Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terkikis waktu, terhempas keadaan

Status
Please reply by conversation.
Cerita yg sangat menarik semoga lancar updatenya sampai tamat sehat selalu
 
PART 4~
Note: ane koreksi ya suhu, bagi yang pusing dengan nama-nama tokoh yang ada dicerita ane ini.
ivan adalah ateng, ugoy adalah rudi, gareng adalah arman, punk adalah sony, aconk adalah agung, maaf jika ada 2 nama untuk 1 orang karena itu adalah nama panggilan dan nama aslinya (yang disamarkan hehe).
sedangkan untuk dani, ari, udin, indra, reza, dll. itu adalah nama yang tidak pake nama panggilan om suhu.

*Back to story*
Aku putuskan untuk kembali ke basecamp dari pada duduk melamun disini ga ada temen, nanti kesambet setan peliharaan bang tohir lagi mana ini hari sudah sore, pasti tuh setan-setan bentar lagi pada keluar, setan yang aku maksud adalah adul cs.
saat ku langkahkan kaki meninggalkan warung, terdengar dari arah belakang ada orang yang memanggil nama panggilan ku bersama angin yang berhembus kearahku, hiiiiih ngeri.

"teng... ateng" kudengar suara orang yang memanggil namaku itu, saat ku hentikan langkah dan menengok kearah sumber suara yang memanggil namaku, ah ternyata benar itu si adul kuhampiri dia dengan langkah kaki yang pelan seperti seekor siput.

"lama ******, mau ga sih?" tanya adul memperlihatkan sebungkus roko yang digenggamnya

"mau mau mau" aku mulai berjalan normal kearah nya.

"yaudah sini duduk, temenin gue ngopi ya sambil ngobrol-ngobrol kita" ucapnya yang masih berdiri sambil menunjuk kursi panjang idamannya itu

"cipoke" jawabku seenaknya

"ah cipoke cipoke, lo cipok aja tuh si tohir haha" adul asik sendiri dengan candaannya yang diiringi gelak tawa.

kami segera memesan kopi hitam kesukaan kami saat nongkrong kepada sipemilik sekaligus penjaga warung yaitu bang tohir.
"hir buatin kopi item 2 yah" ucap adul pada bang tohir.

jangan menganggap adul tidak sopan kepada bang tohir hanya karena dia memanggil nama bang tohir tanpa tambahan sebutan bang, mang atau sejenisnya, karena umur mereka pun sama atau seangkatan.

"oh siap dul, sekarang atau besok?" bang tohir bertanya dengan candaannya yang receh

"gapapa taun depan aja deh hir" jawab adul dengan wajah memelas

"iya iya gue bikinin sekarang, jangan dijelek-jelekin gitu ah mukanya lu udah jelek dari lahir juga haha"

mendengar ucapan bang tohir seperti itu membuat kami bertiga serempak tertawa, karena jarang ada orang yang berani bercanda seperti itu kepada adul selain bang tohir dan aku.

"haha ****** lo, jelek-jelek gini istri gue 3 loh ahaha" ucap adul yang masih tertawa

datanglah kopi pesanan kami tadi, aku dan adul lanjut mengobrol ngalor ngidul sambil ngopi sampai tak terasa kopi kami habis karena kami ngobrol terlalu asyik, bang tohir sipenjaga warung disuruh membuat kopi lagi oleh adul.
"tumben kopinya di tambah dul?" tanyaku
karena tak biasanya adul menambah kopi ketika kita mengobrol

"iya biar ga ngantuk nanti kalo lagi maen, lo mau nambah juga bilang aja sama tohir, gue yang bayar" ucapnya

aku rasa kopi yang tadi sudah cukup, sebenernya ga enak kalau harus nambah kopi lagi wong yang tadipun dibayarin adul.
kami lanjut mengobrol lagi, entah berapa lama kami mengobrol, adul bangkit dari tempat duduknya lalu membayar kopi dan pamit karena ada urusan katanya.

"cepet amat lo dul, santai aja kali masih sore ini"

"ah kalau masalah birahi mana bisa santai sih teng" ucapnya lalu bersalaman dengan ku dan pergi dengan langkah kaki yang cepat, seperti orang sedang kebelet.

adul telah pergi karena dia sudah birahi katanya, akupun segera kembali ke basecamp untuk bergabung dengan teman-teman ku. tak terlalu jauh jarak warung bang tohir ke basecamp hanya dengan jalan kaki sudah sampai.
kulihat teman-teman ku sudah pada tepar karena mereka minum lebih dulu dan kebanyakan pula mereka minumnya.

"teng tuh udah ku sisain buatmu" ucap dani yang masih teleponan dengan gebetannya

"lo udah minum dan?" tanyaku memandang ke dani yang keliatannya masih belum tepar

"belum" jawabnya "sisain aja dikit" sambung dani

segera ku ambil bagian ku yang disisakan dani, hanya tersisa 3 botol yang berarti aku satu botol setengah begitupun dengan dani karena harus rata.
ku tuangkan minuman kedalam gelas lalu ku tenggak gelas demi gelas yang sengaja ku isi setengah.

"udah jam 5 sore, anak-anak mau nginep disini?" tanya dani yang mengambil botol berisi setengah

"gatau, coba bangunin aja"

"ga enak aku, keliatannya pada nyenyak gitu"

"ah jangan banyak ga enaknya, besok harus masuk sekolah"

"emangnya kenapa kalau besok harus masuk sekolah?"

"ya kasian kalau mereka kesekolah ga bawa uang jajan"

"oh iya, yaudah kamu bangunin gih"

aku membangunkan satu-persatu dari meraka yang sedang bermimpi entah indah atau buruk, yang jelas aku tidak peduli dengan mimpi mereka.
setelah mereka bangun, satu persatu dari mereka pamit untuk pulang sebelum akhirnya meninggalkan bascamp.

"din kayanya gue nginep disini, lo bilang aja sama orang tua gue" ucapku pada udin yang memang rumah kami dekat (tetangga)

"oh iya sip teng" jawabnya singkat

"sekalian tolong bawain uang jajan gue besok"

"hmm" udin berdehem seperti pesulap yang ditv

setelah mereka pergi, basecamp kini terasa lebih sunyi karena ruangannya yang lumayan besar untuk aku dan dani tempati berdua.
dani masih sibuk mengutak atik hpnya yang kadang diselingi minum.

"teng, katanya si fitri mau main kesini gapapa?" tanya dani

oh iya fitri yang dani maksud adalah gebetannya, mereka sudah lama saling kenal dan dekat, sering juga fitri main kesini karena memang sudah kenal dengan kami para penghuni basecamp jadi fitri ga canggung lagi kalau main kesini.

"bawa aja kali dan, emang apa hak gue ngelarang si fitri main kesini"

"bukan gitu maksudku, ya cuman kalau memang ga mengganggu fitri dan aku mau mainnya dikamar" dani menjelaskan maksudnya

"yaudah tinggal pake aja, itu kamar kan kosong juga"

setelah itu dani pamit untuk pergi kedepan sebentar, mungkin dia menunggu fitri yang naik angkot kesininya tapi aku juga ga tau dia mau apa kedepan. kuminum lagi jatah minuman ku yang hanya tersisa satu botol lagi, kutuangkan kedalam gelas lalu menenggaknya.
15 menit setelah dani pamit keluar akhirnya dia datang bersama fitri, mereka memang cocok menurutku, bisa saling menerima jalan hidup masing-masing tanpa mempermasalahkan apa yang menjadi kesenangan mereka dimanapun dan dengan siapapun.

"hey ateng" fitri masuk lalu menyapaku dan kamipun bersalaman layaknya teman lama yang sudah akrab

"ko baru main kesini lagi fit" ucapku basa-basi

"iya nih si danlek baru ngajak main lagi kesini, padahal aku udah sering minta diajakin main kesini"

"enak aja, udah jelas kamu yang sibuk" timpal dani

"iya aku emang sibuk, tapi kan sibuk teleponan sama kamu danlek" fitri yang tak mau kalahpun membela dirinya

oh iya danlek itu panggilan special fitri untuk dani yang artinya dani jelek, aku tau karena fitri menjelaskannya sendiri waktu itu. sedangkan dani ke fitri tidak ada nama panggilan special.

"ko malah jadi saling menyalahkan, udah sana ke kamar aja biar ga keganggu pacarannya" ucapku

"iya nih teng, danlek emang suka gitu" fitri masih memojokan dani didepanku dengan memonyonkan bibirnya yang tipis nan seksi itu "yaudah yu mumpung udah dikasih ijin ama scuritinya" sambungnya

"enak aja scurity, aku yang punya tempat tau" jawabku bercanda

"teng aku sama fitri dikamar ya" ucap dani yang menggandeng bokong fitri ke arah kamar.

aku sendirian lagi diruangan tengah ini, mereka yang dikamar terdengar sedang asyik bercanda ria, ada rasa iri sebenarnya karena ingin memiliki pasangan seperti fitri yang bisa menerima apa adanya.
namun apa boleh dikata, didunia ini jarang ada wanita seperti dia, sekalipun ada ya jarang juga bisa dijumpai.
aku tersadar bahwa botol minuman sudah tidak tersisa lagi isininya, namun aku belum juga merasakan fly. daripada jenuh kuhidupkan saja radio untuk memecah keheningan yang menyelimuti ruangan tengah ini.
kudekatkan radio kearahku, yang kemudian aku merebahkan badan yang terasa sangat pegal, tanpa sadar aku terbawa kedalam lantunan musik yang diputar oleh salahsatu chanel radio.

"Setiap hari ku hanya bermain
Setiap hari ku slalu di sini
Setiap malam kurasakan tinggi
Setiap malam hanya ada sepi

Kau tak sperti yang dulu lagi
dan kau tak peduli

dan ku sedih... bila engkau...
Pergi... menjauh...

Sejak kau.. Sejak kau..
Benci !!!"

lambat laun kesadaranku mulai menghilang entah kemana, yang terlihat kini hanya ada gelap tanpa cahaya sedikitpun, aku larut dalam lantunan musik slank - sejak kau benci.
mungkin sudah hampir setengah jam aku tertidur hingga aku terbangun mengumpulkan kesadaranku kembali karena mendengar suara aneh dari arah kamar.

"assssshhhh.... acchhhhhh..... achhhhhh.. mmpphhhh da... nnn... ii.."

terdengar suara desahan, awalnya aku mengira mungkin ini hanya mimpi saja namun saat kesadaran ku mulai terkumpul semua jelas ini bukan mimpi, ini juga bukan suara radio, karena radio sedang memutar lagu-lagu barat kali ini.
kucoba dengarkan dengan lebih jelas untuk meyakinkan bahwa suara ini adalah suara fitri.

"dannnn…. aaassssssshhhh... ennaaaa..... kkkkkk" rancau fitri yang mendesah

"jang... aaann.... aaaaahhh.... berisikk... nanti... ateng.. bangun" dani yang tak kalah mendesahnya oleh fitri mencoba meperingati fitri agar memelankan suara desahannya itu.

aku masih berpura-pura tidur dengan sebaik mungkin agar mereka tak mencurigai bahwa aku memang sudah bangun karena mendengarkan perbuatan mereka.

"aaaaa.... aaaakkuuu.... gaaaaa.. aaaa... hhhh... pe... duli.. arrrggghhh...." ucap fitri terdengar sangat menikmati permainan mereka "ohhhh... shiiittt.. emmmpphhh" sambungnya mendesah

"akkuuu.... saammmmm.... peee..." ucap dani setengah berteriak karena mencapai puncaknya lebih dulu

setelah itu hening kembali yang ada diruangan ini, karena suara desahan tadi sudah hilang entah kemana setelah dani mendesah untuk yang terakhir kalinya.

"lanjutt ih aku belum sampe tau" terdengar fitri protes kepada dani yang telah mencapai puncaknya

"aku lemes fit, kamu kocok sendiri aja ya" jawab dani

ah sial gara-gara mereka berdua, sekarang aku merasa ada yang aneh dengan diriku.
detak jantungku berdetak lebih cepat tidak seperti biasanya, dengan perasaan yang resah setelah mendengarkan desahan mereka, dan yang lebih parahnya lagi sekarang fikiran kotorku mulai liar hingga membuat birahiku menjalar ke burungku yang kini terasa sangat sesak seperti ingin keluar dari sarangnya yang sempit ini.
mungkin kah ini yang sering anak-anak bilang? mungkin kah aku sedang sange sekarang? tanyaku dalam hati yang sedang merasakan nafsu kearah sex.

*ceklek* terdengar pintu kamar dibuka oleh seseorang didalamnya.
aku langsung sigap untuk memejamkan mata berpura-pura tidur sebelum yang keluar dari kamar itu memergoki ku sudah bangun dan tau kalau aku mendengarkan perbuatan mereka.

"mau kemana kamu? ayo lanjut dani..." kudengar fitri memanggil dani

oh sekarang aku tau yang keluar dari kamar itu adalah dani, mau apa dia keluar kamar dengan meningglkan fitri sendirian.

"aku ada urusan fit, kamu kalau mau balik minta anter sama si ateng ya" ucap dani yang sudah berada didepan pintu kamar "ini penting" sambungnya

"kamu jahat, kita belum menyelesaikan permainannya" teriak fitri didalam kamar

ah sialan sidani ini, sudah enak malah aku yang disuruh mengantarkan fitri gumamku dalam hati yang merasa kesal kepadanya.
terasa tangan dani menggoyangkan tubuhku berusaha untuk membangunkan aku yang sedang berpura-pura tertidur.

"teng, teng bangun" ucapnya

"hemmm"

"teng aku ada urusan mendadak ini, tar kalau si fitri mau balik tolong antarkan dia ya" ucap dani yang mengetahuiku telah sedikit sadar dari tidurku



"iya iya, lo bilang aja ke si fitri tar kalau mau balik suruh bangunin gue aja" jawabku dengan sura yang dibuat seperti orang baru bangun tidur namun mata masih tetap terpejam

"iya entar aku bilang sama fitri" dani lalu kembali ke arah kamar untuk mengambil jaket dan tasnya yang ada dikamar.

"kamu yakin ninggalin aku berduaan sama si ateng" ucap fitri pada dani "entar kalau kita berdua khilaf bagai mana?" sambungnya bertanya pada dani

"husst ngaco aja kamu, aku ada urusan ini fit kamu tolong ngertiin dikit lah"

"iya deh iya danlek ku sayang, sun bibir dulu ah"

*muaaccchh* terdengar orang yang berciuman didalam kamar

"oh iya, tar kalau kamu mau balik kamu bangunin aja ya si ateng ya" ucap dani

"siap"

tak lama dani yang telah mengambil barangnya pun sudah kembali keluar kamar lalu memakai sepatunya ditengah pintu utama kostan (basecamp)

"teng aku pergi dulu ya" ucapnya dengan suara yang agak sedikit berteriak diiringi suara pintu yang ditutup dari luar.

aku tak menjawab ucapan dani tersebut karena memang aku sedang berpura-pura tidur kembali.
hening kembali menyelimuti ruangan ini, entah apa yang fitri lakukan didalam kamar sendirian, yang jelas fikiranku menjadi serba salah sekarang.
nafsu yang menguasaiku tak sanggup aku tahan lagi, pertahan imanku sudah jebol sekarang.
kubangkitkan badan ku yang dari posisi tidur lalu berjalan perlahan menuju pintu utama untuk menguncinya dari dalam, setelah semuanya kurasa aman, kulangkahkan kaki ku menuju pintu kamar yang tertutup untuk membukanya secara perlahan agar fitri yang berada dikamar merasa tidak terancam dengan kehadiranku.
namun aku tidak bisa melihat apa-apa didalam kamar, karena lampunya yang dipadamkan oleh fitri atau dani aku tidak tau juga. kututup kembali pintu kamar lalu menguncinya perlahan-lahan, tangan kananku merayap ke saklar lampu yang letaknya berada didinding samping pintu kamar. setelah lampu kunyalakan aku kaget karena fitri memang tidak tidur, dia hanya rebahan diatas kasur lantai menutupi tubuhnya dengan kain sarung sehingga aku melongo takjub melihat bentuk tubuhnya, terlebih toketnya yang lumayan besar dibalik kain sarung menjiplak dengan jelas.

"sudah aku duga" ucap fitri dengan senyumannya yang manis namun condong ke arah senyuman nakal kali ini, membuat aku semakin bernafsu melihatnya. "kamu mau?" sambung fitri

mendengar ucapan seperti itu, adrenalin ku terasa ditantang oleh fitri. aku yang sudah tidak bisa berfikir jernih lagi langsung menganggukan kepala pertanda mengiyakan pertanyaan dari fitri gadis cantik berkulit putih, mulus, dan berbentuk tubuh sexy itu. kulangkahkan kaki ku mendekati fitri yang masih rebahan diatas kasur lantai lalu duduk disampingnya.
fitri hanya mengelus pahaku menggunakan telapak tangan kanannya yang sangat halus, aku yang hanya menggunakan celana bokser pun merasa bahwa tangan lembut milik fitri itu membuatku semkin bernafsu saja.

"lepas dong celananya" ucap fitri berbisik ditelingaku.

aku yang langsung menuruti perintah fitri langsung beridiri lalu membuka celana bokserku tanpa ragu lagi.
"celana dalamnya lepas juga?" tanyaku

mendengar pertanyaaku yang seperti itu fitri hanya tertawa geli lalu menganggukan kepalanya dengan wajah yang tersenyum manis menurutku. aku malu melihat fitri yang seperti mentertawakan sikap polosku, yang kulakukan sekarang adalah berdiri mematung menahan malu

"sini dong katanya mau" ucap fitri

kudekatkan tubuhku kearahnya lalu dengan sigap fitri memainkan burungku yang sudah berdiri tegak layaknya siap menerima perlakuan fitri pada burung kesayangan ku.
fitri mengocok burungku dengan tangannya yang dilumasi air liur olehnya sendiri.

"fithhhh,, ahhh geli fithhh" erangku karena merasa geli dengan kocokan tangan fitri diburungku

"hihi kontolmu buntet gini sih teng, tapi besar juga jadi gemes deh liatnya" ucap fitri dengan nada suara yang manja lalu disentil nya burung ku dengan agak sedikit keras membuat ku ngilu

"ah sakit tau fit" protesku pada fitri

"mau aku kulum ga kontolmu?" tanya fitri

"ah jangan jijik tau" jawabku

fitri hanya tersenyum mendengarkan ucapanku itu, tanpa aba-aba lagi fitri mengulum penisku dengan mulutnya yang tersa nikmat luar biasa.

"ahhhh.. fitt... aahhh.... enak.. ahh" desahanku membuat fitri semakin liar mengulum penisku dengan gerakan kepalanya yang manju mundur.

tanpa disadari aku menjambak rambut fitri lalu menekan paksa kepalanya sehingga mulutnya melahap habis batang penisku, fitri yang mendapat perlakuan seperti itu dariku tak habis akal untuk membalasnya, dia memainkan lidahnya menjilati batang penisku yang berada didalam mulutnya dengan ganas, hampir 5 menit fitri melakukan itu membuat airliurnya mengalir melawati dagunya dan menetes dikasur lantai.
semakin geli aku rasakan, seperti ada yang mau keluar didalam penisku

"fiittt.... ak... uuuu mau... ken…. ahhhh......" aku mengerang panjang bersama dengan semburan seperma ku yang muncarat didalam mulut fitri membuatnya sedikit tersendak namun tak melepas burungku dari mulutnya, membuat spermaku luber bersama liurnya mengalir terlihat keruh dan kental didagunya.
tak lama batang penisku kini mulai menciut didalam mulut fitri, kemudian fitri melepasnya, lalu menyeka aliran sperma yang bercampur liurnya itu dengan tangan kanannya.

"mau dilanjut lagi gak teng?" tanya fitri kepadaku yang masih terduduk lesu

"bentar fit aku lemes banget ini"

"yaudah istirahat dulu bentar, aku juga aus" ucapnya yang lalu pergi keruang tengah tanpa menggunakan busana apapun

fitri kembali kekamar setelah dari ruang tengah tidak mendapat air minum yang diinginkannya.
"teng ko galonnya kosong sih?" tanyanya

"galon mah emang abis fit, tapi kalau kamu doyan tuh ada sisa arak bagian si dani, kamu minum aja"

"yaudah gapapa, aku doyan ko"

fitri yang kembali keluar kamar dan masuk lagi membawa botol arak, dia duduk disampingku dan meminum araknya bedua bersama ku sambil bercerita.

"kamu ko bisa sange sama gebetan temenmu sendiri sih teng?" tanya fitri yang membuat aku kaget

"mmm gimana yah fit, mmm maaf yah tadi aku tau kamu lagi gituan sama si dani" jawabku gugup "jadi deh aku ikutan sange" sambungku malu

"hihi jadi kamu ngintipin kita maen?" tanya fitri yang diiringi tawa manjannya

"engghh.. engga ko aku ga ngintip, aku cuma denger suara kalian saja sueer deh"

"yaudah lah ga penting juga itu, kamu mau lanjut, udah ga lemeskan?"

"bentar dulu deh fit, kita pastikan dulu permainan kita aman atau engga"

"caranya?" fitri bertanya kepadaku dengan muka yang terlihat bingung namun lucu, jadi gemes juga liatnya

"emm coba deh kamu telepon si dani, kamu tanyain dia bakalan balik lagi kesini ga"

"oh iya bener juga yah"

fitri lalu mengambil hpnya dan mencari nama dani dikontak telepon miliknya, setelah ketemu dia lalu menelpon dani.
setelah telpon diangakat terdengar oleh ku suara dani, karena memang teleponnya sengaja fitri loudspeaker agar aku juga mendengarkan.

"ooohhhhsshh... yahh.. sudah... nan... ti... ku... arrgggghhh... sampein.... ahh... deh ke.. ateng... shitt...." ucap fitri dengan mendesah karena saat dia menelepon, tanganku sedang asyik menjamah lubang kencingnya

"haha iya makasih fit, kamu ko nelpon sambil desah gitu sih fit?" tanya dani disebrang telepon sana yang kebingungan

"iyy... aaarrgghh... akkk..ouusshhh.... lagi.... ngocc.... ookkkk.. senaahhh... diri... ini" jawab fitri menjelaskan pada dani agar tak curiga

"yaudah kamu puasin dulu sana ngocok, maaf aku ga bisa puasin kamu sekarang." ucapnya "santai aja ateng ga akan tau kalau kamu lagi ngocok" sambung dani menengkan fitri

"lahhh.... asshhh... ko... kam... aahh... uuhh.... bi... sa... yakin... aargghhh... sih.... danlek....." desahan fitri semakin menjadi karena sekarang bukan hanya tangan ku saja yang menjamahi lubang kencingnya, mulutku pun ikut nete ke teteknya fitri

"lah kan aku tau dia tidurnya mirip kebo, mana bisa denger orang lagi ena-ena sih kalau kebo lagi tidur" jawab dani

"akkkk.... uuuhhhhsshh... tutup... yahhhh acchhh... tele... arggghhh... ponnya.... da... accchhh....dah.... danlek...., hati-hati..... acchhharggghh...... dijalannya.... aaashhh... " ucap fitri yang penuh dengan desahan disetiap kalimatnya lalu menutup teleponnya

"tuh... aacchhh... udah..... ammhhh...an..." ucap fitri padaku.

dani temanku maafkan aku, disaat kau sedang diperjalanan untuk menjenguk paman mu yang sakit, aku malah menikmati tubuh gebetan mu yang cantik ini, ini juga salah mu karena meninggalkan kami berdua yang sedang sama-sana bernafsu.
fitri dan aku saling betatap mata penuh nafsu yang membara, semakin lama semakin dekat tanpa ada jarak lagi dan tiba-tiba fitri menempelkan mulutnya dimulutku, memaksa ku untuk membuka mulut agar lidah kami beradu.
namun aku yang tak mengetahui caranya hanya kaku dan tanpa membalas lidahnya yang agresif menjamahi lidah miliku.

fitri melepas bibirnya yang sedang beradu dengan bibirku.
"ko lidahmu kaku sih teng?"

"maaf fit aku belum tau caranya" jawabku.

"yaelah kamu coba deh gerakin lidahmu sama kaya aku gerakin lidahku" ucapnya

"yasudah akan aku coba"

kami lalu menempelkan bibir kami kembali, kali ini aku mencoba memainkan lidahku sesuai dengan apa yang fitri perintahkan tadi, kurasa hembusan nafas fitri kini semakin tak teratur lagi, tangannya yang menggenggam penisku mulai memainkan dan mengocok penisku membuat aku reflek untuk mennggengam dan mempermainkan payudaranya kembali.

"ahhhhh..." desah fitri

"jilatin leher aku cepet teng ahhhh"

kujilati lehernya yang mulus ini, lalu ku arahkan jilatanku ke daun telinganya yang kemudian kembali lagi ke lehernya

"aahhm.…mmm…aannn... aaaa... kkk.. pinnt.. aaarr..." desahnya nikmat terdengar ditelingaku

"kamu enak fit?" tanyaku tanpa respon darinya, kulihat mata fitri yang sekarang seluruhnya sudah berwarna putih putih karena bolamatanya yang hitam tak terlihat lagi entah kemana.

"memm.... meeee.... kk.. akk.... uuu.. juuugg... aaa" rancau fitri seperti ingin dijilati lubang kencingnya itu

"aaahhhhh... ssssshhhhssshhh.."

aku tak menggubrisnya karena aku sedang asik menjilati susu kanannya yang diselingi sedotan ku dipentil susu fitri seperti bayi yang nete pada ibunya.

"aaannnn.... jjjinnkkkk…..ennnaaaa…kkk"

"pleea…sshhh..jilaa…tt.."

"memekmu jiji bekas kontol si dani" jawabku berbisik ditelinga fitri

kuhentikan sejenak permainanku semacam ini kepada fitri, ku ambil arak yang hanya tersisa sedikit untuk kuminum sendiri.

"ihh malah minum" ucap fitri yang masih dengan suara sedikit mendesah mengambil alih botol dari tanganku untuk disimpannya

"terus?"

"lanjut lagi dong!" protesnya

aku tak menuruti keinginannya, hanya saja kini fitri lebih bringas. dia memeluk ku yang sedang duduk membelakanginya membuat toketnya yang tertutup itu langsung bersentuhan dengan kulit punggungku, fitri lalu menjilati telingaku sampai aku merasa nafsuku kembali lebih menggebu lagi kali ini.
aku membalikan tubuhku menjadi berhadapan dengannya, ku dorong dia kekasur lantai hingga badannya tersungkur. ku ambil bantal untuk menjadi ganjal bokongnya hingga kini bagian bawah bokong fitri hingga ke ujung kakinya lebih tinggi daripada bagian bokong keatas, terlihat jelas memek fitri berwarna merah muda menggemaskan ingin sekali aku memainkannya. ku kocok menggunakan jari tengahku dengan pelaan.

"isshhm….. aaccchhh... en... aaakk" desah fitri

"kamu enak?" pertanyaan konyol ku lagi kepadanya

kulihat fitri hanya menganggukan kepala dengan mata yang merem melek dan desahan yang tak pernah berhenti.
sudah lima menit aku mengobok-obok lubang kencing fitri menggunakan jari tengahku, hingga.

"uddddaaaa..... aaa... sssstttt.... aahhh" rancaunya entah apa yang dia katakan

"udaaa.. aaakk….sshhh…daaappp..ttt." ucapnya dengan gerakan tubuh yang menggelinjang liar tak beraturan dan hentakan kakinya dikasur lantai.
aku mengocok memeknya dengan lebih cepat lagi lalu

"asshhhhhh..asccchhhh..aaaaassss" lenguhnya panjang diiringi dengan semburan air kental dari lubang kencingnya itu, kubiarkan fitri menikmati orgasmenya yang telah ia dapat berkat kocokan jari tengahku.

"kamu lem.. ?"

"udah cepet lanjutin, keburu larut malem" ucap fitri memotong pertanyaanku.

karena fitri yang menyuruh untuk melanjutkan permainan ini, lalu aku cium keningnya kemudian mata, bibir, pipi, dan dagu tak luput dari ciumanku.
fitri yang sudah tak sabar kemudian menggenggam batang penisku dan mengarahkannya kelubang kencingnya itu, setelah berhasil mengarahkan penisku ke lubang kencingnya hanya bagian kepala penisku saja yang masuk sedangkan batangnya masih diluar.

"issshhh... ko diem?"

"aku harus gimana?" aku yang balik bertanya kebingungan

"masukin... errhgggg.... " ucapnya lirih

pelan pelan kumasukan semua batang penisku kedalam lubang kencing fitri dan lalu diam lagi.

"arggghhh.... gerakin dong teng!!" protesnya kesal

aku mengerti sekarang apa yang harus aku lakukan, kugerakan perlahan - lahan keluar masuk lubang kencingnya itu, perlahan tapi pasti.

"asshhhh…..occhhh god... aahhh" desahnya membuatku semakin bernafsu menghujam lubang kencingnya

"ahhss... enak fit" ucapku

"cepaa...... asshhh... tt..... **%:*::'*#" rancau fitri, tak ada satupun kalimat yang ku mengerti dari setiap kalimat yang fitri katakan saat kami bercinta.

sudah hampir delapan menit kami dalam posisi ini, posisi dengan fitri dibawah dan ku tindih dia dari atas. karena mungkin fitri bosan ia lalu menyuruhku untuk berhenti dan berganti posisi, kini ia yang nungging dan aku menusuknya dari belakang seperti duaekor hewan yang sedang bercinta.

"ashhh.... kamm..... uuuhhhhh... "
" achhhh... oouugghhh"
"anjji.... iii.. ngg... "

tak ada kata-kata yang kumengerti dengan ucapan fitri itu, yang jelas aku sudah merasakan geli yang amat sangat dan diapun juga geli seperti ingin mendapatkan sesuatu yang dahsyat.
" fitt.... aaaghhhh... aku.. geli.. "ucapku pada fitri

"akkku..... jjuu.... gggghhh... aaaaa.." terasa hangat didalam lubang kencing fitri, cairannya yang menyembur didalam membuat batang penisku terasa amat hangat

"kaammmmm... ahhhh.. dii... luaarre." ucapnya

aku yang berusaha menahan gelipun sudah tak kuasa, kucabut penisku dari dalam lubang kencing fitri dan seketika semburan spermaku menyembur dipunggung fitri. aku lemas ku peluk fitri dari belakang, terasa sangat lengket karena memang sepermaku dipunggunya, lalu kami roboh sehingga fitri ketindih tubuhku. karena merasa kasihan aku turunkan tubuhku tepat disamping tubuhnya kamipun masih berpelukan dalam keadaan bertelanjang tanpa sehelai benangpun yang menempel ditubuh kami.

"jangan sampai dani tau" ucap fitri yang lalu menempelkan bibirnya menciumi bibirku, aku hanya bisa diam tanpa membalas ucapannya itu karena bibir fitri yang menghalangiku untuk berbicara.

kami langsung memakai pakaian kami masing-masing, firti yang ingin pulangpun ku antarkan dia.

"naik angkot yah" ucapku yang dijawabnya dengan anggukan oleh fitri

disepanjang perjalanan, didalam angkot fitri hanya menyandarkan kepalanya di bahuku karena lemas setelah melayani dua pria dalam satu malam.

"duh mesra amat sih pacaran abg jaman sekarang" komen sang sopir yang menatap ke kaca spion dalam mobil angkot miliknya

"hehe simamang bisa aja" ucapku
ini memang sudah pukul 10 malam, jadi aku tenang saja dengan sikap fitri yang seperti ini karena didalam angkot pun hanya ada beberapa orang penumpang saja termasuk aku dan fitri.
tak lama kami sudah sampai ditujuan, rumah fitri harus masuk lagi kejalan yang letaknya dipinggir jalan raya.
gang yang luasnya lumayan besar, kira-kira cukup untuk keluar masuk mobil.
setelah sampai didepan rumah fitri, aku pamit kepadanya untuk kembali ke bescamp. barusaja membalikan badan untuk pergi meninggalkan fitri didepan rumahnya.

"teng!" fitri memanggilku

kubalikan lagi badanku mengarah kepadanya dan *muach* bibir fitri mengecup bibirku dengan mesra

"hati-hati dijalan ya" ucapnya

"iya fit, aku pamit ya" jawabku yang lalu pergi meninggalkan fitri didepan rumahnya, aku pergi menuju jalan raya untuk kembali naik angkot kearah bascamp.

disepanjang pejalanan aku hanya memikirkan kejadian yang barusaja ku alami hari ini, dimana aku harus kehilangan perjakaku dalam usia anak kelas 9 smp. jika teman-temanku tau mereka akan mengejekku habis-habisan karena meratapi nasib yang barusaja kehilangan keperjakaan, karena mereka berfikir sex adalah gaya hidup bebas dijaman modern saat ini.
tapi menurutku, bukan tentang kehilangan keperjakaannya, melainkan pasangan yang mengakibatkan aku hilang perjaka itu adalah gebetan teman ku sendiri, berdosalah aku ini pada mu kawan.

"stop bang" ucapku pada sopir angkot.
beliau melajukan mobilnya kepinggir jalan sebelum menginjak rem untuk menghentikan laju angkot.
setelah turun dari angkot, aku berjalan ke bascamp dengan fikiran yang terus terbayang-bayang kejadian tadi, sampailah aku di bescamp, ku rebahkan tubuhku didalam kamar bekas permainan ku dengan fitri, entah karena lelah saat aku memejamkan mata akhirnya tertidur pulas.

Entah berapa lama aku tertidur, aku bermimpi bahwa dani mengetahui perbuatanku dengan fitri malam tadi membuat aku berkeringat saat tidur.
"teng.. teng bangun" kudengar suara udin yang berusaha membangunkan aku dari tidur yang lelap ini

"hemm lo dateng kepagian din" jawabku setengah sadar

"pagi mata lo picek, heh ini udah jam setengah 8 nyet"

"haaah, ah lu telat amat si dateng nya"

"udah lu santai, sana gih mandi terus sarapan" perintah udin, "gue udah beliin nasi kuning" sambungnya.

aku segera bergegas menuju kamar mandi yang letaknya ada didalam kostan, jadi kostan kami ini seperti rumah namun berjajar dengan kostan yang lain. karena kostan ini bebas penghunin dan tanpa batasan jam, jadi kami memang sering membawa pacar kami masing-masing ke kostan tanpa takut diprotes tetangga kost, bagai mana mau protes kelakuan merekapun sama seperti kami.

"ah sial gue kan gak bawa handuk" gerutuku yang baru sadar setelah selesai mandi, dengan sangat terpaksa akhirnya celana bokser aku jadikan handuk karena situasi memang tidak memungkinkan jika harus menunggu badan ku kering sendiri tanpa dilap. setelah selasai mandi aku segera menggunakan seragam sekolah.

"din kita bakal kesiangan ini" ucapku pada udin yang sedang asik memainkan hpnya

"santai aja kali, kaya orang baru kesiangan aja lo mah"

"bukan gitu din masalahnya, jam segini angkot penuh sama ibu-ibu yang pulang dari pasar"

"kita ga perlu naik angkot hari ini teng, gue bawa motor ko"

"oh yaudah kalau lo bawa motor mah bagus"

setelah semua siap, kusantap dulu nasi kuning yang dibawa udin untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah. dan perasaan bersalah itu kembali hadir menghantui ku yang baru saja memulai pagi hari.
setelah selesai sarapan, aku dan udin pergi menuju sekolah menggunakan motor matic milik udin, udin yang mengendarai motor sering bertanya kepadaku namun aku tak mau menjawabnya karena memang aku juga sedang bingung dengan bayang-bayang yang terus menghantui ku, tepatnya aku merasa sangat bersalah setelah kejadian semalam, karena aku telah menghianati kawanku sendiri.

"teng turun napa, udah sampai nih" ucap udin yang menyadarkan aku dari bayang-bayang rasa bersalah.

"eh udah sampai ya din?" aku celingukan seperti orang linglung kali ini

"lagian kenapa sih lo aneh banget hari ini, sakit lo huh?"

"engga ko din gue ga sakit" jawabku "udah ah gue masuk kelas duluan ya din udah telat ini" aku pamit pada udin agar dia tidak terus bertanya keadaan ku hari ini, walau aku tahu udin pasti curiga dengan tingkahku.

"yaudah sana lo pergi" udin menendang bokong ku sedikit keras untuk mengusir ku dari sini
"tar pulang lu tungguin gue aja ya" ucap udin sedikit berteriak karena aku sudah berjalan meninggalkannya

aku dan udin memang tidak satu kelas, aku dikelas 9J bersama ugoy sedangkan udin dikelas 9F bersama dengan ari. memang dekat jarak kelas kami namun aku meninggalkan udin karena dia harus memarkirkan motornya terlebih dulu.
sampailah aku didapan kelas, kulihat dari luar jendela yang berwana bening, hingga jika dilihat dari luar pun bisa karena tembus pandang, bahwa didalam kelas sudah belajar jam pelajaran pertama yang berarti pelajaran agama, sepertinya hari ini guruku yang tidak hadir kemarin sudah masuk lagi.
kuketuk pintu kelas yang setengah terbuka dari luar untuk meminta izin masuk dan bergabung bersama teman-teman yang lainnya dalam perlajaran jam pertama.

"permisi bu, boleh saya masuk" ucap ku yang masih diambang pintu kelas

"udah masuk aja"

"terimakasih bu" aku menghampiri guru tersebut dan mencium tangan kanannya sebum duduk

"lain kali kamu jangan telat lagi, kamu ini anak kelas 9 sebentar lagi ujian nasional"

"iya bu maaf"

"yasudah duduk sana"

aku meninggalkan meja guru untuk duduk dikursiku, setelah duduk ugoy tanpa basa-basi dengan suara yang setengah berbisik memberitahuku bahwa reza dan airin sudah menikah malam tadi.

"yang bener lo goy?"

"beneran gue teng, lu kalau ga percaya liat aja si reza ga masuk sekolahkan sekarang"

mataku memperhatikan setiap bangku yang ada dikelas ini, memang benar reza tidak masuk sekolah hari ini.
"terus selain lo siapa lagi yang tau kalo reza menikah sudah menikah?" tanyaku penasaran

"kayanya ga ada lagi deh teng"

"yaudah lo jangan berisik dulu masalah ini, biarkan amel tidak tahu kalau pacarnya sudah menikah"

"iya siap aman kalo itu mah"

"oh iya tugas yang lo kerjain kemarin udah lo photocopy kan goy?"
ugoy yang mendengar pertanyaanku seperti itu lalu wajahnya menghadap kearahku

"oh iya gue lupa"

"aduh ko bisa lupa sih?"

"anda siapa yah saya lupa? anda penyusup ya dikelas saya, ayo jujur!" ucap ugoy yang berpura pura amnesia

"ah dasar lo cungkring, bener tugas gue belum lo photocopy?"

"udah ko itu mah, lo santai aja tugasnya juga udah gue kumpulin tadi"

"ohya bagus deh kalau udah dikumpulin"

aku tak mengerti bu mega sedang menjelaskan apa, karena aku terlalu asyik mengobrol dengan ugoy yang sama tidak sedang serius mendengarkan penjelasan dari bu mega.
kami berdua bukan tidak ingin mendengarkan penjelasan bu mega untuk hal yang tidak penting, tapi kami memang sedang mengobrolkan topik yang penting menurutku, yaitu pernikahan reza dan airin yang diadakan malam tadi kata ugoy.

"ivan, rudi kamu memperhatikan tidak" tegur bu mega yang melihat kami tak memperhatikannya

"eeee... iii.. iya bu aku memperhatikan ibu ko" ugoy yang gugup menjawab teguran bu mega yang terlihat kesal dengan kami

"kalian sudah harus ulangan bulan depan, ibu sedang menjelaksan 3bab sekaligus sekalian pemantapan, ayo dong belajar yang serius!" gumamnya

"iya bu maaf" ucapku

"ayo sekarang kalian buka buku paket halaman 109,bab 4" ucap bu mega

aku dan ugoy mulai memindahkan halaman buku paket ke halaman yang diperintahkan bu mega tadi, namun sayang ketika semua murid sedang serius tak kecuali dengan ugoy yang mengikuti pelajaran bu mega kali ini, aku malah tetap saja tidak bisa konsentrasi karena emosiku pada reza yang akan mengecewakan si amel.

"ah sial" ucapku pelan

"kenapa lagi sih lo teng?" ugoy bertanya kebingungan

"engga goy, lo belajar aja gue gak bisa konsentrasi ini"

"yasudahlah" jawabnya

tak lama bel berdering pertanda pelajaran jam pertama sudah habis dan akan berganti menjadi pelajaran jam kedua yang sama akan membosankan menurutku, untung saja pelajaran jam ke2 itu pelajaran pkn yang gurunya ketika sudah memberi tugas akan keluar untuk kembali keruang guru dan kembali lagi ke dalam kelas jika bel istirahat sudah berdering.

"yasudah kalian lanjutkan saja dulu bab itu untuk dipelajari, sambil menunggu pak kanda masuk" ucap bu mega yang sudah siap meninggalkan kelas kami

"baik bu" jawab seluruh murid kelas ini serempak

setelah itu bu mega pergi meninggalkan kelas ini.
lama kami menunggu pak kanda masuk, namun yang ditunggu tak kunjung datang. bahkan murid yang nyeleneh bukan menuruti perintah bu mega tadi yang menyuruh kami untuk terus belajar sambil menunggu pak kanda masuk, mereka malah mengganggu murid lain termasuk si amel ketua murid kelas ini.

"jar kantin yu" teriak ku pada si fajar yang sedang mengganggu amel

"engga teng ah, lo duluan aja ke kantin tar gue nyusul"

ku hampiri fajar yang sedang mengganggu amel tanpa henti, setelah aku dekat dengan si fajar yang ada di bangku amel.

"kalau lo ga mau bareng ke kantin, lo jangan gangguin si mak lampir!" tegurku pada fajar

amel yang mendengar ucapanku seperti itu melihat kearahku dengan tatapan yang heran.

"lah kenapa lo larang gue teng?"

"gapapa sih, ya gue ga suka aja liat lo gangguin amel terus"

"bebas dong terserah gue, lo bukan siapa siapa amel kan?" ucap fajar bertanya kepada ku, aku yang merasa kesal dengan kelakuan dan pertanyaannya sudah tidak bisa menahan emosi, ingin sekali ku tinju wajah nya tapi aku tak mau terlihat seperti jagoan didepan si mak lampir.

"lo ikut gue!"

"mau kemana sih ganggu gue lagi seneng aja lo teng" gerutu fajar dengan tangan yang kutarik untuk mengikuti ku keluar kelas

*buggg* tinju ku mendarat tepat diwajahnya

"lo udah gue suruh jangan ganggu mak lampir malah ngeyel" ucapku dengan suara yang setengah berteriak

"emang apa hak lo ngelarang huh?" dengan wajah yang seperti menantangku.

"ah sudahlah gue gak mau liat lo ganggu amel lagi!" aku berjalan kedalam kelas lagi meninggalkan fajar yang masih mematung diluar.

"gue suka mantan lo!" ucap fajar menghentikan gerak langkah ku

"dan gue gak peduli dengan perasaan lo itu!" kemudian ku lanjutkan langkah kaki ku yang sempat terhenti karena harus menjawab ucapan fajar.

barusaja aku masuk kedalam kelas, amel menghampiriku yang akan duduk.
sedangkan ku lihat mayang sekertasis kelasku menulis pemberitahuan dipapan tulis bahwa pa kanda berhalangan hadir dan kami diwajibkan untuk mengerjakan tugas yang diberikan beliau sebagai gantinya.

"aku sudah tau pak kanda gaakan masuk kelas" ucapku ke amel

"bukan itu!" jawabnya

"yasudah kembali saja ke mejamu, aku sedang malas berdebat dengan mu yang akan menyuruhku tetap diam dikelas"

kulihat raut wajah amel seketika berubah seperti ingin menangis, aku bingung apakah ada yang salah dengan ucapanku barusan sehingga membuatnya bersedih. ah namun aku rasa tidak mungkin, aku tau amel itu seperti apa orangnya.

"aku putus dengan reza" ucapnya lirih

"bagus lah mel, reza kan sud..." ucap ugoy yang menimbrung namun aku samber lagi ucapannya agar ugoy tak melanjutkan omongannya itu

"goy stop!" ku peringati ugoy agar tak melanjutkan ucapannya lagi

"oh oke" jawab ugoy lalu diam.

"dan kamu mak lampir, aku tidak peduli untuk kabar putusmu dengan si reza"

"lo ko gitu sih teng, amel nangis kan jadinya" tegur ugoy kepadaku yang memang benar amel menangis kali ini.

aku bangkit dari kursi yang sedang aku duduki, dan pergi keluar menuju kantin meninggalkan amel yang berdiri mematung dekat mejaku.
sampailah aku dikantin, namun keadaan dikantin sangat sepi karena murid yang lain sedang belajar dikelasnya masing-masing karena memang pelajaran sekarang dobel sekaligus pemantapan.

"ko sepi sih bi?" tanyaku basa-basi pada si ibi yang sedang menggoreng gorengan untuk istirahat.

"iya nih teng, tumben anak-anak pada ga mabal" jawabnya

"yaudah bikinin aku kopi item ya bi" perintahku pada si ibi yang masih anteng menggoreng, "aku biasa ya nunggu di bilik" sambungku pada si bibi

"iya tunggu aja disana, tar bibi anterin."

segera aku pergi kebilik untuk sekedar merebahkan badanku dan mulai untuk melepaskan fikiran tentang apa saja yang telah terjadi mulai dari perbuatan ku dengan fitri semalam, pernikahan reza yang juga diadakan semalam kata ugoy, dan juga ucapan amel yang memberitahu ku bahwa dia sudah putus dengan reza. taklama si bibi datang membawa pesanan kopiku.

"bengong aja kamu teng, kesambet baru tau rasa"

"ye si ibi ngedoain aku kesambet, kalau aku kesambet ga akan ku bayar kopi ini nanti haha"

"sialan kamu ya haha" jawabnya yang kemudian kembali meninggalkan bilik miliknya ini

kunikmati setiap aroma kopi hitam panas yang barusaja dihidangkan si ibi, lumayan fikiran yang membebani otakuku sedikit demi sedikit menghilang bersama aliran air kopi yang masuk kedalam keronganku.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd