Datang ke Kota
Hari ini seorang kerabatku datang dari kampung, aku pun harus pergi ke terminal untuk menjemputnya. Jam 12 siang tepat saat istirahat kantor aku langsung tancap gas ke terminal, sesampai disana setelah memarkirkan motor aku langusng sambil melihat-lihat kerumunan orang-orang yg baru tiba, hingga berapa saat seorang wanita paruh baya melambaikan tangannya dari kejauhan, ia sedang duduk di bangku yang hanya beberapa meter dari tempat aku berdiri.
Orangnya putih gemuk, ada dua tas yang ia bawa satu tas tenteng dan satu lagi jinjing.
Udah lama sampe buk? tanya.
Baru lima menit.
Aku lalu mengajaknya pulang, kuambil tas jinjingnya dan kuletakkan didepan, di tengah jalan kami berhenti di sebuah warung minang untuk makan siang.
Setiba di kontrakan aku mempersilahkannya istirahat di kamar yang sudah kurapikan, kontrakanku memang kecil, kontrakan untuk pria lanjang hanya ada satu ruang utama, kamar mandi dan kamar tidur yang disekat dgn triplek.
Tanteku ini namanya Fitri namun kami biasa memanggilnya buk Fit, umurnya sudah 43 memiliki 3 orang anak hasil pernikahannya dengan om, ia seorang bidan PNS di puskesmas, tujuan kedatangannya kekota untuk mengikuti seminar yang diadakan dinas kesehatan provinsi selama tiga hari.
Selesai mengobrol aku pun pamit kembali kekantor.
Malamnya aku memutuskan tidak keluar dengan teman-teman dan menghabiskan waktu di menemani buk Fitri nonton TV, sesekali kami mengobrol soal pekerjaanku hingga masalah keluarga.
Buk Fit orangnya baik terutama kepada keluarga kami, makanya saat tahu ia datang dengan senang hati aku menjemputnya.
Setelah lama diam ia bertanya, gimana Jal udah ada calon? tanyanya.
Hmm..belum, jawabku sambil tersenyum.
Udah apalagi cari terus, kerja juga udah ada.
Cari perempuan yg punya kerja, jadi enak gak sendirian cari uang, tambahnya lagi. Ia berkata begitu mungkin karena merasakan sendiri bagaimana beratnya membangun rumah tangga dengan om yang tidak punya pekerjaan tetap.
Mau gak ibu kenalin sama orang puskesmas? sambungnya lagi.
Aku hanya tersenyum, tak menjawab.
Lalu kami lanjut mengobrol ke hal lain, sepanjang obrolan aku sering mencuri pandangan pada kakinya yg putih dan mulus, aku memang memiliki semacam fetish terhadap kaki wanita.
Buk Fit memang menarik kulitnya putih, begitu pula anak-anaknya semuanya seperti dirinya, kecuali anak pertama Putri yang mirip om, wajahnya juga menarik ada chinesenya padahal ia asli orang minang, mungkin semasa muda ia jauh lebih menarik ketika tubuhnya tak sebesar sekarang, pantas saja om ku dulu tergila-gila padanya, setidaknya itu cerita nenek.
Tanpa terasa sudah jam 11 lewat, aku masuk kamar dan merapikan tempat kasur palembang, kunyalakan kipas angin aku teringat ia biasa tidur pakai kipas angin karena orangnya gemuk pasti gerah.
Kalau ngantuk ibu tidur di kamar saja, biar aku tidur disini, kataku.
Tak lama kemudian ia pun masuk kamar, aku lalu menyusulnya untuk mengambil kasur busa yang akan kupakai tidur diluar, setelah mematikan lampu ruangan aku pun tidur, kini hanya ada cahaya dari kamar mandi yang menerangi.
Baru sebentar tidur aku langsung di hinggapi nyamuk hingga membuat aku tak kunjung bisa memejamkan mata, ditambah dengan bayang-bayang buk Fit yang terus muncul di pikiranku apalagi kaki dan betisnya.
Berulang kali aku memukul nyamuk-nyamuk yang menggigit tubuhku, menimbulkan suara-suara yang ternyata membangunkan buk Fit dari kamarnya, karena ruangan kami hanya dipisahkan oleh dinding triplek tebal.
Kenapa Jal, banyak nyamuk ya? tanyanya.
Iya, balasku.
Ya sudah tidur didalam saja, katanya.
Dalam hatiku bersorak girang, aku tak perlu mencari-cari alasan untuk masuk kamarnya. Aku langsung memboyong kasur busa itu kedalam kamar, setelah mematikan lampu aku pun berbaring, seisi kamar tampak remang hanya cahaya dari luar yang membuat suasana menjadi temaram, 15 menit berlalu aku belum juga terlelap, masalah nyamuk telah hilang, berganti dgn masalah lain, pikiranku terus memikirkan wanita yg sedang terbaring disebelahku, aku terus memikirkan fantasiku selama ini padanya, dan kesempatan untuk berada didekatnya seperti ini jarang terjadi.
Setelah berbalik kesana sini aku pun bangun dan main HP, cahaya dari HP membuat buk Fit terjaga, ia bertanya kenapa aku tidak bisa tidur.
Gara-gara minum kopi, kataku.
Bukan karena ada ibu kan, balasnya.
Aku tak menjawab, kuletakkan HP dan menciumnya, ia kaget dengan sikapku dan berusaha mengelak. Sementara aku yg sudah diburu nafsu, sudah tak mampu lagi mengendalikan diri, apalagi sedari tadi saat mengobrol, burungku memang sudah berdiri tegak.
Udahhh Jal, jangannnn.
Namun aku terus berusaha mencumbunya hingga akhirnya aku lelah dan berhenti,
Ayolah buk Rijal udah gak tahan nih, rengekku.
Jangan Jal, gak baik ingat dosa.. ingat ini tante kamu.
Aku lalu berbaring disebelahnya berusaha memeluknya dari samping, ia terus menolak hingga akhirnya ia pasrah kupeluk, pikiranku sejenak mengambang, tiba-tiba aku teringat kisah perselingkuhan paman, bagaimana kalau kuceritakan saja itu.
1. Kedatangan
2. Mimpi Jadi Nyata
3. Skandal Keluarga
4. Tentang Sebuah Hasrat
5. Kenang-Kenangan
Hari ini seorang kerabatku datang dari kampung, aku pun harus pergi ke terminal untuk menjemputnya. Jam 12 siang tepat saat istirahat kantor aku langsung tancap gas ke terminal, sesampai disana setelah memarkirkan motor aku langusng sambil melihat-lihat kerumunan orang-orang yg baru tiba, hingga berapa saat seorang wanita paruh baya melambaikan tangannya dari kejauhan, ia sedang duduk di bangku yang hanya beberapa meter dari tempat aku berdiri.
Orangnya putih gemuk, ada dua tas yang ia bawa satu tas tenteng dan satu lagi jinjing.
Udah lama sampe buk? tanya.
Baru lima menit.
Aku lalu mengajaknya pulang, kuambil tas jinjingnya dan kuletakkan didepan, di tengah jalan kami berhenti di sebuah warung minang untuk makan siang.
Setiba di kontrakan aku mempersilahkannya istirahat di kamar yang sudah kurapikan, kontrakanku memang kecil, kontrakan untuk pria lanjang hanya ada satu ruang utama, kamar mandi dan kamar tidur yang disekat dgn triplek.
Tanteku ini namanya Fitri namun kami biasa memanggilnya buk Fit, umurnya sudah 43 memiliki 3 orang anak hasil pernikahannya dengan om, ia seorang bidan PNS di puskesmas, tujuan kedatangannya kekota untuk mengikuti seminar yang diadakan dinas kesehatan provinsi selama tiga hari.
Selesai mengobrol aku pun pamit kembali kekantor.
Malamnya aku memutuskan tidak keluar dengan teman-teman dan menghabiskan waktu di menemani buk Fitri nonton TV, sesekali kami mengobrol soal pekerjaanku hingga masalah keluarga.
Buk Fit orangnya baik terutama kepada keluarga kami, makanya saat tahu ia datang dengan senang hati aku menjemputnya.
Setelah lama diam ia bertanya, gimana Jal udah ada calon? tanyanya.
Hmm..belum, jawabku sambil tersenyum.
Udah apalagi cari terus, kerja juga udah ada.
Cari perempuan yg punya kerja, jadi enak gak sendirian cari uang, tambahnya lagi. Ia berkata begitu mungkin karena merasakan sendiri bagaimana beratnya membangun rumah tangga dengan om yang tidak punya pekerjaan tetap.
Mau gak ibu kenalin sama orang puskesmas? sambungnya lagi.
Aku hanya tersenyum, tak menjawab.
Lalu kami lanjut mengobrol ke hal lain, sepanjang obrolan aku sering mencuri pandangan pada kakinya yg putih dan mulus, aku memang memiliki semacam fetish terhadap kaki wanita.
Buk Fit memang menarik kulitnya putih, begitu pula anak-anaknya semuanya seperti dirinya, kecuali anak pertama Putri yang mirip om, wajahnya juga menarik ada chinesenya padahal ia asli orang minang, mungkin semasa muda ia jauh lebih menarik ketika tubuhnya tak sebesar sekarang, pantas saja om ku dulu tergila-gila padanya, setidaknya itu cerita nenek.
Tanpa terasa sudah jam 11 lewat, aku masuk kamar dan merapikan tempat kasur palembang, kunyalakan kipas angin aku teringat ia biasa tidur pakai kipas angin karena orangnya gemuk pasti gerah.
Kalau ngantuk ibu tidur di kamar saja, biar aku tidur disini, kataku.
Tak lama kemudian ia pun masuk kamar, aku lalu menyusulnya untuk mengambil kasur busa yang akan kupakai tidur diluar, setelah mematikan lampu ruangan aku pun tidur, kini hanya ada cahaya dari kamar mandi yang menerangi.
Baru sebentar tidur aku langsung di hinggapi nyamuk hingga membuat aku tak kunjung bisa memejamkan mata, ditambah dengan bayang-bayang buk Fit yang terus muncul di pikiranku apalagi kaki dan betisnya.
Berulang kali aku memukul nyamuk-nyamuk yang menggigit tubuhku, menimbulkan suara-suara yang ternyata membangunkan buk Fit dari kamarnya, karena ruangan kami hanya dipisahkan oleh dinding triplek tebal.
Kenapa Jal, banyak nyamuk ya? tanyanya.
Iya, balasku.
Ya sudah tidur didalam saja, katanya.
Dalam hatiku bersorak girang, aku tak perlu mencari-cari alasan untuk masuk kamarnya. Aku langsung memboyong kasur busa itu kedalam kamar, setelah mematikan lampu aku pun berbaring, seisi kamar tampak remang hanya cahaya dari luar yang membuat suasana menjadi temaram, 15 menit berlalu aku belum juga terlelap, masalah nyamuk telah hilang, berganti dgn masalah lain, pikiranku terus memikirkan wanita yg sedang terbaring disebelahku, aku terus memikirkan fantasiku selama ini padanya, dan kesempatan untuk berada didekatnya seperti ini jarang terjadi.
Setelah berbalik kesana sini aku pun bangun dan main HP, cahaya dari HP membuat buk Fit terjaga, ia bertanya kenapa aku tidak bisa tidur.
Gara-gara minum kopi, kataku.
Bukan karena ada ibu kan, balasnya.
Aku tak menjawab, kuletakkan HP dan menciumnya, ia kaget dengan sikapku dan berusaha mengelak. Sementara aku yg sudah diburu nafsu, sudah tak mampu lagi mengendalikan diri, apalagi sedari tadi saat mengobrol, burungku memang sudah berdiri tegak.
Udahhh Jal, jangannnn.
Namun aku terus berusaha mencumbunya hingga akhirnya aku lelah dan berhenti,
Ayolah buk Rijal udah gak tahan nih, rengekku.
Jangan Jal, gak baik ingat dosa.. ingat ini tante kamu.
Aku lalu berbaring disebelahnya berusaha memeluknya dari samping, ia terus menolak hingga akhirnya ia pasrah kupeluk, pikiranku sejenak mengambang, tiba-tiba aku teringat kisah perselingkuhan paman, bagaimana kalau kuceritakan saja itu.
1. Kedatangan
2. Mimpi Jadi Nyata
3. Skandal Keluarga
4. Tentang Sebuah Hasrat
5. Kenang-Kenangan
Terakhir diubah: