Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

Bimabet
CHAPTER XXV

Too good to be true?



Bercinta dengan Mira memang selalu mengasyikan bagi Ken. Hanya saja sekarang Mira suka baperan dibandingkan dulu. Mira sering cemburu dengan Hana, meski Ken berkali kali menegaskan bahwa dia dengan Hana hanya menjalankan amanat “konstitusi” pernikahan settingan yang sebentar lagi akan usai.

“kan dia cantik begitu...serumah lagi...masa lu ngga kepikiran maku dia...” ujar Mira disela percintaan mereka.

Bercinta sambil berbicara memang suka jadi kebiasaan mereka, ada saja hal –hal yang mereka obrolin sambil kelamin beradu

Herannya lagi, semakin Mira cemburu, semakin tinggi nafsunya dan ganas dia bercintanya.

Ken sendiri bingung sebenarnya juga hendak dibawa kemana hubungan mereka berdua. Saling terikat tapi tidak mau mengikat. Belum lagi masalah keluarga dan masalah agama, sangat rumit dan kompleks sekali permasalahannya.

Namun semua itu reda dan hilang jika mereka berdua sudah berada di kamar yang sama, kontol jumbo Ken selalu membuat Mira terkapar, begitu juga sensualitas dan jepitan Mira membuat Ken ketagihan dan selalu rindu akan wanita ini.

Persimpangannya memang jelas terlihat, tapi di satu sisi, kebersamaan mereka dan saling mengertinya mereka satu sama lain membuat kenyamanan yang timbul diantara mereka justru makin nyata, dan makin sulit bagi mereka berpisah.

Jika ditanya nih, Pacaran ngga?

Jawabnya pasti, Ngga

Suka ngga? Suka....banget

Cinta ngga? Cinta? Iya kali, ngga tau juga

Mau pisah ngga? Ngga mau

Pasti itu jawaban dan pertanyaan yang selalu muncul di sela hubungan mereka. Rumit, berliku, panjang dan mungkin sulit dipahami oleh orang lain, tapi akan membuat mereka pedih jika sudah bicara adanya kemungkinan dipisahkan, meski mereka sadar bahwa sebenarnya mereka sedang menumpuk masalah di tengah badai asmara yang mereka sendiri tidak tahu arahnya akan kemana berputarnya.



*****************

Ken membuka ponselnya, ada whatsapp dari Mbak Siti ke wa nya. Semenjak pulang dan mampir ke Mira, dia memang tidak membuka ponselnya, terakhir dia bertanya saat jam 7 setiba di tempat Mira ke Mbak Tini, yang melaporkan kalau Dara sedang ngantuk ngantuk sambil minum susunya.

Maaf Pak, Ibu sakit panas banget badannya dari tadi pagi.

Siti memang memanggilnya Bapak, jika Tini memanggilnya Mas Ken, karena dia dari kampung yang sama dan kenal Ken dari jaman Ken masih kecil.

Sakit apa? Ken masuk ke rumahnya, dan langsung naik keatas, mandi dan mengganti bajunya. Dia tadinya mau masuk ke kamar Dara untuk memindahkannya ke kamarnya. Memang jika dia masih belum pulang Dara akan tidur di kamarnya ditemani oleh Mbak Tini.

Namun dia membatalkan ke kamar Dara, dia turun kebawah ke kamar tamu yang disamping ruang keluarga, kamar yang dihuni oleh Hana. Dia mengetok, namun tidak ada jawaban, lalu dia mendorong pintunya yang tidak dikunci.

Hana meringkuk dibalik selimut, dan terbangun saat Ken masuk

“deman?” tanya Ken

“iya....dingin rasanya tapi berkeringat....” jawab Hana

“udah minum obat?”

“udah dikasih parasetamol sama Mbak Siti....”

“trus?”

“masih terasa demamnya...”

“udah makan?’

“makan tadi dikit....”

Melihat Hana lemas seperti itu, rasa iba Ken pun muncul, tidak tega rasanya melihat dia sedang sakit seperti itu

Dia lalu mendekati Hana, meraba dahinya, panas sekali badannya.

“ke dokter yah...”

“ngga usah...nanti juga sembuh...”

“ke dokterlah...panas banget....”

Hana diam saja.

Ken naik keatas, dia memberitahu mbak Tini jika akan ke rumahbsakit antar Hana, mengambil ponselnya dan handphone lalu masuk ke kamar Hana lagi. Terlihat Hana bangun pun agak sulit, membuat dia mau tidak mau membantu menopang pundak Hana untuk bangun.

“basah bajunya...” keringat dingin membanjiri tubuh Hana.

“kaosnya basah.... kaos kering sebelah mana?” tanya Ken

Semenjak Hana pindah ke rumah ini, satu-satunya kamar yang dia tidak pernah masuk ialah kamar ini dan kamar pembantunya yang di lantai 3 tentunya. Dari total 6 kamar di rumahnya hanya kamar ini yang dia tidak masuki, makanya tempat baju Hana pun dia tidak tahu.

“Dia lemari, nomor 2 dari atas” ujar Hana sambil menahan sakit

Ken mengambil kaos yang warnanya putih

“ini aja yah....”

“iya...” jawab Hana

“hmmmm......ama itu....” agak galau suara Hana

“apa?”

“beha aku....”

Waduh, ternyata Hana memang tidak pakai beha.

“dimana?”

“paling bawah no 2 dari bawah”

Ken membuka laci paling bawah, mengambil beha paling atas, lalu menyodorkan ke Hana. Dia membalikan badannya, agar Hana bisa membuka bajunya tanpa terlihat olehnya. Namun nampaknya Hana kesulitan membuka bajunya dengan kondisi lemas, apalagi bajunya ketat dan menempel di badannya.

“sini....” ujar Ken

Dia lalu dari belakang membantu membuka kaos Hana. Lalu mengambil handuk kecil disamping tempat tidurnya, dan melap punggungnya Hana

“ maaf yah...” ujar Ken

“iya...makasih....” jawab Hana pelan

Maaf? Hellowwww.... masa suami membuka baju istrinya lalu meminta maaf? Aduh Hana... pikir Hana

Sepintas meski membuka baju dari balakang, lalu Hana juga segera menutupi bagian dadanya, namum Ken sempat melihat betapa indah buah dada Hana, putih dan dengan pentil berwarna pink, dia segera membuang wajahnya, sekaligus pikirannya.

“sudah?”

“sudah....” ujar Hana setelah memakai baju dan juga branya.

“ngga ada jaket?”

Hana menggeleng

Memang bajunya sebagian besar di rumah di Kemang.

Ken lalu naik ke atas, menagmbil jaketnya dia, lalu memakaikan ke badan Hana, lalu dia menuntun Hana yang agak kesulitan berjalan karena lemas dan demamnya, berjalan pelan hingga keluar rumah, dan masuk ke mobilnya.

“antigennya negatif yah... kayaknya ini sih mengalami demam, ada infeksi dalam tubuh akibat virus atau ngga bakteri.” Kata dokter

“ kalo demamnya belum turun dalam dua hari trus disertai dengan gejala yang lain seperti sakit kepala, mual dan muntah, sakit tenggorokan, batuk, nyeri otot dan sendi, dan sebagainya, maka konsul lagi yah....mungkin perlu diopname.”

Ken lalu membayar tagihan konsultasi dan sekalian Obat-obatan, lalu mereka turun lagi ke lobby, sambil menunggu Ken mengambil mobil, Hana duduk di lobby.

Tidak ada satupun kata terucap dalam perjalanan mereka pulang, hingga tiba dirumah, en kembali menuntun Hana hingga ke tempat tidur. Dia menyiapkan air panas ditermos kecil dan meletakan dekat meja di tempat tidur Hana, menarik selimut Hana, lalu dia pamit keluar kamar untuk kembali ke kamarnya.

“makasih yah Pah.....” ucap Hana

Ken terkejut luarbiasa mendengar ucapan Hana

Dia terdiam dan kaget, hanya menganggukan kepalanya lalu berjalan keluar kamar. Dia tidak habis pikir Hana memanggilnya dengan ucapan itu. Mungkin karena demam kali makanya mulutnya ngaco, bathin Ken dalam hatinya.

Dia lalu naik keatas, masuk ke kamar anaknya, lalu mendorong box anaknya untuk dipindahin ke kamarnya sendiri sendiri. Dengan hati-hati dia menggeser box anaknya, melihat kondisi anaknya yang terlelap, mulutnya yang komat kamit seperti sedang menyedot dot minuman, membuat Dara terlihat lucu sekali. Rambutnya sudah mulai panjang dilengkapi anting di kupingnya, membuat anaknya terliha semakin nampak aura kecantikannya.

“anak gadis papa....” bisiknya lembut.



********************


“udah sehat Mi”

“eh bilangin ke si Ken yah....urusin dong...bawa ke rumah sakit jangan dicuekin...”

“udah mami....semalam udah ke rumah sakit...”

“trus kamu gimana sekarang?”

“udah mendingan”

“apa mau mami jemput?”

“ngga usah Mi.... bentar lagi juga sehat..”

Komunikasi antara Laura dengan Hana lewat telpon

Tidak lama Ken mengetok pintu kamarnya, lalu membuka pintu

“udah mendingan?”

“udah....” jawab Hana sambil tersenyum

“oh oke.....”

“mau mandi, dari kemarin sudah ngga enak badan ngga sempat mandi”

“kalo masih ngga enak badannya jangan dipaksa...”

“iya mau dilap aja....”

“oh oke.... mau dipanggil Siti buat bantuin?”

“ngga usah....kasihan dia.... pasti lagi nyuci dan nyetrika diatas...”

“jadi?”

“aku bisa sendiri....”

“ Kalo ngga kuat jangan dipaksa...’

“ngga apa2...badan lengket ngga enak banget...”

Hana mengikat rambutnya, pas dia mengangkat tangannya, buah dadanya yang tidak memakai beha tercetak jelas dibalik kaosnya yang semalam dipakai. Ken menundukan wajahnya saat pemandangan itu muncul.

Hana lalu mencoba bangun. Karena baru bangun, badannya agak keliyengan, dan Ken dengan cepat menahannya dan memegang Hana.

“kalo ngga kuat jangan dipaksa....”

“ngga apa2....”

Ini adalah percakapan yang lumayan panjang diantara mereka berdua selama ini.

Ken melihat handuk kecil, baju dan celana sepertinya sudah disiapkan oleh Siti. Dia agak kuatir Hana jatuh pas mau ke kamar mandi, dia masih berdiri, seandainya dia perlu bantuannya.

Hana lalu memandangnya

“ada yang perlu aku bantu...”

“eh....ini aja....setelin showernya ke air hangat...” pinta Hana

Ken lalu masuk dan menyetel arah keran agak sedikit lama dia menunggu untuk mendapatkan setelan air panas yang tepat. Dia lalu masuk ke ruang tidur lagi, Hana sudah bertelanjang dan hanya memakai handuk. Sambil agak tertatih dia jalan masuk ke kamar mandi.

“udah cukup?” tanya Ken menanyakan suhu air.

“udah....”

Dia sempat melihat pundak putih mulus Hana yang berbalut handuk.

“aku tinggal yah....”

“tunggu di kamar bentar boleh ngga?” mohon Hana” takut ngga kuat jalan keluar...”

Ken bimbang

“yah kalo udah buru2 ngga apa2....” agak malu Hana

“ya sudah...ngga apa2...panggil aja kalo udah selesai....” ujar Ken. Dia menutup pintu kamar mandi dibawah itu namun tidak tertutup rapat.

Hana gemetaran, bingung, aneh namun senang dihatinya melihat Ken memperhatikan dia dari tadi malam hingga pagi ini. Meski mungkin hanya perhatian kekuatiran karena Hana tinggal disini dengan dirinya, tapi bagi Hana sudah menjadi sesuatu banget. Dia lalu mandi dengan cepat, hanya membasuh badannya tanpa keramas. Setelah selasai menyiram tubuhnya, dia yang duduk di toliet, membalut tubuhnya dengan handuk lalu berteriak

“pah...sudah...”

Ken masuk, membantunya mematikan air, lalu membinbing tangannya masuk lagi ke ruangan tidur. Dia agak jengah mendengar panggilan Hana ke dirinya, tapi dia memilih diam dan tidak mempersoalkan itu.

“nanti aku mau ke depan yah.... mo sarapan....” ujar Hana pelan

“oke.... mau aku suruh Siti siapin?”

“Ngga... nanti aja... aku ganti baju...bantuin aku aja sampe meja makan... nanti kalo sudah mau berangkat, ada Siti yang akan bantu aku... sekalian ganti seprai basah tadi malam....”

Ken lalu membelakangi Hana yang sedang berganti baju, dia harus duduk di tempat tidur, memakai celana dalamnya, lalu branya, celana pendek rumahan, dan kaosnya. Meski membelakangi Hana, saat mereka ngobrol sambil Hana ganti baju, Ken sempat menengok ke kiri, dan terlihat dari pantulan kaca rias, Hana yang hanya memakai celana dalam, namun buah dadanya terpampang bebas, putih, besar menggantung dan putingnya pink.

Meski Ken berusaha memalingkan wajahnya, namun pesona istrinya itu tetap saja terlihat. Hana sendiri juga miris sebenarnya. Pernikahan seperti apa ini yah, dia ganti baju malah suaminya memalingkan wajahnya, padahal dia mau lihat juga kan haknya dia. Malah Ken meminta maaf karena tanpa sengaja menenyntuh dadanya saat menuntunya dari kamar mandi tadi.

Haduh.

“udah...” ucap Hana

Ken lalu membantunya menuntun keluar dari kamar, Hana merasa sudah agak baikan. Siti sedang mempersiapkan sarapan, melihat Hana ikut keluar lalu bertanya jika Hana mau sarapan juga, dan Hana menganggukan kepalanya, maka Siti menyiapkan dua piring untuk mereka berdua.

“papa yang doa...” pinta Hana sebelum makan

Ken tercenung sesaat, lalu dia melipat tangannya dan berdoa

“aku minta tolong boleh ngga nanti....” tanya Hana lembut sambil menguyah mashed potatonya

“apa....” jawab Ken

“ beliin kartu SIM yang baru dong...”

Ken terkejut

“lho yang lama?”

Hana tersenyum

“mau aku tutup....mau ganti nomor aja...”

Ken terdiam, dia tidak ingin bertanya lebih lanjut

“oke, nanti aku beliin....providernya sama aja kahn?”

“terserah aja.... buat hari-hari khan aku bisa pake wi-fi dirumah...”

Ken sedikit bingung, lalu dia bertanya

“nanti kantor tanya ngga apa-apa?”

Hana tersenyum sambil minum kemudian

“aku udah resign dari Hagia....”

Ken diam dan malnjutkan makannya

“aku mau dirumah aja sama Dara.....” ujarnya pelan, namun menusuk ke hati Ken. Dia jadi galau mendengar ucapan Hana.

“tenang aja, Dara ngga akan kemana mana kok.... Cuma ijinkan aja aku disini sama dia.... “ pinta Hana seperti membaca arah pikiran Ken “jika diijinkan.....”

Ken menghembuskan nafasnya sambil termenung, dia bingung jadinya

“oh iya....mobil kalau mau ambil, ambil aja....jual aja lagi... aku udah ngga kemana mana ini....” ujar Hana lagi

“ngga apa2.... pakai aja kok...”

“ngga apa....jual aja lagi atau diover kredit aja..... maaf bukan ngga menghargai.... “ Hana agak menggenang matanya

“ i have done lot of bad things.... “

Ken mengerti arah pembicaraan Hana

“oke, nanti aku coba tawarkan lagi....mau ganti mobil apa?” tanya Ken

“ngga usah...belum urgent ini....toh aku ngga kemana mana...” ucap Hana sambil memandang suaminya.

“ya sudah.....”

“aku pamit dulu yah...Dara juga masih belum bangun.”

“hati-hati dijalan....”

Hana menyodorkan tangannya meminta tangan Ken. Pria itu bingung, namun dia menyodorkan juga tangannya yang kemudian ditaruh ke dahinya Hana, tanda salim buat suaminya.

“Tuhan memberkati hari ini yah....”Pesan Hana dengan lembut.

Ada rasa yang aneh di diri Ken melihat perubahan di diri Hana. Memang sudah lebih 2 minggu semenjak kejadian di Polres itu Hana berubah drastis. Tapi masih saja aneh dirasa oleh Ken, dia kaget namun bingung. Dia hanya kuatir jika ini siasat Hana untuk mendapatkan simpati Ken dan juga mendekatkan diri ke Dara, sehingga kemudian akan merepotkan dirinya saat Hana minta selesai nanti untuk masalah hak asuh anak.

Ken benar-benar bingung, dia merasa ini seperti too good to be true dengan perubahan di diri Hana. Dan panggilan Hana ke dirinya itu benar-benar aneh. Biasanya manggil suka hati tanpa ada rasa hormat, kini dia berubah 180 derajat. Apa kejadian di Polres itu merubah dirinya? Apa ada masalah dia dengan pacarnya? Semua berlarian diatas kepala Ken pertanyaan itu.
Berarti sy mngkn yg jahat ya?? Tdk tega banget klo ken sm hana....maux dgn mira
 
apapun perubahan yang terjadi sama hana, mira jangan sampai di tinggalin.....kasian memek si mira yg udah lama jadi tempat pembuangan pejuh doang wkwkwkwkwwk....endingnya paling banter di kawin dua duanya lah yah bhahaha
 
Ken = krisna mukti
Hana = cornelia aghata
Airlangga = billy bojenger
Mira = cece

Sctv jaman doeloe... 🤣
Keren ini haha... Generasi 90an.
Tp untuk Ken kok ane lebih sreg Ari Sihasale daripada Krisna Mukti. Lebih kayak anak seni gitu face-face-nya. Good boy but can be bad boy at the same time.

Ane lihatnya lebih mudah jalannya Ken x Hana sih dari pada ke Ken x Mira.
Ken x Mira itu terlalu complicated. Masalah agama, keluarga, belum status Ken yang pernah menikah.
 
CHAPTER XXIV

Jangan tanya Mengapa



Air mata Hana mengalir tiada henti, sesi konseling kali ini di rumahnya, membuat dia menangis tanpa henti. Tante Sarah dan Gaby yang kebetulan juga hadir, sampai ikut terharu melihatnya, Gaby bahkan seperti tidak mengenal Hana lagi. Hana yang arogan dan sombong kini bagaikan wanita lemah yang hanya bisa berpasrah diri.

“ Hana, engkau berharga dimata Tuhan.....” ucap Tante Sarah berkali kali menyemangatinya

“orang boleh bilang apa saja, mengintimidasi kamu dengan perkataan yang melemahkan kamu, tapi saat kamu datang dan berpegang sama Tuhan, maka kamu berharga di mataNya”

Hana menganggukan kepalanya, lalu sambil didoakan, dia lalu agak sedikit tenang.

“gimana? Sudah agak tenang?”

“iya Tante..” dia menganggukan kepalanya

Mereka lalu minum dan makan cemilan yang disediakan oleh Siti.

“rumah kamu ini bagus, Hana... tante suka dekorasinya, semua ruangan ada jendela keluar, ngga ada ruangan mati....tamannya juga bagus...”

“makasih Tante....Ken yang atur....”

“iya...ada taman indoornya juga....”

“Dara tidur?’ Tanya Gaby

“iya...kalo bangun pasti udah berisik suaranya.... makin nakal sekarang...” ujar Hana sambil senyum

“makin berat yah ditinggalin...” ledek Gaby

Hana tertawa pahit mendengarnya

“tante, dia bingung saya tanya maslah ini....” ujar Gaby lagi ke Tante Sarah

“Bingungnya?”

“kan saya bilang, perbaiki saja hubungan dia sama suaminya.... kalau hubungan kalian bagus khan ngga mungkin dia pisah dengan anaknya....”

Tante sarah tersenyum manggut mangut

“bagaimana Hana?”

Hana bingung ditanya demikian

“bingung saya Tante...’

“karena kalian semua sayang dengan Dara, Ken apalagi jika dengar cerita kamu bahkan dia sampai minta kamu tanda tangan surat seperti itu, artinya dia pasti ngga mau pisah dengan anaknya, kamu juga demikian... “

Lanjutnya lagi

“jika demikian kenapa harus pisah sih?”

Hana bingung karena memang awalnya hubungan mereka hanya disetting untuk menutup malu keluarga dan malunya Hana

“ hubungan kamu ama Ken bagaimana sebenarnya?”

Hana kembali diam.

“baik sebenarnya Tante....Cuma dulu khan nih wanita ini bengal banget ama laki... jahat mulut ama kelakuannya...jadinya Ken juga pasang kuda-kuda....” terang Gaby ke tante Sarah.

Hana hanya diam dan tidak membantah, memang benar apa yang dibilang Gaby

Tante Sarah sepertinya mengerti suasana hati Hana, dia dengan lembut membelai pundak Hana, menepuknya dan memberi nasehat lagi

“saran Tante, kamu bawa dalam doa, perbaiki hubungan kamu dengan Tuhan... jika hubungan kamu dengan Tuhan baik....pasti hubungan kamu dengan suami kamu akan baik juga...”

Hana terdiam kembali. Dia berpikir Ken kan sudah benci banget pada dirinya, apa mungkin ini terjadi?

Kerusakan yang dia timbulkan mulai dari awal, dari tidak respeknya dia ke Ken dan orangtuanya, lalu kelakuannya selama mereka menjalani pernikahan, hingga perselingkuhannya dengan Angga yang jelas-jelas sudah menyakitinya dari awal, mempermalukan Papi dan Mami, malah tetap dia teruskan, hingga akhirnya dia tiba di satu titik kapoknya dia.

Dan ini yang membuat dia hilang percaya dirinya. Dia tidak yakin Ken akan bisa terima semua ini

“tapi Tante, rasanya Ken ngga akan mungkin deh.....” dia tertahan ucapannya

“ngga mungkin kenapa?”

“yah....ngga mungkin kali dia berbalik untuk.....” agak ragu bahasanya Hana

“udah lu coba belum?” potong Gaby

“coba gimana?”

“yah coba perbaikilah hubungan lu....”

Tante Sarah lalu menengahinya

“kamu tahu dari mana Ken tidak akan mungkin?”

Hana diam sejenak

“yah khan dia awalnya Cuma mau bantu.... sekarang juga dia rasa dia sudah bantu pasti dia ingin kembali ke hidup dia awalnya...” urai Hana

Gaby tersenyum melihat Hana. Dia geregetan sebetulnya melihat wanita ini

“ lu kepikiran ngga sih kalau Ken akan sangat mencintai Dara?? yang bukan anak kandung dia??” tanya Gaby

Hana seketika terpana, pertanyaan Gaby memang menusuk hatinya

“kalau dia bisa berubah hatinya ke Dara, dan menganggap Dara anak kandungnya dia.... trus kenapa ngga bisa ke lu?” cerocos Gaby

Hana menundukan kepalanya terdiam

“semua balik ke lu pribadi....”

Tante Sarah menepuk dan mengelus bahu Hana

“perlakuan Ken ke kamu gimana selama ini?”

Hana mengangkat wajahnya

“baik sih Tan.... baik banget....”

“hmmmmm.... trus..???”

“yah tapi khan baiknya bukan berarti dia gimana-gimana ke saya...” pelan suara Hana

Tante Sarah dan Gaby saling berpandangan. Mereka sama-sama tersenyum melihat wajah Hana yang terlihat sedih. Mereka bisa membaca arah bahwa ada angin yang berubah dari sikap dan harapan Hana selama ini.

“kamu mau ngga mau kehilangan Dara, trus kamu mau kehilangan Ken ngga?” tanya Tante Sarah lagi lebih mendetail

“aku ngga tau Tante....” dia menundukan wajahnya, airmatanya kembali mulai merebak.

Hana memang belakangan ini galau berat, dia pun mulai diliputi rasa yang aneh dan yang dia tidak pernah pikirkan selama ini. Dia sendiri merasa heran kenapa Ken tidak membentaknya saat menjemputnya di Polres? Apa dia menikmati balas dendam ini? Apa karena dia tidak punya perasaan sama sekali sehingga seperti dipermalukan demikian dia diam saja? Atau apa yang di pikirannya selama ini?

Dia memang tidak bertanya, meminta maaf ke Ken masalah itu. Dia hanya bisa diam dan menyesali diri atas apa yang sudah dia buat sehingga membuat situasi jadi seperti ini. Namun sikap diam Ken memang membuat dia bertanya tanya, dia bereaksi hanya saat dia mengetahui bahwa Dara kini dekat dengan ibunya, mungkin itu ketakutan terbesarnya, Dara akan diambil oleh ibunya.

Dia sendiri memang merasa bersalah sudah mempermalukan Ken yang sudah demikian baik kepadanya. Ken yang selalu diam meski Hana sering membentaknya, sering mencuekin dirinya, menganggap dirinya kampungan. Tapi Ken tetap berdiri tegak, bahkan saat dia berada di titik yang sudah mempermalukan dirinya pun, Ken datang dengan kepala tegak.

“oke...coba Tante ganti pertanyaan Tante....” sela Tante Sarah

“menurut kamu Ken itu suami yang baik ngga? Selama kalian berumah tangga lah...”

Hana diam kembali, lalu

“baik sih Tan...terlalu baik malah kadang.....” dia kembali meneteskan airmatanya mengingat kejahatannya ke Ken selama ini “ aku yang jahat banget sama dia......”

Dada Hana sesak seketika, airmatanya tumpah kembali seperti diingatkan bagaimana dia memperlakukan suaminya. Jahatnya dia mengata-ngatai suaminya dengan kasar, bahkan dengan tega dia meninggalkan suami dan anaknya disaat harusnya anaknya mendapat hak istimewanya sebagai anak dalam bentuk ASI.

“aku jahat Tan.... aku bukan ibu yang baik.....” tangis Hana terdengar

“mungkin ngga pantas aku buat Ken......” dia menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Gaby yang terharu melihat sahabatnya, memeluk bahu Hana dengan erat, dia merasa tersentuh melihat sahabatnya kini seperti masuk dalam tahap pemulihan menjadi wanita yang jauh lebih baik.

“sudah sadar jika kamu jahat sama suami dan anak?” bisik Tante Sarah dengan lembut

“iya Tan...” masih sesenggukan dia

“hana, keterbukaan adalah awal pemulihan.....” ucap Tante Sarah dengan lembut

Hana masih terisak

“tante yakin...***mah tangga kamu akan dipulihkan.... asal kamu minta sungguh-sungguh dalam doa kamu....” ucap tante Sarah dengan penuh keyakinan

“tapi apa Ken..... apa ken mau terima....” dia berbisik pelan

Tante Sarah tersenyum

“menurut kamu?”

“ngga tau Tan.... aku merasa udah banyak bikin dia kesal, aku juga bukan wanita yang baik... mungkin ngga akan cocok buat pria sebaik dia....” Hana sedikit meratap saat mengucapkan itu.

“kamu sudah coba?”

“coba apa, tan....” tanya dia pelan

“bahas ini dengan Ken secara pribadi...”

“belum Tan..... takut aku....”

Gaby tersenyum mendengarnya

“bukannya Ken yang takut ama lu?”

Hana tersenyum jengah disela tangisnya

“ih....itu khan dulu...sekarang kan beda situasinya.....’

“makanya lu coba cong....” serobot Gaby agak kesal melihat gaya Hana

“ini yah Tan.... suaminya dia aja, Nyokap di rumah yang feodalnya setengah mati, diibikin jatuh ama ama si Ken.... sampe dipeluk peluk, nyanyi bareng....kata Mami, nasibnya si Hana bagus sekali dapat suami sebaik Ken....tapi yang punya laki nih yang ngga tau diri....” cerocos Gaby

Hana terdiam mendengarnya, manyun

Tante Sarah tersenyum mendengarnya

“perbaiki....belum terlambat.....”

Hana masih diam.

“kamu ngga mau khan anak kamu dirawat wanita lain? Ngga mau khan suami kamu juga dipeluk wanita lain?”

“Ngga mau...” jawab Hana cepat

“ Dara dia bawa ke galeri aja saya nangis sekarang-sekarang ini....”

Gaby mendengus

“iya, kemarin saya telpon omelin aja si Ken... masa dia takut anaknya dirawat ama mamanya....”

“iya?”

“iya Tan.... dia ketawa ketawa aja.... saya bilang kasih waktu dong, kan Hana juga ibunya....”

“trus Ken bilang apa...”

“iya katanya.... “

Hana memeluk sahabatnya “makasih yah Ge.....lu memang sahabat terbaik gue....”

Gaby balas memeluk sahabatnya

“yah sudah jika demikian Hana..... Tante bantu doa selalu agar kalian bisa menemukan jalan terbaik untuk tetap bersama...” ucap Tante Sarah

“ kira-kira ken gimana yah Tan...??” ragu di wajahnya

“ Kamu pulihkan hubungan kamu dengan Tuhan... bawa semua dalam doa apa yang kamu gumuli... intim dengan Tuhan.... sambil jalan pasti akan selalu ada jalan....”

“memang jawabanNya ngga langsung saat kamu minta.... tapi pasti jalan yang diberikan selalu yang terbaik....”

Hana menganggukan kepalanya

“pelan- pelan kamu juga mulai bangun hubungan emosional dengan suami kamu... “

“ Aku takut dia ngga suka....”

“udah kamu coba?”

“belum Tan.....”

“cobalah.... bangun komunikasi.... kenali suami kamu, sayang... “ Tante Sarah menyemangati Hana “ siapa lagi yang akan mengenali kita kalau bukan pasangan kita sendiri....”

Hana menganggukan kepalanya

“kalau kamu ragu, khan ada Dara.... sambil kamu bangun kedekatan dengan anak kamu, kamu juga bangun hubungan yang lebih intim dengan suami....”

Hana menyeka airmatanya sambil menganggukan kepalanya

“tanya Ken, apa makanan yang dia sukai...luangkan waktu memasak buat suami... ajak dia bersekutu dalam Tuhan.... perhatikan keperluan dan kebutuhan dia jika berangkat kerja... pantau dia selama lagi kerja, biar dia tahu kalau ada istri yang memperhatikannya dari rumah.... ajak dia bicara tentang masalah kerjaan dia.... pastikan bahwa kamu ada buat dia....”

Hana diam dan menelaah semua kata-kata Tante Sarah

“buat suami kamu jatuh cinta sama kamu.... jika anak kamu bisa kamu rebut hatinya...masa suami kami ngga bisa?”

Gaby tersenyum

“ jangan lupa puasin suami juga lu.....ntar dia nyari yg lain....”ledek Gaby

Hana mencubit lengan Gaby “ apa sih lu ah...”

“betul kata Gaby...” ujar Tante Sarah

Gaby ngakak mendengarnya

“gimana mo begitu Tan? Tidurnya aja ngga pernah bareng....”

Tante Sarah terkejut

“hahh....beneran?”

Hana malu mendengarnya

“iya Tan...namanya khan dulu settingan....”

Tante sarah tersenyum

“sekarang perbaikin yah....semuanya kamu perbaiki...itu halal kok... kamu tidur aja disampingnya dia...khan suami ini....” ledeknya sedikit ke Hana.

Hana mengangguk

“ingat, jangan terintimidasi oleh apapun...kamu berharga di mata Tuhan ....dan kamu adalah istri sah Ken... kamu pertahankan itu...bangun semuanya dengan dasar ketulusan hati.... pasti akan dijawab dan indah pada waktunya....”

“iya Tan...makasih banyak yah....”

“yah sudah....kamu kalau bisa semua nomor lama kamu ganti dengan yang baru.... blokir semua akses yang kamu rasa akan menghalangi masa depan kamu.....dan bangun rumah tangga kamu dengan pondasi baru....oke??”

“oke Tan...”

“ada apa2, jangan sungkan telpon dan konsultasi dengan tante”

“iya Tante....’

Dia memeluk Tante Sarah, memeluk Gaby juga. Hana merasa ada semangat baru buat dirinya dalam berjalan lagi. Dia kini bertekad kalau dia harus bisa mempertahankan apa yang jadi haknya dia, suaminya dia, anaknya dia, semua adalah milik dia yang sah, meski berat dan mungkin Ken menolak dan berupaya meninggalkannya, tapi dia tidak akan menyerah mempertahankan rumah tangganya.
Di chapter ini aku suka banget, titik balik dari kisah hana dan ken
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd