Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Temen Kuliah (Targetku) + Mulustrasi

Apakah cerita ini dilanjutkan/ tidak?

  • Lanjut

  • Tidak Lanjut


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Maaf Telat Update, banyak kesibukan juga... hehe:D:D
Cerita ini masih langkah awal untuk bisa eksekusi target kedua, belum terlalu menjerumus ke adegan IYKWIM, lebih detail dibaca aja dulu, selamat membaca :beer:

Part 3


Kami pun mulai beberes memakai pakaian dan merapikan diri untuk pulang, sebelum keluar dari bilik kamar mandi itu, aku perlahan membuka pintu dan kutengok arah luar apakah orang tadi berada masih berada di kamar mandi ujung atau tidak, setelah aku merasa aman aku menarik Anin keluar dari kamar mandi itu langsung menuju ke arah sepeda motor yang berada di warung ibu-ibu yang jaga disana tadi.

“Eh mas, mbak, sudah selesai mandinya?” Tanya ibu itu setelah melihat kami berjalan kearah motor kami.

“eh iya buk, makasih tadi sudah bantu nolongin dan ngasih balsemnya” jawabku sopan dan ramah kepada ibu itu. Anin hanya melebarkan senyum kearah ibu penjaga warung.

“Udah baikan mbak?” tanya ibu itu yang khawatir terhadap kondisi Anin yang masih terlihat pucat.

“Sudah kok buk, makasih sudah bantu nolongin saya tadi”

“Iya gapapa mbak lagian ada yang kena musibah ya wajar kalo saya bantu” ucap ibu itu sambil memegang pundak Anin

“Ya sudah buk, kami mau pulang, kasian temen saya udah terlihat pucat” sambil kulirik Anin yang hanya berdiri diam saja.

“langsung mau pulang? nggak makan gorengan dulu, masih hangat baru digoreng hlo mas? atau mungkin minum-minum yang hangat-hangat dulu?” tanya ibu itu sambil promosi dagangannya.

“haha, gak usah buk, kalo gratis saya mau, hahah” balasku dengan candaan.

“haha, masnya ini, kalo gratis rugi dong” sambil melambaikan tangannya

“hehe, ya sudah buk, pulang dulu, sekali lagi makasih”

“iya mas, nggak usah sungkan, kapan-kapan kesini lagi”

“siapp, saya nurut temen saya satu ini, mau kesini lagi atau enggak? gimana Nin? mau kesini lagi?”

Anin hanya diam, tanpa memberikan jawabannya, mungkin dia berfikir akan terjadi lagi hal yang barusan dia alami dibilik kamar mandi sebelumnya.

“mbak nya kok diem?” tanya ibu itu yang merasa heran karena tidak menjawab pertanyaanku.

“gapapa buk, mungkin masih lemes gara-gara tadi, hehe, ya sudah mari bu” jawabku mewakili Anin yang hanya diam saja

“iya mas, kapan-kapan mampir lagi!!!” pinta ibu itu.

“siapp” jawabku singkat. Setelah itu aku mulai tancap gas meninggalkan tempat itu, saat perjalanan pulang Aku dan Anin hanya diam saja, selang waktu sekitar 10 menit aku mulai membuka obrolan

“mau makan dulu nggak? kayaknya lemes gitu?hehe” tawarku ke Anin sambil senyum-senyum nakal.

“nggak usah, langsung anter pulang!” jawabnya ketus.

“beneran? aku traktir loh” aku masih berusaha membujuknya.

“nggak usahh!” dengan nada sedikit agak keras

“Ya sudah, atau mungkin kita mampir ke …..”

“Nggak, Pulang!!” belum selesai aku mengajukan tawaran lain dia sudah memotong omonganku

“Ya elah, belum juga selesai ngomong, masih marah sama aku? Ya sudah aku antar langsung pulang, Anin, Anin.. haha” senyum kemenangan karena telah membuatnya kesal.

Cuaca hari itu sangat panas, terik matahari yang mulai menembus jaket membuat ku kepanasan, dan kulihat Anin dari kaca spion juga terihat kepanasan, jalanan aspal yang terlihat seakan bergoyang dan terlihat seperti ada genangan air disana, hampir setengah jam lebih menuju kembali kerumahnya, keadaan jalan yang banyak belokan yang membuat lama perjalanan pulang kami, akhirnya sekitar jam dua siang kami sampai dirumahnya dan yang terlihat disana adalah ayah dari Anin yang sedang mencuci motornya.

“Siang om, lagi nyuci ya?” sapaku terhadap ayahnya yang memang kami sudah saling kenal satu sama lain karena aku juga sering main kerumah Anin

“Eh Be, iya nih, tumben jam segini kalian sudah pulang? biasanya sampai lebaran monyet belum pulang? haha” mungkin karena kami biasanya kalau pergi sampai malam.

“Ah om bisa aja, emang om tau monyet kalo lagi lebarann? haha” balasku dengan candaan pula.

“ini om, Anin ngak enak badan makanya saya anter pulang lebih cepet, tadi nggak sengaja terpleset waktu mau naik dari kolam” tambahku

“hah? beneran nin? tapi kamu nggak papa kan? tanya Ayahnya yang terlihat panik sambil memegang kedua bahu putri kesayangannya itu. Anin hanya menunduk lemas.

“iya om, tapi untung tadi langsung saya tolong, tapi di bantu ibu-ibu yang jaga disana juga sih”

“haduhh, makasih ya Be, untung aja kamu langsung bisa nolongin, makasih ya” dengan raut wajah yang terlihat kelegaan dari raut wajah si Om.

“iya om, pake makasih segala, wajarlah om kalo saya bantuin sahabat baik saya, ya nggak nin?” jawabku sambil menoleh ke Anin

“ya sudah, ayo masuk nin, istirahat” ajak ayahnya sambil memapah tubuh putri cantiknya, “kamu juga be, masuk dulu” pinta ayahnya supaya aku ikut kedalam rumah

“Ah, nggak usah om, saya langsung saja, kasian Anin nanti malah nggak bisa isirahat, nanti malah ngrepotin om juga” tolakku sopan terhadap tawarannya

“enggak lah, santai aja sama om, ayo masuk dulu!”

“hehe, nggak usah om, saya langsung pulang saja” aku tolak tawaranya sekali lagi

“yakin nih?” tanyanya masih berusaha mengajakku untuk mampir masuk dulu.

“yakin om, ya sudah om, pamit pulang dulu, ow iya nin, jangan lupa kasih tau Pipit untuk acara minggu depan!” aku mencoba mengingatkan syarat yang masih belum terpenuhi sebelumnya.

Deggg… seperti tersambar petir Anin terlihat tambah pucat mendengar apa yang barusan ia dengar.

“hloh, kalian mau ada acara? om nggak diajak nih? hehe”

“haha, ini acara remaja om, lain kali aja ikutnya, haha”

“gini-gini om juga remaja” sambil menepuk dadanya “tapi tahun 70an, haha” imbuhnya.

“haha …..” sesaat sebelum aku mau melanjutkan omonganku, ada seorang cewe berjalan menunduk melewati kami bertiga dan menuju masuk kerumah Anin.

“cantik juga siapa tu? mirip Anin, bibirnya tipis tapi oppainya kayaknya lebih gede, hehe” batinku dalam hati.
“eh itu siapa om?” tanyaku penasaran karena selama aku pergi kerumahnya, aku belum pernah melihatnya.

“ow itu adik sepupu Anin, baru pagi tadi mampir kesini setelah kamu dan Anin berangkat renang , kenapa cantik ya? kamu naksir? haha” tanyanya menggoda.

“oww.. hehe, iya om, cantik kaya kakak sepupunya, ya kan Nin? hahah ” kuberanikan diri menggoda putrinya

“haha, kamu ini, ada bapaknya juga masih berani godain”

“hehe, namanya juga usaha om, siapa tau dapat restu, hihi.. ya sudah om, malah ngobrol terus, kasian tuh Aninnya, udah keliatan capek banged”

“ow iya hampir lupa, haha” sambil menepuk jidatnya sendiri

“haha, ya sudah, mari om, pamid dulu, pulang dulu nin?” kucoba menyapa Anin yang dari tadi hanya diam saja

“iya, hati-hati pulangnya” jawab ayah Anin. “Nin, kamu kok diem, dijawab tuh si Babe, kan sudah nolongin kamu juga, bilang makasih dong” bisikan ayahnya yag terdengar olehku.

“hati-hati be, makasih sudah nolongin aku” ucapnya dengan nada berat seakan nggak rela untuk mengucapkan terimakasih.

“iya, sama-sama, mari om, nin” akupun langsung menyalakan motor dan meninggalkan rumah mereka.


Malam harinya aku coba BBm Anin untuk menagih janjinya, aku coba Ping dia siapa tau nggak aktif

“PING!!!” (D) ternyata aktif

“Nin, kamu masih ingat kan harus apa? ajak dia ke villa, kalo bisa minggu ini” (√) beberapa menit kutunggu ternyata belum di buka juga, ku buka aplikasi pemutar music, kuputar dan kudengar lagu-lagu di Hpku sambil tiduran menunggu balasan darinya. Selang waktu hampir 20 menit, kucoba buka BBm ternyata sudah (R) Sedang mengetik…

“Ting….” Hp ku berbunyi,lalu kubuka ternyata balasan darinya, “iy, ak inget, ak kabarin bsok!” hanya itu balasan darinya, aku hanya bisa menunggu dan sabar menghadapinya, kelihatannya dia masih ngambek.

Detik demi detik, menit ke menit, dari jam ke jam, sampai hari kehari aku menunggu konfirmasi darinya, 3 hari berlalu tanpa kabar dan aku mulai curiga karena BBm ku cuma (D) selama 3 hari, apa mungkin dia mengingkarinya, tapi apa dia berani? aku berusaha untuk positif thingking, padahal mah isi kepala negative semua, haha

Hari malam harinya “Ting…” Hpku berbunyi langsung kubuka kunci layar dan akhirnya dia membalas

“Katanya dia bisa ikut ke Villa, tp pas weekend., dan dia nanya acara apa ke villa?”

“Sip, bilang aja ada acara ulang tahun si Bagas dan kita rayain berempat” (R) seperti biasa, cuma di read tanpa balasan. Ow iya, Bagas adalah salah satu sahabatku, mereka juga kenal karena Bagas sering main bareng dengan kami saat jalan keluar.
Besok paginya, aku mencoba hubungin pihak villa disalah satu lokasi favoritku daerah ta#an#m@n#u untuk disewa selama tiga hari dua malam yaitu hari Jum’at, Sabtu, dan Minggu, kenapa jum’at juga? yak arena memang sengaja hari Jumat aku ke villa dulu untuk persiapan dan menginap disana lebih awal. Setelah tawar menawar harga dan menentukan harinya, ternyata villa kosong dan fix 3 hari aku bisa menyewa villa disana.

Jum’at pagi hari yang cerah waktu itu, terik matahari yang begitu terang diiringi suara nyayian burung-burung yang berkicauan dan bersaut-sautan seakan menyemangatiku untuk melakukan rencana yang telah aku susun rapi di Villa tujuanku hari ini, aku berangkat sekitar pukul 9 pagi, kurang kebih perjalannanku ke Villa memakan waktu sekitar 2 jam sehingga sekitar pukul 11 lebih aku baru sampai disana, setelah sampai aku mulai melakukan persiapan, memasang hiasan-hiasan ulang tahun supaya besok hari sabtu Pipit tidak merasa curiga, semua ku susun secara rapi dan detail tak luput satu kekurangan apapun. Skip..

Akhirnya, hari Sabtu, hari yang sudah aku nantikan untuk bisa menjamah dan merasakan bagaimana rasanya menikmati tubuh Pipit yang montok, payudara yang lebih besar dari Anin, serta bagaimana rasa dari bibir tebalnya itu.
Sekitar pkl 7 pagi aku menunggunya di sebuah Gasebo yang terdapat disebelah villa, sambil menikmati indahnya pagi ini dengan secangkir coffe panas serta sedikit cemilan.

Setelah lama menunggu sekitar jam 9 pagi kulihat ada yang datang, kucoba fokuskan mataku untuk melihat siapa yang datang, dan ternyata Pipit sudah sampai, lalu kusapa dia “Eh haii Pit? kok sendiri? Anin mana?” tanyaku pura-pura tidak tahu kalau memang Anin sengaja aku suruh untuk tidak ikut.

“iya nih, katanya nanti nyusul diantar Ayahnya” jawabnya sambil melepas helm dan masker yang dikenakannya. “kamu sudah dari tadi sampainya? Bagas mana?” tambahnya

“iya nih, baru tadi pagi sampai, enggak tau tuh, tadi sih dia ada, tapi saat aku nyampe sini dia ijin mau keluar dulu, ada urusan gitu” jawabku berbohong kepadanya

“oww, kasiann, haha” ledeknya sambil menggelengkan kepala sambil tertawa

“haha, seneng ya kalo temen susah”

“hehe, iya sorry, btw bantuin nih, angkutin barang-barang kedalam” pintanya kepadaku untuk membantu mengangkat tas yang berukuran lumayan besar

“ya elah, isinya apaan sih? berat amat, mau pindahan? haha” ledekku karena memang isinya padet banged.

“biasa, cewe masa kini, bawaannya banyak kalo kemana-mana?”

“huuu, dasar, ow ya kamar cewe sebelah sini, kamar satunya sudah aku isi” sambil kubukakan pintu kamar lalu kuletakkan tasnya disebelah ranjang tidur.

“wah, nyaman ya, pasti nyenyak nih tidur mala mini, hihi” komentarnya setelah melihat seisi ruang kamar di villa tersebut.

“iya, apalagi kalo kita tidur bareng” bisikku pelan

“heh? kamu bilang sesuatu Be?” tanya Pipit karena mungkin dia mendengarkan sesuatu yang keluar dari mulutku (oh shiiitt, kedengeran sama dia, batinku mulai panik kalo dia bener-bener dengar)

“eh, eng..enggak, salah denger kali kamu, orang nggak ada yang ngomong”kucoba yakinkan dia kalo yang dia dengar itu salah

“ow, kirain, kaya ada suara gitu tadi, hhehe”

“suara? atau jangan jangan?? huuuuuu” kuangkat kedua tanganku seakan mau menerkam dia untuk menakutinya.

“ihh, apaan sih, bercandanya jelek, jangan becanda kaya gituan” Pipit Nampak terlihat pucat karena aku takut-takuti.

“haha, just kidding genkkk, lagian nggak ada apa-apa, hari gini masih percaya gituan, haha”

“ya bukannya apa-apa sih, namanya juga takut, hihi”

“hmm, ya sudah istirahat dulu, sambil nunggu yang lain, pasti capek kan setelah melalui perjalanan jauh?”

“iya nih, agak pegel-pegel ditangan” keluhnya sambil mijitin pergelangan tangannya

“mau aku pijitin? mau pijit biasa atau plus plus? hahah”

“ihh, apaan pake plus-plus segala, kesengan kamunya”

“plus kaki, plus kepala, ihh, mikirnya kejauhan” padahal yang kuinginkan plus susu dan plus mekinya.

“yasudah, aku mau beres-beres, istirahat aja dulu!” perintahku kepadanya (supaya mala mini kamu kuat, hahahah, seakan tawa jahat yang memenuhi kamar ini, batinku sambil ngebayangin apa yang akan kulakukan dengannya malam ini) “Oke” tiba tiba suaranya membuyarkan lamunanku.

Aku pun keluar meninggalkan kamarnya, entah kenapa suasana disana waktu itu terasa panas, meskipun di daerah pegungungan, tapi waktu itu aku merasa kegerahan, mungkin gara-gara ada si Pipit, entahlah akupun tak tahu. Beberapa jam kemudian saat aku sedang asik bermain game dilaptopku “Klekk, krieekkk” suara pintu kamar Pipit terbuka dan wow, ada penampakkan, aku melihat Pipit keluar hanya mengenakan tangtop warna ungu dan jeans panjang, celananya sih yang dia pakai tadi pagi, tapi kalo atasannya, baru aku lihat, soalnya tadi dia menggunakan kemeja panjang, mungkin dia lepas saat tidur tadi. Aku hanya bisa memandangi payudaranya yang seakan ingin mencuat keluar ditambah lagi dengan warna rambut seperti besi karatan yang sedikit kontras dengan tangtopnya, kupandangi dia terus dari bawah ke atas tapi yang paling menarik perhatianku cuma payudaranya yang terlihat kenyal dan siap untuk disantap.
“huaaahhh, lega nya tidur 2jam” dia rentangkan kedua tangannya, setelah pandangan matanya mulai melihat kearahku, aku langsung menoleh lagi kearah laptop

“eh Be, kamu disitu? nggak kelihatan”

“ya elah orang segede gini nggak kelihatan” ya w ajar juga sih, soalnya saat dia keluar kamar aku berada agak samping sedikit membelakanginya.

“hehe, Anin dan Bagas belum datang juga?”

“belom, tadi aku hubungin nggak bisa” jawabku asal, karena memang aku nggak hubungin mereka. “ow iya, aku beliin makanan tuh di meja dapur, makan dulu gih”

“ihh, baik banged sih, tau aja kalo aku lagi laper” sambil nyubit pipi kananku

“aduhh..duhh..duuhh.. … sakit..sakitt..” kuraih tangannya dan kujauhkan tangannya dari pipiku,

“hihi, cubit gitu aja sakit, manja” hati kecilku pun berkata awas aja, akan aku balas cubitan yang tidak akan pernah kamu lupakan malam ini. “ya udah aku makan dulu ya, kamu udahkan?”

“iyeee, udahh“ Diapun pergi ke dapur untuk makan siang.


Waktu terus berjalan, hingga sorepun tiba, Pipit berusaha menghubungin kontak Anin tapi nggak bisa terhubung.

Hari mulai menjelang malam, aku yang baru selesai mandi dan beres-beres melihat Pipit duduk bersandar di sofa terlihat melamun, mungkin sedang menunggu Anin dan Bagas yang belum datang juga.

“Ngapain Pit? lemes gitu?” tanyaku sambil menggosok rambut dengan handuk supaya cepet kering.

“Eh.. enggak papa kok, Ow iya Be, btw Anin lama amat sih katanya dianter ayahnya dan nyampe sini sore, tapi ini udah malam belum datang juga? Udah kamu BBM/telp belum Be?” Tanya Pipit mulai khawatir teman dekatnya belum datang juga. “Si Bagas juga yang punya acara malah belum nyampe juga” tambahnya.

Sambil meletakkan handuk di jemuran deket kamar mandi. Aku jawab “Udah, tapi ya gitu, cuma Centang Goreng, aku telp jg nggak masuk, kalo si Bagas tau sendiri kan orangnya gimana? nggak bisa di andelin, ngilang gitu aja tanpa kabar” Jawabku ke Pipit, padahal emang nggak aku bbm dan telp, toh aku juga yang nyuruh Anin nggak datang dan si Bagas kan juga cuma buat alesan gue.

Malam semakin dingin, Pipit terlihat menggigil merasa kedinginan. “Dingin ya Pit?”

Dia hanya mengangguk pelan sambil tersenyum, Aku langsung melepas jaketku dan aku selimutkan di bahunya. Aku yang sedari tadi duduk di sampingya mencoba merangkul dan memeluknya sambil mengusap dari bahu ke sikunya naik turun, meskipun terhalang kain, aku bisa merasakan suhu badannya yang hangat, halus dan lembut. Pipit terlihat kaget dan hanya memandangku. “Gimana? Udah mendingan?” tanyaku kedia dengan sedikit senyum tipis. “hehe, iya” dia tersenyum lalu menundukkan kepalanya, mungkin dia malu saat ku rangkul dia.

“Suasana disini tenang ya? Beda nggak kaya di kos, haha” Pipit memulai obrolan

“Jiaahh, jangan bandingin di kos, kalo dikos mah nggak bisa tenag kaya gini apalagi ditambah kelakuan anak-anak kos, haha”

“haha, iya yah, bener juga, apalagi kalo ada ee siapa tuh temen kamu yang rambut klimis kebanyakan pomade, mm, Di..?” belum selesai dia bicara langsung ku jawab

“haha, maksud kamu Dito? haha, emang tu anak paling bisa kalo bikin ulah, haha”

Obrolan kami berdua nggak ada habisnya,kami sadar waktu menunjukkan pkl 20.15 malam, sekitar dua jam kami ngobrol kesana kemari, dia terseyum dengan bibir tebalnya yang merah itu lalu senyum kamu nafsuin banged sih pit, batinku sambil menatap wajahnya yang masih tersenyum riang dengan gurauanku tadi. Setelah itu diapun menoleh kearahku “heh, kok kamu liatin aku kaya gitu?” tanyanya heran karena tiba-tiba aku diam tertawa dan hanya memandangnya

“hehe, enggak papa, kamu cantik banged kalo lagi senyum” kuberanikan diri langsung ku kecup bibirnya perlahan, Pipit hanya diam membeku tanpa memberikan respon ciumanku kebibirnya, aku berfikir nampaknya dia lebih mudah ditaklukan daripada Anin, tangan kiriku mulai aktif meraba-raba pahanya hanya berselang beberapa detik, dia menjauhkan kepala dan bibirnya dari ciumanku.

“Kenapa Pit, kamu marah ya?” Tanyaku halus kedia, dan berharap dia mau lanjutin lagi.

“enggak be, aku nggak marah aku takut ” sambil memalingkan wajahnya

“Takut kenapa? aku nggak gigit kok? hehe” jawabku sedikit becanda, kemudian dia berjalan masuk ke kamar tanpa mengucapkan satu katapun, kupanggil dia “Pit… Pit..” lalu “krieekkk, duk… klek” suara pintu yang dia tutup pelan. Nafsuku yang sudah mulai naik gagal karena Pipit sepertinya belum siap dengan apa yang barusan kami lakukan, apa mugkin itu ciuman pertamanya? entahlah.

Suasana didalam villa setelah itu hening tanpa ada suara sama sekali, hanya suara detik jam, dan suara cicak di dinding yang terdengar. Sekitar jam 9 malam aku merasa lapar dan memasak mie rebus, aku membuat dua siapa tau Pipit mau, karena malam itu dia juga belum makan. Setelah matang aku mencoba membawakan kekamarnya “tokkk..tokk..tokk” kucoba ketuk pintu kamarnya namun belum ada respon, “tokk..tokk..tokk” masih belum ada respon, “apa mungkin masih marah?” lalu aku coba buka pintu kamarnya “klekk, krieeeggkk” dan ternyata nggak dikunci. “Pit..Pipit? aku buatin Mie nih, yuk maa….” belum selesai aku tawarin makanannya dia ternyata sudah berganti pakaian mini dan sedang tertidur.


To Be Continoue....

Nunggu respon para suhu, kalo bagus ane update lagi, untuk eksekusi akan hadir next update, ditunggu kritik dan sarannya.. sebagian hanya mulustrasi, agar pembaca bisa lebih meresapi cerita, jangan terlalu anggap serius, hehe.....
:Peace:
 
Terakhir diubah:
Nunggu page berikutnya gan, udah ane ketik, tinggal finishing plus nambah mulustrasinya.. hehe :D
 
Woohh, yg begini niihh wajib dipantengin, keep update gaannn :tegang::semangat:
 
Lanjuut, apa yg terjadi dengan pipit pasti seru nih. Gelar tiker sambil makan tahu bulat.
:konak:
 
Siiiph laah, plus kejadian di cerita baru nyadar mungkin Om TS sedaerah ma nubi. . .

Jadi baca sambil bisa imajinasi tempat dalam ceritaa


GUUUUUUDD JOOOBBB :jempol:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd