Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Journey Of Leo

isi buku tamu dulu suhu
baca nanti.. haha
nomor punggung saya 13 merah hitam italia :victory:
 
selalu menunggu .... dan menunggu..... sex-sessionnya agak pelannnn..... eh udah latihan belum si leo kecil ...hi hi
 
duh makin lama makin baper aja sama inda,wajib dipertahankan nih hu, sekedar saran, mungkin harusnya di scene ini pakai pov orang ketiga ,kan leo gak hadir disana
Pengennya begitu hu.. tapi di detik akhir ane putuskan untuk tetap menggunakan POV Leo... Karena apa yang Leo ketahui tentang malam itu hanya dari cerita Inda... Jadi kebenaran pasti dari apa yang terjadi malam itu Leo tidak tahu pasti
 
Part XVII

Berjalan Lebih Jauh

Inda Puty

Tuhan menciptakan banyak rasa di dunia ini rasa cinta, rasa sayang, rasa nyaman ataupun rasa sakit.

Namun salah satu yang terburuk mungkin rasa bersalah. Bahkan rasanya lebih buruk hidup dengan rasa bersalah dibandingkan rasa sakit. Terkadang dalam keadaan paling sadar kita lebih baik disakiti daripada menyakiti.

Tapi bukan tanpa tujuan, Tuhan menciptakan rasa bersalah agar kita sadar akan kesalahan dan menjadi pribadi yang tidak menyakiti di kemudian hari.

~~~~O~~~~
SMS dari Putra bagaikan cambukan kilat yang menyambar sekujur tubuhku. Akhirnya yang aku takutkan terjadi juga, sepintar-pintarku menutupi ini semua, suatu saat memang akan terbongkar juga.

Siap tidak siap aku harus siap dan mempertanggung jawabkan semuanya.
Aku pura-pura tidak paham dan mencoba untuk menanyakan permasalahannya pada Putra, tapi sms dan panggilanku seperti diacuhkannya. Yang anehnya Inda pun melakukan hal yang sama padaku.

Hari ini aku tak masuk sekolah, setelah menerima sms itu mataku terjaga karena memang penasaran dengan apa yang terjadi. Aku sama sekali tak tidur, sekitar jam 5 pagi tadi kuputuskan untuk jogging mengelilingi perumahan, dengan maksud agar pikiranku teralihkan dan badan jadi capek sehingga memudahkanku untuk tertidur.

Saat membuka gerbang aku bertemu Om Oky yang sudah lengkap dengan jaket parasut dan sepatu larinya.

"Jogging om?"

"Eee kamu Yo, belakangan ini jarang kelihatan, kemana? Ayo sambil jogging"

"Lagi banyak tugas om, jadi ngerjainnya di rumah temen"

"Tugas "biologi" ?" Om Oky cekikikan.

"Hahaha ngga yang itu om, tugas beneran ini, oiya tante Vony sama yang lain sehat om? Jadi jarang ketemu"

"Abis mata sampe item terus muka kusut begitu kayak sering kebuang laharnya, hehehe, sehat semua, ah tar lagi pertanyaannya pasti fokus ke Zoraya ini, bau-baunya begitu."

"Yah si Om cepet banget, iya Zoraya apa kabar Om? Hehehe"

"Hahaha baik dia, tapi lagi sibuk tu, dia ngewakilin sekolahnya buat Debat Bahasa Inggris, jadi kerjaannya ngomong sendiri depan kaca."

"Wuih pasti bangga punya anak berprestasi ya Om"

"Hehehe, Pak Adjie juga pasti bangga punya anak jago lompat jendela malem-malem, hahahah" Om Oky ketawa ngakak.

"Waduh si Om suka ngintipin ni"

"Yaa aku kan pernah muda juga Yo, mau rokok? Dia menyodoriku Marlboro Putihnya.

"Ngga Om, rehat dulu deh, jadi ngos ngosan kalau lagi main bola."

Sudah satu putaran kami kelilingi kami duduk sejenak di sebuah toko kecil yang masih tutup.

"Oiya Yo, terima kasi banyak kemarin udah mau anter jemput Zaza, sampai kamu nungguin dia di gereja pula" Om Oky nyebut Zoraya dengan nama kecilnya Zaza.

"Sante aja Om, aku juga ngga ngerasa direpotin kok"

"Bukan maksud malah manfaatin kamu ya Yo, tapi Om pengennya biar kamu deket ama Zaza."

"Eehh, kenapa Om?" Tanyaku.

"Iya kamu tahu khan Zaza itu orangnya gimana, Om pengen dia jadi sedikit lebih lunak. Kamu orang yang tepat buat bisa ngerubah dia, kamu khan agak congor juga."

"Eh iya ya Om? Hehehe" aku agak ge er.

"Om sebenernya agak khawatir Zaza deket cowok itu, Zaza mulai kepengaruh gaya hidup cowok itu yang memang keluarganya mampu. Sedangkan perekonomian Om belum membaik pasca krisis moneter. Makanya Om mutusin buat hijrah dari Surabaya ke Bali, nyoba keberuntungan."

"Oh jadi gitu ya Om, aku sih yakin Zaza ngga bakal begitu Om, apalagi dia anaknya pinter, buat ngerti kondisi begitu sih ngga perlu diajarin juga."

"Iya semoga aja gitu Yo, Yukkk lanjut."

Aku melanjutkan jogging kira-kira dua putaran akhirnya balik ke rumah. Sejenak aku berpikir lucu juga ya Om Oky sampe nyuruh aku deketin Zoraya buat bisa ngerubah sikapnya katanya. Ngerubah orang lain? Aku sendiri belum mampu bersikap apalagi mesti ngerubah sikap orang lain.

~~~O~~~

"Pengkhianat kamu Yo, kasian Putra."
Umpat Gede saat aku berpapasan dengannya di warung, siang harinya setelah jogging aku terbangun dan kelaperan. Ngecek makanan di dapur tapi kosong, Ibu ngambek gara-gara Aku bolos sekolah hari ini.

Niat hati beli mie goreng tapi malah kena omelan temen. Lengkap sudah hari ini.

Aku tak bisa berkata-kata hanya bisa diam saat Gede menghujaniku dengan sumpah serapah, ternyata Gede sudah mencurigaiku dari hari-hari sebelumnya.

Dia yang jadi asisten Putra sering ditugasin buat ngirim-ngirim sesuatu ke rumah Inda, macem-macem mulai dari makanan, tas-tas, sneakers sampe bunga yang aku tahu Inda ngga pernah nyentuh sama sekali itu barang.

Pernah suatu malam Gede lagi mau kirim sesuatu ke Inda beberapa kali mencet bel tapi ngga ada orang. Tapi dia ngerasa ada aktifitas di dalam rumah, Gede yang memang bergerak demi bayaran bertindak profesional dengan ngintip ke dalem rumah.

Dan dilihatlah sepeda BMX dan sandalku yang nangkring di sana. Semenjak itu dia mulai curiga dan selalu kirim info ke Putra. Putra awalnya ngga percaya sampai kejadian penolakan itu.

Leo said:
kamu di mana? Are you okay?

Inda Puty said:
sorry honey, aku sakit dari semalem, gara2 kehujanan ni.. i miss you

Leo said:
Aku ke sana skr, wait for me sayang

Aku menyuapinya bubur ayam yang baru aku beli tadi, dan mengompres kepalanya. Badannya panas sekali, dan ingin segera aku bawa ke dokter tapi dia menolak.

Aku tunggui dia beberapa kali dia terlelap dan kemudian terbangun lagi. Kucium keningnya saat tertidur, ada perasaan ingin lebih melindunginya lagi, perasaan itu makin kuat.

"Sayang kemarin Putra udah nembak Aku" Dia mulai bercerita.

"Terus gimana sayang?" Tanyaku, padahal aku sudah tahu hasilnya.

"Aku tolak sayang, aku cuman sayang kamu" dia tersenyum padaku, wajahnya pucat.

Aku hanya tersenyum memandangnya, aku tak mampu berkata-kata, hanya membelai rambutnya lembut. Dan mendaratkan kecupanku ke bibirnya.

Dan berbisik semoga dia lekas sembuh karena aku merindukannya dan ingin mengajaknya untuk sekedar jalan-jalan, menikmati momen berdua.

Hari sudah senja, aku pamit untuk pulang dan berpesan padanya agar segera menghubungiku jika butuh sesuatu. Kuguyur kepalaku dengan air, penat sekali rasanya, tak kusangka hidup bisa serumit ini.

Aku belum siap, baru kemarin mengenal cinta kera, baru kemarin aku berjuang di lapangan bola, sekarang masalah-masalah tak terduga menyerang bertubi-tubi seolah tak putus-putus, aku ditinggal menikah, kini aku harus bermasalah dengan kawanku sendiri.

Putra said:
Ee bangsat, aku tunggu di tanah kosong gang 20 sekarang, aku mau ngomong

SMS dari Putra memintaku agar menemuinya di tanah kosong di gang 20 yang biasanya kita sering pake main bola bareng. Aku bergegas menuju ke sana, aku sudah sangat siap dengan segala resiko yang terjadi, mempertanggung jawabkan kesalahanku.

"Eee bangsat jelasin semua !!!" Teriak Putra saat aku baru saja sampai.

"Aku minta maaf Tra, semuanya terjadi begitu aja, aku udah salah besar udah khianatin temen sendiri."

"Aaah bangsat, ngomong emang gampang, bangsat, sakit hati aku !!! Berapa uang yang udah aku keluarin buat semua ini, kowe tahu gimana usahaku bangsat, aku udah bayar kowe, kowe udah makan segala traktiranku !!! Tapi kowe kayak gini !!! Bangsat!!!!" Wajahnya memerah seperti sudah ingin memakanku hidup-hidup.

"Aku cuman berniat bantu temen dan ngga pernah minta ditraktir atau dibayar !!!!" Aku menatap Putra dan kemudian menoleh Gede, aku tak terima dianggap bisa diatur dengan uang seperti Gede.

"Bangsat, nantang kamu !!!! Dia semakin terpancing emosi.

Berikutnya sebuah pukulan mendarat di pipi kiriku, aku hanya diam saja. Gede yang ada di sana tak berusaha melerai, yang ada dia malah memeluk tubuhku dari belakang mengunciku agar aku tak bergerak.

Selanjutnya Putra menghajarku membabi buta, beberapa kali mataku, pipiku dan perutku tak luput dari pukulan dan injakannya. Aku hanya diam, aku terima semua perlakuannya padaku. Perbuatan burukku kini menjadi bumerang dan berbalik menyerangku.

Aku berlutut di tanah, tanganku terkepal, air mataku mengalir, air mata kemarahan. Aku marah pada Putra yang melecehkanku dengan kata-katanya, namun aku lebih marah pada Gede yang tidak berusaha mendamaikan kami.

Tak ada sakit yang kurasakan, mungkin karena terlalu emosi saat itu. Tapi aku tidak berniat melawan atau membalas mereka. Apa aku layak menerima semua ini ? Apa sebegitu besar dosaku ? Apa tindakannya sudah paling benar ?

Mereka meninggalkanku pergi setelah puas menghajarku, aku bersandar di tiang gawang, aku tak berani pulang dengan kondisi begini, pasti orang tuaku jadi panik.

Kini sudah mulai kurasakan sakit di beberapa tempat di badanku. Bibir dalam bagian bawahku robek dan mengeluarkan darah, pasti tergigit gigiku saat dipukul tadi. Dada, perut dan punggungku juga nyeri akibat injakannya. Untung saja Putra itu bukan tipe cowok yang bisa berantem, jadi aku tak sebegitu parah.

Kuraih hapeku di saku celana, pecah di beberapa bagian casing depannya, mungkin akibat injakan tadi. Untung saja smsnya masih bisa aku baca. Ada beberapa SMS dari Jan, Retno, Jay, Eka dan tentu saja Inda. Hanya sms Inda yang aku baca, ucapan selamat tidur, kubalas namun tidak ada balasan, mungkin dia sudah tidur.

Kepalaku luar biasa sakit, dan perutku lapar sekali. Aku berjalan limbung menuju motorku dan segera mencari warung lalapan untuk makan dan memulihkan tenagaku. Dengan kondisi bibir yang hancur seperti itu, aku sama sekali tidak bisa menikmati makananku, perih bagai tersayat silet.

Sampai Mas-Mas penjual lalapan mengira aku habis dirampok di jalan, karena kondisiku yang berdarah-darah.

Kira-kira jam 11 Malam aku baru berani pulang ke rumah. Sudah sepi, kubasuh pelan mukaku, tubuhku letih luar biasa letih. Kulempar segera tubuhku ke atas kasur, nyaman sekali, tak pernah senyaman ini, perlahan aku terlelap.

~~~O~~~
Esok harinya aku berangkat lebih pagi, jadi Ibuku tidak melihat kondisiku karena sedang sibuk menyiapkan keperluan Ayahku.

Sampai di sekolah semua kawan-kawan mengerumuniku. Mereka memaksaku untuk menjawab jujur, mereka pikir aku diserang sekolah lain, sampai babak bekur begitu dan mereka berniat membalas.

Cewek-cewek pun pada bersikap perhatian padaku terutama Retno yang mukanya khawatir banget. Aku belum sempat melihat wajahku karena memang tadi pagi aku buru-buru berangkat.

Biasanya aku pasti sempatin buat ngaca dan sisiran di kamar Ayahku, karena memang di kamarku ngga ada cermin. Kulihat wajahku di cermin sewaktu mencuci tangan di wastafel.

Mata kananku bengkak dan ada gumpalan darah yang mulai membiru dan terlihat bagai disengat tawon, memar di mana-mana. Kulipat bibir bawahku dan terlihat luka robek bekas gigitan gigi atasku.

Jan menangis sesenggukan saat kuajak ketemu selepas jam sekolah melihat kondisku yang seperti itu. Dia ngamuk-ngamuk minta aku biar segera putus sama Inda. Ah anak itu.

Hani juga sampai datang ke rumahku buat ngelihat kondisiku, dia juga bersihin muka aku pake air hangat dan ngobatin luka dibibirku dengan ramuan obat china punya Papanya, katanya biar cepet kering. Nyaman sekali diperhatiin begini, ahhh beruntungnya aku.

Hanya Inda yang belum tahu kondisiku, jika dia tahu mungkin bakal jauh lebih gawat lagi suasananya. Lagian aku belum berniat memberi tahunya, karena dia lagi sakit. Takut malah memperburuk kondisinya.

"Sayaaaangggg !!! Kamu kenapa ngga cerita sama aku?"

"Cerita apa sayang?"

"Putra sudah cerita semua, aku ke sana sekarang ,titik!!!!"

"Tapi....."

Kini giliran Inda yang datang kerumahku setelah Hani pulang tentunya. Dia nangis sejadinya dan ngga berhenti minta maaf, karena dia nganggep gara-gara dia aku jadi dapat masalah begini.

Aku bilang agar jangan diperpanjang, mungkin semua udah takdirnya. Dia bahkan berniat nginep di rumahku buat jagainnaku. Yang jelas aja aku tolak, bukannya munafik, belum siap digerebeg Kepala Lingkungan, ntar dinikahin khan gawat juga.

Waktu aku nganterin Inda sampai depan pagar, aku lihat Om Oky ngasi kode nunjukkin wajahnya, maksudnya nanyain kenapa mukaku bisa babak belur begitu, selanjutnya dia dia meragain gerakkan tinju gitu, dikiranya aku berantem kali di sekolah.

Aku cuman jawab manggut-manggut aja, abis itu dia malah ngasi dua jempol, mungkin dipikirnya keren cowok emang mesti bisa berantem. Dan terakhir dia nunjukkin 2 jarinya seperti huruf V , terus meragakin gerakan senggama dengan tangannya sambil ngasi jempol dan nyengir kuda, maksudnya mungkin 2 cewek tadi. Sialan ini si Om macem cctv aja mantengin kegiatanku.

Seolah tak habis-habis sialku, giliran ortuku yang membabatku habis. Setelah melihat kondisi wajahku yang memprihatinkan. Ayahku yang paling marah, dipikirnya aku berantem di sekolah. Aku hanya menunduk saja menerima omelan Ayah dan Ibuku yang bergiliran menyerang.

Hari demi hari berlalu, setelah kejadian itu aku belum pernah bertemu Putra lagi. Ketemu Gede pernah saat aku membeli minuman dingin di warung. Baru aku akan menyapa dan sekedar ngobrol tapi dia buru-buru masuk ke rumahnya menghindariku.

Aku semakin sering mendapat kunjungan dari dua cantik yang bergantian datang, Hani siang sepulang sekolah dan Inda pacarku sorenya sampai malam. Ayahku geleng-geleng kepala bingung, sembari getol curi-curi informasi pengen tahu pacarku yang mana.

Jan? Dia banyak alasan ngga pernah jenguk, pengen sih dijenguk dia juga. Kadang congornya yang ceplas-ceplos bikin malah tambah semangat. Tapi aku senyum sendiri waktu tahu kalau dia sering ngasiin aku makanan tapi cuman digantungin aja di pagar rumah, malu katanya buat masuk. Anak itu.

Sebenernya ngga perlu dijenguk lagian aku ngga kenapa-napa, dari awal juga udah bisa masuk sekolah. Tapi yah namanya wanita pasti agak berlebihan khawatirmya, dinikmati aja beruntungnya aku.

Cuman aku kaget waktu Zoraya dateng ke rumahku buat jenguk. Ngga nyangka juga dia bakalan dateng. Ngeliat kondisiku yang masih lumayan bonyok waktu itu kelihatan mukanya sedih. Hari itu sikap Zoraya sangat berbeda dari yang biasanya. Hari itu dia jadi hangat dan sering melempar senyum waktu kita lagi ngobrol. Ahhh kalau gitu terus sih kelihatan tambah cantik lagi.

Sore ini aku pergi ke rumah Inda, aku mau bantu-bantu Inda buat kirim beberapa barang sebelum pindahan. Hari itu Kakak Inda dan Istrinya tidak juga kelihatan, katanya sedang di luar negeri. Jadi kasihan cewek sendirian beres-beres barang, aku sebagai pria yang bertanggung jawab dan idaman mertua berinisiatif ngebantu.

Tadinya sih Inda nolak mentah-mentah waktu aku nawarin bantu, katanya istirahat dulu masih sakit. Akhirnya aku sampai memelas sama dia buat bantuin, masih dilarang, akhirnya sebuah kata pamungkas meluncur, kata-kata yang pasti bikin luluh semua cewek, Kangen !!!! Akhirnya dia luluh, hehehe.

Hampir separuh barang sudah dikirim ke rumah lamanya, terutama barang-barang di kamar Kakaknya. Tinggal menyisakan barang di kamar Inda aja yang mungkin dalam waktu dekat akan dikirim lagi.

Truk yang angkut barang sudah pergi, aku bisa santai sejenak di kamar Inda. Kupejamkan mata sejenak, sembari menunggu Inda selesai mandi.

Aku ketiduran dan sempat mimpi yang tak jelas, sampai akhirnya aku membuka mata. Masih samar aku lihat tubuh wanita telanjang, kupicingkan mata agar bisa lebih fokus. Kulihat lekuk tubuh wanita yang mulus tanpa sehelai benangpun, dan tampak bongkahan buah dada yang indah menggantung dengan puting berwarna cokelat muda.

Gairahku mulai naik, langsung saja aku bangkit terus memeluknya dari belakang. Inda sedikit kaget namun selanjutnya tersenyum.

"Baru bangun udah langsung nakal, hihihi"

"Iya mendadak bangunnya double ni, hehe"

Aku mulai menciumi punggung dan tengkuknya, Inda mulai mendesah dan mejambak-jambak rambut belakangku, yang membuat gairahku makin terpacu. Aku lahap bibirnya dan lidahku mulai merangsek masuk, dia memberi perlawanan .

Tanganku kini sudah mulai barbar meremas payudara indahnya, dia juga ikut meremas tanganku yang sedang sibuk meremas payudaranya.
Dia mendorongku ke kasur, dan duduk di atasku.

Kemudian memberondongku dengan ciumannya, kami sudah larut dalam suasana, Inda buru-buru melepas semua pakaianku, dan kini tampak Leo junior sudah tegak mengacung.

Kini posisiku sudah di atasnya, sambil berciuman tanganku sudah mulai aktif bermain di vaginanya, kugesek daerah sensitifnya yang sudah mulai basah itu.

Aku bergerak turun, dia awalnya menolak, namun akhirnya mengangguk tanda setuju. Kusibak vagina dengan bulu tipisnya yang sepertinya baru saja di cukur itu, warnanya pink dan wangi sabun sirih.

Aku mulai menghajar klitorisnya dengan permainan lidahku, dia menggelinjang, sesekali badannya seperti melompat-lompat dan kakinya menggesek-gesek sprei. Setelah beberapa lama dia mulai meracau.

"Sssssaaa yyyaaaanngg eeeennnaaaakk bbaanggg.... Aarrrghhhhhh"

Tubuhnya melengkung, dia menggigit bibir dan menjambak rambutku, aku makin ganas menyapu vaginanya, sekalipun lidahku sudah sangat pegal.

"Sayang itu tadi apa? Enak banget?"

"Eh aku juga ngga tahu, mungkin kamu orgasme sayang" Dasar Leo masih amatiran.

Kini aku didorongnya untuk rebah di kasur, penisku mengacung keras. Dia mulai mengocoknya lembut, aku memejamkan mata menikmati sensasi kocokannya. Namun tiba-tiba aku kaget saat penisku terasa masuk di sebuah tempat yang basah dan hangat.

Ternyata Inda memberanikan diri memblowjobku. Dia memaju mundurkan kepalanya pelan dan lembut seperti takut akan menyakiti penisku, kemudian menjilat-jilat kepala penisku yang membuat aku menahan geli.

"Enak ngga sayang? maaf ya aku belum pinter blowjobnya, ini pertama kali buatku"

"Eeehh eennak ssa yaaang aargghh"

Tampaknya dia tak kuat lama-lama memblowjobku, rahangnya pegal. Kemudian lanjut mengocok penisku, hingga penisku berkedut dan memuntahkan lahar yang banyak dan kenceng hingga mengenai wajahnya.

Kemudian dia rebah disebelahku sambil mengibas-ngibas tangan pegal.

"Sayang capek nih ngocokin kamu terus, masukin aja ya, aku udah siap"

"Eeeeehhhh?" Aku jadi sumringah tak karuan. Leo junior yang tadinya kelelehan akibat jet lag mendadak bangkit kembali.

Kami mulai berciuman, lidah kamu beradu dan bibir kami saling memagut. Kuhisap putingnya yang mengeras, kumainkan dengan lidahku, dia mendesah.

Kini dia membuka pahanya lebar-lebar mengijinkanku mendaratkan Leo junior di tempat yang semestinya dia berada.

"Pelan-pelan sayang, i love you"
Kumasukkan perlahan penisku, terasa rapat sekali. Baru sedikit masuk Inda sudah meringis kesakitan.

"Sayang perih, diemin dulu ya"

Aku mengangguk, kuciumi dia lagi, perlahan kudorong pelan penisku, dia meringis tapi mengangguk mengijinkanku untuk untuk segera membenamkan penisku di dalam vaginanya.

Akhirnya penisku sudah masuk sempurna, aku mulai menggenjotnya dengan ritme pelan, dia merintih merasakan sakit sekaligus nikmat. Aku mempercepat genjotanku dia mulai menjambak-jambak dan mencakar-cakar punggungku. Payudaranyanya yang bergoyang membuat aku lebih bernafsu lagi.

Keringat membasahi kami berdua, aku mulai merasakan sesuatu yang mendesak dari pangkal penisku. Disisi lain tubuh Inda kurasakan gemetar dan menegang, kupercepat lagi genjotanku.

"Aaarrrgghhh eeeerrrgghhh ssaaaa yaaang eeennakkk bangggeeett aaarggghh, lovvvee yyoouu aaarrrgghh".

"Eeerrrgghh eerrgghhh" aku semakin fokus menggenjot.

Dan segera mencabut penisku dan memuntahkan spermaku diperutnya, tampak sperma bercampur darah mengenai perutnya yang rata.

Kurebahkan tubuh di sampingnya, kupeluk dia lalu mencium bibir dan keningnya. Dia tersenyum padaku.

"I Love You Sayang" bisikinya.

"Love you too sayang" aku mendekapnya hangat.

Aku tak menyangka hari ini Inda akan menyerahkan mahkotanya padaku, semuanya mengalir dan mengalun tanpa paksaan. Hatiku sudah semakin mencair dan semakin mantap untuk kuserahkan padanya.

Aku sudah sangat yakin dengan perasaanku ini, bahwa aku mencintai wanita ini. Sekalipun aku belum tahu apa hubunganku ini akan kandas dengan cepat atau akan berjalan lebih jauh.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd