Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Journey Of Leo

Gelar tiker, ngopi satu ember dan rokok satu slop...
Sambil memantau kelanjutannya
 
PART XXV

Plastic Love





EVA THANIA

Siapa yang mampu menebak alur kehidupan?, siapa yang mampu mengetahui setiap detailnya?, Apa jadinya jika kita semua tahu apa yang akan terjadi pada kita nantinya?. Jika begitu apakah hidup akan tetap menarik? Akankah hidup senantiasa menjadi semacam festival perasaan? Atau malah akan menjadi sangat membosankan, jika kita sudah tahunapa yang akan terjadi.

Bagiku sendiri biar sajalah begini, biar selalu menjadi misteri, karena dengan begitu segala sesuatunya akan sangat menarik untuk dinanti.
-----o-----​

Tiga bulan berlalu sejak Tomiko balik ke negaranya. Aku mulai membiasakan diri tanpa sosoknya, tapi tetaplah yang namanya kenangan susah dilupakan. Kadang masih bisa cengar-cengir jika kumpul bareng teman-teman. Tapi jika sudah sendiri, mulai muncul perasaan menyebalkan itu. Susah digambarkan perasaanku, seperti mimpi rasanya, baru saja tubuh putih mulus tanpa cela itu menari nari di atas pangkuanku. Namun beberapa saat kemudian entah di mana dia sekarang. Bali saja tak habis kujelajahi, apalagi Jepang.

Perpisahan dengan Tomiko membuatku menjelma menjadi pria abg yang terobsesi dengan jejepangan seketika itu juga. Sebelumnya memang sudah mencintai segala hal berbau Jepang. Tapi kini makin ekstrem, makin wibu, untung saja tidak bau bawang.

Segala jenis hal berbau Jepang aku kulik, mulai Dorama, Anime, Movie, sejarah-sejarah, buku, hingga lagu - lagu Jepang. Sampai aku berniat untuk menghapal lagu kebangsaan mereka "Kimigayo" siapa tahu suatu saat bisa terbang ke sana, mencari cinta yang hilang. Syukur - syukur di naturalisasi. Bukannya tak cinta negara ini, tapi masalah hati siapa yang berani menghakimi?

Di suatu siang aku sangat malas untuk berangkat ke kampus, ekonomi, ah kenapa aku jadi mahasiswa ekonomi? Mati - matian aku berusaha untuk bisa sekolah design grafis atau sinematografi, tapi ditolak keluarga. So, jangan salahkan aku kalau malas. Itu cuman alasan saja.

Siang itu kurebahkan tubuhku di kasur, alunan musik city pop mengalun, syahdu sekali. Suara sang biduan membawaku seolah olah sedang merasakan kegetiran bahwa "true love" itu tidak pernah ada. Cinta itu cuman permainan dan sikap-sikap hedonisme, cinta itu sesuati yang tidak murni, plastic love. Mariya Takeuchi.

Bayangan Tomiko mulai menghantuiku, aku yang tadinya sok dewasa, mulai merasakan getir, suasana lagu mulai mengintimidasi, membuat otak tak lagi berfungsi tapi hati yang mendominasi. Kalau sudah hati, Arnold Schwarzenegger yang gagah perkasapun pasti gigit jari.

Aku merindukannya, kuputuskan untuk mengirim sms. Sekedar menanyakan kabarnya.

"Hi Tomiko, bagaimana kabarmu? Semoga kamu dan Aiko selalu sehat. Jika kauntak sibuk tinggalian pesan buatku ya. Leo"

Lama kutunggu, tak kunjung ada balasan darinya, tadinya biasa saja, tapi pasti kalian pernah merasakannya sendiri, jika menunggu pesan dibalas oleh orang yang kita seperti semacam menunggu perasaan yang ingin dibalas. Hp yang tergeletak santai di kasur tak henti-hentinya kupandangi. Namun dia tak bergeming, seolah mengejek. Kangen ya?

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku, suara yang tak asing. Terperanjat terlalu anstusias aku melompat, sesegera mungkin membuka pintu. Tomoko disana berdiri dengan senyumnya yang luar biasa. Melambai kawai ke arahku, aku memeluknya erat sekali, dia juga membalas pelukanku. Tomiko aku kangen banget, aku meracau. Dia segera menutup mulutku yang sedari tadi ngalor ngidul dengan bibir pink sakuranya.

Bibir kami beradu, bisa dibayangkan luapan hasrat itu, aku ingin membenamkan wajahku jika bisa ke wajah cantiknya. Jika jiwaku bisa dijual aku rela menjualnya pada setan, yang penting aku bisa memiliki momen dengan Tomiko seumur hidup. Tangan kami sudah saling meraba, dia meraih tshirtku dan membukanya, selanjutnya membuka tshirtnya yang terlihat kebesaran tapi sangat cantik ditubuhnya.

Gundukan itu, gundukan yang aku rindu. Harum tubuhnya, mulus kulitnya, ah aku merindukannya. Dia bergerak turun menggapai sweatpantku, segera dipelorotkannya dan dalam sekali gerakan dia juga melepas boxerku. Penisku bergejolak, tidak mungkin tidak. Antara aku dan penisku seolah saling berebut. Siapa yang duluan mendapatkan Tomiko. Wajah Tomiko mulai menunduk dan segera melumat batang penisku yang sudah tegak menantang. Ada hentakan yang hebat dari tubuhku. Aku merindukan rasa ini. Aku sangat menikmatinya, sampai alu terbangun dari mimpiku. Ah sial !

"Bangsat, cuman mimpi" aku mengumpat.

Kuraih handphoneku, ada pesan teks disana. Satu dari nomer yang tidak aku kenal, aku buka pesan itu, isinya kurang lebih begini

"Eh lo Leo ya, lo katanya bisa main musik, mau bantuin kita ga? Kita lagi butuh drummer."

Ini siapa lagi? Emang salah satu cita-citaku pengen gabung atau punya band menyalurkan hobiku bermusik. Tapi ini masalah ngesex yang batal dengan Tomiko. Jadi aku malah kesel bacanya.

Namun aku bisa sedikit tersenyum karena yang mengirim pesan satu lagi, tak lain dan tak bukan. Tomiko, fufufufufu.

"Leo, Jepang lagi panas panasnya, its summer day. Luar biasa panas, aku jadi pengen telanjang bulat xixixi. Aku summer ini tidak bisa liburan karena harus menjaga Aiko. Jadi kuputuskan untuk di Jepang saja. Oiya aku akan mengirimu e-mail, ada sesuatu yang menarik, mereka bilang itu tempat berinteraksi di dunia maya. So beri tau aku emailmu. Tomiko <3

Hati siapa yang tak meleleh, girang bukan kepalang dengan cepat aku balas pesannya.

"Ini emailku [email protected], beri tau aku detailnya, apakah interaksinya bisa melihat wajahmu?" aku kegirangan antusias.

Setelahnya belum ada balasan lagi, berkali-kali aku melirik hpku, tak juga ada sms masuk. Oh iya beda zona waktu pikirku. Lalu aku teringat akan pesan sms sebelumnya dari nomer asing yang mengajakku gabung ke band mereka. Segera saja aku balas.

"Halo, sorry baru respon. Ini siapa ya? Ini beneran mau ngajak saya ngeband?"

Kira-kira 10 menit berselang ada sma balasan.

"Iya, ayolah gabung sama kita-kita, aku pernah liat lo jamming waktu di ultah temen kemarin. Yang kamu bawain Blink dan Green Day kan. Kebetulan kita lagi pgn bikin project band itu."

"Boleh aja sih, gmana kalau kita meet up aja dulu, oh iya dengan siapa ini?"

"Oh iya aku Stevi, gitarisku namanya Zkull dan vokalis kita cewek namanya Rosana. Kita biasa bawain lagu No Use For A Name dan sebangsanya."

"Wah sepertinya bakal cocok ni, nanti kita ngobrol lagi setelah meet up ya. Kapan?"

"Siap, nanti kita infoin waktu dan tempatnya."

Jadilah aku ketemu mereka, tiga orang asing yang tiba-tiba saja memberiku kegiatan ngeband. Aku suka musik sangat suka, sekeras aku mencintai sepakbola. Tapi aku sama sekali tidak pernah punya atau gabung di sebuah band. Kesempatanku main musik cuman dikala ultah temen atau kegiatan-kegiatan dadakan seperti itu.

Gabung disebuah band adalah semacam impian juga buatku. Tak perlu panjang lebar dan banyak menimbang, langsung kuiyakan saja tawaran mereka. Dan aku harus segera ngulik lagu - lagu karya mereka itu. Karena dalam waktu dekat bandku akan ada audisi festival dalam rangka ulang tahun sebuah fakultas universitas negeri terkenal di bali.

Sudah menjadi agenda rutin bagi fakultas ini mengadakan acara tersebut tiap tahunnya. Sekalipun festival kampus tapi acara ini lumayan menghasilkan bibit-bibit band yang cukup tersohor di skena musik Bali kala itu. Cultivator Fest.

Sejenak aku melupakan Tomiko, dia tak kunjung mengabariku. Daripada kuhabiskan waktu dengan percuma aku merasa beruntung bisa ada kegiatan lain selain kegiatan kampusku sendiri. Ternyata hidup masih ada harapan. Lewat bermain musik aku menemukan lagi semangat hidup yang hilang.

Hari - hari terakhirku kuhabiskan dengan ngulik lagu-lagu band baruku itu. Aku langsung merasa amaze, bisa diajak gabung dengan band yang menurutku punya potensi yang besar banget. Semakin antusias. Aku sudah cukup mampu menghapal pattern-pattern ketukan drum dari sang drummer terdahulu. Aku bahkan mulai iseng-iseng menciptakan beberapa lagu, siapa tahu saja bisa dipakai nanti di band ini.

Suara sms masuk membuyarkan lamunanku yang sedari tadi memikirkan frasa untuk lirik lagu. Ada sma dari Tomiko. Senyumku merekah, tak sabar aku ingin segera mengabarinya tentang aku kini jadi member sebuah band.

"Leo, kamu ada internet kah disana? So, apa kamu pernah tahu tentang friendster? Itu seperti tempat untuk kita berinteraksi, aku sudah buatkan step-stepnya di email. Kamu harus registrasi. Dunia jadi semakin dekat, aku juga bisa kirimkan kamu foto-foto."

"Wow, terdengar sangat menarik, baik aku akan segera membuat akun, next ajari aku cara untuk bisa berinteraksi denganmu di sana. Aku juga bisa melihatmu dan Aiko bukan?"

"Tentu saja, ini sudah menjadi sangat trend saat ini. Ayolah Leo, kabari aku jika akunmu sudah siap. Hug hug,Tomiko."

"Baiklah sebentar lagi aku akan ke internet station (baca:warnet) dekat rumahku. Btw, im so happy Tomiko. Mereka mengajakku gabung di band. Kamu tau aku sangat antusias. Tidak sabar mengirimkanmu foto-foto saat aku latihan. Dan aku akan naiknpangging pertamaku dalam waktu dekat."

"Seriously? Leo I'm so proud of you. Congrats my dear <3"

Selanjutnya aku sudah mulai membuat akun friendsterku, awalnya kesusahan butuh waktu berjam-jam aku ngulik media yang kemudian menjadi bahasa baru di dunia kala itu jejaring sosial kata mereka. Dan akhirnya akunku dan akun Tomiko terhubung sebagai teman. Dunia makin menarik pikirku. Bersamaan dengan itu aku memperoleh beberapa informasi tentang platform jejaring sosial lain khusus musik MySpace dan dunia semakin dimudahkan dalam berinteraksi lebih cepat dari sms, yaitu Yahoo Messenger.

Pada akhirnya interaksiku dengan Tomiko menjadi sangat intens, aku bisa mengabarinya dengan mudah, begituoun dengan dia. Namun semakin gampang berinteraksi membuat ada rasa rindu yang terkikis. Rindu tak lagi istimewa. Perlahan hubungan kami menjadi seperti teman biasa.

Aku semakin fokus dengan bandku, beberapa hari lagi akan diadakan audisi di sebuah studio musik di bilangan selatan Kota Denpasar. Kami memainkannya dengan baik dan sudah pasti band kami akan menjadi salah satu performer pada Cultivation Fest 2004. Ada kepuasan tersendiri, bahkan sebelum kami naik ke panggung yang sebenarnya saja kami sudah sangat bahagia. Bukan masalah hebat atau tidaknya, tapi kesuksesan bersama kami ini mahal harganya, priceless.

Thieves on The Highway adalah rumah keduaku saatbini, keluarga baruku. Kami kini sudah membahas rencana-rencana kecil band ini ke depannya. Menambah beberapa lagu, mini album bahkan kalau bisa full album. Kami juga semakin memperbanyak porsi latihan kami. Hingga hari yang dinanti, Cultivation Festival 2004 akan digelar esok hari.

Rundown acara sudah dibagikan, kami performer ketujuh dari kurang lebih dua puluhan band audisi dan guest star. Aku sedikit gugup saat naik panggung, begini panggung besar pikirku, seperti ada di dimensi lain. Kualihkan pandanganku dari penonton, jangan lihat kesana, fokus saja ke alat musikmu, aku menggumam dalam hati.

Start kami agak berantakan tapi semakin kebelakang semakin baik, hingga di lagu terakhir yang jadi lagu andalan. Ada kendala pada cymbalku, jujur saja aku tidak modal. Sangat tidak pede naik panggung dengan alat yang seadanya. Cymbalku yang tidak layak itu mulai menunjukkan kualitas sejatinya, lebih baik tak dibawa ke panggung.

Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kesal, cymbal robek, membuat konsentrasiku agak buyar. Tidak bisa dipungkiri raut wajahku sudah sangat tidak enak kala itu. Diatas panggung, lebih tepatnya di sisi kanan panggung. Ada seseorang yang benar-benar memperhatikanku, mungkin satu - satunya orang yang melihat kekesalanku saat itu. Bukan teman bandku. Melainkan MC acara tersebut.

Jujur aku sama sekali tidak memperhatikan cewek itu, fokusku hanya pada kondisi alatku yang kurang maksimal. Hingga turun panggung aku masih sangat kesal. Walaupun penampilan kami tidak buruk-buruk amat. Sekilas aku merasa diperhatikan, bukan bermaksud ge er. Cuman aku merasa aneh saja, pasti gesturku norak banget tadi di atas panggung sampe si mbak berambut bondol yang di cat separuhnya hijau tersebut ngeliatin terus.

Si MC cantik itu mengambil alih panggung sesaat setelah aku selesai perform. Ada momen di mana kami berpapasan dan dia tersenyum ke arahku. Tapi mukaku masam, masih sangat jengkel. Tak lama gadis itu announce band yang akan tampil berikutnya dan segera turun ke backstage.

Aku segera merapikan alat-alatku setelah diskusi sebentar dengan teman-teman member bandku. Di saat sedang merapikan alat aku kaget ada orang yang nyeletuk ke arahku.

"Kesel banget sepertinya, mukul cymball udah macem kdrt aja lu bli." Selorohnya sambil tersenyum.

"Eh, emang kelihatan banget ya? Waduh jadi malu, maklum alatku begini, ini panggung pertamaku jg."

"Lain kali coba lagi main mukanya jangan tegang begitu, banyakin senyum, hahaha."

"Serius? Beneran kelihatan tegang banget ya? Gile malu banget. But thanks ya udah merhatiin banget sampe ada waktu ngata-ngatain. Aku Leo, nama kamu?."

"Tar juga lo tau nama gw bli, cari tau sendiri ya." Dia ngeloyor pergi.

Aku yang tadinya kesel jadi agak sedikit lega, sepertinya memang terlalu tegang. Kurang relaks. Teman teman bandku mulai saling lirik.

"Inget band bro, baru satu stage bisa sibuk pacaran kamu, lupa band lagi." Stevi beropini.

"Kley (umpatan bahasa bali) dia di deket aku berdiri cewek tadi, matanya ke Leo terus bro." Zkull menimpali.

"Gw trauma perkara percintaan anak band, jangan sampe ngorbanin band lah." Rosana ikut nimbrung.

"Aaahh kamu lah dulu pacaran sama mantan drummer lama, sampe berantem hampir bubar."

"Ae ci (bahasa bali), memutar balikkan fakta." Zkull ikut sewot.

"Issshh sekarang cang (aku) kena !!!." Rosana protes.

Aku cuman ikut tersenyum menyimak percakapan mereka. Pengalaman seru di band ini. Akhirnya aku memutuskan untuk balik cabut dari venue sebelum acara berakhir. Karena seperti yang kita tahu, ritual sebelum dan sesudah naik panggung bagi mayoritas anak band adalah menenggak alkohol.

Sudah cukup banyak aku minum, lambungku penuh dengan whiskey, arak dan bir entah dari mana datangnya. Beberapa kali kiriman panitia dan sisanya karena gabung dengan teman-teman sesama musisi. Aku tak sempat berinteraksi lagi dengan si gadis MC, sesekali aku melempar pandangan padanya. Dan aku merasa dia juga. Tak sadar aku mengagumi gadis mc itu, pembawaannya asik, kalau kata anak sekarang bisa dibilang aura-aura ratu skena. Terlebih dia seorang penyiar radio, suaranya menyenangkan dan mempesona. Cocok dengan postur dan gayanya.

Belum sempat ngobrol panjang lebar dengannya aku segera cabut dengan teman bandku. Agak kecewa juga tidak sempat tau siapa namanya. Saat kami balik si gadis MC sedang di atas panggung. Aku iseng aja ounya inisiatif menulis di kertas bekas setlist lagu kami, buat mbak mc kutunggu di friendster. Bli bli Cymball. :)

Aku bangun dengan kondisi kepala pening. Hangover, entah semalam beberapa kali aku bolak balik kamar mandi memuntahkan isi lambung. Sepertinya terakhir sadar aku ketiduran memeluk kloset. Pert terasa milai teriak karena sudah terkuras, begitu ingin makan ada note dari ibuku.

"Kamu beli makan di luar, Ibu sama Bapak pulang kampung."

Dengan gontai aku menuju kamar mandi, sesegera mungkin mandi. Sebelum memutuskan mau makan di mana setelah ini. Setelah siap dan penuh pertimbangan akhirnya aku putuskan untuk makan di warnet ajalah. Warnet langgananku itu salah satu warnet yang proper banget di jamannya. Internet paling cepat saat itu, 512kbps sudah sangat tak ada lawan. Dan selain itu mereka juga menjual makanan yang menurutku standard coffee shop kekinian saat ini.

Aku sudah duduk di bilik PC nomer 7, billing sudah teropen. Tanpa basa basi, sudah login friendster, buat cek apa ada message diinbox dari Tomiko. Sembari mengunyah nasi goreng yang super nikmat aku mulai membuka inbox friendsterku. Ada message dari Tomiko, yang isinya dia mendapat project bekerja ke Russia dalam waktu 6 bulan ke depan. Dan dia berjanji untuk mengirimkanku dokumentasi selama di sana.

Tiba - tiba ada notifikasi permintaan pertemanan, usernamenya unik, pluviovile_eve. Ini siapa lagi?, tapi dasar kala itu asal nambah temen aja. Pasti di accept, tidak peduli kenal atau tidak. Ada keseruan tersendiri punya banyak teman di jejaring sosial. Tidak seperti sekarang follow-unfollow sudah menjadi drama dan salah satu indikator buat mereka menyimpulkan kita suka atau tidak terhadap seseorang.

Yang pertama aku cek adalah postingan terakhir si pluviovile ini. Tanpa sadar mataku berbinar dan senyum-senyim sendiri. Si gadis MC berambut cat forrest green benar-benar muncul di friendster. Padahal sebelumnya aku berpikir begini.

"Gila kemarin aku nulis apaan ya? Pake acara nulis di kertas begitu. Kampung banget ga sih?."

Masalahnya aku cuman nulis ketemu di friendster tanpa clue apapun, ngga nyantumin username dan sebagainya. Terus pede banget nyuruh orang nginvite gitu. Tai si MC beneran invite, berarti dia juga effort dan ada kemungkinan sama anehnya dengan gue. Ngerespon hal begituan. Aku segera message saja, dari profilenya akhirnya aku tau namanya Eva Thania.

"Hei kakak MC, thank you sudah add gue. Kok bisa nemu akun gue yang ngga banyak ada penampakan ini?"

"Weee Mr. Cymball, kan kamu yg nyuruh invite, gimana sih? Aku nemu akunmu dari mutual friend temen-temen band lain." Jawabnya beberapa saat kemudian.

"Cuman hebat juga bisa nemu, thank you anyway. Btw ngobrol di YM yuk? Ini email aku ##########@######.com."

Tak lama kemudian notif YMku berbunyi, disana kami ngpbrol panjang lebar. Ternyata dia adik kelasku di kampus yang sama. Namun beda jurusan. Aku Ekonomi dia Hukum. Katanya dia sempat ketemu aku di cafe kampus tempat biasa aku melarikan diri dari mata kuliah yang aku ngga suka.

Kami bertukar nomer hp, Thania anak yang menyenangkan. Aalahi kemampuan verbalnya dan wawasannya juga luas banget. Secara dia MC. Makin hari kami semakin nyambung, obrolan kami makin melebar kemana mana, makin asik dan makin pengen ngobrol.

Hari-hari berikutnya menjadi petualangan baru dengan orang baru bagiku. Kami semakin intens bertemu. Di kampus, di luar kampus. Masih ngga kebayang gadis MC sekarang duduk dibelakang jok motorku, aku ajak keliling Kuta untuk hunting sunset. Dari yang segan, sekarang sudah berani peluk peluk, dan nempel banget kalau lagi boncengan. Tak sadar sering kali toket Thania nempel dipunggungku. Ternyata besar juga. Ah emang bajingan kau Leo.

Selalu ada pasangan legendaris di setiap era. Sid and Nancy, Clyde and Bonnie, Rojali dan Juleha. Begitu juga saat itu. Leo dan Eva Thania kata orang pasangan serasi. Teman kampus sampai teman band pun setuju. Tapi kami belum pacaran. Aku masih seru seperti ini, jujur aku masih terlalu trauma dan makin kesini menurutku cinta itu makin menyedihkan.

Sampai di suatu malam. Aku menjemput Thania di kost annya, dekat dengan kampus kami. Kami berencana untuk menonton live music si Hard Rock Cafe. Thania sudah siap dengan outfit terbaiknya. Perpaduan kemben hitam dan outer linen lengan pendek oversize putih yang tidak dikancing dan kulot hitam dipadu padankan dengan docmart 8 lubang yang membuat aku terkesima cukup lama. Dari sekian kali kami hangout hari Thania terlihat super cantik.

Akhirnya kelar menonton kami memutuskan untuk nongkrong di convenience store dengan logo K di bilangan pantai kuta. Membeli beberapa beer dan menuju pantai untuk ngobrol disana. Suasana malam itu tenang sekali padahal jalanan sangat ramai. Kuta sudah mulai membaik setelah bom dahsyat yang mengguncangnya. Tapi entah kenapa aku merasa hanya ada kami berdua di sana.

Seolah terbius dengan lagu Lovefool dari The Cardigans yang tadi di cover oleh home band hard rock. Kami berdua mulai menyanyikan patahan-patahan lirik dari lagu yang super kece itu.

So I cry and I beg for you to

Love me love me

Say that you love me

Leave me leave me

Just say that you need me

I can't care 'bout anything but you

Kami tertawa sekeras-kerasnya berdua, merasa sefrekuensi itu rasanya sungguh menyenangkan. Sesaat kemudian mata kami beradu, aku menatapnya penuh arti. Tidak bisa dipungkiri beberapa lama bersama aku merasa sangat connect dengan Thania.

"Thania, sepertinya aku suka kamu."

Tiba tiba kata itu meluncur begitu saja dari mulutku. Aku sendiri kaget dan takut akan merusak momen. Takutnya dia akan berfikir aku akan memanfaatkan momen.

Tiba tiba Thania mendekat dan menciumku hangat sekali. Memagut bibirku, sesekali menggigirnya gemas. Aku balas ciuman itu, sudah tak peduli dimana berada. Padahal kalau waras bisa saja tiba-tiba ada satpol PP dan dipikir kami berbuat mesum di tempat umum.

"Aku juga sepertinya suka kam Leo." Katanya menekankan kata sepertinya itu.

"Eh bukan sepertinya, aku suka banget." Ucapku sok gombal.

Sudah larut malam, aku harus mengantarnya pulang ke kost. Thania memelukku erat, menyandarkan kepalanya di pundakku. Sudah tidak ragu lagi, tanpa statement kami sudah sepakat menjalani hubungan ini.

Thania mendorongku rebah ke kasur, dia sudah separuh dikuasai alkohol, begitu juga alu yang minum lebih banyak tentunya. Seketika dia sudah berada diatasku. Membuka outernya menyisakan kemben yang membungkus payudara indah itu. Terlihat kulit mulus Thania yang putih. Sangat sexy dengan beberapa tattoo kecil di pergelangan tangan dan di beberapa bagian tubuhnya. Dia mulai melumat bibirku tanpa ampun.

Aku tak tinggal diam, wangi tubuh Thania membuatku lebih bergairah. Namun aku tak ingin terburu-buru, akan kubuat dia memohon untuk segera dimasuki penisku. Kususuri setiap lekuk tubuh Thania yang wangi. Jelajahi setiap inchinya menemukan kelemahannya. Yang ternyata di bagian leher dan telinga. Thania mendesah halus. Dan semakin tak tahan untuk membuka kembennya. Tampak bongkahan gunung kembar yang bulat dan berareola cokelat muda itu.

Sempurna tubuh gadis ini.

Thania segera melucuti pakaianku hingga telanjang bulat, dia makin beringas, melahap batang penisku yang sudah menegak sejak tadi.

"Eeehmm ehhhmm oekk, gede banget Yo."

Gerakan konstan Thania yang makin cepat membuat aku tak kuasa lagi menahan lonjakan spermaku yang akan meletus keluar.

"Damn, baby, enak bgt, i wanna come."

"Eeehhmm, dimuluutttt eeehmmm ku ajjjaa emm."

Crot crot crot penisku memuntahkan cairan syahwat itu di mulut Thania. Matanya memandangiku sayu.

Kurebahkan dia, kini giliranku beraksi. Kulucuti perlahan kulot itu, tampak celana dalam berenda yang sangat sexy. Libidoku meningkat. Kugagahi dengan cepat celana dalam berenda itu. Sehingga tampak vagina Thania yang mulus tanpa sehelai rambutpun. Kumainkan perlahan dan perlahan, lutut Thania menekuk menahan geli. Kujilati klitoris Thania sesekali menyedotnya, Thania memekik tak tahan.

"So fuckin good baby, damn, im fly"

Kumainkan jariku, tubuh Thania menggelinjang hebat, Tangannya meremas kasur dan sesekali menjambak rambutku sampai akhirnya.

"Baby masukin aku ga tahan."

A young Leo akhirnya menemukan stagenya, setelah di announce oleh sang MC. Saatnya guest star beraksi. Aku juga sudah tidak tahan. Thania salah satu gadis sempurna dan terideal buatku. Semacam kehormatan bagiku untuk memiliki kesempatan memasukkan bagian tubuhku ke tubuhnya.

Blessss. Penisku mulai merangkak mengaduk2 liang kenikmatan Thania. Ia memelukku, menatapku sayu penuh arti. Kugenjot dengan ritme acak, membuat tatapannya semakin sayu dan kadsng memejamkan mata.

"Ohhhhhh damn baby, why are you so fuckin Hot."

"Oohhh shit memekmu enak banget, boobsmu perfect bgt baby."

" Ahhhh ahhh Leo, aku pgn di atas."

Thania sudah makin tak sabaran, aku segera memasang kondomku untuk penampilan terakhir. Karena Thania memohon untuk keluar di dalam saja.

plok plok plok, gerakan Thania semakin cepat dan cepat goyangan pinggulnya semakin menekan, penisku. Nikmat sekali.

"Baby i wanna come."

"Aku juga babe."

"Aaaahhh Leoooo aaahhhhhh."

Tubuh Thania bergetar hebat, tanda orgasme, tubuhku juga merangsek ke atas, aku juga tak tahan untuk tak orgasme. Kami mencapai kenikmatan bersama. Kucium bibirnya, memeluknya. Thania jatuh ke pelukanku.

"I Love you Leo, from the day one."

"Aku juga."

Kami berpelukan kelelahan, dengan penis yang masih tertancap di vaginanya. Setelahnya kami rebahan betsama, dengan selimut, Thania meringkuk manja, kami mulai bersenandung lagu Lovefool. Dan berpelukan melewati malam itu dengan senyum bahagia. Setelahnya kami ngesex hingga 6 kali malam itu.

Aku merasa menemukan lebih dari sekedar pacar tapi belahan jiwa. Thania gadis ideal, adorable, berwawasan luas dan pribadi yang asik ini jatuh ke pelukanku. Semesta kali ini baik.
----0-----​

Ritme kehidupanku makin membaik, aku tak lagi kesepian. Seolah menemukan separuh bagian tubuhku. Kini aku merasa seimbang. Thania orang yang super menyenangkan, kriteria idealku. Cheerful, tak pernah mengeluh dan mempermasalahkan hal-hal kecil. Masalah apapun yang aku hadapi Thania selalu ada dibelakangku begitupun sebaliknya. Ibukupun sangat menyukai Thania. Karena ramah dan respek sama orang tua. Aku merasa apa ini yang namanya true love?. Ah beruntungnya aku.

Keberadaan Thania benar-benar menjadi penyeimbang. Hubungan kami fun, tak saling membebani satu sama lain. Saat aku sibuk ngeband dan kuliah, Thania sibuk MC dan siaran radio atau kuliah. Namun selalu ada waktu buat kami bertemu. Selera kami sama, dari film, buku, musik dan dia juga mengerti sedikit sepakbola. Kurang ideal apalagi?.

Aku semakin jatuh, jika tidak memikirkan usiaku yang masih 18 tahunan saat itu, mungkin aku sudah merengek pada bapakku minta dinikahkan saja. Tapi mau dikasi makan apa anak orang. Efek lainnya aku jadi bersemangat untuk berdandan untuk mengimbangi selera fashion Thania yang sangat keren itu.

Tak terasa 4 bulan sudah hubungan menyenangkan itu, sekalipun tak pernah ada konflik. Selalu menyenangkan, mabuk bareng, hangout bareng, kadang satu even, bahkan dia ngga ragu untuk menciumku diatas panggung seusai perform. Hubungan sex jangan ditanya, selalu hot. Aku bahkan sering kali nginep di kost dan besok terbangun dengan muka kelelahan setelah 6-7x ngentot semalaman.

Suatu siang, aku sibuk melanjutkan game ps2ku, Metal Gear Solid 3: Snake Eater yang melegenda. Terakhir aku cek Thania ngabarin kalau dia lagi siaran. Ada notifikasi sms cuman aku lagi seru-serunya ngegame, aku tunda untuk membukanya. Mungkin berselang sekitar satu jam kuputuskan untuk cek sms itu. Ternyata dari kawanku, salah satu personil band pop punk di Bali.

"Leo, cek radio sekarang Thania siaran !!!." Sms pertama.

"Brah, kamu ada masalah sama Thania? Ga sengaja denger siarannya. Dia nangis di radio. Bilang mesti ambil keputusan besar di segment curhat. Kenapa bro?."

FYI Thania memang punya program khusus di radio yang isinya membahas gaya pacaran anak muda dan sesi curhat, sebelum akhirnya memutar playlist yang relate dengan sesinya tersebut.

Sontak setelah membaca sms kawanku itu, pikiranku bener-bener tidak karuan. Getir rasanya, tapi aku belum tau masalah pastinya. Aku harus segera menemui Thania. Kalaupun ada masalah denganku kenapa dia tidak ngomong langsung?. Kalau cuman kebawa perasaan karena sesi curhat radio kenapa tumbenan dia nangis?.

"Baby, kamu di mana? Masih di radio? Aku boleh jemput kamu? Kita cari makan yuk?" Kukirim pesan teks padanya.

"Boleh baby, kamu ngga capek?temenin aku ya, kok aku ngerasa ngga enak badan."

Tiba juga aku di parkiran radio, Thania berdiri mematung, wajahnya sedih sekali. Tatapannya kosong entah di mana. Aku berdiri memasanginya helm dan dia masih terpaku kosong. Sampai kucolek hidungnya baru dia agak senyum manja. Kami bergegas meninggalkan radio.

Selama perjalanan Thania menangis, dipeluknya aku erat, sangat erat, seperti pelukan perpisahan. Aku bakal ditinggalkan lagi? Bagaimana ini? Perasaanku tak karuan.

Sunset pantai echo beach sangat sendu, seperti tidak enak untuk ceria, karena ada dua hati yang dirundung pilu. Temaram kali ini terasa menyedihkan. Tak lama berselang seiring karamnya sang fajar. Langit berganti hujan. Pluviovile Eve sang pecinta hujan yang biasanya ceria. Menatapku nanar, sendu melagu.

Sejurus kemudian memeluulkku dengan erat, menangis sejadi-jadinya. Aku bingung, sumpah benar-benar bingung, ini kenapa? Namun kuputuskan diam memberinya rasa nyaman dan aman kewajibanku saat itu.

"Baby, this is hard for me, berat banget, aku sayang kamu, bener-bener sesayang itu. Aku ngga mau kehilangan kamu."

"Wait a minute? Kamu bilang apa? Kehilangan aku gimana?." Nadaku meninggi.

"Aku ngga tau mesti ngomong apa, tapi ini decision besar yang mesti aku ambil. But believe me, aku sayang banget. You are the best. Our relationship itu luar biasa."

" Terus? Kenapa? Kalau emang gitu kenapa? decision apa?. You know I Love You so. Aku ngga pernah aneh-aneh dan aku yakin kamu juga ngga" Dadaku mulai sesak.

"But this is about my family baby. Aku harus jadi anak yang berbakti. I should back to my home. Aku mau balik ke Surabaya."

"Iya terus kenapa? Ngga ada yang salah kan baby? Aku biaa kok sesekali susulin kamu ke sana. Aku ga peduli jarak."

"But im going married baby. Aku harus segera nikah, aku sudah cukup lama kabur dari rumah. Dan sekarang sudah ngga bisa lagi. Ini demi keluarga aku. Tolong mengerti ya."

Perasaanku luluh lantak hancur berkeping keping. Alam seolah ikut menangisi kisah romansaku yang kembali acak-acakan dengan mengguyur echo beach dengan hujan tak henti-hentinya. True Love? Sial, aku sudah memilih kata itu sebelumnya. Beginilah akhirnya? Mengerti apanya? Emang kalian mengerti perasaanku saat itu.

Kesal sungguh kesal, ingin rasanya menerobos hujan masuk ke dalam pantai yang berombak besar itu biar tenggelam saja sekalian. Butuh waktu lama aku menelaah ini semua, menguasai diri, berusaha mendewasa dalam waktu singkat. Di depanku sang gadis MC, pluviophile kesayanganku, si cheerful, my true love sudah kosong sangat kosong, tak berani lagi menatapku. Aku tak tega. Kupeluk dia, rasa sayangku lebih besar dari rasa benci ini. Mungkin ini pengorbanan terakhirku cara terakhirku untuk menunjukkan rasa sayangku. Dengan merelakannya dan mengerti segala keputusannya.

Dia semakin menangis sejadinya. Tak henti-henti memohon maaf padaku. Aku semakin tak tega. Suasana echo beach untung tak seramai sekarang. Canggu masih belum digdaya kala itu. Sepi menyepi.

"Tinggal berapa lama waktuku? Kasi aku waktu ya buat bisa selalu sama-sama sampai kamu balik."

"Baby Im so sorry. Dua minggu lagi aku harus balik. Segera urus pindah kampus juga."

"Okay baby, aku temenin kamu urus semuanya."

"Baby.... I Love You so." Matanya nanar sungguh terlihat hancur perasaannya. Saat itu juga aku cukup berbesar hati bahwa dia juga mencintaiku. Disentuhnya pipiku, dan menciumku dalam sekali.

Kami habiskan malam berdua, aku menginao di kostannya, disana dia bercerita panjang lebar tentang permasalahan keluarga. Masalah hutang keluarga yang membuatnya harus menerima pernikahan. Pasti berat menjadi dia. Aku bisa merasakannya dia tidak berbohong.

Sex disaat sedih atau dengan perasaan yang gundah bisa jadi sangat dahsyat. Kami ngesex seperti tidak akan ada hari esok. Seperti enggan berpisah atau seperti bakal tidak akan terjadi lagi. Aku akan merindukan gadis ini. Aroma perfume khasnya, rambut pendek yang kini di cat ash grey disisi dalam. Semua lekuk tubuh itu, bibirnya, keceriaannya, wawasannya. Ah aku merindukan semuanya.

Dua minggu berlalu sangat cepat, sepanjang itu aku selalu menemaninya, mengurus kuliah, siaran, mc dan sebagainya. Kini saatnya aku harus melepasnya pergi. Pelukan terakhir yang berurai air mata. Ciuman perpisahan yang menyayat hatiku. True Loveku memuai seiring waktu. Saatnya untuk merelakannya, melepaskannya.

Diujung pintu keberangkatan Thania melambai padaku, menangis sesenggukan. Kutahan air mataku agar tak membuatnya lebih beban lagi. Kupaksakan senyumku, kurelakan hatiku. Seiring bayanganmya perlahan menghilang, bersama dengan itu True Loveku juga menghilang.

Diperjalanan tak hentinya aku mengutuk hidup. Menangis sejadinya, menahan sesak dada. Cinta sejati ternyata tidak pernah ada. Semuanya fake. Plastic Love.



Watashi no koto wo kesshite

Honki de aisanaide

Koi nante tada no geemu

Tanoshimeba sore de ii no

Tozashita kokoro wo kazaru

Hade na doresu mo kutsu mo

Kodoku na tomodachi



Never love me seriously

Love is just a game

All I need is to have fun with it

The showy dresses and shoes decorating my closed heart

Are my lonely friends.



Plastic Love, Mariya Takeuchi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd