Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Journey Of Leo

Halo suhu semprot sekalian, kali ini saya akan menceritakan salah satu part terpenting dalam hidup saya, one of my special woman in my life.. semoga tidak membosankan
 
Part XXIV

Amai Omoide


Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa memang film maker yang baik. Beliau sudah menyiapkan segala peran dan alur cerita buat seluruh ciptaanNya.
Tak ada alur yang pasti dalam sinema Beliau, tak ada satupun yang bisa menebak akan bagaimana dan seperti apa jalan ceritanya.

Tiap personal memiliki perannya masing-masing. Dan bisa saja merubah atau mempengaruhi jalan cerita orang yang lain.

~~~~O~~~~
Akhirnya tamat juga aku SMA, sedih juga harus meninggalkan dunia putih abu yang seru dan penuh warna. Ada banyak penyesalan juga setelah tamat sekolah, karena aku termasuk cukup banyak melewatkan keseruan di SMA akibat sering bolos.

Sembari menimbang akan kuliah di mana aku masih punya banyak waktu buat liburan. Beberapa tes untuk masuk perguruan tinggi negeripun sudah aku jajal, tinggal menunggu pengumuman saja.

Sebenarnya aku punya cita-cita untuk melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan Design Grafis atau apapun yang berhubungan dengan komputer. Atau aku punya opsi lain untuk mengambil jurusan sinematografi.
Karena memang hobiku di sana selain sepakbola. Paling tidak aku bercita-cita ingin membuat game yang mendunia karya anak bangsa suatu saat nanti atau membuat film yang tidak sepicisan sinetron-sinetron di tv.

Tapi aku harus mengubur cita-cita itu, karena ortuku keberatan aku sekolah di luar Bali. Karena memang untuk ilmu itu belum ada sekolah di Bali yang memiliki kredibilitas yang mumpuni. Kalaupun ada tingkat pendidikannya hanya sampai diploma saja.

Seperti kebanyakan orang tua yang profesinya Pegawai pemerintahan pasti juga aku diharapkan untuk menjadi Pegawai pemerintahan juga. Sesuatu yang jauh dari cita-citaku, aku punya impian yang berbeda. Namun karena belum mampu menghasilkan biaya sendiri untuk kuliah aku terpaksa menuruti orang tuaku.

Sebab biaya untuk kuliah di luar Bali pasti lebih ekstra, ditambah memang untuk jurusan-jurusan itu pasti membutuhkan biaya yang sangat besar. Aku mesti mencarinya di mana?
Kuputuskan untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas swasta di Denpasar. Sepupuku Adi juga memang berniat kuliah di sana, dia bahkan tidak ikut tes PTN sama sekali.

Penerimaan mahasiswa di Universitas Swasta itu masih sangat lama, menunggu hasil ujian PTN. Jadi aku benar-benar punya banyak waktu lowong.

Sedih juga, harusnya di kondisi seperti ini enaknya punya pacar. Coba saja aku masih dengan salah satu dari mereka bakal jadi petualangan yang seru. Journey of Sex and Vacation gitu.

Mbak Shanty pasti sibuk mengurus anaknya, Inda? aku tak tahu kabarnya lagi, Dina? aku bahkan tidak punya keberanian menatap wajahnya. Jan? Setelah kejadian itu kami putus kontak, mungkin memang tipikal Jan begini. Suka menghilang lama, bisa-bisa muncul tak terduga. Tapi aku yakin kali ini memang berbeda, dia seperti mengejar hidupnya yang lain.

Masih ada seorang lagi yang terakhir dekat denganku, Retno. Tapi semenjak pertemuan terakhir aku putuskan untuk pamit dari hari-harinya. Karena aku tak ingin mengganggu persiapan pernikahannya dengan Rama. Terlebih usia kehamilannya yang sudah semakin besar. Aku hanya berdoa semoga acaranya dilancarkan.

Jadilah aku kembali ke kegiatan lamaku pulang kampung berkegiatan dengan para pemuda desa atau pergi ke klab-klab malam, ketemu kawan-kawanku disana. Pariwisata Bali pasca peristiwa Bom Bali I mulai berangsur-angsur membaik. Semua stake holder dan pelaku wisata bahu-membahu membangun kondisi wisata Bali agar "bangkit" kembali.

Berbagai event pun digelar di Bali, seperti Bali for The World acara musik yang dimeriahkan oleh artis-artis ibukota dan band jagoan kami Superman Is Dead. Para wisatawanpun sudah mulai datang ke Bali sekalipun tidak semasif masa-masa kejayaan sebelum Bom Bali I.

Kawasan legian mulai berbenah, beberapa tempat sudah mulai beroperasi, rencananya di pusat ledakan atau Ground Zero akan dibangun monumen untuk mengenang tragedi kemanusiaan itu. Tapi ada atmosfir yang berbeda di Bali medio itu, terutama di kawasan Legian.

Rasa trauma masyarakat dan pelaku wisata di sana masih sangat terasa. Dan banyak kejadian-kejadian mistis juga yang terjadi. Karena memang mengerikan sangat dampak ledakan itu. Kalian bisa menemukan potongan-potongan tubuh manusia mental berkilo-kilo meter dan nyangkut di rumah-rumah penduduk saat setelah kejadian.

Malam ini aku berencana untuk ketemu kawan-kawan di Bounty Club. Aku luar biasa was-was saat kawan-kawanku menyebut tempat di daerah Legian. Tapi daripada dikatai cemen aku sok berani saja.

Aku menunggu di bar luar Bounty Club. Bounty memiliki beberapa bar, di luar bar yang lebih santai dan klab utamanya adalah sebuah bangunan berbentuk perahu layar besar. Di lantai bawah ada sebuah bar dan di lantai atas juga ada.

Aku sampai hari inipun tak pernah mengerti entah kenapa Bounty Club sangat digemari bule. Emang sedikit rasis, bule pada ngga suka di klab-klab yang dipenuhi orang lokal. Karena memang orang lokalnya aja yang suka bertingkah sama bule.

Jadi bule itu pada mengeksklusifkan diri berkumpul di suatu tempat. Sah-sah saja, mungkin kita juga bakal begitu juga kalau sedang di luar negeri. Mencari tempat yang jadi tempat kumpul kawan senegara.

Lama menanti kawan-kawanku tak muncul juga, aku asyik saja menikmati minuman yang dibikin lebih strong oleh bartender kenalanku, free pula. Sesaat kuperhatikan ada seorang wanita Jepang yang tampak kebingungan seperti mencari temannya, kemudian segera masuk ke klab.

Kepalaku sudah mulai berat, kawanku tak kunjung muncul, kuputuskan untuk masuk ke dalam klab. Awalnya aku tak punya uang lebih untuk masuk ke dalam, karena harus membeli beer sebagai welcome drink. Untung saja bartender tadi membantuku lagi, jadi bisa masuk free.

Suasana dalam klab sangat bising, penerangan juga hanya lightning khas klab yang bikin sakit mata. Mataku memang perih juga karena asap rokok yang berbaur dengan udara AC. Kucari-cari kawanku tapi tak kutemukan sama sekali.

Saat sedang fokus mencari tiba-tiba punggungku seperti dihantam sesuatu.

Brruuuggg...

Aku menoleh, kulihat wanita Jepang tadi tampak terburu-buru.

"Gome.... Nasai daijobu desu ka?"

"Eh... Sorry." Aku menggaruk garuk kepala.

"Ooopppss maaf, pasti anda tidak mengerti bahasa Jepang. Maksud saya, anda tidak apa-apa?." Ternyata wanita Jepang itu sangat fasih berbahasa Inggris.

(Selanjutnya akan percakapan akan di translate ke bahasa Indonesia.)

"Oh tidak apa-apa, saya cuman sedikit kaget, tidak masalah. Saya perhatiin anda sedari tadi seperti mencari sesuatu?."

"Oh... Itu.. saya sedang mencari tour guide saya, dia membawa tas saya, namun menghilang dan sepertinya masuk ke sini."

"Eh? Apa ada barang berharga di sana? Kalau begitu ayo saya bantu mencarinya."

"Uhm hanya dompet dan sejumlah uang, tapi untungnya passport dan id lain saya simpan di koper hotel."

"Wah ngga bisa dibiarin, ayo kita cari, jika tidak ketemu saya temani melapor ke polisi. Oh, iya perkenalkan saya Leo."

"Saya Tomiko Harada, cukup Tomiko saja, senang berkenalan dengan anda, terima kasih bantuannya."

Kemudian aku sibuk mencari-cari orang yang dimaksud Tomiko. Sudah setiap sudut klab aku telusuri, namun nihil. Aku sarankan untuk melapor ke polisi namun dia menolak. Dia ingin balik ke hotelnya saja, namun dia tak membawa uang sepeserpun untuk membayar taxi.

Aku tawarkan untuk membayarkan taxi, namun setelah kurogoh dompetku tampaknya duitku tidak cukup. Setelah tau aku membawa sepeda motor dia menyuruhku mengantarnya dengan motorku saja, aku sih tak keberatan. Hanya saja sedikit khawatir karena Tomiko tak membawa helm.

Kuantar segera Tomiko menuju hotelnya, lokasi Tomiko menginap di seputaran Legian Kaja, The Padma. Hotel yang sangat mahal, tapi mungkin bagi Tomiko masih terhitung biasa aja, mengingat Jepang adalah salah satu negara termahal di dunia.

Sebelum pamit Tomiko menanyai nomer hapeku, disodorkannya hape flip dengan gantungan bermerk docomo itu padaku. Aku kebingungan melihat bahasa hapenya, kuputuskan untuk memencet nomerku saja kemudian aku dial untuk misscall. Nanti biar dia yang save sendiri dan nomernya dan nomernya sudah aku save, Tomiko.

~~~~O~~~~
Tomiko said:
Arigatou Lio San. Jika tidak keberatan, bisakah minta tolong sekali lagi?

Sebuah pesan pendek kuterima dari Tomiko sewaktu aku baru bangun tidur. Sudah pukul 10.00 aku terbangun karena perutku sudah memanggil. Rumahku sepi, Ibuku sudah harus menjemput adik sekolah dan biasanya langsung singgah ke rumah nenek.

Kubuka tudung saji tapi tak ada makanan, kuputuskan untuk mendadar telur, cukuplah. Setelah selesai makan, kuseduh segelas kopi susu dan kunyalakan sebatang rokok, ah perfect blend.

Aku teringat oleh pesan yang dikirim Tomiko, segera saja aku balas.

Leo said:
Senang bisa membantumu. Ada yang bisa saya lakukan lagi?."

Lama tak ada balasan, aku mulai menyeruput kopi dan larut dalam kepulan asap rokok. Sedang asik melamun tiba-tiba hapeku berdering.

"Moshi-mosh...ohayou gozaimasu Liooo san. Ini saya Tomiko. Apa kamu sibuk?." Tomiko memanggilku dengan nama Li'o, dengan pengucapan yang unik dan manis sekali, li yang agak panjangkan dan o yang singkat.

"Selamat pagi Nona Tomiko, saya tidak ada rencana apa-apa hari ini, ada yang bisa saya bantu?."

"Saya bingung, saya liburan ke Bali sendirian tanpa teman. Kemarin saya bisa mengandalkan tour guide itu. Tapi sekarang saya sedikit trauma. Jika tidak keberatan saya mau kamu bisa jadinrour guide saya, selama saya liburan. Mungkin seminggu-dua minggu."

"Uhm, kebetulan saya punya banyak waktu, tidak masalah buat saya. Tapi saya hanya ada sepeda motor saja. Apa itu menjadi masalah?."

"Tidak tidak tidak, yang penting bisa mengantar saya kemana saja itu bukan masalah. Berapa uang yang harus saya bayar?"

"Eh? Tidak usah Tomiko San. Saya akan menemanimu kemana saja, tanpa bayaran."

"Wah, doumo arigatou gozaimasu Lio San."

"Sama-sama Tomiko San. Kapan bisa dimulai?."

"Sore ini juga boleh, saya ingin pergi ke restaurant Jepang di sini, kamu tahu yang enak? Karena saya rindu masakan rumah."

"Uhm saya belum pernah coba, tapi saya pernah dengar beberapa yang enak. Oke nanti saya jemput jam 5 sore."

"Jya Mata, Sampai nanti."

~~~~O~~~~
Sore ini akan jadi pengalaman baru bagiku, menjadi tour guide wanita Jepang. Untung saja dia bisa bahasa Inggris, kalau tidak kita berdua pasti sudah seperti ayam dan bebek yang lagi ngobrol, beda bahasa, ngga nyambung.

Aku sudah tiba di hotelnya, kira-kira sepuluh menit akhirnya Tomiko muncul. Dandanannya sederhana dengan kaos putih tanpa lengan yang tidak menutupi perut, hot pants jeans, kets dan ransel. Tapi jika diperhatikan wanita Jepang ini cantik sekali, terutama yang paling menonjol Tomiko ini termasuk Kyonyu, berpayudara besar.

Aku dan Tomiko langsung menuju ke sebuah restaurant Jepang di seputaran Kuta, Take Restaurant. Setelah mendapat meja yang paling nyaman menurut Tomiko, dia segera memilih menu yang ingin dicicipinya. Salmon sashimi, Gion (sushi kombinasi dengan nigiri style) Miso Soup dan Ocha dingin. Aku kebingungan memilih makanan, karena sama sekali belum pernah makan makanan Jepang yang rata-rata segar dan tidak dimasak.

Akhirnya Tomiko memilihkanku beberapa sushi roll yang isinya matang. California roll dan Salmon Skin Roll menjadi pilihannya saat itu. Minumnya aku pesan sendiri, bir bintang pake es batu, nikmat.

Tomiko makan dengan lahap, akhirnya dia menemukan resto Jepang dengan rasa yang hampir seperti di negaranya. Aku sendiri lahap menyantap sushiku, ternyata enak apalagi disiram dengan dinginnya bir bintang. Sampai Tomiko menyuapiku dengan Salmon Sashimi, awalnya aku mual hampir muntah, karena ada sensasi kenyal, namun lama-lama aku malah doyan.

Setelah makan Tomiko memesan sebotol "nihonshu" junmai daiginjo atau sake dengan kualitas premium. Dia memesan dua botol bir lagi buat tambahan, saat kutanya memang tradisi orang Jepang begitu minum bir dulu sebelum minum sake. Aku menuang sake ke sloki kecil dan kemudian berkata 'kanpai' berbarengan. Minum sake harus sedikit demi sedikit, ternyata begini rasa sake, mirip arak namun lebih lembut dan tidak sepengah vodka atau arak.

Hampir sebotol sudah kami minum, kepala mulai berat dan mata jadi ngantuk banget. Tak terasa sudah jam 8 malam, mungkin karena asyik ngobrol dan aku mulai akrab dengan Tomiko. Ternyata dari obrolan kami usia Tomiko 21 tahun, sementara aku mengaku 20 tahun, gengsi masih anak ingusan. Tomiko telah menikah dan memiliki seorang anak saat ini berusia 2 tahun.

Dia memperlihatkanku foto anak perempuannya, lucu sekali. Namanya Aiko Nakagawa. Nama belakang Ayahnya. Namun saat Aiko berumur 1 tahun Tomiko dan suaminya bercerai, Aiko sekarang tinggal dengan Tomiko dan orang tuanya.

Sempat muter-muter sejenak di kawasan Square kami akhirnya memutuskan melanjutkan malam ke Double Six. Tomiko tampak menikmati malam itu, bermacam-macam minuman ditenggaknya. Hingga dia mulai teler dan beberapa kali muntah. Aku mesti menemaninya hingga ke toilet wanita, untung saja beberapa wanita di sana mengerti kalau aku sedang membantu temanku muntah.

Karena kondisi Tomiko sudah setengah sadar, kuputuskan untuk mengantarnya ke Hotel. Perlu perjuangan mengantar Tomiko kembali ke kamarnya, kugendong dia sekuat tenaga, untung saja dia langsing. Namun yang bikin ngga tahan saat toketnya yang wow nempel di punggungku. Bikin susah konsen.

Setelah sampai di kamar kurebahkan dia di kasur, kubasuh wajahnya dengan handuk basah agar lebih segar. Penisku langsung tegak menantang saat melihat kaosnya tersingkap dan memang tidak bisa menyembunyikan toketnya yang besar itu. Saat dia seperti sudah tertidur aku segera beranjak keluar kamar, namun tanganku ditarik-tarik.

"Ikanaideee, Liiioo sann."

"Ehh, iya? Aku ngga ngerti Tomiko."

"Stay Here, don't go."

"Oh oke, akan aku temani sampai kamu tidur."

Sesaat kemudian nafas Tomiko mulai teratur dan mendengkur pelan. Aku rebahan di kasur sambil menyalakan TV, kepalaku nyutnyutan dan mata terasa berat sekali. Aku mulai mendengkur.

Aku terbangun saat kurasakan ada sentuhan pada wajahku, saat pandanganku sudah mulai fokus kulihat Tomiko membelai-belai wajahku dengan lembut.

"Liiii ooo, kamu kelihatan manis waktu tidur."

"Eh.. Tomiko san." Wajahku memerah, aku tidak terbiasa dipuji, terlebih dengan lawan jenis.

Tomiko sepertinya masih belum sepenuhnya sadar dari pengaruh alkohol. Dia bicara tak jelas dalam bahasa Jepang yang tak kumengerti seperti mengumpat dan kemudian dia menangis.

Aku kebingungan melihat tingkahnya, namun segera saja aku ambilkan sehelai tisu untuk menyeka air matanya.

"Aku benci laki-laki itu !!!."

"Laki-laki? Siapa?." Tanyaku.

"Mantan suamiku, seharusnya ini liburan kami dengan Aiko juga. Tapi pria bajingan itu berselingkuh dengan sekretarisnya, aku memergokinya. Namun bukannya merasa bersalah dia malah mengasariku karena memergokinya."

"Uhmm, aku tahu itu pasti keputusan yang sulit, apalagi Aiko harus jauh dari ayahnya. Tapi aku rasa keputusanmu sudah tepat."

Tomiko menangis sejadinya, seperti ingin melepas beban yang sudah lama dipendamnya. Seperti semuanya tumpah ruah dalam tangisnya.

"Kamu boleh bersandar di sini." Aku menawarkan bahuku agar dia lebih nyaman.

Dia memelukku dan menangis lebih keras lagi, aku bingung harus berbuat apa, karena memang ini salah satu kelemahanku, aku tak sanggup melihat wanita menangis.

"Lio san, domou arigatou.."

"Eh iya sama-sama Tomiko san."

"Kamu orang yang baik Lio San, semoga pertemuan ini bukan yang terakhir ya, selanjutnya kita bisa menjadi sahabat."

"Tentunya Tomiko San."

"Untung saja ada kamu, jika tidak aku pasti kebingungan di sini. Karena ini liburan pertamaku ke Bali lagi sebelumnya aku pernah ke sini sewaktu berumur 3 tahun."

"Ayah dan Ibuku bertemu di Bali. Mereka tak sengaja saling mengenal saat liburan. Dan berlanjut hingga pulang ke Jepang, hingga menikah. Setelah aku lahir mereka membawaku kemari, makanya aku berniat melakukan hal yang sama saat Aiko lahir, namun pria itu mengacaukannya."

Tomiko semakin larut dalam tangisnya, aku hanya bisa mendengar ceritanya saja. Namun akhirnya kuberanikan diri untuk memeluknya dan menyeka air matanya.

Ada momen di mana mata kami bertemu, dan wajahku lama-lama makin mendekat dengan wajahnya. Tomiko menutup mata seolah mengijinkanku untuk menciumnya, tanpa basa-basi kulahap bibir merahnya. Kulumat pelan-pelan, Tomiko mulai membalas lumatanku.
Lidahku mulai merangsek masuk, tak kusangka Tomiko juga memberi perlawanan. Aroma alkohol tercium saat bibir kami saling memagut, aku suka aroma ini saat berciuman.

Tanganku mulai bergerak memeluk pinggangnya, Tomiko pun tak tinggal diam menggerayangi dadaku. Kami sudah makin larut dalam sentuhan. Aku terus terang tak berani berbuat nekad dan masih sopan. Namun mataku terbelalak saat Tomiko membuka tank topnya. Tampak payudaranya yang super besar sudah seperti ingin keluar dari sangkarnya yang kelihatan tak mampu menampung.

Dia mendorong tubuhku, kami berciuman sebentar, dan dia mulai bergerak turun.

Dia melepas celanaku dan menciumi sekitar perutku. Indah sekali melihat pemandangan wanita Jepang sedang memberikan service padaku.

Aku lepas pakaianku hanya menyisakan celanda dalam saja, Tomiko juga melepas hot pants nya. Kontolku makin tegang dan segera ingin lepas dari sangkarnya. Dia kembali merangkak ke bagian selangkanganku.

"Pantsu nuide? Bolehkah aku lepaskan cd mu Lio San?"

"Boleh banget Tomiko San."

Tomiko melepas cd ku, aku merasa beruntung hari itu dan leo junior sudah sangat tak sabar.

"Wah besar, sugoi Lio San, saya suka."

Tomiko dengan sigap memegang kontolku dan mulai mengocok pelan. Lalu dia meludahi ujungnya dan mulai menjilati dari batang hingga ke testisku. Dadaku berdesir menikmati sensasi blowjob Tomiko.

"Ogghhh oghhh emhhh emhh" kepala Tomiko naik turun melahap penisku, penisku disedot dan diberi kocokan hingga nafsuku makin membuncah. Sesekali dia melakukan deep throat hingga kontolku terbenam penuh di mulutnya.

"Enak banget blowjobmu Tomiko San argghh..."

Kontolku terasa berdenyut-denyut, rasa ngilu mulai menjalar dari pangkal penis hingga keseluruh tubuh.

Crooottt crooottt crotttt creettt

Kontolku memuntahkan tiga kali semburan keras dan sekali muncratan pelan dalam mulut Tomiko. Dia memperlihatkan spermaku yang sudah bercampur ludahnya.

"Spermamu manis Lio San, hihihi." Dia menelannya.

Aku semakin tak tahan melihat Tomiko yang berpose seperti merangkak dan sesekali menggoyang-goyangkan bokongnya di atasku.

Segera kutarik dia agar rebah diatasku, kulumat bibirnya, dengan satu gerakan tangan kubuka pengait behanya. Toket brutal Tomiko melompat keluar dari behanya, kulihat ukuran behanya 36F.

"Subarashii ... Sugoi... ini gila Tomiko San." Aku takjub melihat toket Tomiko yang besar, putih, halus dan kenyal itu.
Kuremas remas toket besar itu, tanganku bahkan tak cukup untuk memegangnya. Kumainkan jariku di puting Tomiko yang berwarna kemerahan. Tomiko makin mendesah saat mulutku sudah sangat buas melahap toket dan menggigit pelan putingnya.

Puas bermain dengan toketnya aku mulai beralih ke daerah vaginanya, kugesek-gesek vaginanya yang masih terhalang cd itu, terasa sudah sangat basah.

"Sssshhhhh aaarrggghh enak sekali Lio San."

Desahannya membuatku makin bernafsu, aku mendorongnya agar rebah, kubuka cd hitamnya dan melemparnya ke ujung kasur. Tampak vagina Tomiko dengan bulu halus hitam yang sangat terawat. Kusibak vagina itu dan mulai menyerangnya dengan permainan lidah dan sedotanku. Vagina itu mengeluarkan aroma yang khas dan wangi.

Aku sudah tak tahan ingin segera memasukkan kontolku ke dalamnya. Tapi aku harus membuat wanita cantik ini bergetar orgasme dulu. Jariku mulai masuk ke vaginanya, mengobok-mengobok vaginanya yang berwarna pink. Sesekali jariku melakukan gerakan oval mengikuti lekuk vaginanya.

"Aaaarrrghhhh sugoii Lion San aaarrghhh sssshhh." Desahan wanita Jepang memang beda.

Tubuh Tomiko menggeliat ke kiri dan kanan dan beberapa saat tubuhnya gemetar dan mengejang ke atas sampai pinggulnya terangkat. Tomiko mengerang keras sekali bahkan erangannya terdengar seperti orang menangis.

Kubiarkan sejenak Tomiko menikmati orgasmenya, kemudian dengan kondisi yang sudah lemas sekali Tomiko bergerak naik kepangkuanku. Tangannya menggapai-gapai penisku dan mulai menggesek-gesekannya ke vaginanya yang sudah sangat basah.

Dengan satu gerakan pinggulnya penisku sudah langsung masuk ke dalam vaginanya, kurasakan geli dan hangat menjalar di pori-pori kemaluanku. Tomiko mulai menggoyangkan pinggulnya.

"Aaahhh fuck enak banget memekmu Tomiko San." Aku meracau dan langsung melahap payudaranya yangbtepat berada di depan wajahku.

"Aaaaggghhhhrr sugoii subarasshiii kontolmu besar sekali Lio San, lebih besar dari suamiku."

Kata-katanya membuat nafsuku makin meledak-ledak. Kumainkan puting Tomiko dan sesekali menggigitnya.

"Aaaaghhhhhh ooggghhhh eeemhhhhh nakal sekali kamu Lio San.. geli.. jangan mainin putingku, remas saja semua aaagghhh."

Kulepas penisku dari vaginanya, kurebahkan tubuhnya dan kunaikkan kedua kakinya ke bahuku sebelum penisku menghujam deras vaginanya.

"Ouuugghhh nikmat sekali vaginamu, indah sekali... memek cewek Jepang memang luar biasa." Aku meracau tak karuan.

Kugenjot dia dengan rpm kencang, kuposisikan diri agar gesekan penisku mengenai g-spot nya, payudara indah Tomiko berguncang akibat genjotanku. Tomiko makin tak karuan dia menggigit bibir, matanya merem melek dan tak henti-henti mendesah, memang benar wanita Jepang ketika ngesex desahannya kenceng.

Aku tak puas hanya di satu posisi saja. Aku tak ingin kehilangan momen menjamah setiap lekuk tubuhnya, pengalaman berharga ini tak akan kulewatkan sedikitpun. Kuperintahkan dia menungging untuk segera kuentot dengam doggy style.

Kulanjutkan genjotanku, terasa vaginanya memijat-mijat batang penisku. Aku mulai meremas bokong Tomiko yang bulat dan sesekali menamparnya pelan. Hal itu membuat nafsu Tomiko membuncah sehingga pingguknya ikut bergoyang.

"Aaaaggghhh eeeghhhhh aku mau keluar Tomiko San.."

"Terus di sana Liii ooo... Aku juga mau keluar, aku suka penismu Liiooo. Agghhhh."

"Aaaaagghhhh sedikit lagii..."

"Cum inside honey, di dalam saja.... Arghhh aku jugaa mau keluarr.."

Spermaku berhamburan dalam liang vagina Tomiko, tubuhku mengejan. Tubuh Tomiko juga bergetar dan wajahnya dihempas ke kasur, kujambak rambut Tomiko, sembari menggenjot, vaginanya memeras spermaku sampai terasa habis.

"Aaaggghhhh damn, memekmu enak sekali Tomiko San, subarashii....sugoii." aku meracau, hanya kata-kata itu yang aku mengerti.

"Enak banget Lio San, aku puas, ini luar biasa sekali, ini indah sekali, kimochi yukatta."

Tubuh kami letih sekali, kupeluk dia dan tak henti-hentinya berciuman. Kemudian kami tertidur tanpa busana. Dan melanjutkan sex kami saat terbangun, mungkin sekitar 4 kali sampai pagi.

~~~~O~~~~

Semenjak itu aku makin akrab dengan Tomiko dan tiap hari menghabiskan waktu bersamanya.

Tomiko sempat aku ajak pulang ke rumah untuk mengganti baju, Bapak dan Ibuku sampai salah tingkah dan geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya yang tiba-tiba bawa orang asing ke rumah. Tomiko juga aku ajak makan mencicipi masakan Ibuku, dia suka namun tak begitu tahan bumbu Bali yang memang panas dan pedas. Sebenarnya Aku tak tahan ingin ngentotin Tomiko di kamarku, tapi aku khawatir desahannya bikin ortuku lemah jantung.

Aku sempat papasan dengan Om Oky yang sedang memberesi barang-barang untuk pindahan, dia geleng-geleng dan ngasi kode mantap.

Tomiko juga sempat aku ajak ke kampungku. Karena memang keluargaku pekerja seni, yaitu pengerajin Barong dan Arca yang disakralkan dan puja di pura.

Aku mengajaknya berkeliling ke destinasi wisata yang memang terkenal di Bali. Terutama yang menawarkan daya tarik budaya dan keseniannya, tampaknya Tomiko lebih suka hal seperti itu dibandingkan dunia malam. Aku juga sempat mengajaknya untuk mencicipi kuliner Bali yang terkenal di daerah Ubud dan Tomiko suka sekali. Itu salah satu masakan Bali yang bisa dia makan.

Setiao hari aku menginap di hotelnya. Setiap hari pula kami selalu ngesex, Tomiko makin terbuka akan keinginannya, posisi apa yang dia suka, dimana titik nikamatnya, semua diungkapkan, aku jadi punya pengalaman baru tentang sex dengannya. Dan setiap ngesex aku selalu memuntahkan spermaku di dalam vaginanya. Kalaupun hamil aku malah girang punya anak Jepang, hahaha.

Hampir dua minggu aku bersamanya dan hari ini dia sudah harus kembali ke negaranya. Setelah berkeliling membeli beberapa oleh-oleh aku segera mengantarnya ke airport.

"Shankyu (terima kasih) Lio San."

"Domou arigatou gosaimazu Tomiko San, buat semua pengalaman seru dan kenangannya. Semoga perjalananmu menyenangkan dan selamat sampai tujuan."

"Aku akan sangat merindukanmu honey, suatu saat aku akan ke sini lagi mencarimu, jangan lupa selalu balas e-mailku."

"Pasti Tomiko San... titip salam buat Aiko yang imut dan cantik."

"Ittekimasu, aku berangkat sekarang. Sayonara, mata aimashou, sampai jumpa lagi Li...oo."

"Itterasshai, semoga selamat sampai tujuan." Jawabku.

Tomiko memelukku, aku cium kening dan bibirnya. Ada rasa haru dari perpisahan itu, namun aku tidak sakit hati. Aku sepertinya malah lebih nyaman tidak berkomitmen seperti ini. Tidak ada beban namun bukan berarti tidak nyaman dan tidak ada perasaan sama sekali.

Tubuh Tomiko menghilang kejauhan saat masuk ke terminal International. Aku masih menunggu di sana, sampai saat Tomiko tidak membalas lagi smsku, aku berjalan ke parkiran. Aku belum beranjak dari bandara, mungkin sekitar 20 menitan aku masih duduk di atas motorku.

Pesawat asal Jepang berlogo burung warna merah telah lepas landas dan meninggalkan tanah Bali. Tomiko ada di sana, kembali menuju negaranya. Kupandangi pesawat itu dan kubiarkan kenangan-kenanganku bersama Tomiko ikut terbang di sana. Kenangan-kenangan yang indah dan tak terlupakan. Amai Omoide.
 



Tomiko memelukku, aku cium kening dan bibirnya. Ada rasa haru dari perpisahan itu, namun aku tidak sakit hati. Aku sepertinya malah lebih nyaman tidak berkomitmen seperti ini. Tidak ada beban namun bukan berarti tidak nyaman dan tidak ada perasaan sama sekali.

Tubuh Tomiko menghilang kejauhan saat masuk ke terminal International. Aku masih menunggu di sana, sampai saat Tomiko tidak membalas lagi smsku, aku berjalan ke parkiran. Aku belum beranjak dari bandara, mungkin sekitar 20 menitan aku masih duduk di atas motorku.

Pesawat asal Jepang berlogo burung warna merah telah lepas landas dan meninggalkan tanah Bali. Tomiko ada di sana, kembali menuju negaranya. Kupandangi pesawat itu dan kubiarkan kenangan-kenanganku bersama Tomiko ikut terbang di sana. Kenangan-kenangan yang indah dan tak terlupakan. Amai Omoide.

Tiga paragraf terakhir mengingatkan saya pada kenangan dan situasi yang sama dengan orang dari negara yang berbeda, kalau suhu 2 minggu, saya dua tahun:galau: ..

Entah bagaimana dia sekarang bersama keluarganya:fiuh:


MAKASIH suhu sudah bikin baper beneran...
Lanjutkan :aduh:



:ngeteh:
 
Memmori.... pasca bom bali 1, sempat berlibur ke rumah saudara daerah legian, aura mistis masih menyelimuti sangat pekat, seringkali malam2 naik ke loteng rumah melihat bayangan orang tidak utuh badannya menangis. Atau didatangi "orang" asing sembari menunjuk2 ke arah atap. Tempat dimana tercium bau bangkai yg dikira bangkai tikus, ternyata ada sepotong kaki, atau ada juga potongan tubuh berupa tangan yg menyangkut di pohon perindang halaman depan rumah.... hiiii... mau liburan malah diajak kenalan sosok2 misterius.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd