Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

THE HIMAWAN FAMS

Minggu, 15 November 2020 16:21
Aku terbangun sambil kaget. Kusadari waktu ashar nyaris kulewatkan.
Agak berlari aku menuju kamar mandi. Diiringi tatapan yang lainnya
" Ayah. Mau kemana ?" Tanya Fitri
" Ayah belum ashar bun...." Jawabku panik
" Heyyy... Santai aja..." Belum selesai istriku mengingatkan
Pintu kamar kutabrak dan pelipisku berdarah....
" AYAH....!!!" Seru Fitri panik. Dia menghampiriku lalu di tutupnya luka di dahiku dengan handuk kecil.
" Kalo jidat belon keras.... Jangan coba coba nyundul pintu.... Kayunya keras cuy... Kamperr...." Ledek Budi. Ku sambit pantatnya dengan sendal. Budi tertawa puas bisa meledekku.
" Beb.... Kebiasaan...!" Ucap Terry sambil mencubit perut budi.
" Alalalala.... Iya iya iya. Aaa. Ampun hun .. ampun...." Teriaknya kesakitan
" Mang enak dicubiiit...." Ledekku kepada Budi.
" Ayah.. " Fitri melotot membuatku mingkem seribu bahasa
Pak Trio dan ibu tertawa melihat perilaku konyol kami.
" Ayah... Bunda manggil dr. Alvin. Lukanya gede banget. Lebih gede dari lukanya deyan...." Ucap Fitri...
" Iya tapi ayah shalat dulu ya bun..." Bujuk ku
" Iya...." Fitri mengangguk
Kulanjutkan langkahku walaupun agak terhuyung
Selesai wudlu opik menghampiriku
" Bang shalatnya tiduran aja... Daripada tumbang pas shalat." Saran Opik....
Kuturuti sarannya demi kebaikanku. Lagipula kemang kepalaku terasa pusing sekali.
Selesai shalat Fitri menghampiriku. Lalu mencium tangan dan bibirku
" Mmmwh... Kurangin grabak grubuknya ayah.. kan hasilnya malah dijahit...." Ucapnya sembari memeriksa dahiku. Difotonya dahiku dan diperlihatkan kepadaku
" Tuh kan benjolnya gede...." Ucapnya sambil membelai rambutku dengan penuh sayang.
Tak lama dr. Alvin datang
" Berantemnya kemaren kenapa lukanya baru sekarang Dicky....?" Tanya dr. Alvin santai
" Hadaaah.... Ni dokter belum pernah kena typhus kali ya...." Jawabku melas
Dr. Alvin ngakak mendengar celaanku
" Dah bentar maghrib juga dia bakalan lasak lagi.... Pasti sembuh de... " Ucap dr. Alvin
Fitri tersenyum mengangguk
" Dok. Ini jarumnya ketinggalan dibawah...." Ucap Budi sambil menyerahkan jarum layar kepada dr. Alvin.
" Waduuhh ....." Keluhku diiringi tawa ngakak dr. Alvin.
" Tuhaaan..... Seedun inikah ipar si ade ? Hahahaha....." Komentarnya
Aku mengambil bantal lalu kusambit Budi daaan.... Gagal mengenainya
Budi berjoget bahagia meledekku.
Fitri tak kuasa menahan tawanya. Ia terpingkal pingkal melihat perilaku gila iparnya yang memeriahkan kehidupannya. Semburat bahagia Fitri meronai wajahnya. Dia merasa istimewa dihadapan keluarga besarku dan merasa terhibur disaat duka. Tak lagi tampak wajah lesunya. Tak terlihat lagi kegalakannya dilapangan. Sifat bijak seorang ibu malah mendominasi perilakunya. Dan semua perubahan itu malah menjadikan mandor pekerja dan subcon merasa makin segan dan menghargai Fitri. Bahkan ada yang berkata
" Gua mah mendingan ngehadapin pak Budi daripada bu Fitri yang sekarang..... Sama pak Budi mah biru biru muka... Bengep bengep.... Tapi sama bu Fitri beeeuugghh....." Ujar pekerja yang dibenarkan kawan maupun mandormya. Dan mereka bersedia loyal bila di berikan kesempatan bekerja dibawah arahan team kami.
Aku mengerenyit menahan sakit saat jarum suntik menusuk pelipisku. Fitri memegang tanganku menenangkan dan menahan agar tak ada gerakan tiba tiba
Lalu ia melaksanakan tugasnya menjahit luka di dahiku.... Enam jahitan kuterima dengan legowo.
Selesai mengobati lukaku dr. Alvin memberikan resep obat pain killer kepada Fitri. Budi berangkat menebus resep tersebut dr. Alvin kuminta untuk tetap dirumahku karena ada tahlil. Tapi dengan halus ia menolak sehubungan dia harus praktek di kliniknya.
Kuhargai penolakannya. Dan ia berjanji kalau malam minggu depan dia pasti hadir.
Aku mengangguk setuju.
Kuantar dr. Alvin hingga ke mobilnya. Setelah ia berlalu fitri memanggilku
" Ayah.... Telepon dari PT Tirta Banyu Perdana." Ucap Fitri
Kunterima telepon dari Tirta. Ternyata kawan lamaku dan Budi sekarang jadi CEO diperusahaan tersebut. Ya @samcoki. Dia bocah culun mirip Iandi. Tekun berusaha dan ulet. Saat ini ia sukses di industri air minum dalam kemasan.
Ia memintaku datang ke kantornya di Kuningan Jakarta untuk membuat perencanaan sistem ERP dengan modul material management mulai hulu ke hilir.
Kujanjikan aku akan datang Selasa bersama Budi dan Istrku. Sammy, panggilan akrabnya, menyambut gembira dan berjanji menyiapkan apa yang harus ada.
Kuceritakan pada Budi dan istriku tentang rencana bertemu Sammy yang disambut gembira Budi.
" Ayah ganti Koko dulu... Jangan make kaos..." Ucap Fitri
Kulangkan kaki menuju kamar. Disana sudah tersedia koko dan kopiah untukku.
Tak lama kemudian waktu maghrib tiba. Kami shalat berjamaah di rumah dengan Imam Om Dadan Babinsa. Suara merdunya membahana mengisi ruangan.
Selesai shalat kami mempersiapkan segala sesuatu untuk memulai acara tahlilan. Tak terasa waktu berjalan. Tibalah waktu isya dan kami kembali berjamaah di rumah.
Selepas Isya jamaah masjid datang memenuhi undangan kami. Dan kami menyambut mereka.
Sebait kata kusampaikan kepada para tetamu yang dilanjutkan oleh Pak Trio. Selesai sambutan kami memulai tahlil dengan khusyu. Airmata Bu Trio menetes deras. Adri kakak Asikin berulang kali mengusap matanya sementara Tanti tepekur dipelukan Dinda.
Lantunan yaasiin dan bait bait doa dilantunkan. Hingga akhirnya prosesi tahlil selesai dengan tertib. Sebelum pulang ketua DKM berpesan kalo malam kedua hingga ke tujuh ngga usah menyiapkan bingkisan, cukup makanan ringan dan minuman baru boleh ada bingkisan pada malam kedelapan bertepatan dengan syukuran usaha kami. Kami mematuhi apa yang diamanatkan ketua DKM.
Selesai tamu bubar kami masih menikmati kebersamaan. Canda tawa mengalir lancar
" Bang Adri.... Ngopi dulu napa...." Ajak Budi kepada Adri
" Siap...". Jawab Adri sambil melangkah
Saat ngobrol kusampaikan permintaan kami agar Adri, Tanti dan bapak ibu Trio menginap.
Awalnya mereka menolak. Tapi kami semua memohon dan memaksa. Hingga akhirnya pak Trio setuju menginap hingga malam ke 5 saja.
Aku meminta Iandi mengantar bu Trio dan Adri kerumahnya mengambil pakaian. Sementara pak Trio dan Tanti tetap di rumah kami.
Satu jam berlalu bu Trio dan Adri sudah kembali membawa pakaian salin.
Sementara rasa.lelah yang masih hinggap memaksaku tidur lebih cepat dari biasanya.
Ajeng terlelap di pelukan Fitri. Ia berada diantara aku dan bundanya. Wajah mungil yang lucu dan imut tampak lelap tenang dalam tidurnya. Kukecup keningnya dan kening Fitri sambil kubisikkan
" Maafin ayah kalo belum bisa bikin kalian bahagia. Ayah janji akan berusaha sekeras mungkin bahagian kalian"
Fitri menggeliat sambil tangannya meraba tubuh Ajeng. Lalu hinggap dipipiku.
" Met mimpi indah sayang...." Ucapnya sambil tersenyum cantik. Kuanggukkan kepalaku meng iyakan ucapannya
Alam bernyanyi merdu
Mengiringi kami beradu
Semoga bahagia ini kan abadi
Hingga akhir hayat nanti
 
Terakhir diubah:
Minggu, 15 November 2020 16:21
Aku terbangun sambil kaget. Kusadari waktu ashar nyaris kulewatkan.
Agak berlari aku menuju kamar mandi. Diiringi tatapan yang lainnya
" Ayah. Mau kemana ?" Tanya Fitri
" Ayah belum ashar bun...." Jawabku panik
" Heyyy... Santai aja..." Belum selesai istriku mengingatkan
Pintu kamar kutabrak dan pelipisku berdarah....
" AYAH....!!!" Seru Fitri panik. Dia menghampiriku lalu di tutupnya luka di dahiku dengan handuk kecil.
" Kalo jidat belon keras.... Jangan coba coba nyundul pintu.... Kayunya keras cuy... Kamperr...." Ledek Budi. Ku sambit pantatnya dengan sendal. Budi tertawa puas bisa meledekku.
" Beb.... Kebiasaan...!" Ucap Terry sambil mencubit perut budi.
" Alalalala.... Iya iya iya. Aaa. Ampun hun .. ampun...." Teriaknya kesakitan
" Mang enak dicubiiit...." Ledekku kepada Budi.
" Ayah.. " Fitri melotot membuatku mingkem seribu bahasa
Pak Trio dan ibu tertawa melihat perilaku konyol kami.
" Ayah... Bunda manggil dr. Alvin. Lukanya gede banget. Lebih gede dari lukanya deyan...." Ucap Fitri...
" Iya tapi ayah shalat dulu ya bun..." Bujuk ku
" Iya...." Fitri mengangguk
Kulanjutkan langkahku walaupun agak terhuyung
Selesai wudlu opik menghampiriku
" Bang shalatnya tiduran aja... Daripada tumbang pas shalat." Saran Opik....
Kuturuti sarannya demi kebaikanku. Lagipula kemang kepalaku terasa pusing sekali.
Selesai shalat Fitri menghampiriku. Lalu mencium tangan dan bibirku
" Mmmwh... Kurangin grabak grubuknya ayah.. kan hasilnya malah dijahit...." Ucapnya sembari memeriksa dahiku. Difotonya dahiku dan diperlihatkan kepadaku
" Tuh kan benjolnya gede...." Ucapnya sambil membelai rambutku dengan penuh sayang.
Tak lama dr. Alvin datang
" Berantemnya kemaren kenapa lukanya baru sekarang Dicky....?" Tanya dr. Alvin santai
" Hadaaah.... Ni dokter belum pernah kena typhus kali ya...." Jawabku melas
Dr. Alvin ngakak mendengar celaanku
" Dah bentar maghrib juga dia bakalan lasak lagi.... Pasti sembuh de... " Ucap dr. Alvin
Fitri tersenyum mengangguk
" Dok. Ini jarumnya ketinggalan dibawah...." Ucap Budi sambil menyerahkan jarum layar kepada dr. Alvin.
" Waduuhh ....." Keluhku diiringi tawa ngakak dr. Alvin.
" Tuhaaan..... Seedun inikah ipar si ade ? Hahahaha....." Komentarnya
Aku mengambil bantal lalu kusambit Budi daaan.... Gagal mengenainya
Budi berjoget bahagia meledekku.
Fitri tak kuasa menahan tawanya. Ia terpingkal pingkal melihat perilaku gila iparnya yang memeriahkan kehidupannya. Semburat bahagia Fitri meronai wajahnya. Dia merasa istimewa dihadapan keluarga besarku dan merasa terhibur disaat duka. Tak lagi tampak wajah lesunya. Tak terlihat lagi kegalakannya dilapangan. Sifat bijak seorang ibu malah mendominasi perilakunya. Dan semua perubahan itu malah menjadikan mandor pekerja dan subcon merasa makin segan dan menghargai Fitri. Bahkan ada yang berkata
" Gua mah mendingan ngehadapin pak Budi daripada bu Fitri yang sekarang..... Sama pak Budi mah biru biru muka... Bengep bengep.... Tapi sama bu Fitri beeeuugghh....." Ujar pekerja yang dibenarkan kawan maupun mandormya. Dan mereka bersedia loyal bila di berikan kesempatan bekerja dibawah arahan team kami.
Aku mengerenyit menahan sakit saat jarum suntik menusuk pelipisku. Fitri memegang tanganku menenangkan dan menahan agar tak ada gerakan tiba tiba
Lalu ia melaksanakan tugasnya menjahit luka di dahiku.... Enam jahitan kuterima dengan legowo.
Selesai mengobati lukaku dr. Alvin memberikan resep obat pain killer kepada Fitri. Budi berangkat menebus resep tersebut dr. Alvin kuminta untuk tetap dirumahku karena ada tahlil. Tapi dengan halus ia menolak sehubungan dia harus praktek di kliniknya.
Kuhargai penolakannya. Dan ia berjanji kalau malam minggu depan dia pasti hadir.
Aku mengangguk setuju.
Kuantar dr. Alvin hingga ke mobilnya. Setelah ia berlalu fitri memanggilku
" Ayah.... Telepon dari PT Tirta Banyu Perdana." Ucap Fitri
Kunterima telepon dari Tirta. Ternyata kawan lamaku dan Budi sekarang jadi CEO diperusahaan tersebut. Ya @samcoki. Dia bocah culun mirip Iandi. Tekun berusaha dan ulet. Saat ini ia sukses di industri air minum dalam kemasan.
Ia memintaku datang ke kantornya di Kuningan Jakarta untuk membuat perencanaan sistem ERP dengan modul material management mulai hulu ke hilir.
Kujanjikan aku akan datang Selasa bersama Budi dan Istrku. Sammy, panggilan akrabnya, menyambut gembira dan berjanji menyiapkan apa yang harus ada.
Kuceritakan pada Budi dan istriku tentang rencana bertemu Sammy yang disambut gembira Budi.
" Ayah ganti Koko dulu... Jangan make kaos..." Ucap Fitri
Kulangkan kaki menuju kamar. Disana sudah tersedia koko dan kopiah untukku.
Tak lama kemudian waktu maghrib tiba. Kami shalat berjamaah di rumah dengan Imam Om Dadan Babinsa. Suara merdunya membahana mengisi ruangan.
Selesai shalat kami mempersiapkan segala sesuatu untuk memulai acara tahlilan. Tak terasa waktu berjalan. Tibalah waktu isya dan kami kembali berjamaah di rumah.
Selepas Isya jamaah masjid datang memenuhi undangan kami. Dan kami menyambut mereka.
Sebait kata kusampaikan kepada para tetamu yang dilanjutkan oleh Pak Trio. Selesai sambutan kami memulai tahlil dengan khusyu. Airmata Bu Trio menetes deras. Adri kakak Asikin berulang kali mengusap matanya sementara Tanti tepekur dipelukan Dinda.
Lantunan yaasiin dan bait bait doa dilantunkan. Hingga akhirnya prosesi tahlil selesai dengan tertib. Sebelum pulang ketua DKM berpesan kalo malam kedua hingga ke tujuh ngga usah menyiapkan bingkisan, cukup makanan ringan dan minuman baru boleh ada bingkisan pada malam kedelapan bertepatan dengan syukuran usaha kami. Kami mematuhi apa yang diamanatkan ketua DKM.
Selesai tamu bubar kami masih menikmati kebersamaan. Canda tawa mengalir lancar
" Bang Adri.... Ngopi dulu napa...." Ajak Budi kepada Adri
" Siap...". Jawab Adri sambil melangkah
Saat ngobrol kusampaikan permintaan kami agar Adri, Tanti dan bapak ibu Trio menginap.
Awalnya mereka menolak. Tapi kami semua memohon dan memaksa. Hingga akhirnya pak Trio setuju menginap hingga malam ke 5 saja.
Aku meminta Iandi mengantar bu Trio dan Adri kerumahnya mengambil pakaian. Sementara pak Trio dan Tanti tetap di rumah kami.
Satu jam berlalu bu Trio dan Adri sudah kembali membawa pakaian salin.
Sementara rasa.lelah yang masih hinggap memaksaku tidur lebih cepat dari biasanya.
Ajeng terlelap di pelukan Fitri. Ia berada diantara aku dan bundanya. Wajah mungil yang lucu dan imut tampak lelap tenang dalam tidurnya. Kukecup keningnya dan kening Fitri sambil kubisikkan
" Maafin ayah kalo belum bisa bikin kalian bahagia. Ayah janji akan berusaha sekeras mungkin bahagian kalian"
Fitri menggeliat sambil tangannya meraba tubuh Ajeng. Lalu hinggap dipipiku.
" Met mimpi indah sayang...." Ucapnya sambil tersenyum cantik. Kuanggukkan kepalaku meng iyakan ucapannya
Alam bernyanyi merdu
Mengiringi kami beradu
Semoga bahagia ini kan abadi
Hingga akhir hayat nanti
Makasih banyak update nya, Hu...
 
Keren abis ceritanya, marathon nyampe jga ke part akhir. Ditunggu kelanjutannya ya suhu dan semoga lekas pulih kesehatannyaa
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd