Lisa Prilianti
Adik Semprot
- Daftar
- 9 Aug 2011
- Post
- 144
- Like diterima
- 1.449
Cerita ini murni imajinasi penulis...
Tidak copas dr manapun...
Bagi yg tidak suka tema cuckold tinggalkan thread ini...
Anton: ssstt Hai, Ardi! Aku dengar kabar kamu dan Monic baru saja jadian. Wah, Monic cewe tercantik di kampus kita. tubuh yang menggoda, Payudaranya, pantatnya, semuanya begitu seksi.
Ardi: Eh, Anton, jangan bicara seperti itu. Monic adalah pacarku sekarang, kita harus menghormati hubungan kami.
Anton: Haha, aku cuma bercanda, kok. Tapi serius deh, saat kita bertiga berolahraga bersama, aku sering tak bisa menahan diri untuk melihat tubuh Monic, terutama payudara dan pantatnya yang begitu menggiurkan.
Monic: (sambil tersenyum) Kalian berdua ini lucu banget. Jangan bikin aku malu, ya?
.....setahun kemudian....
"You may kiss the bride..."
Anton: Wow, Ardi. Monic istrimu sungguh cantik. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak iri padamu. Padahal, aku yang lebih dulu menyukai Monic, kan?
Ardi: Anton, jangan membanding-bandingkan. Setiap orang memiliki takdirnya masing-masing. Aku sangat beruntung memiliki Monic sebagai istriku sekarang.
Anton: Ya, kamu benar. Aku hanya tidak bisa menahan keinginan untuk memiliki kecantikan seperti Monic.
(Monic mendekati mereka)
Monic: Hei, kalian berdua! Apa yang sedang kalian obrolkan? Jangan menggoda Ardi lagi, ya.
Anton: Haha, tenang saja. Kami cuma sedang bercanda. Tapi kamu memang cantik sekali, Monic. Ardi beruntung memiliki istri seistimewa dirimu.
Monic: Terima kasih, Anton. Tapi kamu juga harus menemukan seseorang yang spesial untukmu.
Keesokan harinya Anton berkunjung ke rumah sahabatnya. Kebetulan mereka bertiga sedang berenang di kolam renang rumahnya.
Anton: Di...ikut renang donk...Hai Monic, kamu terlihat sangat seksi hari ini.
Monic: Terima kasih, Anton. Kamu juga terlihat tampan.
Anton: Kamu tahu, aku selalu menikmati melihat tubuhmu yang indah.
Monic: (tersenyum malu-malu) Kamu jangan nakal ya, Anton.
Anton membuka bajunya dan berenang hanya mengenakan celana boxernya.
Anton: (terus memuji tubuh Monic) Kamu memang cantik sekali, terutama payudaramu yang indah dan pantatmu yang seksi.
Monic: (merasa terkejut) Anton, kamu jangan berkata seperti itu.
Anton: (berkata dengan nada yang merayu) Tapi Monic, aku tidak bisa menahan diri. Kamu terlalu seksi untuk dilewatkan.
Monic: (merasa tersipu-sipu) Anton, kamu memang nakal ya.
Anton: (terus memuji) Tapi kamu tahu, jika aku memiliki istri seperti kamu, kontolku pasti tidak bisa tidur lagi.
Monic: (kaget saat melihat kontol Anton mulai tegang dan besar)
Anton: (pura-pura tidak tahu apa yang terjadi) Apa yang terjadi, Monic?
Monic: (merasa gugup) Tidak apa-apa. Kita hanya bermain-main kok.
Setelah mereka semua berenang, Ardi kembali ke tempat mereka beristirahat dan melihat Anton mencuri-curi pandang ke arah Monic ketika Monic membungkuk untuk mengambil handuk. Ardi merasa aneh, karena dia melihat Anton terlihat sangat terangsang ketika melihat Monic yang seksi.
"Wow, Monic benar-benar cantik ya," ujar Anton sambil tersenyum nakal.
"Apa kamu tidak kasihan pada Ardi yang duduk di sampingmu?" balas Monic sambil tertawa.
"Ardi juga tahu kalau kamu cantik. Kan, Ardi?" balas Anton sambil menatap Ardi.
"Aku memang mengakui kecantikan Monic, tapi kamu jangan terlalu norak, dong," balas Ardi sambil tersenyum.
"Aku hanya mengagumi keindahannya, kok. Apa salahnya?" ujar Anton sambil tertawa.
Monic hanya tersenyum dan mengangguk, merasa senang dengan pujian dari Anton. Mereka berdua terus bercanda dan mengobrol tentang segala hal, sambil menikmati suasana yang tenang di sekitar mereka.
Setelah beberapa saat, Monic pamit untuk bilas dan Ardi berenang bersama dengan Anton. Anton terus meledek Ardi dengan memuji tubuh Monic yang indah dan seksi, terutama payudara dan pantatnya yang menggoda.
"Kamu tahu, Ardi, Monic memiliki tubuh yang luar biasa. Payudaranya yang besar dan pantatnya yang seksi membuatku sulit untuk menahan diri," ujar Anton sambil tertawa nakal.
"Apa kamu tidak malu mengatakan hal seperti itu?" balas Ardi sambil menggelengkan kepala.
"Kenapa harus malu? Aku kan hanya mengagumi keindahan alam, hehe," balas Anton sambil tertawa.
Ardi hanya menggelengkan kepala dan memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Dia tahu Anton selalu suka bercanda seperti itu.
Setelah Anton pamit untuk bilas lebih dulu, Ardi menyusul ke kamar mandi dan melihat Anton mengintip Monic melalui celah di kamar mandi. Ardi merasa kesal dan memutuskan untuk menghadap Anton.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ardi dengan nada kesal.
"Apa maksudmu?" balas Anton, mencoba untuk berpura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Aku tahu kamu mengintip Monic tadi. Kamu pikir aku tidak melihat?" tegas Ardi.
"Loh, aku hanya melihat saja. Tidak ada yang salah kan?" jawab Anton dengan santai.
Setelah Anton dan Ardi berenang, Monic keluar dari WC dan masih mengenakan tanktop dan celana pendek yang sangat seksi. Dia duduk di kursi dan mulai mengobrol dengan Anton, yang terlihat sangat tertarik dengan tubuh Monic.
Anton terus menatap tubuh Monic dengan mata jelalatan, sementara Ardi merasa cemburu dengan sikap Anton yang terlalu mengagumi tubuh Monic. Dia merasa tidak nyaman dengan situasi ini, namun dia tidak ingin menunjukkan perasaannya pada Monic.
"Kamu sangat cantik, Monic. Aku benar-benar terpesona dengan keindahanmu," ujar Anton dengan nada penuh kagum.
"Terima kasih, Anton. Kamu juga sangat tampan," balas Monic dengan senyum manis.
Ardi hanya diam dan merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Dia tahu bahwa Anton selalu suka mengagumi tubuh wanita, namun dia tidak suka jika itu terjadi pada Monic.
"Mungkin aku harus pergi dulu. Aku merasa tidak nyaman dengan situasi ini," ujar Ardi sambil berdiri.
"Kenapa, Ardi? Apa yang salah?" tanya Monic dengan nada khawatir.
"Aku hanya merasa tidak nyaman dengan keadaan ini," jawab Ardi dengan singkat.
Anton hanya tersenyum dan membiarkan Ardi pergi. Dia tahu bahwa Ardi sedang cemburu, namun dia tidak peduli. Dia masih terus menatap tubuh Monic dengan penuh kagum dan nafsu.
Monic merasa khawatir dengan perasaan Ardi, namun dia tidak ingin mempermasalahkan hal itu. Dia masih ingin mengobrol dengan Anton dan menikmati suasana yang menyenangkan.
"Mari kita lanjutkan obrolannya, Anton," ucap Monic dengan senyum manis.
Anton hanya tersenyum dan mulai mengobrol dengan Monic, sambil terus menatap tubuhnya dengan penuh kagum. Mereka berdua saling tertawa dan menikmati waktu bersama, sementara Ardi merasa kesal dan cemburu dengan situasi ini.
Mereka berdua terus mengobrol dan menikmati waktu bersama, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke kamar dan bersiap-siap untuk makan malam. Anton masih terus memandang tubuh Monic dengan penuh kagum, sementara Ardi hanya diam dan merasa kesal dengan situasi ini.
Anton duduk di tepi kolam renang dan memandang Monic yang sedang berenang dengan bikini yang sangat seksi. Dia tidak bisa menahan keinginannya untuk memuji tubuh Monic yang montok dan seksi.
"Wow, Monic, kamu terlihat sangat seksi hari ini," ucap Anton dengan nada penuh kagum.
Monic tersenyum dan mengangkat jempolnya. "Terima kasih, Anton. Aku memang sedang merasa cukup percaya diri dengan bikini ini," jawab Monic dengan nada yang merayu.
Anton tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tubuh Monic yang seksi. Dia ingin meraba dan mengelus tubuh Monic yang montok itu. Dia mencoba untuk menawarkan pijat sebagai alasan untuk bisa menyentuh tubuh Monic.
"Monic, sepertinya kamu pegal-pegal ya. Maukah kamu aku pijatkan?" tawar Anton sambil mencuri-curi kesempatan untuk melihat dan meraba tubuh Monic.
Monic mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, aku sangat menghargai tawaranmu, Anton. Tapi aku masih ingin tetap mengenakan bikini ini, apakah itu masalah?" tanya Monic dengan nada yang menggoda.
Anton tidak bisa menolak tawaran Monic dan segera mulai memijat punggung Monic yang tegang. Dia mencoba untuk meraba dan mengelus tubuh Monic dengan lembut, sambil berharap untuk bisa melakukan hal yang lebih mesra dengan Monic.
"Kamu sangat piawai dalam memijat, Anton. Aku merasa sangat rileks," puji Monic sambil menikmati sentuhan pijatan Anton.
Anton tersenyum dan mencuri-curi kesempatan untuk meraba dan mengelus tubuh Monic dengan lembut. Dia membiarkan tangan dan jari-jarinya menyusuri tubuh Monic yang seksi, dan Monic merespons dengan desahan yang menggoda.
"Ahh, Anton... rasanya sangat nikmat," erang Monic sambil menikmati sentuhan pijatan dan elusan tangan Anton.
Anton semakin tergoda dengan tubuh Monic yang seksi dan mengajak Monic untuk keluar dari kolam renang dan menuju ke tempat yang lebih privat.
Di pagi hari, saat matahari baru saja muncul, terjadi gangguan listrik di rumah Ardi. Ardi meminta bantuan Anton, seorang temannya yang ahli dalam hal semacam ini.
Anton, yang mengetahui bahwa Ardi akan pulang malam dengan cerdik mencoba mengatasi masalah kelistrikan di kamar mandi Ardi. Tujuannya adalah agar saat malam tiba, istri Ardi yang cantik itu akan menghadapi masalah dengan lampu WC yang akan konslet lagi.
Ketika malam tiba, Monic sedang bersiap-siap untuk mandi dan menyalakan lampu WC. Namun, tiba-tiba saja terjadi gangguan listrik yang membuatnya panik lampu rumahnya padam seketika. Karena suaminya sedang berada di luar, Monic meminta bantuan Anton yg sedang di rumah.
Monic yang baru saja ingin mandi, hanya mengenakan daster dan tanpa sengaja lupa untuk memakai BH. Ia buru-buru berpakaian karena takut gelap.
Anton pun datang dan setelah berhasil memperbaiki lampu, Monic mengajak Anton berbincang-bincang dan menyediakan minuman untuk mereka berdua. Dalam kesempatan ini, Anton melirik dengan diam-diam ke arah paha mulus Monic yang terlihat jelas sampai ke atas dan sangat seksi saat ia menyilangkan kakinya karena ia hanya mengenakan daster tidur yang pendek. Terutama saat Monic menundukkan tubuhnya, Anton secara tak sengaja melihat payudara Monic dan putingnya yg berwarna pink.
Matanya terpaku pada puting Monic yang menjulang dari sela-sela daster yang longgar. Bayangan puting yang menggoda tersebut membangkitkan keinginan dalam dirinya untuk merasakannya dengan lidahnya yang nakal.
Pandangan Anton terus berkelana di sepanjang paha mulus Monic yang terpampang dengan begitu menawan. Setiap inci kulit yang terlihat terasa seperti godaan yang tak terelakkan. Pikirannya terombang-ambing oleh imajinasi erotis tentang menyentuh dan hendak merasakan kelembutan kulit Monic di setiap sentuhan.
Mereka bercanda dan ngobrol sambil menikmati waktu bersama.
Monic: "Terima kasih banyak, Anton. Aku benar-benar panik tadi. Kamu selalu bisa membantuku dalam situasi yang sulit."
Anton: "Tidak masalah, Monic. Kamu tahu aku selalu siap membantumu. Ya udah terusin lagi mandinya. Aku minum dulu..."
Monic melangkah dengan langkah lembut menuju kamar mandi meninggalkan Anton. Daster pendek yang ia kenakan makin menunjukkan keindahan tubuhnya.
Saat Monic bangkit berdiri Anton yg nekad naik ke atas samping jendela wc kamar monic. Ia masih penasaran dengan tubuh monic dan hendak mengintipnya mandi. Dengan pintar ia sudah mempersiapkannya tadi saat membetulkan posisi kabel lampu dan membuka sedikit jendela yg dapat melihat ke dalam wc.
Air mengalir deras dari pancuran dan mengalir di atas tubuhnya yang mempesona. Setetes air mengalir di antara lekuk tubuhnya yang lentur, memberikan kilauan yang menggoda.
Tubuh Monic yang ramping dan berisi memancarkan kecantikan yang menggoda. Kulitnya yang lembut dan mulus terpapar oleh sinar lampu yang redup. Bulu-bulu halus yang terhampar di sepanjang kulitnya menambah pesonanya yang liar dan seksi.
Monic mengambil sabun dan menggosokkannya perlahan di tubuhnya, memancarkan aroma yang memikat. Tatapan Anton yang mengintip dari celah jendela semakin terpesona dengan setiap gerakan Monic yang memanjakan tubuhnya. Air mengalir membasahi rambut Monic yang menggantung dengan lembut di bahunya.
Monic kemudian memijat lembut sabun ke dada dan perutnya, menghasilkan buih-buih putih yang menggoda. Dia menelusuri jarinya di sepanjang lekuk pinggangnya yang indah, membuat Anton semakin terpikat. Air mengalir di antara paha mulus Monic, menggoda dan membangkitkan hasrat dalam dirinya.
Saat Monic membungkuk untuk mencuci kakinya, pandangan Anton tidak bisa terbendung. Pandangannya menangkap kilauan air yang turun di leher Monic dan meluncur ke bawah, menggoda lekuk pantatnya yang mempesona. Setiap gerakan Monic yang anggun dan erotis membuat Anton semakin tak terkendali.
Air mengalir deras dari pancuran dan mengalir di atas payudaranya yang mempesona. Setetes air mengalir di antara lekuk tubuhnya yang lentur, memberikan kilauan yang menggoda.
Tubuh Monic yang ramping dan berisi memancarkan kecantikan yang menggoda. Kulitnya yang lembut dan mulus terpapar oleh sinar lampu yang redup. Bulu-bulu halus yang terhampar di sepanjang kulitnya menambah pesonanya yang liar dan seksi.
Monic mengambil sabun dan menggosokkannya perlahan di tubuhnya, memancarkan aroma yang memikat. Air mengalir membasahi rambut Monic yang menggantung dengan lembut di bahunya.
Monic kemudian memijat lembut sabun ke dada dan perutnya, menghasilkan buih-buih putih yang menggoda. Dia menelusuri jarinya di sepanjang lekuk payudara dan pinggangnya yang indah, membuat Anton semakin terpikat. Air mengalir di antara selangkangan Monic yg bersih tercukur, menggoda dan membangkitkan hasrat dalam dirinya.
Saat Monic membungkuk untuk mencuci kakinya, pandangan Anton tidak bisa terbendung. Pandangannya menangkap kilauan air yang turun di leher Monic dan meluncur ke bawah, menggoda lekuk pantatnya yang mempesona. Apalagi payudara montoknya yg menggantung indah dan berayun di setiap gerakan Monic yang anggun dan erotis membuat Anton semakin tak terkendali.
Fantasi Anton semakin membara saat Monic menunduk untuk mencuci kakinya. Pandangannya tertuju pada lekuk pantat Monic yang memikat. Keinginannya untuk merasakan kenikmatan yang tersembunyi di balik kain tipis semakin memenuhi pikirannya.
Anton berusaha keras untuk menahan diri dan tidak melangkah lebih jauh. Namun, godaan yang menghampirinya begitu kuat sehingga pikirannya terus menerus dipenuhi dengan gambaran erotis. Hasrat yang membara dalam dirinya semakin memicu keinginannya untuk memuaskan diri di hadapan Monic yang begitu memesona.
Setelah mandi Monic meminta Anton untuk memijat dirinya, dan Anton dengan senang hati mengambil kesempatan itu. Dia merasa senang karena Monic memberinya kesempatan untuk mendekat secara intim.
Anton menggenggam tangan Monic dengan lembut, lalu membawanya ke ruang tamu lalu melepaskan tangan Monic dan berlutut di belakangnya.
Anton memulai pijatan dengan gerakan yang lembut, menyentuh leher Monic dengan ujung jari-jarinya. Sentuhan itu memancarkan getaran kenikmatan yang membuat Monic semakin rileks. Pelan-pelan, tangan Anton merayap ke bahu Monic, melumatkan otot-otot yang tegang dengan kelembutan.
Monic merasa semakin terbuai oleh sentuhan-sentuhan yang Anton berikan. Pikirannya melayang-layang di tengah lautan kenikmatan yang semakin membanjiri tubuhnya. Dia merasakan bagaimana tangan Anton merambah ke bagian punggungnya, memijat dengan keahlian yang membuatnya luluh.
Anton tidak dapat menahan diri dari keinginan yang semakin meluap. Dia menggeser tangannya dengan penuh keberanian, merasakan lekuk paha Monic yang memikat. Tangan Anton terus bergerak, menyapu ke bawah menuju betis yang ramping, memberikan pijatan yang mendalam dan memuaskan.
Percakapan mereka berlanjut dalam antara pijatan dan desahan kenikmatan. Monic meminta lebih banyak, dengan suara yang meminta dan memikat. Anton memberikan semua yang dia miliki, mengisi ruangan dengan aroma gairah yang semakin membara.
Ardi yang baru pulang terkejut melihat Monic sedang dipijat oleh Anton. Dia merasa lega sejenak karena tubuh Monic masih tertutup oleh selimut tipis yang menutupi dari payudara hingga selangkangan.
Ardi: (dengan canggung) Eh, apa yang sedang terjadi di sini?
Anton: (dengan senyum licik) Oh, Ardi! Kamu pulang lebih cepat dari yang kupikir. Monic meminta aku untuk memijatnya. Kamu tahu, sebagai teman baik.
Monic, yang tengah menikmati pijatan, memuji Anton dengan lembut. Anton menyarankan agar Ardi duduk di dekat mereka dengan wajah yang penuh kesenangan. Ardi melihat ekspresi wajah Anton yang agak kesal namun tetap duduk di kursi yang agak jauh. Dia bisa melihat Monic yang sedikit memerah.
Ardi duduk dan memperhatikan istrinya yang sedang dipijat. Dia melihat Anton dengan sengaja meremas pantat Monic dari dalam selimut. Ardi hanya bisa melihatnya dengan samar dan berusaha menebak apakah itu tangan Anton yang berada di atas pantat atau paha Monic. Dalam keberaniannya, tangan Anton juga terkadang masuk ke dalam celana dalam Monic. Ardi kesulitan melihat dengan jelas karena selimut, tetapi dia yakin bahwa tangan Anton juga menyentuh payudara istrinya. Anton tersenyum ke arah Ardi sambil tangannya mengelus paha Monic dengan penuh kenakalan. Ardi hanya bisa terpaku, tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi di hadapannya.
Ardi merasa jantungnya berdegup kencang. Dia merasa campur aduk antara cemburu, marah, dan penasaran dengan situasi yang sedang terjadi di depan matanya. Tapi ada bagian dari dirinya yang merasa tertarik melihat Monic menikmati sentuhan Anton. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang melintas cepat, "Apakah Monic juga merasakan hal yang sama? Apakah ini hanya permainan atau ada lebih dari itu?"
Monic, yang masih menikmati pijatan, memejamkan mata dan mengeluarkan desahan kenikmatan. Anton dengan liciknya berbisik di telinga Monic dengan suara yang agak bernafsu, "Kamu terlihat begitu menawan, Monic. Aku tidak bisa menahan diri."
Monic menggigit bibirnya, berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkan keasyikan yang dirasakannya. Dia merasa terbagi antara kesetiaan pada suaminya dan godaan yang diberikan oleh Anton. Dia tahu ini salah, tetapi keinginan dalam dirinya semakin sulit untuk ditahan.
Ardi, yang masih terdiam di kursi, merasakan perasaan campur aduk di dalam dirinya. Cemburu membara, tetapi ada bagian dari dirinya yang ingin tahu lebih jauh. Dia merasa tergoda untuk melihat lebih banyak, untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Anton merasa senang melihat reaksi Monic. Dia terus memijatnya dengan penuh perhatian, sementara tangannya semakin berani menjelajahi tubuh Monic di bawah selimut. Dia merasakan kehangatan dan kelembutan kulit Monic, membuatnya semakin tergoda.
Monic akhirnya membuka matanya dan menatap Ardi dengan tatapan yang penuh ketegangan. Dia melihat kebingungan dan kegilaan di mata Ardi, tetapi dia juga melihat hasrat yang tersembunyi di baliknya.
Sementara itu, ketegangan semakin terasa di udara. Anton melanjutkan pijatannya dengan penuh percaya diri, menekankan area-area sensitif tubuh Monic. Dia tahu persis bagaimana merangsang dan membangkitkan gairah dalam diri seorang wanita.
Monic, terjebak dalam perasaan bercampur aduk, mencoba menutupi erangan kenikmatan yang keluar dari bibirnya. Dia merasa tubuhnya merespons sentuhan-sentuhan Anton dengan cara yang tak terbendung. Ada bagian dalam dirinya yang ingin menyerah pada godaan itu, tetapi kesetiaan pada suaminya masih memegang kendali atas dirinya.
Ardi, yang duduk di samping mereka, merasakan perasaan panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia ingin mencegah apa yang sedang terjadi, tetapi rasa ingin tahu dan ketertarikan terhadap adegan di depan matanya membuatnya terpaku. Ia bertanya dalam hati, "Apakah Monic akan menyerah pada godaan Anton? Apakah mereka akan melangkah lebih jauh?"
Anton, melihat Monic yang semakin rapuh dalam kesenangan, merasa yakin bahwa dia dapat mengubah nasib mereka. Dia merayu Monic dengan kata-kata penuh gairah, mencoba menghancurkan pertahanan terakhir yang Monic pegang erat-erat. Dia merasa tubuhnya bergetar dengan gairah yang meluap.
Monic merasa kekuatan dan kendali atas dirinya semakin melemah. Dia mencoba menarik napas dalam-dalam untuk mengendalikan diri, tetapi godaan yang diberikan oleh Anton begitu kuat. Dalam keadaan bimbang, Monic menatap Ardi dengan pandangan penuh kebingungan dan keinginan.
Anton melihat Ardi duduk di samping mereka dengan tatapan penuh tantangan. Dia merasakan kekuasaan atas situasi ini dan dengan sengaja mempermalukan Ardi dengan godaan-godaan yang menusuk hati.
"Duh, Ardi," ucap Anton dengan nada merendahkan, "Kamu melihat ini? Tubuh Monic begitu menggairahkan, tak terbendung. Apakah kamu merasa tidak mampu memuaskannya?"
Monic terkejut mendengar kata-kata Anton yang kasar. Dia mencoba menutupi rasa malu yang melintas di wajahnya, tetapi Anton terus menggoda dengan pujian-pujian atas tubuhnya.
"Apa yang kamu lakukan, Anton? Hentikan!" desis Monic dengan suara gemetar, mencoba memperingatkan Anton agar menghormati batas-batas mereka.
Namun, Anton hanya tersenyum sinis dan mendekat lebih dekat ke Monic. Dia melanjutkan, "Monic, kamu begitu menawan. Tubuhmu menggoda setiap pria yang melihatnya. Apa Ardi benar-benar bisa memberikan kepuasan yang sebanding?"
Ardi merasa seperti terbakar oleh kata-kata Anton. Rasa marah dan cemburu membara dalam dirinya. Ia berusaha menahan emosinya, tetapi kata-kata Anton menusuk hatinya seperti belati.
Ketegangan semakin meningkat di antara Ardi, Monic, dan Anton. Mereka terjebak dalam lingkaran godaan dan ketidakpastian yang merusak. Setiap langkah yang mereka ambil bisa mengubah segalanya.
Anton dengan penuh kepercayaan diri melanjutkan serangannya, "Ardi, apa kamu tahu apa yang dia inginkan? Dia ingin kepuasan yang sesungguhnya, bukan hanya kata-kata kosong. Bisakah kamu memberikannya?"
Ardi merasakan darahnya mendidih dalam kecemburuan yang melanda. Namun, dia juga merasakan kebingungan dan kelemahan. Dia ingin melindungi Monic, tetapi ketidakpastian dan rasa rendah diri membuatnya ragu apakah dia mampu memenuhi keinginan istrinya sepenuhnya.
Sementara itu, Monic terjebak dalam perasaan bingung. Ia merasa terikat pada kewajiban sebagai istri Ardi, tetapi godaan yang diberikan oleh Anton menggoyahkan keyakinannya. Ia merasakan keinginan yang tumbuh di dalam dirinya, meski perasaan bersalah juga menghantuinya.
Dalam keadaan ini, Anton merasakan kekuasaan atas mereka berdua. Dia menatap Monic dengan nafsu yang liar, menikmati efek dari kata-katanya yang merusak. "Monic, kamu tahu apa yang kamu inginkan. Beranikah kamu mengambil apa yang sebenarnya kamu mau?" ucap Anton dengan suara serak.
Monic terguncang oleh pertanyaan itu. Dia tahu bahwa keputusan yang diambilnya akan mengubah segalanya. Rasa cinta, kesetiaan, dan hasrat bercampur aduk di dalam dirinya. Dia melihat Ardi, yang diam-diam menunjukkan kelemahannya, dan Anton yang penuh dengan godaan yang menggiurkan.
Anton, dengan segala kejayaan yang dia dapatkan, akhirnya memilih untuk memberikan kebebasan kepada Monic. Dia tahu bahwa dalam situasi seperti ini, keputusan ada pada Monic untuk menentukan jalan mana yang akan dia ambil.
Monic dengan ragu-ragu memandang Anton, mencari petunjuk atau tanda-tanda kebenaran dari pilihannya. Dia melihat Ardi, suaminya yang diam-diam menatapnya dengan campuran rasa cemburu, kekhawatiran, dan harapan yang tertahan di matanya.
Dengan perlahan, Monic berjalan menuju kamar dengan Ardi mengikutinya di belakang. Ketika mereka masuk ke dalam kamar, suasana menjadi tegang dan penuh kecanggungan. Mereka berdua saling menatap, mencoba mencerna perasaan yang melanda mereka.
Anton, dengan sikapnya yang penuh dengan ambiguitas, memutuskan untuk menyerahkan kendali sepenuhnya kepada Monic. Dia berdiri di samping pintu, menyadari bahwa peranannya dalam drama ini telah mencapai titik yang rumit dan berbahaya.
Ardi, dengan segala keinginan dan usahanya yang tulus, berusaha sebaik mungkin untuk memuaskan Monic. Namun, tidak peduli seberapa keras ia mencoba, ia selalu gagal dalam usahanya.
Dalam keadaan yang intens dan intim, Ardi mencoba berbagai teknik dan sentuhan untuk membuat Monic merasakan kenikmatan yang tak terlupakan. Ia mendengarkan dengan penuh perhatian, mengamati setiap reaksi dan respons dari Monic, berharap dapat menemukan kunci untuk memuaskannya sepenuhnya.
Namun, setiap kali Ardi berusaha, Monic tampaknya tidak bisa mencapai puncak kenikmatan yang ia cari. Meskipun Ardi berusaha dengan penuh semangat dan nafsu, hasilnya selalu sama - Monic tetap tidak puas.
Rasa frustasi mulai memenuhi pikiran Ardi. Ia merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan Monic, dan perasaan rendah diri mulai menghantuinya. Dia merasa kehilangan dan terancam oleh kegagalan yang terus-menerus.
Monic, di sisi lain, berusaha memberikan dukungan dan memastikan Ardi bahwa ini bukanlah kesalahannya. Dia mengatakan bahwa kepuasan seksual bukanlah segalanya dalam hubungan mereka, dan ada lebih banyak aspek yang membuat mereka terhubung satu sama lain.
Meskipun Monic mencoba meyakinkan Ardi, rasa gagal dalam memuaskan pasangan tetap ada dalam benak Ardi. Dia bertekad untuk terus berusaha dan belajar dari pengalaman ini, dengan harapan bahwa suatu hari nanti ia dapat memberikan kenikmatan yang sejati kepada Monic.
Setelah serangkaian peristiwa yang intens dan penuh gairah, Ardi memutuskan untuk mengajak Anton dan Monic minum bersama. Meskipun Monic sudah dalam keadaan mabuk, Ardi ingin menciptakan momen yang lebih santai dan menghibur untuk mengalihkan perhatian dari ketegangan sebelumnya.
Mereka duduk bersama di ruang tengah, diiringi oleh musik yang diputar oleh Anton. Anton dengan sengaja memilih lagu-lagu yang bernuansa sensual dan memikat. Dengan perlahan, suasana mulai terasa berbeda. Monic, yang terpengaruh oleh alkohol, merespons dengan gerakan tubuh yang lebih terbuka dan bebas.
Dengan langkah erotis, Monic mulai berjoget di tengah ruangan. Gerakannya yang sensual dan menggoda mengisi ruangan dengan energi sensual. Anton, yang mengetahui keadaan Monic, menyadari peluang ini untuk mengungkapkan hasrat dan keinginan yang terpendam.
Dengan gerakan tarian yang menggoda, Monic menarik perhatian Ardi dan Anton. Mereka terpesona oleh keindahan tubuh Monic yang mengikuti irama musik dengan penuh gairah. Anton, yang sudah tidak dapat menahan diri, mulai melibatkan dirinya dalam tarian Monic.
Tanpa kata-kata, mereka mengikuti alunan musik yang mengiringi gerakan tubuh mereka. Setiap gerakan, setiap sentuhan penuh dengan gairah dan keinginan. Monic, meskipun dalam keadaan mabuk, tetap menunjukkan keahliannya dalam menggoda dan memikat.
Ardi, terpesona oleh pemandangan yang sedang berlangsung, melihat Monic dan Anton dalam keadaan yang intim. Meskipun rasa cemburu masih menghantuinya, ia juga terpesona oleh kecantikan dan ketertarikan yang terpancar dari tubuh Monic. Dia mencoba untuk merasakan momen ini dengan kepala yang terbuka, meskipun perasaan campur aduk masih ada dalam hatinya.
Malam itu menjadi titik balik dalam hubungan mereka bertiga. Meskipun terjadi peristiwa yang rumit dan penuh gairah, mereka mampu menemukan momen intim yang membuat mereka merasa hidup dan terhubung satu sama lain. Tarian erotis Monic dan Anton menggambarkan keberanian mereka untuk mengeksplorasi sisi gelap dan sensual dalam diri mereka.
Anton, yang tak lagi dapat menahan diri, memutuskan untuk merangkul dan menyentuh tubuh Monic saat mereka berdansa. Dalam suasana yang penuh gairah dan diiringi musik yang menggetarkan, mereka saling berdekatan, menggoda satu sama lain dengan gerakan tubuh yang intim.
Anton membiarkan jarinya menyusuri lekuk tubuh Monic, merasakan kehangatan kulitnya yang mengundang. Setiap sentuhan, lembut dan penuh gairah, memperkuat gelora yang ada di antara mereka. Monic, yang juga terbuai oleh suasana dan alkohol yang telah ia minum, merasakan getaran sensasi yang menyelimuti tubuhnya.
Mata mereka saling terkunci, memancarkan hasrat dan keinginan yang tak terucapkan. Dalam harmoni gerakan tari, mereka saling bergerak, seperti dua jiwa yang menyatu dalam momen ini. Anton memeluk Monic dengan erat, merasakan detak jantungnya yang cepat. Mereka menari, bersentuhan, dan membiarkan energi sensual menguasai diri mereka.
Ardi, yang telah mabuk dan duduk di kursi dengan pandangan sayu, hanya bisa melihat pergelangan kaki Monic yang bergoyang dan tubuh mereka yang menyatu dalam gerakan tarian. Dia melihat intensitas dan keintiman yang terjadi antara Monic dan Anton, dan perasaan cemburu dalam dirinya semakin tumbuh.
Namun, di antara rasa cemburu dan kebingungan, Ardi juga merasakan perasaan terpikat oleh keindahan tarian mereka. Meski hatinya berdebar-debar dan keadaan dirinya yang tidak stabil, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kedua pasangan itu. Dia merasa terhipnotis oleh perpaduan sensualitas dan kehangatan yang ada di antara mereka.
Tarian itu berlanjut, semakin dalam dan penuh keintiman. Monic dan Anton saling menarik dan menolak, menciptakan ketegangan yang membara di udara. Tangan mereka terus menjelajahi tubuh satu sama lain, mencari sensasi dan kesenangan yang hanya dapat ditemukan dalam momen-momen seperti ini.
Malam itu, di antara tarian sensual dan perasaan yang rumit, ketiga mereka menemukan diri mereka terperangkap dalam labirin emosi dan keinginan. Meskipun momen ini menghadirkan tantangan dan konsekuensi yang tak terelakkan, mereka bertiga terus melanjutkan tarian gairah yang memperkuat ikatan yang ada di antara mereka.
bersambung...
Part 2: Sahabat Brengsek
Tidak copas dr manapun...
Bagi yg tidak suka tema cuckold tinggalkan thread ini...
Anton: ssstt Hai, Ardi! Aku dengar kabar kamu dan Monic baru saja jadian. Wah, Monic cewe tercantik di kampus kita. tubuh yang menggoda, Payudaranya, pantatnya, semuanya begitu seksi.
Ardi: Eh, Anton, jangan bicara seperti itu. Monic adalah pacarku sekarang, kita harus menghormati hubungan kami.
Anton: Haha, aku cuma bercanda, kok. Tapi serius deh, saat kita bertiga berolahraga bersama, aku sering tak bisa menahan diri untuk melihat tubuh Monic, terutama payudara dan pantatnya yang begitu menggiurkan.
Monic: (sambil tersenyum) Kalian berdua ini lucu banget. Jangan bikin aku malu, ya?
.....setahun kemudian....
"You may kiss the bride..."
Anton: Wow, Ardi. Monic istrimu sungguh cantik. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak iri padamu. Padahal, aku yang lebih dulu menyukai Monic, kan?
Ardi: Anton, jangan membanding-bandingkan. Setiap orang memiliki takdirnya masing-masing. Aku sangat beruntung memiliki Monic sebagai istriku sekarang.
Anton: Ya, kamu benar. Aku hanya tidak bisa menahan keinginan untuk memiliki kecantikan seperti Monic.
(Monic mendekati mereka)
Monic: Hei, kalian berdua! Apa yang sedang kalian obrolkan? Jangan menggoda Ardi lagi, ya.
Anton: Haha, tenang saja. Kami cuma sedang bercanda. Tapi kamu memang cantik sekali, Monic. Ardi beruntung memiliki istri seistimewa dirimu.
Monic: Terima kasih, Anton. Tapi kamu juga harus menemukan seseorang yang spesial untukmu.
Keesokan harinya Anton berkunjung ke rumah sahabatnya. Kebetulan mereka bertiga sedang berenang di kolam renang rumahnya.
Anton: Di...ikut renang donk...Hai Monic, kamu terlihat sangat seksi hari ini.
Monic: Terima kasih, Anton. Kamu juga terlihat tampan.
Anton: Kamu tahu, aku selalu menikmati melihat tubuhmu yang indah.
Monic: (tersenyum malu-malu) Kamu jangan nakal ya, Anton.
Anton membuka bajunya dan berenang hanya mengenakan celana boxernya.
Anton: (terus memuji tubuh Monic) Kamu memang cantik sekali, terutama payudaramu yang indah dan pantatmu yang seksi.
Monic: (merasa terkejut) Anton, kamu jangan berkata seperti itu.
Anton: (berkata dengan nada yang merayu) Tapi Monic, aku tidak bisa menahan diri. Kamu terlalu seksi untuk dilewatkan.
Monic: (merasa tersipu-sipu) Anton, kamu memang nakal ya.
Anton: (terus memuji) Tapi kamu tahu, jika aku memiliki istri seperti kamu, kontolku pasti tidak bisa tidur lagi.
Monic: (kaget saat melihat kontol Anton mulai tegang dan besar)
Anton: (pura-pura tidak tahu apa yang terjadi) Apa yang terjadi, Monic?
Monic: (merasa gugup) Tidak apa-apa. Kita hanya bermain-main kok.
Setelah mereka semua berenang, Ardi kembali ke tempat mereka beristirahat dan melihat Anton mencuri-curi pandang ke arah Monic ketika Monic membungkuk untuk mengambil handuk. Ardi merasa aneh, karena dia melihat Anton terlihat sangat terangsang ketika melihat Monic yang seksi.
"Wow, Monic benar-benar cantik ya," ujar Anton sambil tersenyum nakal.
"Apa kamu tidak kasihan pada Ardi yang duduk di sampingmu?" balas Monic sambil tertawa.
"Ardi juga tahu kalau kamu cantik. Kan, Ardi?" balas Anton sambil menatap Ardi.
"Aku memang mengakui kecantikan Monic, tapi kamu jangan terlalu norak, dong," balas Ardi sambil tersenyum.
"Aku hanya mengagumi keindahannya, kok. Apa salahnya?" ujar Anton sambil tertawa.
Monic hanya tersenyum dan mengangguk, merasa senang dengan pujian dari Anton. Mereka berdua terus bercanda dan mengobrol tentang segala hal, sambil menikmati suasana yang tenang di sekitar mereka.
Setelah beberapa saat, Monic pamit untuk bilas dan Ardi berenang bersama dengan Anton. Anton terus meledek Ardi dengan memuji tubuh Monic yang indah dan seksi, terutama payudara dan pantatnya yang menggoda.
"Kamu tahu, Ardi, Monic memiliki tubuh yang luar biasa. Payudaranya yang besar dan pantatnya yang seksi membuatku sulit untuk menahan diri," ujar Anton sambil tertawa nakal.
"Apa kamu tidak malu mengatakan hal seperti itu?" balas Ardi sambil menggelengkan kepala.
"Kenapa harus malu? Aku kan hanya mengagumi keindahan alam, hehe," balas Anton sambil tertawa.
Ardi hanya menggelengkan kepala dan memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Dia tahu Anton selalu suka bercanda seperti itu.
Setelah Anton pamit untuk bilas lebih dulu, Ardi menyusul ke kamar mandi dan melihat Anton mengintip Monic melalui celah di kamar mandi. Ardi merasa kesal dan memutuskan untuk menghadap Anton.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ardi dengan nada kesal.
"Apa maksudmu?" balas Anton, mencoba untuk berpura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Aku tahu kamu mengintip Monic tadi. Kamu pikir aku tidak melihat?" tegas Ardi.
"Loh, aku hanya melihat saja. Tidak ada yang salah kan?" jawab Anton dengan santai.
Setelah Anton dan Ardi berenang, Monic keluar dari WC dan masih mengenakan tanktop dan celana pendek yang sangat seksi. Dia duduk di kursi dan mulai mengobrol dengan Anton, yang terlihat sangat tertarik dengan tubuh Monic.
Anton terus menatap tubuh Monic dengan mata jelalatan, sementara Ardi merasa cemburu dengan sikap Anton yang terlalu mengagumi tubuh Monic. Dia merasa tidak nyaman dengan situasi ini, namun dia tidak ingin menunjukkan perasaannya pada Monic.
"Kamu sangat cantik, Monic. Aku benar-benar terpesona dengan keindahanmu," ujar Anton dengan nada penuh kagum.
"Terima kasih, Anton. Kamu juga sangat tampan," balas Monic dengan senyum manis.
Ardi hanya diam dan merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Dia tahu bahwa Anton selalu suka mengagumi tubuh wanita, namun dia tidak suka jika itu terjadi pada Monic.
"Mungkin aku harus pergi dulu. Aku merasa tidak nyaman dengan situasi ini," ujar Ardi sambil berdiri.
"Kenapa, Ardi? Apa yang salah?" tanya Monic dengan nada khawatir.
"Aku hanya merasa tidak nyaman dengan keadaan ini," jawab Ardi dengan singkat.
Anton hanya tersenyum dan membiarkan Ardi pergi. Dia tahu bahwa Ardi sedang cemburu, namun dia tidak peduli. Dia masih terus menatap tubuh Monic dengan penuh kagum dan nafsu.
Monic merasa khawatir dengan perasaan Ardi, namun dia tidak ingin mempermasalahkan hal itu. Dia masih ingin mengobrol dengan Anton dan menikmati suasana yang menyenangkan.
"Mari kita lanjutkan obrolannya, Anton," ucap Monic dengan senyum manis.
Anton hanya tersenyum dan mulai mengobrol dengan Monic, sambil terus menatap tubuhnya dengan penuh kagum. Mereka berdua saling tertawa dan menikmati waktu bersama, sementara Ardi merasa kesal dan cemburu dengan situasi ini.
Mereka berdua terus mengobrol dan menikmati waktu bersama, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke kamar dan bersiap-siap untuk makan malam. Anton masih terus memandang tubuh Monic dengan penuh kagum, sementara Ardi hanya diam dan merasa kesal dengan situasi ini.
Anton duduk di tepi kolam renang dan memandang Monic yang sedang berenang dengan bikini yang sangat seksi. Dia tidak bisa menahan keinginannya untuk memuji tubuh Monic yang montok dan seksi.
"Wow, Monic, kamu terlihat sangat seksi hari ini," ucap Anton dengan nada penuh kagum.
Monic tersenyum dan mengangkat jempolnya. "Terima kasih, Anton. Aku memang sedang merasa cukup percaya diri dengan bikini ini," jawab Monic dengan nada yang merayu.
Anton tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tubuh Monic yang seksi. Dia ingin meraba dan mengelus tubuh Monic yang montok itu. Dia mencoba untuk menawarkan pijat sebagai alasan untuk bisa menyentuh tubuh Monic.
"Monic, sepertinya kamu pegal-pegal ya. Maukah kamu aku pijatkan?" tawar Anton sambil mencuri-curi kesempatan untuk melihat dan meraba tubuh Monic.
Monic mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, aku sangat menghargai tawaranmu, Anton. Tapi aku masih ingin tetap mengenakan bikini ini, apakah itu masalah?" tanya Monic dengan nada yang menggoda.
Anton tidak bisa menolak tawaran Monic dan segera mulai memijat punggung Monic yang tegang. Dia mencoba untuk meraba dan mengelus tubuh Monic dengan lembut, sambil berharap untuk bisa melakukan hal yang lebih mesra dengan Monic.
"Kamu sangat piawai dalam memijat, Anton. Aku merasa sangat rileks," puji Monic sambil menikmati sentuhan pijatan Anton.
Anton tersenyum dan mencuri-curi kesempatan untuk meraba dan mengelus tubuh Monic dengan lembut. Dia membiarkan tangan dan jari-jarinya menyusuri tubuh Monic yang seksi, dan Monic merespons dengan desahan yang menggoda.
"Ahh, Anton... rasanya sangat nikmat," erang Monic sambil menikmati sentuhan pijatan dan elusan tangan Anton.
Anton semakin tergoda dengan tubuh Monic yang seksi dan mengajak Monic untuk keluar dari kolam renang dan menuju ke tempat yang lebih privat.
Di pagi hari, saat matahari baru saja muncul, terjadi gangguan listrik di rumah Ardi. Ardi meminta bantuan Anton, seorang temannya yang ahli dalam hal semacam ini.
Anton, yang mengetahui bahwa Ardi akan pulang malam dengan cerdik mencoba mengatasi masalah kelistrikan di kamar mandi Ardi. Tujuannya adalah agar saat malam tiba, istri Ardi yang cantik itu akan menghadapi masalah dengan lampu WC yang akan konslet lagi.
Ketika malam tiba, Monic sedang bersiap-siap untuk mandi dan menyalakan lampu WC. Namun, tiba-tiba saja terjadi gangguan listrik yang membuatnya panik lampu rumahnya padam seketika. Karena suaminya sedang berada di luar, Monic meminta bantuan Anton yg sedang di rumah.
Monic yang baru saja ingin mandi, hanya mengenakan daster dan tanpa sengaja lupa untuk memakai BH. Ia buru-buru berpakaian karena takut gelap.
Anton pun datang dan setelah berhasil memperbaiki lampu, Monic mengajak Anton berbincang-bincang dan menyediakan minuman untuk mereka berdua. Dalam kesempatan ini, Anton melirik dengan diam-diam ke arah paha mulus Monic yang terlihat jelas sampai ke atas dan sangat seksi saat ia menyilangkan kakinya karena ia hanya mengenakan daster tidur yang pendek. Terutama saat Monic menundukkan tubuhnya, Anton secara tak sengaja melihat payudara Monic dan putingnya yg berwarna pink.
Matanya terpaku pada puting Monic yang menjulang dari sela-sela daster yang longgar. Bayangan puting yang menggoda tersebut membangkitkan keinginan dalam dirinya untuk merasakannya dengan lidahnya yang nakal.
Pandangan Anton terus berkelana di sepanjang paha mulus Monic yang terpampang dengan begitu menawan. Setiap inci kulit yang terlihat terasa seperti godaan yang tak terelakkan. Pikirannya terombang-ambing oleh imajinasi erotis tentang menyentuh dan hendak merasakan kelembutan kulit Monic di setiap sentuhan.
Mereka bercanda dan ngobrol sambil menikmati waktu bersama.
Monic: "Terima kasih banyak, Anton. Aku benar-benar panik tadi. Kamu selalu bisa membantuku dalam situasi yang sulit."
Anton: "Tidak masalah, Monic. Kamu tahu aku selalu siap membantumu. Ya udah terusin lagi mandinya. Aku minum dulu..."
Monic melangkah dengan langkah lembut menuju kamar mandi meninggalkan Anton. Daster pendek yang ia kenakan makin menunjukkan keindahan tubuhnya.
Saat Monic bangkit berdiri Anton yg nekad naik ke atas samping jendela wc kamar monic. Ia masih penasaran dengan tubuh monic dan hendak mengintipnya mandi. Dengan pintar ia sudah mempersiapkannya tadi saat membetulkan posisi kabel lampu dan membuka sedikit jendela yg dapat melihat ke dalam wc.
Air mengalir deras dari pancuran dan mengalir di atas tubuhnya yang mempesona. Setetes air mengalir di antara lekuk tubuhnya yang lentur, memberikan kilauan yang menggoda.
Tubuh Monic yang ramping dan berisi memancarkan kecantikan yang menggoda. Kulitnya yang lembut dan mulus terpapar oleh sinar lampu yang redup. Bulu-bulu halus yang terhampar di sepanjang kulitnya menambah pesonanya yang liar dan seksi.
Monic mengambil sabun dan menggosokkannya perlahan di tubuhnya, memancarkan aroma yang memikat. Tatapan Anton yang mengintip dari celah jendela semakin terpesona dengan setiap gerakan Monic yang memanjakan tubuhnya. Air mengalir membasahi rambut Monic yang menggantung dengan lembut di bahunya.
Monic kemudian memijat lembut sabun ke dada dan perutnya, menghasilkan buih-buih putih yang menggoda. Dia menelusuri jarinya di sepanjang lekuk pinggangnya yang indah, membuat Anton semakin terpikat. Air mengalir di antara paha mulus Monic, menggoda dan membangkitkan hasrat dalam dirinya.
Saat Monic membungkuk untuk mencuci kakinya, pandangan Anton tidak bisa terbendung. Pandangannya menangkap kilauan air yang turun di leher Monic dan meluncur ke bawah, menggoda lekuk pantatnya yang mempesona. Setiap gerakan Monic yang anggun dan erotis membuat Anton semakin tak terkendali.
Air mengalir deras dari pancuran dan mengalir di atas payudaranya yang mempesona. Setetes air mengalir di antara lekuk tubuhnya yang lentur, memberikan kilauan yang menggoda.
Tubuh Monic yang ramping dan berisi memancarkan kecantikan yang menggoda. Kulitnya yang lembut dan mulus terpapar oleh sinar lampu yang redup. Bulu-bulu halus yang terhampar di sepanjang kulitnya menambah pesonanya yang liar dan seksi.
Monic mengambil sabun dan menggosokkannya perlahan di tubuhnya, memancarkan aroma yang memikat. Air mengalir membasahi rambut Monic yang menggantung dengan lembut di bahunya.
Monic kemudian memijat lembut sabun ke dada dan perutnya, menghasilkan buih-buih putih yang menggoda. Dia menelusuri jarinya di sepanjang lekuk payudara dan pinggangnya yang indah, membuat Anton semakin terpikat. Air mengalir di antara selangkangan Monic yg bersih tercukur, menggoda dan membangkitkan hasrat dalam dirinya.
Saat Monic membungkuk untuk mencuci kakinya, pandangan Anton tidak bisa terbendung. Pandangannya menangkap kilauan air yang turun di leher Monic dan meluncur ke bawah, menggoda lekuk pantatnya yang mempesona. Apalagi payudara montoknya yg menggantung indah dan berayun di setiap gerakan Monic yang anggun dan erotis membuat Anton semakin tak terkendali.
Fantasi Anton semakin membara saat Monic menunduk untuk mencuci kakinya. Pandangannya tertuju pada lekuk pantat Monic yang memikat. Keinginannya untuk merasakan kenikmatan yang tersembunyi di balik kain tipis semakin memenuhi pikirannya.
Anton berusaha keras untuk menahan diri dan tidak melangkah lebih jauh. Namun, godaan yang menghampirinya begitu kuat sehingga pikirannya terus menerus dipenuhi dengan gambaran erotis. Hasrat yang membara dalam dirinya semakin memicu keinginannya untuk memuaskan diri di hadapan Monic yang begitu memesona.
Setelah mandi Monic meminta Anton untuk memijat dirinya, dan Anton dengan senang hati mengambil kesempatan itu. Dia merasa senang karena Monic memberinya kesempatan untuk mendekat secara intim.
Anton menggenggam tangan Monic dengan lembut, lalu membawanya ke ruang tamu lalu melepaskan tangan Monic dan berlutut di belakangnya.
Anton memulai pijatan dengan gerakan yang lembut, menyentuh leher Monic dengan ujung jari-jarinya. Sentuhan itu memancarkan getaran kenikmatan yang membuat Monic semakin rileks. Pelan-pelan, tangan Anton merayap ke bahu Monic, melumatkan otot-otot yang tegang dengan kelembutan.
Monic merasa semakin terbuai oleh sentuhan-sentuhan yang Anton berikan. Pikirannya melayang-layang di tengah lautan kenikmatan yang semakin membanjiri tubuhnya. Dia merasakan bagaimana tangan Anton merambah ke bagian punggungnya, memijat dengan keahlian yang membuatnya luluh.
Anton tidak dapat menahan diri dari keinginan yang semakin meluap. Dia menggeser tangannya dengan penuh keberanian, merasakan lekuk paha Monic yang memikat. Tangan Anton terus bergerak, menyapu ke bawah menuju betis yang ramping, memberikan pijatan yang mendalam dan memuaskan.
Percakapan mereka berlanjut dalam antara pijatan dan desahan kenikmatan. Monic meminta lebih banyak, dengan suara yang meminta dan memikat. Anton memberikan semua yang dia miliki, mengisi ruangan dengan aroma gairah yang semakin membara.
Ardi yang baru pulang terkejut melihat Monic sedang dipijat oleh Anton. Dia merasa lega sejenak karena tubuh Monic masih tertutup oleh selimut tipis yang menutupi dari payudara hingga selangkangan.
Ardi: (dengan canggung) Eh, apa yang sedang terjadi di sini?
Anton: (dengan senyum licik) Oh, Ardi! Kamu pulang lebih cepat dari yang kupikir. Monic meminta aku untuk memijatnya. Kamu tahu, sebagai teman baik.
Monic, yang tengah menikmati pijatan, memuji Anton dengan lembut. Anton menyarankan agar Ardi duduk di dekat mereka dengan wajah yang penuh kesenangan. Ardi melihat ekspresi wajah Anton yang agak kesal namun tetap duduk di kursi yang agak jauh. Dia bisa melihat Monic yang sedikit memerah.
Ardi duduk dan memperhatikan istrinya yang sedang dipijat. Dia melihat Anton dengan sengaja meremas pantat Monic dari dalam selimut. Ardi hanya bisa melihatnya dengan samar dan berusaha menebak apakah itu tangan Anton yang berada di atas pantat atau paha Monic. Dalam keberaniannya, tangan Anton juga terkadang masuk ke dalam celana dalam Monic. Ardi kesulitan melihat dengan jelas karena selimut, tetapi dia yakin bahwa tangan Anton juga menyentuh payudara istrinya. Anton tersenyum ke arah Ardi sambil tangannya mengelus paha Monic dengan penuh kenakalan. Ardi hanya bisa terpaku, tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi di hadapannya.
Ardi merasa jantungnya berdegup kencang. Dia merasa campur aduk antara cemburu, marah, dan penasaran dengan situasi yang sedang terjadi di depan matanya. Tapi ada bagian dari dirinya yang merasa tertarik melihat Monic menikmati sentuhan Anton. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang melintas cepat, "Apakah Monic juga merasakan hal yang sama? Apakah ini hanya permainan atau ada lebih dari itu?"
Monic, yang masih menikmati pijatan, memejamkan mata dan mengeluarkan desahan kenikmatan. Anton dengan liciknya berbisik di telinga Monic dengan suara yang agak bernafsu, "Kamu terlihat begitu menawan, Monic. Aku tidak bisa menahan diri."
Monic menggigit bibirnya, berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkan keasyikan yang dirasakannya. Dia merasa terbagi antara kesetiaan pada suaminya dan godaan yang diberikan oleh Anton. Dia tahu ini salah, tetapi keinginan dalam dirinya semakin sulit untuk ditahan.
Ardi, yang masih terdiam di kursi, merasakan perasaan campur aduk di dalam dirinya. Cemburu membara, tetapi ada bagian dari dirinya yang ingin tahu lebih jauh. Dia merasa tergoda untuk melihat lebih banyak, untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Anton merasa senang melihat reaksi Monic. Dia terus memijatnya dengan penuh perhatian, sementara tangannya semakin berani menjelajahi tubuh Monic di bawah selimut. Dia merasakan kehangatan dan kelembutan kulit Monic, membuatnya semakin tergoda.
Monic akhirnya membuka matanya dan menatap Ardi dengan tatapan yang penuh ketegangan. Dia melihat kebingungan dan kegilaan di mata Ardi, tetapi dia juga melihat hasrat yang tersembunyi di baliknya.
Sementara itu, ketegangan semakin terasa di udara. Anton melanjutkan pijatannya dengan penuh percaya diri, menekankan area-area sensitif tubuh Monic. Dia tahu persis bagaimana merangsang dan membangkitkan gairah dalam diri seorang wanita.
Monic, terjebak dalam perasaan bercampur aduk, mencoba menutupi erangan kenikmatan yang keluar dari bibirnya. Dia merasa tubuhnya merespons sentuhan-sentuhan Anton dengan cara yang tak terbendung. Ada bagian dalam dirinya yang ingin menyerah pada godaan itu, tetapi kesetiaan pada suaminya masih memegang kendali atas dirinya.
Ardi, yang duduk di samping mereka, merasakan perasaan panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia ingin mencegah apa yang sedang terjadi, tetapi rasa ingin tahu dan ketertarikan terhadap adegan di depan matanya membuatnya terpaku. Ia bertanya dalam hati, "Apakah Monic akan menyerah pada godaan Anton? Apakah mereka akan melangkah lebih jauh?"
Anton, melihat Monic yang semakin rapuh dalam kesenangan, merasa yakin bahwa dia dapat mengubah nasib mereka. Dia merayu Monic dengan kata-kata penuh gairah, mencoba menghancurkan pertahanan terakhir yang Monic pegang erat-erat. Dia merasa tubuhnya bergetar dengan gairah yang meluap.
Monic merasa kekuatan dan kendali atas dirinya semakin melemah. Dia mencoba menarik napas dalam-dalam untuk mengendalikan diri, tetapi godaan yang diberikan oleh Anton begitu kuat. Dalam keadaan bimbang, Monic menatap Ardi dengan pandangan penuh kebingungan dan keinginan.
Anton melihat Ardi duduk di samping mereka dengan tatapan penuh tantangan. Dia merasakan kekuasaan atas situasi ini dan dengan sengaja mempermalukan Ardi dengan godaan-godaan yang menusuk hati.
"Duh, Ardi," ucap Anton dengan nada merendahkan, "Kamu melihat ini? Tubuh Monic begitu menggairahkan, tak terbendung. Apakah kamu merasa tidak mampu memuaskannya?"
Monic terkejut mendengar kata-kata Anton yang kasar. Dia mencoba menutupi rasa malu yang melintas di wajahnya, tetapi Anton terus menggoda dengan pujian-pujian atas tubuhnya.
"Apa yang kamu lakukan, Anton? Hentikan!" desis Monic dengan suara gemetar, mencoba memperingatkan Anton agar menghormati batas-batas mereka.
Namun, Anton hanya tersenyum sinis dan mendekat lebih dekat ke Monic. Dia melanjutkan, "Monic, kamu begitu menawan. Tubuhmu menggoda setiap pria yang melihatnya. Apa Ardi benar-benar bisa memberikan kepuasan yang sebanding?"
Ardi merasa seperti terbakar oleh kata-kata Anton. Rasa marah dan cemburu membara dalam dirinya. Ia berusaha menahan emosinya, tetapi kata-kata Anton menusuk hatinya seperti belati.
Ketegangan semakin meningkat di antara Ardi, Monic, dan Anton. Mereka terjebak dalam lingkaran godaan dan ketidakpastian yang merusak. Setiap langkah yang mereka ambil bisa mengubah segalanya.
Anton dengan penuh kepercayaan diri melanjutkan serangannya, "Ardi, apa kamu tahu apa yang dia inginkan? Dia ingin kepuasan yang sesungguhnya, bukan hanya kata-kata kosong. Bisakah kamu memberikannya?"
Ardi merasakan darahnya mendidih dalam kecemburuan yang melanda. Namun, dia juga merasakan kebingungan dan kelemahan. Dia ingin melindungi Monic, tetapi ketidakpastian dan rasa rendah diri membuatnya ragu apakah dia mampu memenuhi keinginan istrinya sepenuhnya.
Sementara itu, Monic terjebak dalam perasaan bingung. Ia merasa terikat pada kewajiban sebagai istri Ardi, tetapi godaan yang diberikan oleh Anton menggoyahkan keyakinannya. Ia merasakan keinginan yang tumbuh di dalam dirinya, meski perasaan bersalah juga menghantuinya.
Dalam keadaan ini, Anton merasakan kekuasaan atas mereka berdua. Dia menatap Monic dengan nafsu yang liar, menikmati efek dari kata-katanya yang merusak. "Monic, kamu tahu apa yang kamu inginkan. Beranikah kamu mengambil apa yang sebenarnya kamu mau?" ucap Anton dengan suara serak.
Monic terguncang oleh pertanyaan itu. Dia tahu bahwa keputusan yang diambilnya akan mengubah segalanya. Rasa cinta, kesetiaan, dan hasrat bercampur aduk di dalam dirinya. Dia melihat Ardi, yang diam-diam menunjukkan kelemahannya, dan Anton yang penuh dengan godaan yang menggiurkan.
Anton, dengan segala kejayaan yang dia dapatkan, akhirnya memilih untuk memberikan kebebasan kepada Monic. Dia tahu bahwa dalam situasi seperti ini, keputusan ada pada Monic untuk menentukan jalan mana yang akan dia ambil.
Monic dengan ragu-ragu memandang Anton, mencari petunjuk atau tanda-tanda kebenaran dari pilihannya. Dia melihat Ardi, suaminya yang diam-diam menatapnya dengan campuran rasa cemburu, kekhawatiran, dan harapan yang tertahan di matanya.
Dengan perlahan, Monic berjalan menuju kamar dengan Ardi mengikutinya di belakang. Ketika mereka masuk ke dalam kamar, suasana menjadi tegang dan penuh kecanggungan. Mereka berdua saling menatap, mencoba mencerna perasaan yang melanda mereka.
Anton, dengan sikapnya yang penuh dengan ambiguitas, memutuskan untuk menyerahkan kendali sepenuhnya kepada Monic. Dia berdiri di samping pintu, menyadari bahwa peranannya dalam drama ini telah mencapai titik yang rumit dan berbahaya.
Ardi, dengan segala keinginan dan usahanya yang tulus, berusaha sebaik mungkin untuk memuaskan Monic. Namun, tidak peduli seberapa keras ia mencoba, ia selalu gagal dalam usahanya.
Dalam keadaan yang intens dan intim, Ardi mencoba berbagai teknik dan sentuhan untuk membuat Monic merasakan kenikmatan yang tak terlupakan. Ia mendengarkan dengan penuh perhatian, mengamati setiap reaksi dan respons dari Monic, berharap dapat menemukan kunci untuk memuaskannya sepenuhnya.
Namun, setiap kali Ardi berusaha, Monic tampaknya tidak bisa mencapai puncak kenikmatan yang ia cari. Meskipun Ardi berusaha dengan penuh semangat dan nafsu, hasilnya selalu sama - Monic tetap tidak puas.
Rasa frustasi mulai memenuhi pikiran Ardi. Ia merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan Monic, dan perasaan rendah diri mulai menghantuinya. Dia merasa kehilangan dan terancam oleh kegagalan yang terus-menerus.
Monic, di sisi lain, berusaha memberikan dukungan dan memastikan Ardi bahwa ini bukanlah kesalahannya. Dia mengatakan bahwa kepuasan seksual bukanlah segalanya dalam hubungan mereka, dan ada lebih banyak aspek yang membuat mereka terhubung satu sama lain.
Meskipun Monic mencoba meyakinkan Ardi, rasa gagal dalam memuaskan pasangan tetap ada dalam benak Ardi. Dia bertekad untuk terus berusaha dan belajar dari pengalaman ini, dengan harapan bahwa suatu hari nanti ia dapat memberikan kenikmatan yang sejati kepada Monic.
Setelah serangkaian peristiwa yang intens dan penuh gairah, Ardi memutuskan untuk mengajak Anton dan Monic minum bersama. Meskipun Monic sudah dalam keadaan mabuk, Ardi ingin menciptakan momen yang lebih santai dan menghibur untuk mengalihkan perhatian dari ketegangan sebelumnya.
Mereka duduk bersama di ruang tengah, diiringi oleh musik yang diputar oleh Anton. Anton dengan sengaja memilih lagu-lagu yang bernuansa sensual dan memikat. Dengan perlahan, suasana mulai terasa berbeda. Monic, yang terpengaruh oleh alkohol, merespons dengan gerakan tubuh yang lebih terbuka dan bebas.
Dengan langkah erotis, Monic mulai berjoget di tengah ruangan. Gerakannya yang sensual dan menggoda mengisi ruangan dengan energi sensual. Anton, yang mengetahui keadaan Monic, menyadari peluang ini untuk mengungkapkan hasrat dan keinginan yang terpendam.
Dengan gerakan tarian yang menggoda, Monic menarik perhatian Ardi dan Anton. Mereka terpesona oleh keindahan tubuh Monic yang mengikuti irama musik dengan penuh gairah. Anton, yang sudah tidak dapat menahan diri, mulai melibatkan dirinya dalam tarian Monic.
Tanpa kata-kata, mereka mengikuti alunan musik yang mengiringi gerakan tubuh mereka. Setiap gerakan, setiap sentuhan penuh dengan gairah dan keinginan. Monic, meskipun dalam keadaan mabuk, tetap menunjukkan keahliannya dalam menggoda dan memikat.
Ardi, terpesona oleh pemandangan yang sedang berlangsung, melihat Monic dan Anton dalam keadaan yang intim. Meskipun rasa cemburu masih menghantuinya, ia juga terpesona oleh kecantikan dan ketertarikan yang terpancar dari tubuh Monic. Dia mencoba untuk merasakan momen ini dengan kepala yang terbuka, meskipun perasaan campur aduk masih ada dalam hatinya.
Malam itu menjadi titik balik dalam hubungan mereka bertiga. Meskipun terjadi peristiwa yang rumit dan penuh gairah, mereka mampu menemukan momen intim yang membuat mereka merasa hidup dan terhubung satu sama lain. Tarian erotis Monic dan Anton menggambarkan keberanian mereka untuk mengeksplorasi sisi gelap dan sensual dalam diri mereka.
Anton, yang tak lagi dapat menahan diri, memutuskan untuk merangkul dan menyentuh tubuh Monic saat mereka berdansa. Dalam suasana yang penuh gairah dan diiringi musik yang menggetarkan, mereka saling berdekatan, menggoda satu sama lain dengan gerakan tubuh yang intim.
Anton membiarkan jarinya menyusuri lekuk tubuh Monic, merasakan kehangatan kulitnya yang mengundang. Setiap sentuhan, lembut dan penuh gairah, memperkuat gelora yang ada di antara mereka. Monic, yang juga terbuai oleh suasana dan alkohol yang telah ia minum, merasakan getaran sensasi yang menyelimuti tubuhnya.
Mata mereka saling terkunci, memancarkan hasrat dan keinginan yang tak terucapkan. Dalam harmoni gerakan tari, mereka saling bergerak, seperti dua jiwa yang menyatu dalam momen ini. Anton memeluk Monic dengan erat, merasakan detak jantungnya yang cepat. Mereka menari, bersentuhan, dan membiarkan energi sensual menguasai diri mereka.
Ardi, yang telah mabuk dan duduk di kursi dengan pandangan sayu, hanya bisa melihat pergelangan kaki Monic yang bergoyang dan tubuh mereka yang menyatu dalam gerakan tarian. Dia melihat intensitas dan keintiman yang terjadi antara Monic dan Anton, dan perasaan cemburu dalam dirinya semakin tumbuh.
Namun, di antara rasa cemburu dan kebingungan, Ardi juga merasakan perasaan terpikat oleh keindahan tarian mereka. Meski hatinya berdebar-debar dan keadaan dirinya yang tidak stabil, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kedua pasangan itu. Dia merasa terhipnotis oleh perpaduan sensualitas dan kehangatan yang ada di antara mereka.
Tarian itu berlanjut, semakin dalam dan penuh keintiman. Monic dan Anton saling menarik dan menolak, menciptakan ketegangan yang membara di udara. Tangan mereka terus menjelajahi tubuh satu sama lain, mencari sensasi dan kesenangan yang hanya dapat ditemukan dalam momen-momen seperti ini.
Malam itu, di antara tarian sensual dan perasaan yang rumit, ketiga mereka menemukan diri mereka terperangkap dalam labirin emosi dan keinginan. Meskipun momen ini menghadirkan tantangan dan konsekuensi yang tak terelakkan, mereka bertiga terus melanjutkan tarian gairah yang memperkuat ikatan yang ada di antara mereka.
bersambung...
Part 2: Sahabat Brengsek