Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Journey Of Leo

Leo.......leo....:D
Memang untuk menjadi pribadi yg dewasa....yg matang....kadang harus melalui liku2 kehidupan yg tajam dan terjal......harus merasakan "kepahitan"
Semoga dgn apa yg telah terjadi...akan
menjadikan Leo bertambah dewasa secara pola pikir dan tindakan........
Dan nantinya akan memperoleh wanita
sejatinya........:beer:

Tetep :semangat:....dan di tunggu up selanjutnya....:ampun:
 
Part XXII

Buta Hati



Ary January, Made
Hidup adalah sebuah pilihan, begitu kata orang bijak. Kita punya hak untuk memilih apa yang terbaik dan apa yang terburuk bagi kita.

Namun kadang sering kali kita hidup dengan pilihan-pilihan yang salah. Segala sesuatunya tidak dapat diperbaiki lagi hanya sesal yang tersisa.

~~~~O~~~~
Sudah berhari-hari aku mesti terkulai lemas di tempat tidur. Ini hari ketigaku terjebak di kamar dan terisolir dari dunia luar.

Iya selepas memutuskan hubungan dengan Inda aku berusaha melampiaskan kekesalanku dengan bermain sepak bola. Sesuatu yang amat sangat kurindukan. Tapi aku memaksakan tubuhku yang tidak tidur tiga hari.

Waktu itu kawan-kawan SMPku pada janjian buat kumpul main bola terus ngga sengaja dapet lawan sparring. Aku yang emang lagi free banget ngga mungkin melewatkan momen itu. Apalagi aku memang lama tak berjumpa kawan seperjuangan di Porsenijar dulu itu.

Kami berkumpul di lapangan renon Minggu sore, semua tampak hadir di sana termasuk adik kelasku di SMP. Kebanyakan dari mereka lanjut bermain bola dan bermain untuk klub lokal seperti Perseden Junior.

Aku lagi asyik ngobrol dengan Indra yang ternyata melanjutkan ke SMK. Terus ada juga Luhur yang kini satu sekolah dengan Arta, tapi malah memutuskan untuk berhenti main bola, karena sempat patah tangan mesti istirahat panjang. Akhirnya yang ditunggu-tunggu muncul, Sabda. Dia sudah tampak lebih tinggi dari terakhir kami ketemu. Tapi tetap lebih pendek dariku.

Tubuhnya juga agak berisi sekarang, wajahnya juga tampak tidak sehat. Kami semua kaget saat Sabda bilang bahwa dia sudah tidak diijinkan main bola lagi. Akibat terakhir mengalami kram perut hebat sewaktu main bola, setelah di rontgen ada luka di lambungnya dan saat ini sedang masa penyembuhan. Aneh juga sakitnya lama tapi tidak kunjung sembuh. Kata Sabda ada penyakit non medis yang menyerang tubuhnya.

Lawan kami hari itu adalah komunitas orang Kupang yang merantau ke Bali. Sudah lebih dewasa dari kami dan beberapa dari mereka tampak sangar. Dan tebakan kami benar mereka security.

Awal-awal permainan seru dan asyik, Sabda juga ngga tahan ikut main nyeker. Mulai agak lama kondisi badan sudah capek sehingga suasana makin memanas, moodku yang lagi buruk sesekali kepancing juga. Ada satu momen di mana aku mendapat umpan terobosan dan melesat sendiri tinggal berhadapan dengan kiper. Kupaksakan diri berlari padahal aku sudah merasa ada sesuatu yang aneh di tubuhku.

Sedikit lagi menyontek bola tiba-tiba pandanganku tak jelas aku roboh tak sadarkan diri, yang kuingat terakhir sewaktu berlari kurasakan ulu hatiku nyeri bagai ditusuk-tusuk.

Aku tersadar saat sudah berada di UGD, kata Dokter yang bertugas aku terkena gastro, asam lambungku tinggi. Dia juga menanyakan apa aku punya kebiasaan merokok, ngobi dan minum alkohol. Setelahnya aku diijinkan pulang dan selanjutnya disarankan untuk segera check up di dokter spesialis penyakit dalam. Aku tak sanggup berkendara sendiri akhirnya diantar Luhur dan kawanku satunya membawa motorku.

Besok malamnya aku berobat ke dokter spesialis penyakit dalam dengan diantar Ibuku. Dokter memberi tahu tentang kebiasaanku untuk tidak telat makan, mengurangi perokok dan minum alkohol. Ibuku yang mendengar perkataan dokter jadi marah-marah dan laporan sama Bapak sesampainya di rumah.

Alhasil akibat sakitku kini aku mendekam di kamarku ini. Kuputuskan mandi agar lebih segar, di kondisi seperti ini aku merindukan mereka. Merindukan Mbak Shanty, merindukan Dina dan Inda juga tentunya. Tapi aku ngga mungkin menghubungi mereka. Inda masih mungkin, beberapa kali dia sms dan menelponku tapi tidak aku gubris. Aku masih sangat kesal dengannya.

Di kondisi seperti ini harapanku adalah Hani.

"Hani, lagi di mana? Main ke sini dong, lagi tepar ni."

"Aduh maaf Kak Yo ngga bisa ni, lagi mau anter cowokku cari buku, maaf banget ya."

"Eh sorry-sorry, sipp deh lanjut."

Aku kebingungan, di saat seperti ini tak ada kawan dan jarak umurku dengan adikku cukup jauh jadi tidak bisa diajak ngobrol. Aku hubungi Adi dia sibuk, Arta juga persiapan Porseni Bali mewakili Denpasar.

Akhirnya aku ingat seseorang, udah lama dia menghilang, aku kangen kejahilannya, cocok untuk menghiburku di kondisi seperti ini.

Leo said:
sayang aku hamil, kalau kamu ngga ke rumahku sekarang juga dan bertanggung jawab aku bakal bunuh diri

January said:
iihh sayang, Kak Leo, apa kabar? Tumben banget? Kangen tau!!

"Sayaaanggg kangen" dia tiba-tiba menelponku.

"Yang udah jadi anak SMA ngga pernah ngabarin nih !!!"

"Kamu kenapa Kak Yo, suaramu lemes gitu? Aku kesana sekarang !!."

Kira-kira tiga puluh menitan Jan sudah tiba di rumahku. Aku segera bergegas membukakannya pagar. Aku sempat melongok melihat penampilannya sekarang. Jan sudah semakin tumbuh menjadi anak remaja yang cantik.

"Ihh kok bisa jadi sakit gini sih?ngga mau aku"

"Eh iya, kapok deh, kayaknya aku bakal berhenti ngerokok deh."

"Iya harus !! Pokoknya kamu ngga boleh kenapa napa sayang" dia memelukku.

"Eehhh iya iya" kuberanikan diri membalas pelukannya dan menciumi rambutnya, wangi sekali. Sungguh nyaman momen ini, tumben-tumbenan ni anak ngga jahil.

"Ehh meluk sih meluk tapi ini apaan jadi keras?" Dia nyentil kemaluanku.

"Ehhh aku nahan pipis, sialan" kutoyor kepalanya.

Hari itu kami habiskan waktu dengan bercanda-bercanda ringan seharian dan ketawa ngakak saat nonton film Ali G Indahouse yang diperankan dengan sangat kurang ajar oleh Sacha Baron Cohen.

Ada momen di mana kami tak bicara dan saling bersentuhan, entah berpelukan atau saling memegang tangan. Entah kenapa aku selalu merindukan gadis ini dan selalu ingin melindunginya.

Tiba-tiba dia duduk dipangkuanku dengan posisi berhadap-hadapan. Aku yang sedang bersandar di bed sedikit kaget tapi berusaha menutupi ekspresi kaget diwajahku. Dia melingkarkan kedua lengannya dileherku dan tak henti-henti tersenyum.

"Kak Yo makasi ya udah nolongin aku waktu itu."

"Oh itu, udahlah, untunglah aku ada di waktu yang pas."

"Kalau ngga ada Kak Yo aku ngga tahu deh bakal gimana, Kak Yo sampai hampir celaka gitu gara-gara aku."

"Seneng rasanya bisa berbuat sesuatu untuk orang yang disayang" entah kenapa kata-kata itu meluncur dari mulutku. Wajahnya merona merah. Aku yang sudah terlanjur ngeluarin kata-kata itu daripada tanggung langsung mencium keningnya.

Dia menatapku, lalu kemudian wajahnya mendekat, bibirnya mengarah ke bibirku. Ciumannya hangat sekali, aku yang masih tak percaya malah diam tak bergerak sampai disadarkan oleh lidah yang mulai bergerak.

Kupeluk pinggangnya, tubuhnya semakin bergerak maju. Kami salimg memagut dan beradu lidah.

"Aku sayang kamu Kak Yo.. aku sayang kamu" dia sejenak melepas ciumannya dan kembali menciumku.

"Me too Jan" aku membalasnya.

Ciuman kami makin panas, tangannya mulai bergerak melepas tshirtku aku segera mengangkat tangan untuk memudahkannya. Kini dia melepas sendiri cardigan turtlenecksnya yang berwarna army green, tampak kulit mulusnya yang putih.

Kuarahkan ciumanku ke daerah leher dan dadanya, dia mendesah manja. Jan tampak makin bergairah saat bibirku bergerilya ditelinganya, kugigit pelan dia makin panas.

Dia membalas menciumi leherku dan mencupang dadaku di beberapa bagian.

Tanganku bergerak menuju pengait behanya, namun sebelumnya aku meberi kode untuk meminta ijin melakukannya dan dia hanya mengangguk dengan wajah sayu. Pengait itu terlepas dan menampakkan payudaranya yang putih dan indah dengan areola yang berwarna cokelat dan puting yang tidak terlalu besar.

Indah sekali payudara itu, kubenamkan wajahku di sela-sela gundukan surgawi itu. Aku segera memainkan putingnya dengan lidahku, sementara tanganku meremas payudaranya yang bebas, begitu bergantian. Kami sangat menikmati permainan kami.

Dia mulai bergerak ke bawah dan melucuti celana serta cd ku. Menunduk dan segera menghisap penisku yang sudah menegang. Sembari menghisap penisku tangannyapun ikut aktif membantu bibirnya mengocok penisku. Aku seperti kesetrum saat lidahnya menjilat lubang kencingku.

"Eemmhh eemmhh emmhh beessaarr jjugga ssayyng" racaunya tidak terdengar jelas.

Semua bagian penisku tersapu rata oleh bibir dan lidahnya, aku sudah semakin dekat.

"Eeerrgghhh eerrgghh akuuu maaaauu keelluuaarr ssaayang"

Jan mempercepat blojobnya, cairan di testisku semakin ingin merangsek naik.

"Aaarrgghhh eeemmhhhh eeerrgghh"

Croottt croottt crooottt

Tubuhku menegang punggungku sampai sakit menekan sandaran bed. Penisku menembakkan tiga kali semprotan super dan beberapa kali menghabiskan sisanya di dalam mulut Jan, Jan mengeluarkan sperma di mulutnya lalu mengambil tisu dan membuangnya di sana. Aku tidak begitu kecewa dia tidak menelannya.

"Enak sayang? Hihihi" dia nyengir.

"Enak banget" aku mencium bibirnya.

Kemudian aku mendorong tubuhnya untuk rebah di kasur. Kubuka lebar-lebar pahanya, tampak vaginanya yang dicukur tanpa bulu, vagina yang luar biasa.

"Ssaayyang aku ngga pern.. aaaaghhhh"

Jan mendesah hebat saat lidahku mulai menjilati vaginanya, bibirku juga lahap mengenyoti vaginanya. Jari-jariku kanan juga ikut bermain di sana. Tangan kiriku juga tak tinggal diam meremas payudaranya, Jan yang keenakan ikit meremas tanganku yang meremas payudaranya.

"Aaaagghhh saaayaangg geellii banngeett aaarrgghh"

"Aaagghhhh aaaghhhhhhh saayaaang"

Sampai beberapa waktu lutut Jan mulai menekuk, dia blingsatan bagai cacing kepanasan, wajahnya memerah, aku mempercepat jilatan dsn gesekan jariku di klitorisnya hingga tubuhnya menegang dsn gemetaran.

"Aaaoooogghhh eenaaakk banggeett ssaaayyanggg aagghh"

Tampaknya Jan sudah menikmati orgasmenya. Kubiarkan dia menikmatinya, kakinya sudah menggesek gesek spreiku yang sudah tak karuan.

"Enak banget sayang, itu apa?" Tanyanya.

"Mungkin orgasme sayang" aku tersenyum.

Kemudian membuka pahanya lebar-lebar dan mencium vaginanya sekali. Sebelum kuarahkan penisku ke vaginanya dia kembali berbisik.

"Aku sayang kamu Kak Yo"

"Aku juga sayang kamu Jan" bersamaan dengan itu kuhujamkan penisku.

Bleeesss penisku amblas di vaginanya yang sudah basah.

"Aaarrgghh" kami mendesah bersamaan.

Kudiamkan sejenak penisku agar membiasakan diri di vaginanya yang sempit. Lalu mulai kugenjot perlahan, Jan mendesah, tangannya berusaha menggapaiku untuk memeluk.

Clepp cleepp cleepp

"Aaargghhhh sayang enak banget" desahannya membuat libidoku meningkat.

Kupercepat genjotanku, lebih cepat dan lebih cepat lagi.

Plokkkk ploookk plokkk
Bunyi kelamin kami beradu menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Aku sedikit lagi hampir muncrat tak tahan dengan nikmatnya vagina Jan yang ngegrip banget.

Tiba-tiba dia bergerak bangun dan berusaha mendudukiku, aku bergerak mundur dan bersandar pada sandaran bed. Kini dia duduk dipangkuanku berhadap-hadapan. Dia mulai menggoyangkan pinggulnya, nikmat sekali. Sambil menghisap payudaranya kugigit pelan putingnya, Jan makin ngga karuan, matanya terpejam.

"Sssshhhh aarrgghh saayang ennaakk"
Cukup lama kami bermain di sana hingga akhirnya aku sudah sangat dekat dengan ejakulasi. Kurebahkan Jan menyamping, dan kuusahakan agar penisku tidak terlepas dari vaginanya. Keringat membasahi kami berdua. Kupercepat genjotanku dan segera kucabut begitu akan orgasme, kukocok penisku dan memuntahkannya di perut Jan.

Kucium keningnya, aku menyayangi makhluk ini, namun sedikit berbeda aku selalu ingin menjadi pelindungnya. Kupeluk dia dari belakang dan menciumi rambutnya.

"Jan? Aku sayang kamu, kamu bakal ninggalin aku ngga? Aku mau kita pacaran aja Jan"

Kata-kata yang terdengar bodoh itu meluncur tak sengaja dari bibirku, namun itu jujur dari hatiku.

"Aku juga sayang kamu Kak Yo, pacaran atau ngga kita begini aja terus. Aku ngga mau pacaran malah jadi bikin kita pisah."

Aku tak menjawab, aku memang ingin memilikinya tapi jauh lebih ingin agar tidak kehilangan dia.

Hari itu kami berhubungan sex dan Jan sudah tidak perawan sebelum denganku, dengan siapa? Dia tak pernah cerita dan aku tak akan bertanya.

~~~~O~~~~
Hari berganti hari dan aku merasa seolah telah memiliko hati Jan. Kami semakin intens bertemu dan ngesex tentunya. Tapi tidak pernah ada kata pacaran, perduli setan yang penting gue yang punya pikirku.

Aku bahkan ngajak Jan ikutan waktu nyari nilai renang di sekolah. Bangga juga bisa ngajak cewek yang ngga kalah entotable-nya sama cewek-cewek temenku.

Retno mendadak ngga mau ngobrol denganku gara-gara aku ngajak cewek baru ke kolam renang. Padahal dia ngajak cowok baru lagi, ah... Ini anak maunya apa ya?

Makin hari aku makin sayang dengan makhluk ini, dengan segala kecerewetan dan segala kejahilannya.
Lama-kelamaan aku makin tahu kalau Jan ini doyan banget sama yang namanya dugem. Tiap week end pasti dia ngajakin aku dugem. Aku sih mau-mau saja walau kadang capek juga. Ngga apa-apa deh daripada ngga ada yang jagain.

Cuman beberapa minggu terakhir dia malah jarang ngabarin kalau lagi dugem. Aku sih ngga curiga atau bakal ngelarang-larang yang penting dia tahu batasannya.

Di suatu malam minggu di bulan Oktober 2003 aku berencana mengajaknya dinner di sebuah restaurant di Ubud. Aku memutuskan berhenti merokok dan duitnya jadi bisa aku sisihkan buat beli keperluan lain. Jadi cukuplah buat sekedar traktir dia sekali-sekali.

Aku telpon dia tapi tidak dijawab, aku coba sms juga nihil dan sepertinya rencanaku akan gagal. Aku berusaha menjauhkan pikiran negatif tentangnya, mungkin saja dia lagi sibuk. Tapi hati tak bisa dibohongi aku malah jadi tak tenang.

Waktu berlari sangat cepat, sudah jam 10 malam tapi dia tak berkabar juga. Pupus sudah rencanaku untuk dinner romantis dengannya. Masih ada lain waktu pikirku menghibur diri. Baru saja mataku mulai terlelap aku dikagetkan dengan suara ringtone hapeku yang cukup keras.

"Yooo di mana?" Ternyata Adi sepupuku yang menelpon.

"Oitttsss di rumah ni? Kenapa di?"
"Yuk berangkat ke double six, si Dany ultah, open bottle ni!!! Free alcohol till drop." Adi sangat antusias.

"Udah kayak iklan aja tu congor, ehhm ayoo dah."

Dan begitulah akhirnya aku malah jadi week end-an bareng Adi and the gang. Jalanan cukup crowded dan macet hari itu dan kami kesulitan menemukan parkir hingga muter dua kali. Bali tampaknya udah mirip Jakarta pikirku.

Akhirnya setelah perjuangan yang lumayan sampai juga kami di Double Six. Suasana sangat ramai hari itu, hentakan music techno bergema memenuhi ruangan klab. Suara music yang keras membuat kami sampai harus sedikit berteriak saat bicara.

Dany sudah tampak dan segera menyambutku dan Adi, tak perlu waktu lama satu shot red label seketika membasahi tenggorokan dilanjutkan dengan Corona beer masing-masing untukku dan Adi.

"Kalau abis tinggal order aja, nanti Bapak yang bayar." Perintah Dany sambil menepuk-nepuk dada.

"Mantep.. sering-sering aja ultah bro, hehehe" Candaku.

"Taiiii, cepet tua aku hahaha sekarang aja udah tua." Dany segera kembali ke kerumunan kawan-kawannya.

Asyik sekali gayanya, Aku dan Adi sepaham bahwa pasti asyik rasanya seumuran Dany, udah usia 20-an pergaulan luas dan udah kerja di salah satu brand fashion ternama Volcom. Untuk anak seumuran kami kami menganggap itu keren.

Mataku mulai perih akibat ruangan klub yang dipenuhi asap rokok. Dan setelah berbotol-botol Corona dan Bintang plus kombinasi scotch atau tequilla akhirnya alarm kencingku berbunyi. Aku beranjak ke toilet untuk kencing dan mencuci muka, jalanku mulai agak limbung. Selesai kencing, kubasuh wajahku agar lebih segar dan kembali ke kursi bar.

Adi masih di sana tapi wajahnya menunjukkan ekspresi aneh. Aku duduk kembali, kuperhatikan Adi dia tampak sedang melihat ke suatu tempat. Tapi selanjutnya tak kupedulikan, segera kulanjutkan birku yang seolah memanggil.

"Yoo yoo yooo" Adi menyiku-nyiku lenganku.

"Oiiittt kenapa ini kenapa?"

"Kleeng bangsat itu lihat Yo, bukannya itu Jan cewekmu?"

"Eehh mana?"

"Itu Yo, daritadi aku perhatiin kayak lagi teler Yo, make ineks itu yakin aku, itu sama cowok lagi." Tunjuk Adi ke suatu tempat.

Benar saja, gadis itu memang Jan, dia duduk dengan tiga orang temannya yang lain. Dua cowok dan satu cewek. Seketika aku bangkit dari tempatku dan beranjak ke sana. Adi berusaha mencegahku tapi aku lebih cepat.

Aku sudah tiba di mejanya, memang kulihat mereka benar-benar pada teler. Dan dugaan Adi pasti tak salah mereka sedang ngineks. Segera saja kutarik Jan dari tempat duduknya, dia sedikit kaget dengan keberadaanku. Dan kulihat wajahnya sudah sangat teler.

"Ayoo pulang sekarang !!! Apaan ni !!!"
Selah satu cowok itu menepis tanganku keras dan mendorongku.

"Eeee bangsat !!! Nyen ci? Macem-macem gen ci !!!" (Eh bangsat !! Kamu siapa? Jangan macam-macam kamu !!)
"Kleng siep ci !!! De ajak ci usak Jan nah !!!" (Diam kamu !!! Jangan kamu ajak Jan rusak begini !!)

"Diiiieeeemmmmmm!!!!" Jan teriak.
"Ngapain kamu ikut campur urusanku Kak Yo?? Pergi sana !!!" Jan menangis.

"Pulang sekarang !!!" Aku benar-benar marah pada Jan.

"Ngga !!!!! Lepasin !!" Jan semakin berteriak.

Saat itu aku benar-benar kehilangan kendali, aku menjambak rambut Jan dan menariknya keluar. Sampai akhirnya security berbadan kekar menarik lenganku dan memukul perutku sekali. Aku langsung roboh menerima pukulan itu, suasana jadi gaduh beberapa orang mulai berkerumun melihatku.

Adi dan Dany memohon maaf pada security karena Aku telah membuat keributan di sana. Tapi dia tak peduli, security sangar itu menyeretku keluar dari klab.

Aku susuk bersandar di pohon kelapa. Rasa nyeri di ulu hatiku akibat pukulan keras security itu masih terasa. Kemudian aku muntah, semua isi perutku terkuras. Selanjutnya kurebahkan tubuhku di pasir, kurasakan desir angin pantai double six cukup dingin malam itu.

Kupejamkan mata dan berharap semua ini hanya mimpi saja, masalah apalagi ini? Kenapa segala sesuatu yang susah payah aku bangun dan aku jaga luluh lantak dalam sekejap mata. Apa yang aku lakukan pada Jan itu sebuah kesalahan atau sudah benar ? Apa aku salah ingin melindungi orang yang aku sayang? Aku mengutuki tindakanku.

Adi datang dan mengajakku pulang, Dany juga ada di sana. Aku meminta maaf padanya dan dia tampaknya mengerti permasalahannya, mungkin Adi yang cerita. Aku menjabat tangan Dany dan kemudian pulang. Jan ? Aku tak tahu lagi bagaimana caranya bicara dengannya lagi.

Besok paginya sebuah nada sms membangunkan tidurku yang sangat tidak nyenyak. Segera kubuka pesan itu.

January said:
tolong jangan ganggu aku lagi, cowok kemarin mantanku dan kami sudah balikan. Anggep kita ngga pernah kenal sama sekali. Thanks

Hatiku hancur saat membaca isi sms itu, aku tak tahu lagi harus bagaimana saat itu. Aku harus marah atau bersedih, segala upayaku melindunginya dianggap salah olehnya.

Aku sadar telah melakukan kesalahan dengan tindakan kasarku tapi itu semata-mata karena ingin menjauhkannya dari sesuatu yang buruk.

Akhirnya aku kehilangan lagi salah satu orang yang penting dalam hidupku. Aku benci menjadi pribadi yang selemah ini. Aku tak tahu harus bagaimana, tetap menjadi pribadi yang membuka hati atau yang buta hati.
 
pengalaman2 pahit,,sedih dan apalah itu akan membentuk karakter yg kuat,dewasa dan pantang menyerah..semangat leo
 
:mantap: teruskan... yang sabar leo... mungkin Jan bukan yang terbaik untuk mu... Dina yang tulus malah dicampakkan miris sekali hidup mu leo.
 
Thx updatenya hu

Kok naas terus ya nasib Leo di beberapa part akhir ini, apa mungkin karmanya Dina?
Ditunggu lanjutannya hu
 
Bimabet
Hehehe easy come easy go
Ngentot siapa aja seenaknya, merawanin ninggalin sehayunya, y jelas gampang ilanglah... Justru luar biasa kalo leo dpt cewe yg setia dan bisa tahan lama..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd