Jumat, 1 Januari 2021, 04:35
Aku terbangun sesuai dengan ritme tubuhku.. Keregangkan tubuhku lalu bangkit danberjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi.
Selesai sikat gigi aku kembali memdekati ranjang untuk salin dan memakai sweater hoodie ku dan kubangunkan istriku
" Sayangku.. Cintaku... Ratuku... Bangun yu.. Siap siap subuh..." ajakku sambil mengecup dahi dan pipinya.
Istriku menggeliat lalu menatapku sambil tersenyum
" Pagi ayah...." bisiknya. Kubangunkan tubuhnya dan kugendong menuju kamar mandi.
Vilda yang juga terbangun tertawa kecil melihat perlakuanku kepada istriku. Sambil melangkah kukucek rambut Vilda dengan penuh sayang.
" Nong.. Bangun... Itu jempolnya abang tempelin kecoa juga nih...!!" ancamku kala kulihat Rani menghisap hisap jempol tangannya.
" Aaa... Bangunin..." rengeknya manja saat melihat istriku sudah kembali dari kamar mandi
Fitri membangunkan si bontot yang manja dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Sambil diciumi rambutnya istriku berkata
" Siap siap shalat ya Nong.. Nanti kalo udah shalat boleh meluk lagi..." ucap istriku
" Iya..." jawab Rani yang lantas melangkah ke kamar mandi.
Begitu pula yang lainnya. Sebagian sudah bangun dan bersiap shalat. Sebagian lagi antri di kamar mandi.
Shalat subuh kami laksanakan dengan khusyu yang disambung wirid. Setelah semua selesai kami berkumpul di perapian di teras utama sambil menghangatkan tubuh kami.
Kutuangkan kopi hitam kedalam cangkir dan kunikmati kopi hitam di udara dingin yang cukup membuat tulang mengigil.
" Make gula? " tanya istriku
" Ngga bun.. " jawabku
" Mau yah.. " pinta istriku
Kuberikan kopi ku kepadanya yang langsung diminumnya dengan nikmat.
" Bun mau..." ucap Maher
" Kaka juga mau.." ucap adiknya
Istriku memberikan 2 sendok kopi kepada anak anakku. Mereka sudah bisa menikmati kopi tanpa gula.
Kusimpan cangkir kopi di meja. Istriku memelukku yang kubalas dengan pelukanku. Hangat dan mesra perlakuan istriku kepadaku.
" Pulangnya ya? " ucapku sambil menatap wajahnya penuh cinta
Istriku tersenyum penuh arti dan memahami rasa rinduku padanya.
Sambil menunggu selesainya persiapan kitchen set untukku memasak, kami menatap kearah sang surya yang mulai memperlihatkan semburat cahaya emas di ufuk timur, kupeluk bahu istriku.
Tiba tiba si bontot menghampiri kami. Ia memeluk kami berdua dengan sikap manjanya. Istriku mendekap tubuh kami bedua dengan roman bahagia.
" Nong... Nanti kalo kamu udah nikah kamu ngga boleh jauh tinggalnya. Harus satu komplek sama teteh.... " ucap istriku sambil membelai kepalanya.
" Tadinya a Kiki pengen beli di Permata Regency..." jawabnya sambil meletakkan kepalanya d bahuku
" Ngga ah... Kejauhan.. Yang masuknya dari UPJ kan? " tanyaku
" Iya.." jawab Rani
" Udah di komplek sekarang aja. " bujuk istriku
" Rumah buat siapa pit ? " tanya teteh
Istriku menjelaskan kepada teteh permintaan kami. Teteh mendukung keinginan kami agar Rani ada di komplek yang sama. Apalagi tempat kerja kami sangat dekat. Bahkan teteh berjanji membantu semua persiapan pernikahan Rani.
" Ky... Gua kayanya tinggal dulu di sektor 9 sama papap. Soalnya gua mau ketemu sama beberapa rekanan. Gua pinjem kantor elu ya Ky " ucap teteh
" Siaap... Tanggal 4 Dicky siapin ruangan buat teteh di kantor " jawabku
Rani ganti memeluk teteh dan merebahkan kepalanya di dada teteh dengan manja dan teteh pun membalas pelukan Rani dengan kasih sayang. Sementara Fikri memperhatikan dari kejauhan sambil tersenyum bahagia.
" Si Stevy teteh pinjem buat bantu teteh boleh? " tanya teteh
" Iya mangga teh. Nanti Pipit koordinasiin sama Kania..." jawab istriku sambil tersenyum senang.
Obrolan kami berlanjut hingga waktu sarapan.
Aku memeriksa bahan masakan berupa scrambled egg dan yang lainnya. Mashed potato dan brown sauce sudah siap. Salad dan dressing nya juga sudah tersaji.
" Ayah... Abang mau telor yah..." ucap si sulung yang segera di susul adiknya
" Make keju sama tomat ya nak..." ucapku
Keduanya mengangguk setuju.
" Atatah... Hehehehe..." suara bidadariku terdengar riang sambil berbinar menatapku.
Wajahnya begitu mirip sempurna dengan istriku.
" Ayah masak dulu ya sayangku.." ucapku
" Haaa.... Mamamam.. Menemenem..." jawabnya sambil menggerakkan tangannya
" Iya nanti Ajeng mamam..." jawab istriku.
Aku mulai memanaskan fry pan untuk omelette pesanan si kembar.
Kutuangkan telur kocok kedalam pan dan mengaduknya sebentar agar mengeras. Saat akan mengeras kutambahkan keju dan tomat lalu ku lipat hingga mirip pastel. Setelah matang kusajikan omelette itu kepada kedua anak laki lakiku. Yang menerimanya dengan sukacita.
Mereka menikmati mashed potato yang diberi brown sauce dan omelette serta sedikit sayuran rebus. Tak ada suara yang terdengar dari mulut mereka. Sari menyiapkan minum untuk mereka agar tak perlu mencari atau teriak minum lagi.
Tak lama kemudian pesanan omelette berdatangan dengan filling bermacam macam. Mulai dari smoked beef, ada juga yang minta combo filling. Kutatap semua anggota keluargaku yang sedang sarapan. Ada yang sedang menikmati Caesar salad. Salad sederhana yang dressingnya menggunakan olive oil dan garam. Potongan sayuran dan udang berpadu rasa dalam mulut memberikan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
" Bang.. Aku mau mayo salad..." Evelyn memintaku membuatkan salad. Kuturuti keinginannya dan beberapa menit kemudian saladnya telah siap. Evelyn mengambil salad pesanannya dan menikmati salad tersebut.
" Om... Aku mau salad boleh? " tanya Tata malu malu
" Oo... Boleh banget sayang. Mau make mayonaise.? " tanyaku
" Ngga om.. Aku mau yang kaya wantik.." ucapnya
" Oooo... Okay... " kusiapkan Ceasar salad untuk Tata,..
" Bang aku juga mau..." ucap Silvia
Aku mengangguk dan tersenyum bahagia. Kusiapkan 1½ porsi Caesar salad untuk mereka berdua. Selesai salad itu kubuat Silvia dan putrinya tampak lahap menikmati salad buatanku.
" Ayah... Aku mau Omellete..." pinta Vilda
" Fillingnya make apa? " tanyaku
" Emang ada apa aja yah? " tanya Vilda
Kusebutkan pilihan filling yang tersedia, dan Vilda memilih combo. Kubuatkan omellete sesuai keinginannya dan kusajikan lengkap dengan mashed potato dan sayuran rebus juga brown sauce.
" Hmmm... Bahagia banget teh Fitri.. Punya suami sukses, pekerja keras, sukses, baik hati jago masak lagi..." ucap Ratri kepada Alline dan Stella.
" Iya Ri... Bahagia banget... Tapi aku juga bahagia bisa sama Ka Cipot... Dia sepertinya berusaha menjadi yang terbaik baik buatku..." jawab Stella yang diamini oleh Alline.
" Naah... Iki mesti sedang Gibas..." ucap Herlambang
" Gibah om.. Gibaah..." protes Sarah...
" Iya ituu..." jawab Herlambang dengan raut wajah polos
" Hahaha... Blepetan gitu lu Bas..." ledek Budi.
" Yaitu... Sinkronisasi.... Eh bener tho ucapan om..." jawab Herlambang ngelantur kepada Edo
" Bener om.. Benerrr..." jawab Edo pasrah
" Nah Sinkronisasi otak kanan dengan fungsi lingual agak lemah kalo kenyang..." Herlambang ngeles
" Dah.. Lu paham... ?" tanya Budi
" Ya paham... Diajari Kekasihku tersayang... Alline... Hehehe..." jawab Herlambang sambil cengar cengir.
Aku mengagumi kemampuannya mencerna pengetahian.. Euh.. Pengetahuan baru. Walaupun kadang digunakan untuk bercanda.
Alline tertawa malu dengan semburat merah diwajahnya.
" Ka... Udah srapan? " tanya Stella kepada Cipot.
" Udah.. Kamu udah belum cul...?" tanya cipot yang dijawab dengan anghukan dan senyuman
" Cul itu apaan pot? " tanya kang Pri
" Itu kang.. Stella kan giginya gingsul. Jadi Cipot manggil dia Icul..." jawabnya
" Ai si Kanyut seenaknya we manggil teh..." ucap kang Pri sambil tersenyum
" Tapi tetap cantik kan kang? " tanya Cipot
Kang Pri mengangguk sambil tersenyum sumringah
Stella menggeliat manja
" Kamu kenapa? " tanya Cipot
" Capek ka..." jawabnya manja
" Ya pasti cape lah... Kamu lari larian terus di ingatan aku..." jawab Cipot anteng
" Weeey.... Waddaw... Om Cipot diluar ekpektasi.." ucap Moniq
" Kerang ajaib... Perusuh muda ini menunjukkan tajinya dihadapan kami... Ululululu..." Edo menjawab
Wajah Stella bersemu merah karena malu sekaligus bahagia.
Matahari pagi menerobos kabut menyinari kami
" Aah... Hangatnya..." ucap Mey Lin
" Sehangat senyuman dan dekapan mami..." ucap Pras sambil menikmati sarapannya
" Wadddaaaw... Ngga yang muda.. Ngga yang senior... Ngegembel semua..." keluh Edo
" Ka... Maksudnya om Pras tua? " tanya Pras
" Ngga tua.. Senior aja.. Matang atuh... Matang... " jawab Edo kalem menyebalkan
Tawa kami membahana menghangatkan pagi. Keakraban yang terjalin mendekatkan satu sama lain dari kami. Dan menghapus jarak kesenjangan.
" Wa... Selesai sarapan Cici boleh ngga naik kuda.?" tanya Cici
" Boleh... Sama teh Sarah minta di ajarin gih..." ucap kang Pri. Cici bersorak bahagia mendengar kang Pri mengizinkan dirinya menunggang kuda
" Papa kamu juga suruh naik.." ucap kang Pri lagi Acara sarapan selesai dan kami bersantai menunggu siang. Karena lomba akan dimulai setelah dzuhur nanti
" Paaa. Kudanya make siapa? " tanya Sarah
" Pake si Brody atau si Alexei aja..." ucap kang Pri
" Okay.." jawab Sarah. Ia cekatan memasangkan pelana ke punggung Brody dan Alexei hingga keduanya siap.
Sebelum di tunggangi kedua kuda itu dilongser dilapangan tempat kami bertanding sepak bola. Tujuannya agar mereka melakukan pemanasan agar keduanya siap dan tidak mengalami cedera.
" Mami..." Tata tak berani melanjutkan ucapannya
" Tata.. Sana sama teh sarah sama Cici. Belajar naik kuda.." ucap teh Ervin
" Iya Tata... Ngga boleh malu malu.. " ucap teh Minah.
Tata menatap papi nya. Pras mengangguk sambil tersenyum
" Ciciii... Tataa... Ini pake dulu..." ucap Dita sambil memberikan boot dan topi khas berkuda.
Brody dan Alexwi adalah kuda ras yang memang disiapkan untuk tunggangan rekreasi. Dan perangai mereka sangat tenang dan bersahabat. Sementara itu Abang dan kaka menunggangi Chita dan Dewi, kuda poni yang dibeli dari seorang pengusaha di Subang.
Yang lain ikut berganti pakaian agar bisa mencoba menunggang kuda.
Istriku salin pakaian juga. Ia mengenakan legging biru tua dan t shirt sewarna. Rambutnya dikuncir kuda memamerkan leher mulusnya yang jenjang memukau. Wajahnya begitu cantik dan segar dalam dandanannya.
Rani membuntuti istriku. Ia memakai legging abu abu dan kaus abu abu muda. Sementara itu para wanita sudah selesai mengganti pakaiannya. Dan berkumpul di dekat lapangan lomgser.
" Nong sini dulu..." panggil istriku
Rani menghampiri istriku. Lalu istriku menyisiri rambutnya dan mengikatnya dengan kuncir kuda juga, banyak tetangga yang menyangka Rani adalah adik kandung istriku. Aku menanggapinya dengan senyuman bahagia.
Selesai menata rambut Rani, giliran rambut Vilda yang berwarna keemasan ditata oleh Fitri. Rambutnya dikepang agar simple. Dan membuatnya makin cantik dengan wajah Caucasian nya.
Tak lama kemudian kami sudah berdiri mengelilingi fence di sekitar laoangan longser
Vilda asik bertelepon
" Ja papi.. Ik ben nog steeds bij de grote familie van mijn baas op zijn boerderij ( Iya papi.. aku masih bersama keluarga besar bossku di peternakannya. ) " ucap Vilda dalam bahasa Belanda
" Iya papi... " jawab Vilda lagi
" Ik word niet alleen als een werknemer beschouwd. Ik word zelfs behandeld als hun kleine zusje pap. genegenheid, aandacht, en niet zelden werd ik geknuffeld door de oudste zus van mijn baas. Ik kan ibu niet bellen. maar ik moet teteh bellen ( aku nggak hanya dianggap karyawan.. malah aku diperlakukan seperti adik perempuan mereka pap. kasih sayang, perhatian, dan ngga jarang aku dipeluk oleh kakak perempuan tertua bossku. aku ngga boleh manggil ibu. tapi aku harus manggil teteh )" ceita Vilda dengan mata berbinar
" Papi videobel nu gewoon met mij. Ik zie mijn nieuwe grote familie graag. laat papie zich geen zorgen meer maken ( papi video call aja sama aku sekarang. aku kasih liat keluarga besar baruku. biar papie ngga khawatir lagi ) " ucap Vilda
Saat Vilda menunggu panggilan video mvasuk, teh Uzzy memeluk Vilda
" Pacar kamu? " tanya teh Uzzy
" Papi teh..." jawab Vilda pendek sambil tersenyum
" papie... dit is de vierde zus van mijn baas. zijn naam is teh Uzzy. De andere broers en zussen van pak Dicky waren in de buurt van de schoonfamilie van Pak Dicky ( papie... ini kakak perempuan bossku yang nomor empat. namanya Teh Uzzy. kakak kakak pak Dicky yang lainnya ada disana di dekat mertua pak dicky )" ucap Vilda
" Daag teh Uzzy..." sapa papi Vilda
" Haai... " jawab teh Uzzy sambil tersenyum dan melambaikan tangan
Lalu vilda memperlihatkan anggota keluarga lainnya juga.
" Ik wil leren paardrijden met de neef van pak Dicky. ( aku mau belajar menunggang kuda bersama keponakan pak Dicky) " jawab Vilda
" ja pap. voor gezinsgebeden, meneer Dicky, zijn de regels erg streng. Ik kan boos worden als ik niet bid. Daarom zeg ik dat hier werken veilig en comfortabel is. Papie maak je geen zorgen oké? Ik zorg zeker voor mezelf en er is een broer die voor mij zorgt ( iya papie. untuk sholat keluarga pak dicky sangat ketat aturannya. aku bisa kena marah kalo ngga shalat. makanya aku bilang kerja disini aman dan nyaman. papie jangan khawatir ya. aku pasti jaga diri dan ada kakak yang jaga aku )" ucapkan vilda sambil memeluk istriku
" het is een tijdje geleden, papi. Ik zal later weer aansluiten. lieve papie ( udah dulu ya papie. nanti aku sambung lagi. sayang papie )" Vilda menyudahi obrolan dengan papi nya
Ia tampak lega dan bahagia setelah menerima video call dari papi nya.
" Emang kamu ngga bilang kalo mau tahun baru disini? " tanya istriku
" Bilang bun. Papi hanya telepon rutin aja. Keluarga papi di Rotterdam juga ngga semuanya kumpul tahun baruan. Ada badai salju.." jawab Vilda sambil memeluk istriku.
" Oo. Eh Vil.. Bener ngga Kalo sedang musim salhu disana panasnya kopi hanya bertahan kurang dari 3 menit? " tanyaku
" Iya yah.. Malah kalo sedang extreme bisa lebih cepat dingin lagi " jawab Vilda
Lalu ia bercerita masa kecilnya di Rotterdam. Dan dia juga bilang betaoa bahagianya dia berada di tengah keluargaku.
" Ndhuk.... Bibi minta tolong dibawain jamu ya.. Uat nden bagus dan nden putri. Sama buat yang lainnya juga. ." ucap bibi
" Sama aku aja.." Rahma antusias ingin membantu bibi. Bibi mengangguk sambil tersenyum
Sambil duduk di rerumputan kuperhatikan kedua jagoanku yang sedang menunggang kuda. Hingga akhirmya mereka meminta turun dari kuda mereka dan berlari menghampiriku.
" Ayaaaah...." jerit keduanya bahagia. Mereka memelukku dan bundanya. Ribut celoteh manja mereka bercerita tentang keasyikan menunggang kuda bersama kakaknya. Tata dan Cici gantian menunggangi kuda poni tersebut.
Sementara itu Dhilla dan Rani beraksi menunggangi kuda. Dhilla berada di punggung Alexei dan Rani di punggung Brody. Tak lupa mereka meminta Edo untuk mengabadikan aksi mereka saat menunggang kuda.
Bergantian kamera hp mengambil moment saat mereka berkuda. Kreativitas dan bakatnya membeikan hasil yang keren. Spesial untuk Rani ada satu moment dimana Edo menangkap foto Rani dalam bentuk siluet. Istriku mengagumi hasilnya dan meminta izinku untuk mencetaknya dan memajang di ruang keluarga juga foto anggota keluarga yang lain.
Aku mengangguk bahagia menyetujui keinginannya. Teteh ikut riweuh menjadi redaktur dadakan memilih foto mana yang akan di cetak untuk dipajang di ruang keluarga di rumahku. Walaupun ukuran fotonya ngga sebesar fotoku serta istri dan anakku juga si bontot. Mungkin hanya ⅓ ukuran foto kami. Suasana bahagia pagi ini masih berlanjut hingga siang menjelang