai soal kucing yang mati tadi sore. Apakah benar kucing jadi-jadian. Padahal, danil sudah menjelaskan. Danil menceritakan apa yang dia tahu. Dia tidak tahu banyak karena memang tidak mengikuti desas-desus yang berkembang. Sebaliknya, omnya, berdasarkan pengetahuan yang dia tahu, membenarkan bahwa mitos kucing hitam adalah betul kucing jadi-jadian. Persoalan kematiannya berdampak sial atau tidak, umumnya membawa sial kepada yang mencelakai kucing itu, tidak semua masyarakat. Dia juga sebetulnya benar-benar baru tahu kalau ada yang sampai sedemikian rupa.

Akibat dari pembicaraan yang berulang, Danil pun jadi mengingat-ngingat kejadian sore hari. Pikir dia Apa mungkin kucing yang ditabrak itu kucing pak kardun. Lantas, tidak mungkin. karena ia menemukan kucing itu baik-baik saja ketika melintas di taman komplek hingga tandang ke rumah pak kardun. Danil menyesali tidak bisa menembus kerumunan sehingga dia tak tahu percis kucing yang mati itu kucing peliharaan pak kardun atau bukan. Pikiran danil jadi kemana-mana hingga ia menduga pak kardun menganut ilmu hitam. Akan tetapi, dia menepis jauh-jauh. Danil tidak mau ikut-ikutan kemakan isu yang berhembus. Apalagi dia kenal dekat dengan pak kardun. Tidak ada yang aneh dengan lelaki tersebut.

Ketika danil menyambangi ruang makan bersama om yandi, tante kartikanya sudah duduk dengan hidangan yang dia beli. Danil pun tertegun sampai lupa soal kucing mati. Ia ingin memalingkan muka kembali. Danil betul tak sanggup memandangi tante kartikanya lama-lama. Rambut yang dikuncir. Lengan yang padat dan kulitnya yang putih mulus. Ketiak yang tersembunyi. Dan, bukit kembar yang tiada pernah kempis. Danil risau. Bagian bawah perutnya terbangun.

"Hayuk, makan dulu yuk...", sapa kartika pada suami dan keponakannya.

Yandi duduk di sebelah istrinya. Ia mencolek pinggang kartika.
"Apaan sih....", keluh kartika agak kesal.

"Awas kamu ya, aku bales nanti..."

"Ini mau makan apa enggak?", tanya kartika hendak menyedokki nasi untuk yandi.

"Jelas mau.... ayo nil makan nil...."

"Iya om....", danil tertunduk malu-malu. Ia menyendokki nasi dan mengambil lauk. Kemudian ia menjauh tanpa memandangi om dan tantenya. Danil pun memilih duduk di sofa ruang tengah dimana televisi menyala. Dia membiarkan suasana romantis berada di ruang makan. Seraya memikul piring makanannya, Danil mencari remot tv yang ternyata berada di sebelahnya. Akan tetapi, ia menemukan sesuatu yang janggal.

"Irghhh.... ini apaan?!", danil memandangi jijik jari telunjuknya yang tercuil cairan pekat. Buru-buru ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan.

= O =


Yandi dan Kartika​

"Gak usah repot-repot, biar aku aja yang buang besok tante... ish..."

"Kelamaan kalau nunggu besok, sampahnya udah numpuk begini..."

"Biarin aja udah nil, tante kamu dasarnya emang gak suka kotor... kamu juga sih tempat sampah di dalam rumah dibiarin penuh...", ucap yandi.

Berbeda dengan yandi yang sudah mandi dan harum, kartika masih mau kotor-kotoran. Kulitnya yang putih perlahan kumal akibat debu dan sampah di rumah danil. Ia menyapu dan mengepel. Sampai-sampai, ia rela membuang sampah ke bak sampah rumah yang berada di seberang jalan. Kartika tidak ngeh ada sepasang bola mata yang mengawasi pergerakan dia. Walaupun berjarak agak jauh, seorang wanita seperti kartika berdiri sendirian di pematang jalan amatlah jelas. Rona kecantikannya memancar dipantulkan bola lampu penerang jalan. Ketika kartika sudah berada di dalam rumah barulah bola mata itu lenyap pergi entah kemana. Setelah melihat dan merasa semua beres, kartika kemudian pergi membersihkan tubuhnya.

Sementara itu, di dalam kamar Danil berdiri mondar-mandir keadaan gelisah. Dia jadi tidak enak. Dia takut tante kartika akan melaporkan situasi di rumah kepada kedua orang tuanya. Apalagi mama danil selalu berpesan agar danil jangan membiarkan rumah dalam keadaan kotor. Kalau sampai mamanya tahu, apalagi papanya, bisa diceramahi dia melalui sambungan telepon selama satu jam. Sebetulnya danil bukan tergolong remaja yang malas membersihkan rumah. Sore tadi ia sudah berencana bersih-bersih setelah belajar untuk kuis sejarah besok. Akan tetapi, peristiwa kucing ditabrak hingga kedatangan om dan tantenya menunda pekerjaan tersebut. Danil merebahkan tubuhnya di kasur. Dia memejamkan mata. Rasa kantuk terbang menghampiri.

Danil yang sepertinya akan tertidur, tidak terganggu oleh suara Yandi yang tengah berbicara dengan putra semata wayangnya, syarif, yang juga sepupu danil, melalui sambungan telepon. Mereka sedang bernegosiasi soal uang jajan syarif selama seminggu. Di sisi lain, syarif tidak menginginkan orang tuanya sampai menginap di rumah danil lama-lama. Ia lebih memilih orang tuanya pergi bekerja dengan keadaan bersesak-sesakkan di dalam kereta. Padahal anak itu anak yang rajin bermain di luar dengan teman sebayanya. Nyaris terbilang nakal. Akan tetapi yandi sebagai ayah masih menaruh kepercayaan kepada syarif.

"Kenapa syarif mas?", sambil mengeringkan rambut, keluar dari kamar mandi kartika berjalan ke arah suaminya bak bidadari. Dia yang tadinya lusuh sudah bersih tak ada setitik noda sekalipun. Justru makin cantik dengan daster yukensi bermotif bunga-bungaan. Semakin menarik lagi ketiak kartika dibiarkan terbuka. Bra dan celana dalam pun sengaja tidak dipakai. Ditambah seluruh tubuhnya meruapkan aroma kembang. Entah sabun apa yang digunakan.

"Biasa, uang jajan..."

"Kok minta naik lagi, padahal awal bulan kan kita udah tambahin...", gerutu kartika di depan suaminya.

"Ya yang namanya anak sayang... manja sama orang tuanya ya wajarlah..."

"Musti sabar ya kita....", kartika tersenyum.

Yandi sontak memegang dagu kartika,"gitu dong senyum istriku..."

"Iya... maaf ya mas, soal yang di kamar mandi", nanar mata kartika dan yandi saling berpandangan.

"Bukan salah kamu juga, aku aja yang...... ya kamu tahu sendirilah....", yandi mengambil jeda karena tidak mau mengulang kalimat yang dikatakan sebelum makan malam.

"Yaudah gak usah dibahas lagi mas...", tiba-tiba kartika menengok kanan-kiri. Lalu ia berbisik,"mau dilanjutin gak....?"

Kalimat yang diutarakan kartika sekilas dibalas dengan rangkulan pinggang oleh yandi. Didekap erat-erat tubuh kartika hingga berdempetan dengan tubuhnya. "Ya jelas mau, bodoh aja lelaki yang menolak ajakan bercinta sama kamu..."

Karena tubuh keduanya saling bersentuhan, selangkangan kartika bisa merasakan ereksi kemaluan yandi. Apalagi keduanya sama-sama tidak mengenakan celana dalam.
"Ih udah bangun aja yang di bawah...",

Lalu, tanpa aba-aba, yandi segera mencumbu leher kartika. Refleks leher kartika terangkat
"Umhhh....."

Sontak, yang yandi lakukan dibalas rangkulan oleh kartika. Lalu, yandi kembali melancarkan rangsangan. Kedua tangannya menjamah bokong kartika. Diremas-remas bokong itu hingga desahan yang dilontarkan kartika semakin menjadi-jadi. "Oohh.... geli mas.... geli.... aih..."

Tidak lagi mencumbu, Yandi memandang kartika yang sedang merintih-rintih. Yandi semakin bernafsu. Salah satu tangannya menyusup ke dalam daster istrinya melalui ruang yang terdapat di pergelangan lengan. Dia remas kuat-kuat payudara sebelah kanan kartika. "Urhhh masih gede aja tetek kamu yang...."

"Aaahhhhh iyaaa.....", balas kartika mengangguk-ngangguk.

Yandi tahu tidak bisa berlama-lama bersama kartika dalam keadaan birahi di bagian tengah rumah danil. Dia tidak mau mood bercintanya rusak karena ketahuan danil. Oleh karenanya, ia menggiring kartika ke tempat mereka akan tidur malam. Sesampainya di kamar tidur, kartika dihempaskan ke ranjang. Yandi pun lantas menerjang.

= O =​

"Ummmffhhhh......", dalam keadaan telanjang bulat, yandi sedang mengoral vagina kartika. Disingkap bagian bawah daster kartika. Bibir yandi pun menghisap-hisap sehingga dalam posisi menungging, istrinya meracau dan meremas kain sprei sekuat mungkin.

"Aahhhhhhh.... dikit lagi mas... terusshhh..."

"Emmmmmfffhhh slerrpphhh....", lidah yandi menjilat-jilat setelah mengetahui istrinya akan orgasme. Menyentuh pula bagian daging paling dalam kemaluan kartika. Pada akhirnya,

"Aaaaaaaahhh...... aku keluarrr sayaangg.... ahhh...", kartika lantas megap-megap. Helaan nafasnya tidak teratur setelah mengeluarkan cairan pelumas. Tubuhnya pun roboh.

Kemudian yandi membiarkan istrinya istirahat sebentar. kartika diberi kesempatan mengumpulkan tenaga seraya yandi mengelus-ngelus batang penisnya sampai benar-benar ereksi maksimal. Yandi memang harus benar-benar bersyukur mempunyai istri seperti kartika. Sudah cantik. Pintar pula melayani suami, terutama dalam urusan ranjang. Yandi tidak pernah dikecewakan. Itu mengapa yandi tidak pernah sama sekali timbul niatan selingkuh. Beberapa menit kemudian, ia lihat kartika sudah dalam posisi menungging kembali.

Yandi menangkap sinyal tersebut. Seraya tangan kirinya memegang bokong kartika, tangan kanannya mengarahkan penis. Dimasukkan batang penisnya ke dalam liang vagina istrinya pelan-pelan. Dia sedikit mendengar suara mengaduh kartika. Sebelum memulai, yandi biarkan penisnya tertahan di dalam. Penis yandi merasakan kehangatan. Terlebih setelah terbalur cairan pelumas vagina istrinya.

"Hayuk sayang... dimulai dong...", pinta kartika.

"Iyah... urgh....", penis yandi maju mundur dengan pelan.

Kartika menggigit bibirnya ketika merasakan sodokan penis yandi perlahan mulai stabil. Hal itu juga memicunya untuk mendesah kembali.
"Aahhh... aahh.. ."

"Urgghh....", sambil kedua tangannya mengendalikan bokong kartika, penis yandi menyodok semakin cepat. Kemudian ia peluk tubuh istrinya. Ia cumbu tengkuk kartika seraya membelai-belai rambut panjangnya.

"Aahhh.. enakk.. enak...", ucap kartika. Vaginanya semakin basah.

"Iyah... enak yang...."

Bibir yandi lalu berusaha menggapai bibir kartika. Mereka berdua berciuman mesra. Kartika sempat mengelus-ngelus pipi yandi. Sebaliknya yandi meremas lembut payudara sebelah kanan istrinya. Kemudian, mengetahui vagina kartika semakin banjir, yandi tak tahan untuk menyemburkan sperma. Apalagi tusukan penis yandi semakin tidak terkontrol.

"Aaahhhh yang... akuh mau keluarr....", ucap yandi

"Ohhhhhh... iyaa... barengggg mass....", tubuh kartika hendak roboh karena sodokan penis suaminya semakin cepat saja. Namun, tangan kartika berusaha menopang semampu mungkin.

"Orghhhhh kamu emang gak pernah ngecewain akuh yang..... memek kamu enak bangett sumpah..."

Kartika mengaduh-ngaduh. Nafas mendengus-dengusm Orgasmenya tak lama lagi meledak.
"Aaaaaaaahhhhh... buruan mas akuh mau keluar juga inihhhh.....",

Dalam satu hentakan, yandi lekas menyemburkan spermanya berbarengan dengan memancurnya cairan pelumas kartika
"Arghhhhh ini sayangkuh.... aku keluarrinnn.... crrroootttt......."

= O =


Hari Minggu Pukul 8 malam suasana komplek jatimulya hening dan sepi. Sesekali angin bertiup menerpa dedaunan pada setiap pohon palem yang tertanam di pematang jalan. Maklum, esok hari masyarakat harus kembali beraktivitas. Banyak yang menghabiskan sisa akhir pekannya dengan duduk berkumpul bersama keluarga di rumah. Di lain hal, Amar tidak lekas pulang ke rumah. Sepulang solat Isya, Remaja kelas 3 SMP itu justru mendatangi pos keamanan yang berada di dekat gapura komplek Jatimulya. Amar senang mengobrol dengan warga sekitar. Ia berencana menemui satpam komplek untuk diajaknya bertukar cerita. Kebetulan tidak ada sama sekali orang ataupun anak seumurannya yang sedang berada di luar rumah.

"Assalamu'alaikum Beh....", sapa Amar dengan santun kepada Deden (55 Tahun). Ia menyalami sekaligus mencium tangan deden. Deden adalah warga komplek sebelah. Sosoknya yang tegap, tinggi, dan agak gendut itu mengapa dia dipercaya menjadi kepala keamanan komplek jatimulya. Lagipula ia salah satu anggota ormas.

"Eh luh mar.. ngapa kemari?", Deden mengentak-entakkan sepatu bootsnya seraya mengepulkan asap rokok.

"Lagi pengen ngobrol beh..."

"Kan lu mau ujian, ngapa malah ngobrol... belajar luh sana...." segagah apapun Deden, usia tidak bisa menutupi dirinya yang sudah menua. Rambut bagian depan menipis. Tersisa uban yang menggeroti rambut hitamnya.

"Udah tadi... ini lagi lepas penat aja..."

"Ah yang bener? Bapak lu bilang lu males belajar...."

"Ish beneran... ini si babeh kagak percayaan sik....", bantah amar duduk berhadapan dengan Deden.

"Susah percayanya gue, kan bapak lu suka cerita ke gue kalo lu males... nah, sekarang gimane orang mau percaya.. bener kagak?"

"Iya sih beh..." Amar mengangguk. Lalu ia mengatakan inti kedatangannya kemari. "Oh ya beh, aku mau tanya, ini dulu komplek bekas apaan yak? Setahu aku dari bapak, babeh udah lama tinggal di sekitaran sini kan? Ya tentu tahu dong pastinya..."

"Kenape lu nanya begitu? Disuruh buat cerita sama guru bahasa Indonesia lu?"

"Ya orang nanya aja, masa salah"

Sebelum menanggapi pertanyaan Amar, Deden mengecek ponsel pintarnya terlebih dulu. Ia mendapatkan pesan whatsapp dari salah satu satpam yang akan berganti shift dengan dia.

"Setahu gue yaaa dari cerita orang tua dulu, ini komplek dulunye kawasan hutan jati yang dilindungi... sejenis hutan adatlah...."

Amar mendengarkan dengan serius "Hmmm begitu...."

"Nyang namanya zaman, terus berkembang kan? Hutan ini beralih fungsi jadi komplek perumahan...", tutur Deden seraya meneguk secangkir kopi yang masih tersisa.

"Ada yang serem-serem gitu gak beh?", tanya amar. Jarang-jarang dia mengungkit-ungkit masalah yang berbau gaib.

"Serem-serem gimane maksud luh? HANTU?"

"Iya, hantu, setan, pocong, dan sejenisnya pokoknya lah..."

"Ini intinya ternyata dari omongan luh datang kemari...?", Deden menyorot wajah Amar.

"Iya... hehe...", amar terkekeh.

"Kalau hantu sih, yang namanya hantu ya ade dimane-mane, betul gak? Nyang gue tahu sih dari almarhum engkong gue dulu... dulu itu di sini ada makam pejuang kemerdekaan yang lari dari kejaran kompeni belande.

Amar terperanjat,"yang bener beh? Terus kuburannya dimana?"

"Nah ntuh dia yang gue kagak tahu... ada yang bilang udah dipindahin, ada yang bilang belon..."

"Waduh!", amar bergidik ngeri. "Gentayangan dong arwahnya?"

"Udah tenang aje, lu kan rajin solat, pasti kagak diganggu... emang kenape sik lu nanya soal gituan?"

"Gak ada maksud apa-apa sih beh... cuman..."

"Cuman ape? Ngomong nyang jelas...", nada suara deden meninggi.

"Cuman pengen tahu aja....". Sebetulnya amar ingin menceritakan yang dilihatnya sepulang sholat maghrib. Namun, ia takut membuat gempar orang-orang sekomplek. Atau sebaliknya, deden justru tidak akan percaya. Menurut amar, lebih baik masalah bola api yang dilihatnya terbang dilangit akan ia cari tahu melalui browsing di internet. Sayangnya ponsel pintarnya tidak dibawa.

"Oh ya, lu mending tanya nyang begini inih sama ustadz lu, Ustadz Muzakkir.."

"Emang kenapa beh?"

"Dia kan termasuk yang udah lama tinggal sekitar sinih...", ucap Deden mengingat-ngingat.

"Ah yang bener?"

"Beneran...." tiba-tiba ponsel pintar deden berbunyi. Dia tidak melanjutkan pembicaraan karena menjawab panggilan telepon tersebut. Tidak lama ia melanjutkan kembali.

"Siapa yang nelepon beh?"

"Ah lu mau tahu aja bocah... hehe... inih si kodir, agak telat datangnya die.."

"Ohh bang kodir..." Bagi Amar, ia membatin sepatutnya ia tidak perlu takut. Lagipula tidak pernah ada cerita di sini warga yang melihat hantu ataupun arwah pejuang yang makamnya sudah dipindahkan atau belum. Tentu yang menjadi misteri hanya kucing hitam peliharaan pak kardun. Itu juga sudah mati. Jadi, amar merasa tidak perlu cemas berlebihan. Di lain hal dia penasaran, mengapa sampai terjadi keributan antara warga ketika menemukan bangkai kucing hitam yang tertabrak. Ia tanyakan hal itu pada deden yang turut mendamaikan warga yang nyaris adu jotos.

Deden menjelaskan kepada amar bahwa polemiknya adalah beberapa warga tidak ada yang mau menguburkan bangkai kucing hitam tersebut. Mereka saling melempar tugas. Ujungnya-ujungnya deden juga yang mengambil alih. Uniknya deden tidak memberitahukan kepada amar dimana dia menguburkan bangkai kucing hitam itu.

"Beh! Babeh! itu kucing sapa tuh?!", amar mendadak ketakutan. Ia melihat sesuatu di dekat palang pintu portal.

Deden pun lantas berdiri. Mencari-cari kucing yang dimaksud amar. "Mane?! Mane?!"

"Ituh! Di sana!", amar terpaksa menunjuk jelas-jelas.

"Lah iye, itukan kucing udah mati seharusnye, kenape bise idup lagik?!" Deden terheran-heran. Lampu senter ia nyalakan. Lekas disorotkan ke arah kucing hitam tersebut. "Mirip aja kali yee mar...", ujar deden antara percaya dan tidak percaya. Perlahan-lahan ketegangan berkurang. Amar dan deden berusaha berpikir rasional. Yang namanya makhluk kalau sudah mati tidak mungkin hidup lagi. Barangkali yang mereka lihat kucing lain yang mirip.

Kedatangan kodir pun mengubah suasana. Amar pamit pulang. Deden begitu juga. Mereka berdua sepakat tidak akan cerita yang aneh-aneh kepada kodir. Hanya cerita sedikit soal kucing yang mati sore hari. Sementara soal kucing yang mereka lihat barusan tidak disampaikan. Deden dan Amar khawatir kodir tidak mau jaga malam.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd