Radiantoro
Semprot Baru
- Daftar
- 28 Jan 2020
- Post
- 35
- Like diterima
- 880
Hii sobat perngacengan dan percrotaaann xixxixi.... Selamat datang di cerita khayalan pertamakuu. Setelah bertahun-tahun menjadi pembaca setia, akhirnya saya ikutan menyumbang karya untuk kalian. Semoga bisaa membantu membunuh waktu kalian dan juga memenuhi khayalan para semproters disini xixixi... Selamat Membacaaaa
.
.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
"Berani Shoot Vinnn!!"
(Slurrppp *bola masuk ke ranjang*)...
'Teeeeeet' pluit akhir pertandingan menegaskan kemenangan
YESSSSS!!!
Semua orang bersorak sorai dan berlari kearah Kevinn dan merayakan kemenangan dengan riuh penuh kegembiraan. Setelah 4 tahun puasa gelar, Fakultas Psikologi mendatangkan kembali piala basket bergengsi dikampus ini. Kevin, sang rookie (pendatang) di turnamen ini menjadi penentu kemenangan dan menjadi rookie satu-satunya yang mendapat mvp di selama 20 taun tunamen ini diadakan.
"Gilaaa, center gua emang paling keren dah" ucap rekan Kevin sambil menepok-nepok kepala Kevin
"Nah gitu dong Vin, jangan ragu-ragu kalo lagi free. Ada kesempatan, shoot aja" ucap rekan satunya lagi
"Iye-iyeee ah, gua jagoannya sekarang hahaha" ucap Kevin dengan tengil
Seluruh rekannya pun tertawa melihat ketengilan Kevin ini. Setelah meriung, Kevin cs bersiap-siap untuk memberi hormat kepada lawannya di final—sang juara bertahan.
"Gila mimpi apa gua bisa ngalahin Fakultas Teknik, Sang Predator—Penguasa Basket sekampus ini" Ucap Kevin dalam hati..
Setelah saling memberi respect kepada lawan dan suporter, mereka naik ke podium untuk menerima piagam dan piala. Begitu juga Kevin yang sekaligus mendapatkan penghargaan MVP Turnamen dan didaulat masuk Dream Team Tournamen tahun ini.
"Gila masih maba (mahasiswa baru) udah menjadi monster aja tuh anak" ucap seorang pada kawannya di tribun.
.
.
.
.
Setelah bersih-bersih dan beres-beres untuk pulang, sang platih memanggil Kevin, player baru itu.
"Vin, Kevin sini dulu" Ucap Pelatih
"Iya Coach Indra, ada apa ?" Timbal Kevin
"In advance, good game and congrats on the award yaa" Ucap pelatih kepada Kevin
"Yes Sir. Aku juga makasih banyak atas bantuan Coach Indra selama latihan dan kepercayaannya buat aku maen di turnamen ini" ucap Kevin
"Okeee dan ekh.. begini Kevin ada yang saya ingin tanyakan padamu. Apa yang akan kamu pilih antara Masuk Tim Basket Universitas atau Club Basket luar kampus ?" Tanya Coach Indra pada Kevin
Kevin yang kebingungan dengan coach Indra yang mengeluarkan pertanyaan yang tiba-tiba dan se random ini.
"Saya masih dalam ambisi saya Coach, saya ingin mempersembahkan piala LiMa (Liga Mahasiswa) ke kampus ini. Mungkin setelah ambisi saya itu, baru saya memikirkan langkah selanjutnya Coach" dengan suara yang tegas Kevin melontarkan jawaban pada Coach Indra. Coach Indra yang sudah mengerti dengan maksud jawaban itu, tersenyum, lalu berkata "Jangan pernah ingkar pada ambisimu, Vin" laku pergi meninggalkan Kevin sendirian. Kevin yang sebenarnya paham maksud dari perbincangan ini hanya melihat kepergian Coachnya dengan rona mata penuh kepercayaan diri.
Ahhh capeknyaaaa.." lalu terlelap tak lama setelah menguap ucap Kevin pada saat sampai dikamar apartemennya. Kevin yang hobi menyendiri ini memutuskan tidak tinggal di indekos seperti mahasiswa pada umumnya. Dia tinggal di Apartemen dengan alibi bisa lebih leluasa untuk melakukan segala sesuatunya tanpa ada gangguan dari orang lain. Cowok cool dengan kepribadian agak plegmatis ini memang tidak suka ada yang mengganggu ataupun melakukan hal-hal yang mengganggu apa yang dia suka.
Waktu berdetak lebih cepat saat tidur, ya setidaknya itulah yang Kevin sering ucapkan walaupun ia sudah tidur lebih dari 10jam.
"Anjing, anjing cepet banget ni waktu. Tu, wa ga, pat... bangsat gua tidur 12 jam" gerutu Kevin setelah ia bangun tidur dan menghitung lama tidurnya itu. Setelah beranjak dari kasurnya, ia menuju kamar mandi dan memasak untuk makan siangnya. Heeep, hufffff.. suara tarik dan hembusan rokok yang di hisap Kevin dibalkonnya itu menghilang selaras dengan segala lamuman Kevin tiap detiknya.
"Toko buku ah, siapa tau dapat buku menarik" ucapnya dengan langsung bersiap diri dan menuju basement.
"Faaak, kenapa salah ngambil kunci lagi aishhh.." keluh Kevin yang baru sadar salah membawa kunci. Dengan kemageran dengan dalih capek dengan turnamen kemarin, ia menuju parkiran motor.
"Beli buku, cari beans, ngopi, sisanya ngalir. Dompet, hp, rokok, korek aman" Kevin yang megingat lagi apa saja yang akan ia beli dan lakukan dan mengecek apa saja yang ia bawa dan memastikan tidak ada yang ketinggalan. Hal biasa yang sudah dilakukan tanpa diperintah oleh siapapun ini dilakukan Kevin sejak duduk di kelas 6 sekolah dasar. Kevin memang selalu menjadi anak yang bisa menarik perhatian orang-orang disekitarmya dan dianggap selalu 10 langkah didepan teman-teman sebayanya oleh siapapun yang melihat tingkah Kevin ini.
.
.
.
.
Setelah berkeliling dari toko buku satu, ke yang lainnya. Akhirnya Kevin mendaratkan motornya di toko terakhir. Toko yang baru saja ada di maps yang sepertinya baru ditambhakan minggu-minggu ini. Toko buku yang memiliki nuansa old fashioned dan dark ini membuat Kevin bingung, hanya toko buku ini yang belum ia kunjungi selama ia berkuliah di kota ini. "Hidden gems nih, ga sia-sia gua keluar dari siang" ucapnya dalam hati. Nuansa yang terkesan kuno ini, membuat Kevin terkagum-kagum. "60 ? 70 ? Atau lebih tua ?" Kevin yang mencoba menebak tahun berdirinya toko buku ini. Setelah masuk kedalam, ia disambut oleh wanita di kasir sebrang pintung masuk toko. "Permisi Bu, apa saya bisa melihat-lihat dan mungkin membeli buku disini" ucap Kevin seramah mungkin. "Silahkan, buat senyaman mungkin ya" ucap wanita kasir itu. Kevin mulai mengelilingi toko buku. Rak ke rak, buku ke buku, dan detik pun menjadi menit. Ia terpikat keanggunan interior toko buku itu dan tentunya dengan buku-buku disitu. Setelah membaca buku dan memilih buku yang akan ia beli, di rak buku Fiksi, tepat disebelah buku The Monsters: A Path To Invincibility terdapat sebuah cincin berkilap yang dilingkarannya ada sebuah tulisan kuno yang Kevin sendiri tidak mengerti. Akhirnya Kevin mengambil buku itu karena judul yang menarik mengingat sebutan ia adalah Monster saat di lapangan basket dan mengambil Cincin tersebut dengan niatan mengembalikannya pada kasir. Ia takut ini milik pengunjung sebelumnya atau milik si pemilik toko. Setelah sampai di kasir. "Ibu maaf, ini ada cincin di rak buku saat saya mengambil buku ini *menunjuk buku The Monsters*" ucap Kevin dengan ramah. Setelah melihat cincin itu, Ibu, sang kasir terkejut dan menunjukan mimik yang sedikit ketakutan itu langsung berkata "Ini cincin dari buku ini nak. Buku ini memang menyisipkann sebuah cincin didalam buku terbatas ini. Ibu bisa memastikan ini bukan milik pengunjung dan juga bukan milik saya atau keluarga saya" ucap penjaga kasir ini dengan tenang. "Oh begitu ya Bu. Baiklah kalau begitu saya ambil ya bu cincinnya, lumayan jadi asesoris hehe... Oia Bu berapa totalnya ?" Ucap Kevin setelah menerima penjelasan Ibu yang menurutnya aneh tapi ia hiraukan karena pesona cincin ini memang begitu menarik perhatian Kevin yang akhirnya ia mengiyakan saja daripada diambil kembali oleh si pemilik toko.
"Jadi 850.000 semuanya nak" ucap pemilik toko
"Ini ya Bu uangnya, tolong cek lagi Ibu siapa tau kelebihan hehe" ucap Kevin dengan bercanda agar membangun suasana yang lebih positif dengan pemilik toko ini
"Ada-ada saja kamu.. Saya terima ya uangnya" ucap pemilik toko dengan menanggapi santai candaan Kevin
"Namamu siapa nak ? Tanya Ibu ini
" Kevin Bu. Kevin Lexander Nicon Bu" ucap Kevin sambil tersenyum memperkenalkan diri "Terkesan seperti Yunani sekali yaaa Nak. Oia Biorent Zuca. Panggil saja Zuca. Ucap Ibu Ini dengan ramahnya. "Wah ibu Zuca tau juga ya. Ayah saya pecinta mitologi Bu, makanya saya dinamai seperti itu. Baik Bu saya ijin pamit dulu, sudah mau malam juga" ucap Kevin dengan ramah yang sekaligus ijin lulang "Baik Nak, hati-hati dijalan ya Nak. Terimakasih banyak sudah belanja disini." Ucap Ibu Zuca "Baik Bu, sampai jumpa kembali" ucap Kevin yang setelah itu langsung menuju motor BMW maticnya ini. Sesaat sampai didepan motornya, ia memasukan belanjaan dia kedalam Jok motor dan melihat jadwal dia hari ini.
"Ahh, langsung pulang aja deh gausah belanja beans" ucapnya dalam hati setelah mengingat jadwal selanjutnya yang disusul pemeriksaan barang bawaan seperti semula yang sekarang ada cincin barunya yang membuat iya selalu terpukau ini. Setelah semua siap Kevin langsung meluncur. Perjalanan jauh pada malam ini menjadi makan malam Kevin. Toko buku yang baru saja ia hampiri ini berada di pinggiran kota ini membuat perjalanan Kevin memakan waktu kurang lebih 90menit menuju apartemennya yang berada di pusat kota dan dekat dengan kampus.
.
.
.
.
Ditengah perjalanan, ia melihat nenek-nenek yang sudah sepuh itu membawa jualan dikepalanya. Merasa terenyuh, ia memutuskan melipir untuk membeli dagangannya itu. "Permisi Ibu, saya mau beli jajanannya" ucap Kevin ramah. Dengan wajah yang penuh syukur itu Ibu menurunkan dagangannya dengan hati-hati yang juga dibantu Kevin. "Ini nak ada onde-onde, ada bakwan, ada nagasari, risol, combro. Mau beli berapa nak ?"Tanya nenek ini. Ibu ini ternyata menjual gorengan dan jajanan basah khas daerah Sunda ini. Kevin yang sejak kecil suka dengan jajanan tradisonal khas sunda ini membeli banyak dagangannya.
"Saya beli lima per itemnya ya Bu, tapi yang nagasari ini saya beli tujuh ya Bu" ucap Kevin dengan ramah
"Iya nak" ibu ini langsung membungkuskan pesanan pemuda yang ada didepannya ini dan mentotal semuanya. "Ini Nak, jadi 37.000 semuanya. Kalau bisa uang pas ya Nak, Ibu belum ada kembalian, ini baru kamu yany membeli dagangan Ibu" Pinta Ibu dengan nada sedikit sendu ini. Kevin yang mengambil dompet dan melihta tidak ada uang pas akhirnya memilih memberikan dua selebaran 100.000 yang dilipat jadi satu pada ibu penjual ini. "Bu maaf sebelumnya saya tidak punya uang pas dan maaf juga sebelumnya saya tidak bermaksud merendahkan Ibu, tapi ini saya Ikhlaskan kembalian saya. Semoga bisa berguna walaupun hanya sedikit ya Bu" ucap Kevin dengan penuh kehati-hatian karena takut menyinggung perasaaan penjual jajanan ini.
Merasa tereluh oleh sikap pemuda yang sangat baik ini. Ibu ini menggenggam tangan pemuda ini sambil mendoakannya segala yang baik. "Iya Ibu sama-sama. Terimakasih juga atas doanya. Saya pamit pulang duly ya Bu" Kevin dengan halus melepas genggaman pedagang ini lalu pamit meninggalkan pedagang ini.
"Hari yang penuh warna" ucap Kevin dalam hati sambil memandangi langit malam yang cerah saat lampu lintas berwarna merah.
.
.
.
.
"Segarnyaaaaaa, saatnya bersantai riaaaa" teriak Kevin di kamarnya. Setelah menyeduh sisa stok kopi terakhir, Kevin menuju balkon untuk bersantai dengan jajanan dan tentunya rokok Marlboro kesukannya. Tak luput ia memilih buku-buku barunya itu untuk dibaca di balkon sambil bersantai. Dengan rasa penasaran yang masih tinggi kepada hubungan buku dan cincin yang ia pakai sekarang, Kevin memilih buku berjudul The Monster itu. Detik berganti menit lalu jam, berbatang-batang rokok sudah habis, gelas kopi yang sudah dingin dan jajanan yang sudah habis terlahap, Kevin masih berada di dalam dunia Buku itu. Setelah batang terakhir habis, Kevin menutup buku itu karena merasa lelah dan juga pengap karena menghabiskan sebungkus rokok hanya dalam hitungan jam itu. "Wah pengep banget anjing dada gua duhh.. Baru ini gua ngeroko lupa diri duh" kesalnya pada ulahnya sendiri. Kevin yang sadar tidak boleh berlebihan dalam menghisap rokok ini menyesal sejadi-jadinya karena menghabiskan sebungkus rokok dalam waktu sekejap. Hal yang baru pertama ia lakukan dalam sejarah hidupnya ini membuatnya mengutuki dirinya dan berjanji pada dirinya tak akan mengulanginya lagi. "Semoga aja besok kaga pengep pas latian" harap Kevinn dalam hati. Setelah merapikan balkon dan membereskan semuanya, ia bersiap-siap untuk tidur yang sebelumnya juga sudah bersih-bersih badan dan memakai perawatan wajah dan tubuh malamnya. "Time to sleep, time to take a breath for next day. Goodnight" Ucap Kevin dalam hati.
Kevin tetaplah Kevin, ia selalu begitu. Ketika melakukan hal yang bodoh ia akan mengutuki dirinya sendiri, meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan buruknya itu pada dirinya sendiri dam ketika butuh motivasi ia akan mengatakan hal-hal yang memicu dirinya sendiri untuk berbuat lebih baik lagi. Istilah anak yang memiliki 10 langkah lebih maju dengan sebayanya itu memang benar adanya.
(Slurrppp *bola masuk ke ranjang*)...
'Teeeeeet' pluit akhir pertandingan menegaskan kemenangan
YESSSSS!!!
Semua orang bersorak sorai dan berlari kearah Kevinn dan merayakan kemenangan dengan riuh penuh kegembiraan. Setelah 4 tahun puasa gelar, Fakultas Psikologi mendatangkan kembali piala basket bergengsi dikampus ini. Kevin, sang rookie (pendatang) di turnamen ini menjadi penentu kemenangan dan menjadi rookie satu-satunya yang mendapat mvp di selama 20 taun tunamen ini diadakan.
"Gilaaa, center gua emang paling keren dah" ucap rekan Kevin sambil menepok-nepok kepala Kevin
"Nah gitu dong Vin, jangan ragu-ragu kalo lagi free. Ada kesempatan, shoot aja" ucap rekan satunya lagi
"Iye-iyeee ah, gua jagoannya sekarang hahaha" ucap Kevin dengan tengil
Seluruh rekannya pun tertawa melihat ketengilan Kevin ini. Setelah meriung, Kevin cs bersiap-siap untuk memberi hormat kepada lawannya di final—sang juara bertahan.
"Gila mimpi apa gua bisa ngalahin Fakultas Teknik, Sang Predator—Penguasa Basket sekampus ini" Ucap Kevin dalam hati..
Setelah saling memberi respect kepada lawan dan suporter, mereka naik ke podium untuk menerima piagam dan piala. Begitu juga Kevin yang sekaligus mendapatkan penghargaan MVP Turnamen dan didaulat masuk Dream Team Tournamen tahun ini.
"Gila masih maba (mahasiswa baru) udah menjadi monster aja tuh anak" ucap seorang pada kawannya di tribun.
.
.
.
.
Setelah bersih-bersih dan beres-beres untuk pulang, sang platih memanggil Kevin, player baru itu.
"Vin, Kevin sini dulu" Ucap Pelatih
"Iya Coach Indra, ada apa ?" Timbal Kevin
"In advance, good game and congrats on the award yaa" Ucap pelatih kepada Kevin
"Yes Sir. Aku juga makasih banyak atas bantuan Coach Indra selama latihan dan kepercayaannya buat aku maen di turnamen ini" ucap Kevin
"Okeee dan ekh.. begini Kevin ada yang saya ingin tanyakan padamu. Apa yang akan kamu pilih antara Masuk Tim Basket Universitas atau Club Basket luar kampus ?" Tanya Coach Indra pada Kevin
Kevin yang kebingungan dengan coach Indra yang mengeluarkan pertanyaan yang tiba-tiba dan se random ini.
"Saya masih dalam ambisi saya Coach, saya ingin mempersembahkan piala LiMa (Liga Mahasiswa) ke kampus ini. Mungkin setelah ambisi saya itu, baru saya memikirkan langkah selanjutnya Coach" dengan suara yang tegas Kevin melontarkan jawaban pada Coach Indra. Coach Indra yang sudah mengerti dengan maksud jawaban itu, tersenyum, lalu berkata "Jangan pernah ingkar pada ambisimu, Vin" laku pergi meninggalkan Kevin sendirian. Kevin yang sebenarnya paham maksud dari perbincangan ini hanya melihat kepergian Coachnya dengan rona mata penuh kepercayaan diri.
Ahhh capeknyaaaa.." lalu terlelap tak lama setelah menguap ucap Kevin pada saat sampai dikamar apartemennya. Kevin yang hobi menyendiri ini memutuskan tidak tinggal di indekos seperti mahasiswa pada umumnya. Dia tinggal di Apartemen dengan alibi bisa lebih leluasa untuk melakukan segala sesuatunya tanpa ada gangguan dari orang lain. Cowok cool dengan kepribadian agak plegmatis ini memang tidak suka ada yang mengganggu ataupun melakukan hal-hal yang mengganggu apa yang dia suka.
Waktu berdetak lebih cepat saat tidur, ya setidaknya itulah yang Kevin sering ucapkan walaupun ia sudah tidur lebih dari 10jam.
"Anjing, anjing cepet banget ni waktu. Tu, wa ga, pat... bangsat gua tidur 12 jam" gerutu Kevin setelah ia bangun tidur dan menghitung lama tidurnya itu. Setelah beranjak dari kasurnya, ia menuju kamar mandi dan memasak untuk makan siangnya. Heeep, hufffff.. suara tarik dan hembusan rokok yang di hisap Kevin dibalkonnya itu menghilang selaras dengan segala lamuman Kevin tiap detiknya.
"Toko buku ah, siapa tau dapat buku menarik" ucapnya dengan langsung bersiap diri dan menuju basement.
"Faaak, kenapa salah ngambil kunci lagi aishhh.." keluh Kevin yang baru sadar salah membawa kunci. Dengan kemageran dengan dalih capek dengan turnamen kemarin, ia menuju parkiran motor.
"Beli buku, cari beans, ngopi, sisanya ngalir. Dompet, hp, rokok, korek aman" Kevin yang megingat lagi apa saja yang akan ia beli dan lakukan dan mengecek apa saja yang ia bawa dan memastikan tidak ada yang ketinggalan. Hal biasa yang sudah dilakukan tanpa diperintah oleh siapapun ini dilakukan Kevin sejak duduk di kelas 6 sekolah dasar. Kevin memang selalu menjadi anak yang bisa menarik perhatian orang-orang disekitarmya dan dianggap selalu 10 langkah didepan teman-teman sebayanya oleh siapapun yang melihat tingkah Kevin ini.
.
.
.
.
Setelah berkeliling dari toko buku satu, ke yang lainnya. Akhirnya Kevin mendaratkan motornya di toko terakhir. Toko yang baru saja ada di maps yang sepertinya baru ditambhakan minggu-minggu ini. Toko buku yang memiliki nuansa old fashioned dan dark ini membuat Kevin bingung, hanya toko buku ini yang belum ia kunjungi selama ia berkuliah di kota ini. "Hidden gems nih, ga sia-sia gua keluar dari siang" ucapnya dalam hati. Nuansa yang terkesan kuno ini, membuat Kevin terkagum-kagum. "60 ? 70 ? Atau lebih tua ?" Kevin yang mencoba menebak tahun berdirinya toko buku ini. Setelah masuk kedalam, ia disambut oleh wanita di kasir sebrang pintung masuk toko. "Permisi Bu, apa saya bisa melihat-lihat dan mungkin membeli buku disini" ucap Kevin seramah mungkin. "Silahkan, buat senyaman mungkin ya" ucap wanita kasir itu. Kevin mulai mengelilingi toko buku. Rak ke rak, buku ke buku, dan detik pun menjadi menit. Ia terpikat keanggunan interior toko buku itu dan tentunya dengan buku-buku disitu. Setelah membaca buku dan memilih buku yang akan ia beli, di rak buku Fiksi, tepat disebelah buku The Monsters: A Path To Invincibility terdapat sebuah cincin berkilap yang dilingkarannya ada sebuah tulisan kuno yang Kevin sendiri tidak mengerti. Akhirnya Kevin mengambil buku itu karena judul yang menarik mengingat sebutan ia adalah Monster saat di lapangan basket dan mengambil Cincin tersebut dengan niatan mengembalikannya pada kasir. Ia takut ini milik pengunjung sebelumnya atau milik si pemilik toko. Setelah sampai di kasir. "Ibu maaf, ini ada cincin di rak buku saat saya mengambil buku ini *menunjuk buku The Monsters*" ucap Kevin dengan ramah. Setelah melihat cincin itu, Ibu, sang kasir terkejut dan menunjukan mimik yang sedikit ketakutan itu langsung berkata "Ini cincin dari buku ini nak. Buku ini memang menyisipkann sebuah cincin didalam buku terbatas ini. Ibu bisa memastikan ini bukan milik pengunjung dan juga bukan milik saya atau keluarga saya" ucap penjaga kasir ini dengan tenang. "Oh begitu ya Bu. Baiklah kalau begitu saya ambil ya bu cincinnya, lumayan jadi asesoris hehe... Oia Bu berapa totalnya ?" Ucap Kevin setelah menerima penjelasan Ibu yang menurutnya aneh tapi ia hiraukan karena pesona cincin ini memang begitu menarik perhatian Kevin yang akhirnya ia mengiyakan saja daripada diambil kembali oleh si pemilik toko.
"Jadi 850.000 semuanya nak" ucap pemilik toko
"Ini ya Bu uangnya, tolong cek lagi Ibu siapa tau kelebihan hehe" ucap Kevin dengan bercanda agar membangun suasana yang lebih positif dengan pemilik toko ini
"Ada-ada saja kamu.. Saya terima ya uangnya" ucap pemilik toko dengan menanggapi santai candaan Kevin
"Namamu siapa nak ? Tanya Ibu ini
" Kevin Bu. Kevin Lexander Nicon Bu" ucap Kevin sambil tersenyum memperkenalkan diri "Terkesan seperti Yunani sekali yaaa Nak. Oia Biorent Zuca. Panggil saja Zuca. Ucap Ibu Ini dengan ramahnya. "Wah ibu Zuca tau juga ya. Ayah saya pecinta mitologi Bu, makanya saya dinamai seperti itu. Baik Bu saya ijin pamit dulu, sudah mau malam juga" ucap Kevin dengan ramah yang sekaligus ijin lulang "Baik Nak, hati-hati dijalan ya Nak. Terimakasih banyak sudah belanja disini." Ucap Ibu Zuca "Baik Bu, sampai jumpa kembali" ucap Kevin yang setelah itu langsung menuju motor BMW maticnya ini. Sesaat sampai didepan motornya, ia memasukan belanjaan dia kedalam Jok motor dan melihat jadwal dia hari ini.
"Ahh, langsung pulang aja deh gausah belanja beans" ucapnya dalam hati setelah mengingat jadwal selanjutnya yang disusul pemeriksaan barang bawaan seperti semula yang sekarang ada cincin barunya yang membuat iya selalu terpukau ini. Setelah semua siap Kevin langsung meluncur. Perjalanan jauh pada malam ini menjadi makan malam Kevin. Toko buku yang baru saja ia hampiri ini berada di pinggiran kota ini membuat perjalanan Kevin memakan waktu kurang lebih 90menit menuju apartemennya yang berada di pusat kota dan dekat dengan kampus.
.
.
.
.
Ditengah perjalanan, ia melihat nenek-nenek yang sudah sepuh itu membawa jualan dikepalanya. Merasa terenyuh, ia memutuskan melipir untuk membeli dagangannya itu. "Permisi Ibu, saya mau beli jajanannya" ucap Kevin ramah. Dengan wajah yang penuh syukur itu Ibu menurunkan dagangannya dengan hati-hati yang juga dibantu Kevin. "Ini nak ada onde-onde, ada bakwan, ada nagasari, risol, combro. Mau beli berapa nak ?"Tanya nenek ini. Ibu ini ternyata menjual gorengan dan jajanan basah khas daerah Sunda ini. Kevin yang sejak kecil suka dengan jajanan tradisonal khas sunda ini membeli banyak dagangannya.
"Saya beli lima per itemnya ya Bu, tapi yang nagasari ini saya beli tujuh ya Bu" ucap Kevin dengan ramah
"Iya nak" ibu ini langsung membungkuskan pesanan pemuda yang ada didepannya ini dan mentotal semuanya. "Ini Nak, jadi 37.000 semuanya. Kalau bisa uang pas ya Nak, Ibu belum ada kembalian, ini baru kamu yany membeli dagangan Ibu" Pinta Ibu dengan nada sedikit sendu ini. Kevin yang mengambil dompet dan melihta tidak ada uang pas akhirnya memilih memberikan dua selebaran 100.000 yang dilipat jadi satu pada ibu penjual ini. "Bu maaf sebelumnya saya tidak punya uang pas dan maaf juga sebelumnya saya tidak bermaksud merendahkan Ibu, tapi ini saya Ikhlaskan kembalian saya. Semoga bisa berguna walaupun hanya sedikit ya Bu" ucap Kevin dengan penuh kehati-hatian karena takut menyinggung perasaaan penjual jajanan ini.
Merasa tereluh oleh sikap pemuda yang sangat baik ini. Ibu ini menggenggam tangan pemuda ini sambil mendoakannya segala yang baik. "Iya Ibu sama-sama. Terimakasih juga atas doanya. Saya pamit pulang duly ya Bu" Kevin dengan halus melepas genggaman pedagang ini lalu pamit meninggalkan pedagang ini.
"Hari yang penuh warna" ucap Kevin dalam hati sambil memandangi langit malam yang cerah saat lampu lintas berwarna merah.
.
.
.
.
"Segarnyaaaaaa, saatnya bersantai riaaaa" teriak Kevin di kamarnya. Setelah menyeduh sisa stok kopi terakhir, Kevin menuju balkon untuk bersantai dengan jajanan dan tentunya rokok Marlboro kesukannya. Tak luput ia memilih buku-buku barunya itu untuk dibaca di balkon sambil bersantai. Dengan rasa penasaran yang masih tinggi kepada hubungan buku dan cincin yang ia pakai sekarang, Kevin memilih buku berjudul The Monster itu. Detik berganti menit lalu jam, berbatang-batang rokok sudah habis, gelas kopi yang sudah dingin dan jajanan yang sudah habis terlahap, Kevin masih berada di dalam dunia Buku itu. Setelah batang terakhir habis, Kevin menutup buku itu karena merasa lelah dan juga pengap karena menghabiskan sebungkus rokok hanya dalam hitungan jam itu. "Wah pengep banget anjing dada gua duhh.. Baru ini gua ngeroko lupa diri duh" kesalnya pada ulahnya sendiri. Kevin yang sadar tidak boleh berlebihan dalam menghisap rokok ini menyesal sejadi-jadinya karena menghabiskan sebungkus rokok dalam waktu sekejap. Hal yang baru pertama ia lakukan dalam sejarah hidupnya ini membuatnya mengutuki dirinya dan berjanji pada dirinya tak akan mengulanginya lagi. "Semoga aja besok kaga pengep pas latian" harap Kevinn dalam hati. Setelah merapikan balkon dan membereskan semuanya, ia bersiap-siap untuk tidur yang sebelumnya juga sudah bersih-bersih badan dan memakai perawatan wajah dan tubuh malamnya. "Time to sleep, time to take a breath for next day. Goodnight" Ucap Kevin dalam hati.
Kevin tetaplah Kevin, ia selalu begitu. Ketika melakukan hal yang bodoh ia akan mengutuki dirinya sendiri, meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan buruknya itu pada dirinya sendiri dam ketika butuh motivasi ia akan mengatakan hal-hal yang memicu dirinya sendiri untuk berbuat lebih baik lagi. Istilah anak yang memiliki 10 langkah lebih maju dengan sebayanya itu memang benar adanya.
Terakhir diubah: