Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

THE HIMAWAN FAMS

Rabu, 18 November 2020 04:25
Tangan kecil dari bayi mungil bidadari kami meraba wajahku...
Seakan ia berkata
" Ayah bangun... Ajeng bobonya disebelah ayah aja..."
Kutatap wajah istriku yang sedang memberikan susu untuk buah hati kami. Tubuh bugilnya hanya di tutupi kaus santai milikku. Senyumnya mengembang melihatku terbangun
" Ajeng nangis, jadi bunda liat. Taunya e e.... Diganti we sama bunda pampersnya. Sekalian bunda bawa ke sini..." Ucapnya
Kupeluk keduanya dan kudengar Ajeng bersuara lirih... Tiba tiba
" Aaaaaahhh..... Nnng. Haoo....." Suaranya terdengar
" Alah... Alah... Alah.... Cintaku ngagetin ayah sama bunda...." Ucap Fitri gemas
Ia menciumi pipi Ajeng dengan ujung hidungnya sementara tangannya mengusapi dadaku.
Adzan subuh mengalun merdu memanggil kami untuk segera menghadap kepada sang Pencipta. Aku bangun perlahan dan hati hati. Ajeng tidak tertidur. Ia seperti sedang ngobrol.
Tiba tiba ia menangis mendapati diriku tak ada disisinya.
" Eummhh.... Anak ayah ngga mau ditinggalin ayah ya... Ayah shalat dulu ya sayang.... Ajeng sama bunda dulu...." Ucapku membujuk
" Iya ayah... Aku sama bunda dulu... " Jawab Fitri
Ajeng kembali tenang. Dan aku mandi dan berwudlu. Segar rasanya badan ini. Dan aku bersiap menyambut hari baru dengan optimis
Selesai kami shalat kami bawa Ajeng ke bawah.
" Bunda.... Ajeng sama Nenah ya...." Ucap Nenah
Fitri tersenyum dan mengangguk. Lalu diserahkannya Ajeng kepada Nenah
Lalu ia sigap menyiapkan sarapan untukku. Kopi hitam disajikannya untukku. Dan dengan terampil ia mulai membuat masakan sederhana untuk sarapan.
Terry keluar dari kamar bersama Budi. Lalu ia menyiapkan kopi untuk Budi. Sementara Dinda, Rahma, teh Ita dan Wulan melakukan hal yang sama.
"Mmmm... Kopi pagi ini kayanya enak nih...." Ucap Budi
Tak lama Iandi datang dan meraih kopi nya disusul Aidil dan Yahya
Tiba tiba....
" Hmppfff.... Bangsadhh... Kopi apaan ini...????" Rutuk Aidil...
" Bang...." Wulan menegur Aidil
" Ini kopinya mam.... Najis banget rasanya..." Rutuk Aidil lagi
Budi bangkit menuju kulkas dengan wajah menahan tawa
" Aaah... Tuhan.... Chaos lagi...." Keluhku
Sementara Iandi dan Yahya tertawa terpjngkal pingkal
Budi mengambil coklat dari kulkas. Dimakannya sepotong lalu Yahya mengambil sepotong diikuti Iandi
Kuhitung mundur.... 5.....4....3....2....1
" Wleeekhh.. coklat apa ini ????" Yahya murka kena tipu
Aku ngga kuat menahan tawa. Pagi ini suasana sungguh penuh kemelut. Budi menjadi pelaku utama. Tapi itulah kebahagiaan buatku yang tak akan pernah bisa dibeli dengan apapun juga.
" Ayah... Soal mobil... Emang ada rencana pembelian lagi ?" Tanya Fitri
" Ya mau ngga mau... Kalo ayah perhitungkan kebutuhan mepetnya : buat operasional team 1 unit. Kita cari kendaraan ekonomis aja. Untuk Barang. Kita udah ada carry box. Tapi yang lainnya pasti nyusul kedepannya." Ucapku
" Hmmm... Kita ganti mobil yah... Uang kita kan masih memadai. Kayanya kita ganti mobil agak mewah juga bisa sih .." ucap Fitri merayuku
" Mau ganti apaan bunda ?" Tanyaku
" Pelpayer....." Jawabnya sambil tersenyum
" Eummh.... Kayanya kalo pelpayer ayah kurang Sreg. Mesti yang bisa multi purpose. Off road dan On the road. Kalo make land cruiser kayanya okay tuh bunda..." Jawabku
" Eumhh... Keren ngga yah.... ?" Tanya Fitri
" Gagah bunda. Keren lah." Jawabku
Akhirnya ia setuju dengan pilihanku. Dan memutuskan mencari tau harganya.

Rabu, 18 November 2020 09:03
Waktu berjalan dan kami harus masuk kerja. Proyek agak lengang sehubungan persiapan topping off lantai 53. Sehingga pengecoran pun di hentikan sampai semua persiapan pengecoran dan selamatan selesai dilaksanakan. Aku mengevaluasi pekerjaan Farid. Ternyata semua berjalan wajar tanpa pengecualian. Sementara di lapangan segala sesuatu berjalan normal.
" Dicky... Gimana keadaan anak anakmu ?" Tanya pak Yosep mengagetkanku
" Eh pak... Alhamdulillah sehat semua... Si gadis juga mulai bisa bersuara...." Jawabku
Pak Yosep terlihat bahagia.
" O ya... Selentingan santer kudengar. Katanya kamu akan memperlebar sayap perusahaanmu ? Betul ?" Tanya pak Yosep lagi
Aku membenarkan. Dan kuceritakan beberapa pekerjaan yang harus kutangani saat ini. Dan pekerjaan di TBP masih kusimpan erat.
" Hmm... Sosok potensial kian mencuat. Pesan saya : beres proyek ini bawa teman teman yang selalu ada dan bersama kamu untuk mengembangkan perusahaanmu. Karena mereka sangat bisa dipercaya dan mereka patuh sama kamu...." Ucap pak Yosep
" Insya Allah saya support dengan segala kemampuan saya dari balik layar. Saya ngga mungkin gabung sama kamu. Karena saya sedang MPP. Ngga tau nanti kalau sudah pensiun " sambungnya
" Eumh.... Baik pak. Tapi ngga keberatan kan kalo saya konsultasi, diskusi atau bertanya ke bapak saat mencari solusi ?" Tanyaku
" Saya akan selalu ada buat kamu... Hehehehe...." Jawabnya
Aku merasa lega dan semakin optimis dengan apa yang kurencanakan.
" Jalan kamu babi !!" Teriak Harun mandor sipil
" Hhhh.... Pasti maling lagi...." Ucapku dalam hati merasa kesal.
" Jalan !!!" Sebuah hantaman pipa Besi 1½ inch menghantam punggung seorang preman.
" Hadaaah.... Make digebukin.... Kasih kerupuk kulit ngapa ??" Ucap Budi santai
" Pak... Ini orang mau nyelakain pak Dicky... Sopir pak Dicky sedang ngejar temannya...." Ucap Harun sengit
Budi menghampiri orang tersebut.
" Hmm...." Budi menggumam
" A...a...ampun bang... Ampun.... " Rintih si preman kardus menahan sakit dan takut
" Laah . Lu minta ampun ma gua ??? Minta ampun sama Allah .. aaah. . Susah kalo kecilnya doyan apgret sendal...." Cela Budi
" Jalan !!" Bentak Om Herdi sambil membawa seorang preman lagi
Iandi yang keluar dari kantornya tiba tiba menyerang ganas si preman
Empat sampai enam pukulan dan tendangan harus diterima preman tersebut sampai akhirnya Budi menarik Iandi dan menenangkannya
Preman tersebut tergelak di tanah sambil memegang hidungnya yang berdarah.
" Yan... Kenapa lu ???" Tanya Budi
" Preman itu yang megang tete Dinda.... Gua ngga terima sampe kapanpun....!!" Sergah Iandi sambil berusaha melepaskan diri agar bisa menyerbu lagi
Aku hanya terdiam dan tak mampu menyalahkan Iandi.
" Hmm... Jadi ini yang ngelecehin adik gua.... " Ucap Budi sambil membuka baju preman tersebut. Badannya dihiasi tattoo...
" Beughhh. Batik meen..... Sayangnya beraninya sama cewe doangan.... Aaah... Lemah lu...." Ledek Budi.
Ia mendudukkan tubuh preman tersebut. Sementara Iandi di tahan oleh beberapa mandor dan satpam.
" Beughh... Ini tulisannya serem.... JAGAL PASAR.... " Ucap Budi lagi. Lalu ia merobek kaus preman tersebut.
" Hlah .. Gua kira beneran jagal pasar.... Ini nyambung.... JAGALAH KEBERSIHAN PASAR ... Lu terobsesi kerja di kebersihan pasar ya ??" Tanya Budi sambil menghina preman itu.
Yang lain tertawa melihat polah Budi
" Ini sebelahnya... Hmm.... MINANG SAIYO... MENERIMA PESANAN NASI BOX CP 08xxxxxxxxxx. Hih...!!! Ini tattoo macam apaaaa ini... ngga jelas arah tujuan !!!" Budi misuh misuh.....
Tawa yang lain makin menjadi melihat polah Budi merusak mental preman tersebut
" Ampun pak... Saya hanya ikut sama teman teman yang lainnya...." Rengek Yadi
" Hmmm... Nama kamu siapa...?" Tanya satpam
" Yadi pak.." jawabnya
Lalu satpam tersebut mengambil KTP Yadi.
" Hmm... Yadi Siniajah...." Satpam membaca KTP Yadi
" Bapak kamu kena santet apa sih sampe ngasih nama musingin kaya gini ?" Tanya satpam itu lagi
" Sudah sudah... Pihak POLRI akan segera kesini menjemput mereka. Dan biarkan Polisi bekerja sesuai ranahnya...." Ucap Om Herdi
Beberapa pekerja anak buahku mencoba mengambil sedikit sesi pelemasan kepalan tangan. Ada yang memukul wajah.. perut bahkan ada yang menyentil lobang hidung preman tersebut. Danru satpam mengambil alih penanganan para preman hingga penjemputan oleh Polisi dilakukan.
" Ayah.... Kamu.....?" Tanya Fitri dengan wajah was was
" Ngga.... Ayah ngga kenapa napa.... Semua juga aman..." Jawabku
Lalu kucari tau keadaan Om Herdi. Yang jawabannya adalah kehausan.... Ya Haus setelah mengejar preman tersebut sejauh 300 meter dari proyek.

Rabu, 18 November 2020 11:31
Kami sudah berada di rumah untuk makan siang.
Menu sederhana buatan bibi memanjakan perut kami. Tak banyak kejadian yang terjadi.
" Yan... Dipanggil bibi..." Ucap Budi sambil keluar
" Siap..." Lalu Iandi menuju dapur menemui bibi
Terdengar adu argumen antara bibi dan Iandi. Aku hanya tertawa sambil membayangkan wajah bingung Iandi dan bibi yang melotot.
" Ahahahahahaha......." Suara Yahya dan Aidil memenuhi ruangan saat melihat wajah bego Iandi.
" Hhrtgghh.... Aaaah.... Kena melulu gua....." Keluh Iandi sambil garuk garuk kepala.
" Ayah.... Gantian shalatnya..." Ucap Fitri. Aku mengangguk dan bangkit untuk melaksanakan kewajibanku.
Selesai Shalat kugendong Ajeng yang masih terbangun.
" Kenapa anak ayah belum bobo... Kan ajeng harus bobo siang sayang ku...." Aku mengajak Ajeng ngobrol
" Haoooo.... Hnnnggg..... Kkknnnng .... Hhhooo....." Suara Ajeng terdengar seolah menjawabku
Aku masih mengajak Ajeng bercengkerama. Tiba tiba....
" Haaaah..... Hkkkngg......" Suara Ajeng keras
" Heeey.... Cintakuu ... Apa itu teh teriak teriak... " Suar Fitri merespon teriakan Ajeng
Fitri menghampiri kami
" Aduh... Aduh... Aduh.... Wajahnya bahagia banget... Seneng banget.... Bukannya bobo sayangnya bunda teh ya ..." Ucap Fitri sambil menyiapkan susu botol
Kuputuskan untuk rebahan di karpet bersama yang lainnya. Termasuk Ajeng. Bahkan semua Tante nya seperti sepakat merubung dirinya. Hingga satu persatu dari kami terlelap.

Rabu, 18 November 2020 13:02
Semua sudah kembali ke proyek untuk melanjutkan aktivitas. Sementara aku masih di rumah untuk menyelesaikan beberapa dokumen administrasi untuk pencairan progress. Tiba tiba....
" Permisi... Assalamu'alaikum...." Sebuah suara mengagetkanku
Om Marwan menemui orang yang mengucapkan salam. Terdengar pembicaraan singkat
" Mohon izin mas. Ada orang ingin bertemu mas di depan." Ucap Om Marwan
" Weuh... Siapa ya ?" Tanyaku takjub
Bergegas kuhampiri tamu tersebut.
" Pak Dicky ?" Tanya orang itu
" Betul... Bapak....." Ucapku tak selesai
" Saya Dominggus Tapiheru" jawabnya
Sekelompok orang dengan wajah khas Indonesia timur berkumpul.
" Mohon maaf bang... Eh.. ngga keberatan saya manggil bang ?" Ucapny
" It s okay... Santai aja...." Jawabku mencoba santai walupun tetap.waspada.
Sementara Om Marwan bersiaga secara tertutup.
" Gini bang. Saya dapet kabar, kalo kemarin Dennis adik saya ada masalah sama Abang. Nah tujuan saya kemari adalah mencari klarifikasi. Apa benar adik saya bikin onar...." Ucap Minggus
" Eummhh.... Dennis... Dennis... Oh iya... Kemarin ada kejadian dengan kami disini. Dia bersama kawanannya anak buah Mirza menyerbu kesini dan bentrok dengan warga disini. Yaa akhirmya masalah diurus pihak kepolisian..." Jawabku apa adanya
" Mohon maaf bang... Sebentar..... THOMAS....THOMAS !!! SINI LU !!!" Bentak Minggus
" Iya bang ..." Jawab Thomas ketakutan
" Bang Dicky udah jelasin masalahnya. Kamu bilang masalah lahan parkir. Tapi kenyataannya urusannya nyangkutin Mirza bandar narkoba... Dimana kejujuran kamu !?!?!?" Minggus marah marah kepada Thomas.
" Eumh.... Maaf bang.... Maaf... Bukannya saya mau ngga sopan.... Tapi...." Ucap Minggus
" Bro... Kaleem... Tapi lebih enak kalo diselesaikan tanpa kekerasan. Karena saya liat Dennis masih terlalu muda dan gampang banget di pengaruhin." Potongku menenangkan Minggus
" Iya Bang. Wadduh.... Ini belum kronologi lengkapnya. Tapi jujur saya kesal denger adik saya gaul sama bandar Narkoba kaya Mirza. Padahal kurang apa saya ajarin dia supaya bisa berdiri." Ucap Minggus merasa malu.
" Sari..... Sar..." Panggilku
" Iya ayah...." Sahutnya
" Punten kopi buat saya sama tamu.... Sekalian sama yang diluar ya" Pintaku
" Iya yah... Punya ayah tetap ngga pake gula kan ?" Tanya nya. Kujawab dengan anggukan.
Ku ceritakan awal kejadian hingga saat penyerangan terjadi. Bahkan senjata apa yang digunakan pun ku ceritakan.
Minggus mendengarkan sambil mengorek keterangan lebih lanjut dari Thomas.
Akhirnya. Thomas kuberi sedikit masukan agar fikirannya berubah dan menjauhi narkoba. Juga kusampaikan kepada Minggus agar jangan emosi. Biarkan aku mengurus Dennis. Supaya bisa dilepaskan karena berdasarkan keterangan Thomas mereka ikut hanya karena diajak jalan dan baru tahu kalo akan menyerang warga saat posisi sudah berada di depan komplek kami.
Minggus sangat berterima kasih. Dan akan berusaha menjaga kawan kawannya agar ngga mendekati narkoba atau bandarnya. Dan ia meninggalkan no WA nya. Agar saat aku butuh bantuan aku bisa kontak dia.
Sambil menikmati kopi dan cemilan ala kadarnya kami ngobrol sebentar. Baru aku paham kalo Minggus adalah salah satu pentolan Debt Collector di Ibu Kota dan juga menguasai lahan parkir di beberapa area.
Akhirnya Minggus pamit dan mengucapkan janji bahwa bila ia datang berkunjung lagi, ia akan datang sebagai sahabat. Juga ia menitip salam persaudaraan untuk keluargaku.
Kujawab janjinya bahwa aku akan menyambut kunjungannya sebagai seorang saudara. Dan bila perlu aku akan menagih janji silaturahmi yang ia ucapkan hari ini. Minggus tertawa bahagia mendengar ucapanku.
" Thomas.... Beta seng tau mesti basikap apa deng bapa Dicky... Ose bikin malu beta deng pabuatan ose.... " Ucapnya sambil melangkah menuju mobil setelah berpamitan. 4 orang lainnya pamit dan berjabat erat denganku.
Tak lama terdengar suara deru mobil menjauh. Aku masuk kerumah dan kudengar suara " Klik....! Clak... Clak..."
Suara familiar dari senpi yang dikunci dan dilepas magazennya membuatku kaget.
" Hmm... Oom... Kaget saya..." Ucapku.
Om Marwan hanya tersenyum
" Siap... Preventif mas...." Jawabnya
Aku hanya tertawa lalu melanjutkan pekerjaanku
Rabu, 18 November 2020 16:11
Fitri istriku pulang dari proyek ditemani Dinda, Terry, Kania, dan dikawal oleh Om Herdi.
Aku masih memeriksa pekerjaanku.
" Assalamu'alaikum...." Suara istriku mengucapkan salam
" Wa'alaikumsalaam...." Jawabku
Fitri menghampiriku lalu.menccium tanganku dan kedua pipiku
" Hmmm.... Ayahnya ajeng kalo udah kerja ya gini.... Susah ditanya...." Gurau Dinda.
Aku tetap serius memeriksa pekerjaanku
" Mang enak di cuekin Abang...." Hujat Terry mesra mendayu....
Tawa yang lain terdengar
¼ jam kemudian pekerjaanku tuntas dan kurapikan arsip dan dokumen lainnya.
" Beres yah ?" Tanya Fitri
" Alhamdulillah... Beres. Kalo bisa cair cepat anak anak pekerja bisa gajian sesuai jadwal." Jawabku
Fitri menatapku sambil tersenyum.
" Yah... Bunda udah cek land cruisernya. Jadiin yah..." Ucapnya
Aku melongo mendengar ucapannya
" Hmmm... Ya sudah... Kalo gitu besok ayah ke dealer terdekat biar bisa segera diurus ya bun...." Jawabku
Fitri menjawab dengan anggukan dan senyum lebar
Sore itu suasana sangat ceria dan hangat. Bahkan para bedebah pun tak banyak berkutik. Karena para emak emak menguasai sore dengan ghibah artis Korea favorit mereka.

Rabu, 18 November 2020 18:07
Semua bersiap melaksanakan shalat. Kami memutuskan ke masjid. Karena sudah beberapa hari kami tak ke masjid.
Sepulang dari masjid kami masih bercengkerama dengan semua. Hanya Pak Trio dan keluarga yang tak ikut karena mereka telah pulang
Tak lama Isya pun menjelang dilanjutkan dengan Tahlil. Selama tahlil fikiranku terus berputar mengenai perencanaan pekerjaan besar di TBP. Nilai fantastis yang kuajukan dan telah disetujui membuatku ketar ketir. Jujur..... Secara nilai memang mantap.... Tetapi berbanding lurus dengan besarnya tanggung jawab yang kuemban.
Selesai tahlil semua tamu kembali kerumah masing masing. Aku masih geletakan nikmat di karpet bersama yang lainnya.
" Cuy. Katanya kakanya preman ada yang kesini...." Tanya Budi
" Oh... Iya. Kakanya siapa itu tadi.... Ehh. Si Dennis.... Kalo ngga salah...." Jawabku
" Mau ngapain ?" Tanya Fitri
Kuceritakan apa maksud kedatangan Minggus dan bagaimana situasi akhir dari kunjungannya. Kuceritakan apa yang terjadi dan akhir dari kunjungannya. Bahkan juga kusampaikan salamnya untuk semua. Yang disambut senang oleh semuanya.
" Terus itu cuy. Entus bilang lu ganti mosbil... Hehehe..." Tanya Budi.
" Iya cuy.. sekalian nambahin sama mobil sejuta umat 1 unit buat operasional." Jawabku
" Portuner ?" Tanya Budi
" Pasti elu yang pake. Lu perlu mobilitas. Barang ada carry pegangan Mamang. Dan gua belum kepikir R2 tambah apa nggak " jawabku.
" Tambah... Soalnya si cangcorang sakti ngga mungkin jadi kendaraan operasional. Minumnya gahar...." Jawab Budi
" Lu tambah pariyo atau peceex aja cuy... Atau make motor kopling kaya taiger atau cebeer pegow. Lebih efisien" sambungnya
Aku mengangguk setuju memahami pola pikir abstrak bedebah satu itu
" A... Udah beres buat workshop ?" Tanyaku
" Udah... Dia geser 50. Bilangnya buat fee gua. Tapi gua ngga akan ngambil." Jawab Yahya
" Ambil A. Itu rezeki." sahutku.
" Eummhh... Gini deh.... Kalo pun diambil bagi bagi juga lah yang lain... Biar kerasa sama semua hehehe..." Jawab Yahya
" Okay. Kita kontrak 3 tahun dulu menyesuaikan anggaran. Kalo udah ada rezekinya kita beli aja..." Jawabku
" Besok bantai ya A...." Pintaku yang disambut anggukan mantap dari Yahya
" Om... Punten besok anter Dicky ke showroom ya..." Pintaku kepada Om Herdi
" Siap. " Jawab Om Herdi mantap
" Kalo mobil baru udah ada. Om Marwan pegang portuner " jawabku
" Siap" jawab Om Marwan Tegas

Rabu, 18 November 2020 22:11
Lelah mendera kami. Aku melangkah menuju kamar menyusul istriku yang sudah lebih dahulu masuk kamar karena akan menyusui Ajeng.
Kuganti pakaianku dengan pakaian yang sudah disiapkan Fitri. Ia menatapku sambil tersenyum mesra
Ajeng tampak nyaman menghisap hisap puting milik Fitri. Matanya mulai meredup. Tiba tiba ia melepaskan emutannya di puting Fitri dan menatapku lekat.
" Hkknng.... Haooo.... Kknnng...." Suaranya lembut
" Ya Allah... Anak ayah meni sibuk liat ayahnya masuk.... Ini udah malem sayangku... Ayahnya juga mau tidur..." Bujuk Fitri kepada buah hati kami
" Kknnng... Haao... Aaaannngg....." Suaranya meninggi dengan binar bahagia dimatanya
" Heey... Sayangnya bunda.... Kok malah ajakin ayah main ya... Kita tidur yuu ..." Bujuk fitri. Aku merebahkan badan disamping Ajeng. Hingga ia berada ditengah tengah.
" Ajeng bobo ya.... Nanti ayah ajak jalan jalan sama bunda...." Janjiku
Seperti mengerti ia menatapku lalu kembali mencari puting milik Fitri. Setelah menemukan apa yang ia cari kembali ia menikmati fake breast feeding hingga tertidur lelap.
Perlahan aku beringsut pindah ke belakang tubuh Fitri. Kuciumi tengkuknya sambil kupeluk
" Mmm ayah... Nanti Ajeng bangun.... " Desahnya
" Ayah ngga minta malem ini bunda. Ayah pengen melepas kangen aja." Bisikku sambil memeluk erat tubuhnya
" Hihihi... Ayah sayang... Bunda juga kangen ayah... " Jawabnya
Lalu kupeluk makin erat tubuhnya. Sambil meletakkan kepalaku di bantal.
Fitri mulai terlelap dipelukanku. Nafasnya naik turun teratur.
Kutatap wajah mereka dan aku makin bersyukur memiliki Fitri, Maher, Mahesh dan Ajeng. Juga keluarga besarku. Aku ngga kepikiran mengingkari nikmat ini. Karena semuanya sangat sempurna.

Bayang malam kian larut
Membawa tubuh lelap terhanyut
Semoga apa yang telah ku gapai
Memberi berkah dan maslahat sepanjang hayat
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd