CHAPTER 5
Gunawan nampak tenang duduk di atas sofa. Ruangan yang dia tempati kali ini terlihat cukup mewah dengan berbagai fasilitas layaknya bintang 5. Satu hal yang sebenarnya cukup mengherankan mengingat itu merupakan ruangan dari kantor polisi.
Tak banyak waktu, terdengar suara pintu ruangan berderit terbuka.
“Maaf membuatmu menunggu,”ucap sebuah suara. Dia sosok pria dengan perawakan tinggi gagah. Wajahnya dihiasi dengan kumis tebal dan mata bulat besar. Membuat dirinya terlihat agak mengerikan jika dilihat orang awam. Terlebih dengan seragam polisi yang dilingkapi dengan berbagai lencana mengkilap.
. Ia adalah AKBP Wirata. Seorang penyidik senior di Polda Metro Jaya. Ia begitu dihormati rekan-rekan di kepolisian maupun petugas hukum lainnya karena intuisi, analisa, dan kecekatannya dalam menangani ribuan kasus sepanjang karirnya. Bahkan banyak penyidik lain termasuk kejaksaan dan hakim dari luar daerah yang berkonsultasi dengannya untuk menangani kasus pelik dan semua saran yang diberikan Wirata selalu berhasil.
Hal lain yang membuat Wirata disegani adalah karena integritas yang ia junjung tinggi. Telah berulang kali para penjahat mencoba menyuapnya. Namun semua selalu ditolak tegas oleh Wirata.
“Gak papa. Baru juga sebentar.”Gunawan tersenyum sembari bangkit dan menyalami Wirata.
Kedua pria itu akhirnya duduk berhadapan.
“Jadi, mengapa aku diundang ke sini?”tanya Gunawan langsung.
“Gun, aku yakin kau pasti sudah dengar mengenai kasus Jessica.”
“Ya. Tentu saja. Beritanya lumayan trending. Memangnya kenapa?”
“Cukup mengejutkan melihat namamu terkait dalam masalah ini.”ujar Wirata dengan tatapan curiga sembari mengeluarkan beberapa dokumen.”Kau, mengakuisisi perusahaan Fishpack bukan?”
“Wah, ketahuan toh. Padahal aku sudah pakai perusahaan cangkang.”Gunawan hanya tersenyum tipis.
“Apa sebenarnya maumu, Gun,”todong Wirata.
“Bukan apa-apa. Ini Cuma bisnis. Fishpack adalah perusahaan besar dengan valuasi tinggi. Terlepas dari semua kasus yang menjeratnya. Kupikir sayang saja jika perusahaan itu harus gulung tikar. Apalagi ada ribuan pekerja yang dimilikinya. Mereka bisa langsung kehilangan penghidupan di sana. Ya, meskipun aku juga tahu Fispack sangat tidak manusiawi dalam memperlakukan karyawannya.”
“Tapi kau gak mengambil alih Fishpack. Kau malah memberikannya pada salah satu pekerja kelas bawahnya. Apa sebenarnya maumu?”
“Apa salahnya?”Gunawan mengangkat kedua bahunya.”Aku sudah terlalu tua untuk mengurusi perusahaan baru. Biarkan aku fokus mengurus Happy Taxi sedangkan Fishpack cukup kupantau dan ambil bagi hasilnya. Lagipula yang kutunjuk adalah orang yang kompeten. Buktinya perusahaannya sekarang masih profit.”
Wirata menatap tajam Gunawan. Tapi dia kehabisan alasan untuk menodong Gunawan.
“Tak usah terlalu curiga. Semua hanya bisnis legal.”
Wirata mendengus.”Kau jelas tahu alasan sebenarnya aku memanggilmu bukan?”
“Apa ini soal Jessica?”
“Jessica adalah buronan besar kepolisian. Kami sudah cari kemana-mana. Tapi tidak ada satupun tanda keberadaannya.”
“Sayangnya, meski aku sekarang memiliki Fishpack, bukan berarti aku tahu keberadaan Jessica. Jikapun aku tahu, aku akan langsung menghubungimu.”
“Ingat ini, Gun. Meski kau sahabatku, aku gak akan berhenti mengawasimu.”
Gunawan tersenyum.”Boleh-boleh saja.”
Di tempat lain, Ramos baru saja menaikkan seorang penumpang dalam BMW hitam kebanggaannya. Penumpangnya kali ini adalah seorang mahasiswi di salah satu universitas besar di Jakarta. Ia bernama Laras. Seorang gadis yang berasal dari luar pulau yang merantau dari kampungnya di daerah Sumatera untuk berkuliah di Jakarta.
“Bisa ceritakan semuanya,”pinta Ramos sembari menekan satu tombol di dashboard begitu mobil mulai maju ke jalan raya.
“Apa aku bisa mempercayaimu ?”Laras bertanya menyelidik.
“Yah, itu hakmu. Tapi sepertinya tidak ada lagi yang bisa kau percaya.”Ramos menyengir menjawabnya. Dia paham kalau orang-orang tak akan mudah percaya dengan layanan seperti mereka. Namun, lain ceritanya jika orang itu diambang putus asa.
Laras menghela nafas panjang. Sepertinya sopir ini tahu segalanya.”Jikapun aku bercerita memang kalian bisa apa.”
“Kami pernah menghancurkan hidup seorang konglomerat besar hingga anggota dewan untuk membalaskan dendam klien kami. Tak ada lawan yang tak bisa kami kalahkan. Dan untuk jawaban dari pertanyaanmu, maka kami akan membalaskan dendammu dengan pembalasan yang akan membuatmu puas.”
“Benarkah itu?”
“Aku tak bisa memperlihatkan bukti berupa kasus-kasus yang kami tangani. Itu adalah rahasia perusahaan yang hanya boleh dilihat oleh para petinggi. Tapi kembali lagi, kau tidak punya pilihan selain mempercayai kami.”
Laras mendengus. Sepertinya dia tidak punya pilihan selain mempercayai Ramos. Akhirnya Laras memutuskan untuk bercerita.
Semua dimulai dari penerimaan dirinya di kampus terkenal di Jakarta. Ia yang berasal dari desa miskin di Sumatera yang bahkan untuk belajar harus menumpang di balai desa girang bukan kepalang. Dia yang Cuma hidup bersama ibunya langsung memutuskan untuk menerima tawaran kuliah itu. Demi memenuhi semua kebutuhannya, Ibunya bahkan harus menjual tanah warisan dari ayahnya.
Maka dimulailah kisah Laras di Jakarta. Awalnya dia hidup seperti mahasiswa kebanyakan. Dia belajar dengan giat agar semua harapan ibunya tidak sia-sia. Namun semua berubah ketika dia masuk ke semester 2.
Laras yang saat itu berada di BEM mulai didekati oleh katingnya. Dia seorang lelaki yang tampan dan punya banyak penggemar. Entah mengapa ia mendekati Laras tapi kemudian Laras menerima lelaki bernama Andi itu dan mereka lalu resmi berpacaran.
Kehidupan pacaran Laras awalnya berjalan lancar. Dia mulai sering pergi berduaan dengan Andi dan mengunjungi berbagai kafe untuk nongkrong. Laras yang berasal dari pelosok begitu terpesona karena mendapatkan pacar gaul seperti Andi.
Namun rupanya hubungannya dengan Andi malah mengundang masalah. Geng cewek paling berkuasa di fakultas yaitu Chelsea, Linda, dan Wiwik merasa tersaingi oleh Laras apalagi Chelsea yang memang sebelumnya adalah pacar Andi. Menjadi musuh dari trio itu sontak langsung menghancurkan kehidupan kampus Laras.
Chealse sering kali mengolok-olok Laras. Dia dan kedua kawannya bahkan semakin menganggu Laras dengan menyelengkat kakinya, menguncinya di kamar mandi, sampai mengirimkan pesan berisi ancaman untuk meninggalkan Andi.
Semakin lama, kelakuan Chelsea, Linda, dan Wiwik semakin keterlaluan. Merka bahkan pernah mencuri hp Laras. Ketika hp tersebut dikembalikan, Laras sadar kalau file pribadi termasuk kontaknya juga ikut terambil.
Laras sebenarnya jengah menghadapi kelakuan dari mereka bertiga. Tapi Laras paham kalau posisi mereka bertiga terlalu tinggi untuk dilawan gadis kampung seperti dirinya. Chelsea adalah anak dari dekan fakultas. Semenara Linda dan Wiwik adalah anak dari pengusaha besar yang kaya raya.
Andi, sang pacar juga berkali-kali mengingatkan utnuk tidak memperpanjang masalah. Dia bilang kalau percuma melawan. Yang ada malah masalahnya akan semakin runyam.
Puncak dari masalahnya adalah ketika Laras ditabrak oleh Chelsea dengan mobilnya saat Laras hendak ke kosan. Bukannya turun dan minta maaf, Chelsea malah melanjutkan dengan melindas kaki Laras hingga kakinya harus lumpuh dalam waktu yang lama.
Seakan musibah tak mau pergi, Laras mendapatkan kabar buruk dari Andi. Andi bilang kalau orang tuanya sedang sakit keras di kampung dan membutuhkan pinjaman dalam jumlah besar. Andi berjanji akan mengembalikan semua uangnya sebelum pembayaran UKT karena orang tuanya memang berencana untuk menjual tanah. Laras yang mendengar janji tersebut tanpa pikir panjang menyerahan semua uangnya yang harusnya dipakai untuk membayar kuliah sampai lulus pada Andi.
Hingga kemudian, Laras akhirnya mengetahui jebakan maut yang selama ini menjeratnya. Kala itu Laras tak sengaja melihat Andi dan Chelsea yang keluar malam dengan mobil milik Chelsea. Melihat itu, Laras langsung membuntuti mereka berdua yang rupanya tengah party di club.
Betapa hancur hati Laras melihat Andi yang tengah bermesraan dengan Chelsea. Terlihat juga Wiwik dan Linda yang ikut bersama.
Hati Laras semakin hancur mendengar kalau ini semua adalah skenario dengan Andi. Mereka sengaja menjebak Laras untuk memeras semua uangnya. Ia memang target sempurna terutama karena latar belakangnya yang polos. Semua perataan Andi soal orang tuanya juga adalah kepalsuan. Semua uang yang diberikan digunakan untuk membiayayi foya-foya Andi dan geng Chelsea. Apalagi dari pembicaraan mereka, Laras tahu kalau sebenarnya Chelsea adalah pacar Andi yang sebenarnya.
Begitu hancur hidup Laras. Sudahlah dia ditipu, dia juga harus menerima perundungan hingga menghancurkan kakinya. Apalagi ketika dia ditelpon ibunya yang bertanya kabarnya juga bertanya apakah dia sudah menyelesaikan pembayaran UKT-nya.
Laras tak tahu apa lagi yang bisa ia lakukan. Mau melapor pada polisi juga sepertinya percuma. Saat itulah terlintas pikiran untuk bunuh diri.
Hingga kemudian ketika ia hendak melompat dari jembatan, dia melihat striker dari ReXi. Dia tak yakin dengan tulisan yang tertera. Namun dalam posisi ini, segala kemungkinan balas dendam layak untuk dicoba.
“Begitulah ceritaku. Entah bagaimana jika aku harus menghadapi ibuku nanti jika tahu kalau semua uangnya hilang.”ucap Laras terisak.”Orang sepertiku memangnya sebaiknya tidak terlahir ke dunia ya.”
“Aku mungkin tak pantas mengatakan ini, tapi biar kuberi sebuah nasihat.”ujar Ramos sembari tetap fokus mengemudi.”Ibumu akan jauh lebih sedih mendengarmu bunuh diri dibanding kehilangan semua hartanya. Jadi, jangan pernah berpikir membuat ibumu lebih sedih. Dia sudah sangat menderita sekarang.”
Laras hanya bisa menunduk dan terisak.
“Nah, sekarang apakah kau masih ingin balas dendam?”
Laras mengangkat kepalanya.”Ya. Aku harus membalas dendam. Tapi bagaimana caranya?”
“Serahkan semuanya pada kami. Yang perlu kau lakukan sekarang…..bisa kau lihat ponselmu?”
Laras menengok di ponselnya. Ada pesan yang menanyakan kembali keinginannya untuk balas dendam beserta pilihan ya dan tidak.
“Bagaimana jika aku menjawab tidak?”
“Maka aku akan menurunkanmu saat itu juga. Lalu semua pembicaraan ini, anggap saja tidak pernah terjadi.”
“Dan jika aku memilih ya?”
“Maka kami akan membalaskan dendammu. Balasan yang tidak biasa. Dan kau juga akan ikut bertanggung jawab atasnya. Akhirnya semua bergantung dengan pilihanmu.”
Laras terdiam sejenak. Ingin ia mundur dan memilih tidak. Namun kemarahan yang memuncak menuntun jarinya untuk memilih ya.
“Baiklah. Mulai sekarang, balas dendam akan dimulai. Untuk sementara kusarankan mengajukan cuti ke kampus. Bilang saja kau harus opname.”
Mobil itu berhenti di sebuah hotel bintang lima untuk menurunkan Laras sebelum akhrinya mobil tersebut melakukan perjalanan.