caligula1979
Semprot Addict
- Daftar
- 24 Jun 2012
- Post
- 486
- Like diterima
- 2.818
Amel ya...dia sebenernya anak yang baik, orangnya gak bertele-tele, pinter lagi, gua baru tau cerita dia kaya gitu, ke gua aja yang kenal lebih lama belum pernah cerita, tapi ke lu udah, gua rasa dia juga sebenernya ada hati ke lu Ric kata Indra mangut-mangut mendengar curhatku, oh iya makasih Mas! katanya pada si mas pembantu kantin yang baru mengantarkan pesanannya.
Saat itu jam setengah sepuluh pagi, baru bubaran kuliah pagi. Kami makan pagi sambil ngobrol mengenai orgy club dimana aku baru saja menjadi newbie-nya yang berkat rekomendasi dari temanku yang satu ini. Dan baru pada Indra lah aku curhat mengenai perasaanku terhadap Amel yang tiba-tiba saja timbul setelah aku ML dengannya dan ia mulai terbuka padaku. Aku tidak ingin langsung mengatakan ini cinta karena aku ingin lebih berhati-hati mengenai yang satu itu agar tidak sakit hati lagi setelah dikhianati mantanku.
Ya itulah aneh kan Dra, gua kayanya ada rasa ke dia tapi malah enjoy kalau liatin dia digituin sama orang lain, lagian dia itu kan lebih tua dari gua, gua pengennya yang lebih muda daridulu juga
Haiya masa soal itu aja dimasalahin kaya milih milih mobil, gini aja deh bro, mulai sekarang gua ga akan pernah nyentuh si Amel lagi sampe lu mutusin kalau lu emang ga pengen macarin dia
Pacarin? Wah gua belum kepikir kesitu sumpah, buru-buru mutusin pacarin malah bikin sakit ati kaya yang dulu-dulu.
Udah, nyantai aja mikirnya, jodoh gak jodoh udah ada yang atur, kalau lu mau minta pendapat cewek soal ini ke Kak Angel deh, dia itu cewek yang dewasa bukan cuma umur tapi juga pemikiran, dia paling enak buat teman curhat, percaya deh
Tiba-tiba BB Indra berbunyi dan ia mengangkatnya lalu berbicara selama beberapa saat, aku cuek meneruskan makanku sampai ia menyelesaikan bicaranya
Huh sialan, baru inget habis masa aktif! gerutu Indra ketika mengirim pesan yang gagal.
Mau pake yang gua dulu? tawarku
Ngga...ntar aja....eeehh hhmmm...Ric! tiba-tiba wajah Indra tersenyum penuh arti sambil memandang lurus ke belakangku
Apa? jawabku
Gua lagi butuh pulsa nih, mau ga kita taruhan kalau gua menang lu isiin mentari 100 buat gua, gimana? tantangnya.
Kalau lu ga menang gimana? tanyaku lagi
Ntar gua yang beliin pulsa buat lu kalau dah habis
Boleh...taruhan apa emang? Bola? aku menyeruput air mineralku.
Bukan...lu pasti seneng deh, tuh lu liat di sana, tuh dokter itu!
Aku menengok ke belakang mengikuti pandangan matanya, kulihat Dokter Lea, salah satu dokter klinik kampus dan juga salah satu dosen di fakultas kedokteran, baru saja menyelesaikan makannya dan hendak beranjak.
Dokter Lea, napa emang? Naksir lu?
Gini, kalau gua bisa ngentotin dia, gua menang, deal? katanya dengan suara dipelankan.
Aku menanggapinya dengan tertawa, aku pikir temanku ini tidak waras atau apa, ini kan namanya cari penyakit, dia kira ini di kost/klub apa? Bisa begituan seenaknya? Apalagi dengan dokter kampus, kena gampar saja masih untung, paling parah bisa-bisa di DO atau malah dituntut pelecehan seksual.
Hiihihi...Dra...Dra, otak lu korslet ya? Kelamaan di klub ditambah nyandu JAV sama hentai ya! tawaku
Sekarang lu ketawa, nanti kita liat hasilnya, gimana? Deal ga? tantangnya lagi.
Aku jadi penasaran juga nih, pakai cara apa dia kira-kira, Indra ini memang orangnya supel dan dengan lawan jenis gampang akrab, tapi kalau bisa merayu dokter kampus sampai mau diajak ML dalam sehari rasanya mission imposible. Maka kutepuk sambutan telapak tangannya pertanda menerima tantangannya, kan lumayan tuh dapet pulsa seratus ribu.
Oke deal ya...yuk sekarang ikut gua, dia pasti balik ke klinik, ayo mumpung hari Jumat lagi ga banyak orang. ajaknya.
Aku mengikuti Indra ke klinik kampus dekat fakultas kedokteran, suasana hari Jumat tampak lenggang seperti biasanya. Kamipun tiba di depan klinik itu, Indra mengetuk pintunya.
Masuk! sahut suara wanita dari dalam sana.
Ehh....kamu Ndra, ada perlu apa nih? tanyanya ramah, ia sedang membaca dokumen medis di mejanya.
Sebagai gambaran, Dokter Lea ini adalah seorang wanita 30 tahun dengan rambut pendek sebahu, wajahnya yang imut dan murah senyum membuatnya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya. Aku sendiri agak tidak percaya ketika belakangan mengetahui usianya. Aku sih hanya sekedar tahu saja tentang dirinya, memang banyak yang bilang ia adalah dokter cantik, tapi tidak sampai kenal karena aku tidak pernah sakit sampai harus ke klinik kampus.
Pagi Dok...mau medical check up nih! sapa Indra, ini teman saya Rico ia memperkenalkan diriku.
Rico aku menjabat tangannya yang halus lalu duduk di depan mejanya bersama Indra, ia tersenyum manis sekali.
Lagi ga sibuk kan Dok? tanya Indra
Gak kok, biasa hari gini emang sepi, yang mau medical check up kalian berdua nih?
Iyah Dok, saya aja dulu ya! kata Indra
Baik...yuk duduk di ranjang sana Dokter Lea menutup map-nya dan berjalan ke arah ranjang pasien di pojok.
Indra mengikuti dari belakang, aku jadi makin penasaran apa yang akan dilakukannya, masa dia mau senekad itu memperkosa Dokter Lea? Beberapa langkah dari ranjang pasien, tiba-tiba Indra menarik lengan Dokter Lea dan membalikkan tubuhnya menghadap dirinya lalu didekapnya erat. Mulut Indra langsung nyosor mencium bibirnya.
Ahhh...Dra! Kamu gila yah! serunya sambil memalingkan muka melepaskan diri dari mulut Indra yang mulai nakal dan sudah mulai menciumi lehernya.
Ah, dokter ini. Santai aja, dia member klub terbaru kok sahut Indra enteng dan dengan sigap ia menyingkap rok span hitam Dokter Lea hingga terpampanglah paha mulus dokter cantik itu.
Segera setelah itu Indra mencumbunya habis-habisan sehingga Dokter Lea terlihat mulai enjoy dan akhirnya dia berkata,Uhhh...dasar...bilang kek dari tadi, jadi ga usah jaim-jaiman! suaranya nampak letih namun disertai oleh desahan nafsu yang menggelora terlebih saat tangan Indra mulai mengelusi pahanya yang indah itu.
Indra mengacungkan jari tengah dan telujuk padaku di belakang punggung Dokter Lea, mataku memancarkan kemenangan tanpa melepaskan ciumannya terhadap Dokter Lea. Selanjutnya ia menunjuk ke arah pintu dan memutar telapak tangan, aku yang terpana segera ke arah pintu dan menguncinya. Dengan dada berdebar-debar, aku pun menghampiri mereka. Kupeluk tubuh langsing Dokter Lea dari belakang. Tanganku meraba dadanya yang berukuran sedang, kuremas lembut buah dadanya sehingga ia menggeliat.
Nah...kenalin Ric, Dokter Lea ini dulunya pernah ngekost di tempat kita, jadi dia ini alumni klub, jadi ga usah sungkan-sungkan sama beliau, ya ga Dok? kata Indra sambil meremas payudara Dokter Lea yang satunya.
Aahh...diem kamu Ndra, welcome to the club Ric, saya suka member baru, jadi ingin mengenal kamu lebih dalam Dokter Lea menengokkan wajahnya menghadap wajahku dekat sekali, suaranya jadi basah dan penuh gairah.
Lengannya merengkuh leherku dan telapak tangannya mendorong kepalaku ke arah wajahnya. Bibir kami pun bertemu dan berpagutan panas. Tanganku mulai menyingkap ke atas kaos dibalik jas dokternya sehingga bra kremnya terekspos.
Wow, sudah mahir yah kamu. Sudah pengalaman ya? guraunya setelah melepas ciuman sambil meraba selangkanganku, tangan lentiknya meremas penisku sehingga semakin menegang saja.
Belum Dok, baru pernah ML sama satu mantan sebelum gabung ke klub? jawabku mengendus leher jenjangnya, aroma parfum berkelas terasa dari tubuhnya.
Tapi begitu masuk langsung empat cewek dia sikat semua dalam sehari hehehe... timpal Indra yang tangannya tengah mengelusi selangkangan Dokter Lea dari luar celana dalamnya.
O ya....nafsu kamu gede juga ya! kata Dokter Lea tersenyum nakal padaku, yuk kita ke sana aja, capek dong berdiri terus gini! ia mengajak kami ke ranjang pasien saja agar nyaman.
Kini ia pun duduk di pinggir ranjang diapit olehku dan Indra di sebelah kanannya. Aku terus menciumi wajah, bibir dan leher Dokter Lea, sementara Indra sudah melucuti bra-nya hingga terpampanglah kini kedua payudaranya yang bulat sedang dengan puting berwarna coklat itu. Desahan Dokter Lea semakin liar ketika lidahku menggelitiki lehernya yang jenjang dan Indra bergantian melumat dan meremasi payudaranya. Bibirku kembali memagut bibirnya, lidah kami langsung terlibat saling jilat dan belit dengan panas sementara tangan kiriku meremas payudara kanannya. Ia mengerang tertahan di sela percumbuan kami ketika tangan kiriku turun ke bawah dan mengelus-elus paha dan selangkangannya. Tubuhnya semakin menggeliat tak menentu dan nafasnya terasa semakin memburu. Indra naik ke ranjang dan membuka celananya, ia menyandarkan bantal pada tembok agar nyaman berselonjor di ranjang pasien
Sepong dong Dok! pintanya memegang penisnya untuk dilayani Dokter Lea, ukuran penis Indra ternyata tidak jauh beda dengan punyaku, standar cowok Asia lah.
Dokter cantik itu membaringkan diri menyamping di antara paha Indra, lalu mencium kepala penis Indra, batangnya dan akhirnya memasuk-keluarkan penis itu ke dalam mulutnya. Tangan kirinya memegang batang penis temanku itu sambil bibir dan lidahnya terus melakukan aksinya. Secara alamiah, kedua tanganku bergerak melucuti rok spannya hingga lepas lalu disusul celana dalamnya. Kini ia telah telanjang bagian bawah, tinggal memakai atasan berupa kaos yang sudah tersingkap dan jas dokternya. Kuamati dengan nanar kewanitaan Dokter Lea, vaginanya ditumbuhi bulu yang tebal tapi teratur. Agaknya ia rajin merawatnya, sebab bulu-bulu itu dicukur rapi, belahannya nampak menggairahkan membuatku tak sabar untuk segera menikmatinya. Kuraba wilayah segitiga kenikmatan itu, jari-jariku mengusap-usap bibir vaginanya lalu kugerakkan keluar masuk ke belahannya.
Auuwww, aaahhh, enak Ric terusin ya! desis Dokter Lea sambil menggeliatkan pinggulnya dengan indah.
Setelah beberapa saat mencucuk-cucuk vaginanya dengan jari sampai wanita cantik itu menggeliat-geliat, kini aku mendekatkan wajahku ke selangkangannya dan lidahku kujulurkan ke belahannya yang telah becek.
Ooooohhhh ! desahnya sambil mempercepat gerakan mulutnya terhadap penis Indra.
Jariku membuka vaginanya hingga klitorisnya terlihat. Kuciumi biji kecil itu sambil sesekali melakuan gerakan menyedot. Bagian sensitif itu sudah tegang sebesar biji kacang hijau. Indah sekali bentuknya, apalagi ketika kukuakkan labianya bagian atas klitorisnya. Kedua labianya kupegang dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar lalu dengan lembut kujulurkan lidahku menusuk makin dalam ke vaginanya.
Aaaaaahhhhhh .Ric pinter juga ya kamu! Dokter Lea berusaha mengendalikan erangannya namun sesekali suaranya meninggi tanpa terkendali.
Aku melakukan gerakan mencium, menjilat, menusuk, menyedot secara bergantian, bahkan tak urung kuisap klitoris dan kedua labianya secara bergantian, hingga erangan dan rintihannya semakin keras.
Ahhh, yes...eeemmm! Indra yang sedang dioral penisnya juga meracau tak karuan.
Kepala Dokter Lea naik turun mengoral penis temanku. Tangan Indra tidak tinggal diam, ia meremas-remas payudara Dokter Lea dan memilin-milin putingnya.
Cairan kewanitaan Dokter Lea keluar semakin banyak saja. Kusedot dan kutelan cairan bening itu dengan nikmatnya, gurih rasanya. Tangan kanannya kini memegang belakang kepalaku dan menekankannya kuat-kuat ke selangkangannya sambil menggeliat-geliat seksi. Agaknya ia sudah orgasme. Kurasakan aliran cairan menyembur dari dalam vaginanya yang langsung kuseruput seluruhnya dengan bernafsu. Ia menolakkan kepalaku, mungkin merasa jengah karena kuisap seluruh cairannya, tanpa mau menyisakan sedikit pun. Aku tidak mengikuti perlakuannya, tapi terus menekan wajahku menjilati sisa cairan orgasmenya yang masih berleleran. Aku masih melumat vagina Dokter Lea ketika ia mengangkat wajahku lalu mencium bibirku.
Good start Ric, mantap! pujinya
Kulihat Indra terpengaruh atas orgasme Dokter Lea
Sekarang aja ya Dok, saya belum dapet nih! ajaknya
Aaahh...oke, tapi saya masih capek sih, jadi di bawah ya, Dokter Lea menelentangkan dirinya di ranjang tersebut setelah sebelumnya melepaskan jas dokter, kaos dan bra nya hingga bugil total.
Ric...tolong taro di kursi situ aja! pintanya padaku
Aku pun melakukan permintaannya, sekalian aku melepas celana dan celana dalam lalu kuletakkan di dekat pakaiannya. Setelah itu aku kembali ke ranjang tempat peraduan kami. Indra telah mengambil posisi di antara paha Dokter Lea dan menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina dokter cantik itu. Dokter Lea nampak naik lagi birahinya atas perlakuan Indra. Indra menekan penisnya hinggga melesak semakin dalam ke dalam vagina dokter itu. Dokter Lea sendiri menyambutnya dengan membuka lebar-lebar pahanya. Kedua kakinya dipentang dan dipegang oleh kedua tangan Indra. Dokter Lea lalu mengisyaratkan aku mendekatinya. Aku pun naik ke dadanya dan tangannya langsung meraih penisku.
Keras nih...kayanya ga bakal mengecewakan, hihi...! komentarnya.
Ga bakal Dok, jaminan mutu boleh dicoba! timpalku.
Emangnya baygon, jaminan mutu! ia mulai mengocok penisku pelan.
Sambil menyentuh penisku, perlahan-lahan ia dekatkan wajahnya ke arah pahaku dan menjilat kepala penisku.
Eeemmm...sedap Dok!! desahku nikmat.
Dokter Lea semakin liar bergerak menikmati tusukan penis Indra sambil melumat penisku. Kedua tanganku tidak mau tinggal diam dan meremas-remas kedua payudaranya dengan putingnya yang semakin mengeras itu. Genjotan penis Indra kulihat semakin kencang dan itu berpengaruh pada semakin kuatnya Dokter Lea menghisap penisku. Kurasakan kepala penisku menekan ujung tenggorokannya, tapi wanita ini tidak peduli, ia sepertinya sudah ahli soal beginian, air liurnya menetes di sela-sela bibirnya yang tak kenal lelah mengoral penisku. Bahkan ketika seluruh penisku ia telan, lidahnya mengait-ngait lubang kencingku, rasanya agak panas, tapi geli bercampur nikmat. Aku ikut merintih tanpa kusadari. Plok...plokkk...plok....suara penis Indra keluar masuk semakin cepat. Penisku disedot kuat-kuat oleh Dokter Lea sehingga tanganku pun makin gemas meremas payudaranya.
Ahhh, saya mau keluar Dok...yessshhh! erang Indra ngos-ngosan
Sama Dra...bareng ya? Oooohhhh, akkhhh enak gilaa... yang dalam... aaauhhggghhhhh!! rintih Dokter Lea semakin tinggi.
Desah orgasme Dokter Lea tak tertahankan ketika dengan hebatnya penis Indra menghunjam dengan cepat dan berhenti saat orgasmenya pun menjelang. Kedua pahanya menjepit pinggul temanku sementara mulutnya menelan penisku hingga ujungnya kurasakan menekan tekak tenggorokannya. Kuperhatikan tubuh wanita ini yang indah bergetar-getar beberapa saat. Aku menengok ke belakang, tubuh Indra pun menegang otot-ototnya sambil terus menusukkan penisnya lebih dalam. Aku turun melepaskan diri dari Dokter Lea agar ia lebih menikmati orgasmenya dengan utuh dan mengambil tempat duduk di pinggir ranjang. Indra menghempaskan tubuh di atas tubuh Dokter Lea, sementara kedua tangan wanita itu memeluk temanku. Kuamati mereka berpelukan sambil bertindihan menikmati gelombang orgasme yang makin menyurut.
Tak lama kemudian, Dokter Lea berkata dari balik himpitan tubuh Indra, Sekarang giliranmu ya Ric...yuk cepet mumpung masih jam jumatan nih, masih sepi!
Nggak apa-apa Dok, santai aja. Saya kan cuma nemenin Indra aja, aku berbasa-basi
Jangan gitu dong Dokter Lea menolakkan tubuh Indra dan turun dari ranjang lalu mendekatiku. kamu kan pendatang baru, masa saya belum memberi sambutan ke kamu ia cium bibirku lembut sambil melingkarkan kedua tangannya ke leherku.
Nah, sekarang kamu berbaring aja di ranjang suruhnya padaku, Dra kamu turun dulu, sempit ranjangnya tuh!
Indra hanya mengangguk dan turun dari ranjang yang sebenarnya hanya muat satu orang itu untuk membiarkanku naik
Giliranlu bro....enjoy! katanya menepuk lenganku ketika aku hendak membaringkan diri.
Dokter Lea naik ke atas penisku lalu ia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Rambut-rambut halus vaginanya memberikan nuansa romantis yang tak terlukiskan ketika bersentuhan dengan kepala penisku. Tubuh Dokter Lea benar-benar seindah pualam. Geliatnya begitu erotis, membuat pria manapun takkan mampu menguasai diri untuk tidak menyetubuhinya dalam keadaan begitu rupa.
Ayo Ric, ga usah malu-malu gitu, tiap member orgy club ga perlu sungkan soal ginian rayu Dokter Lea sambil mengelus rambutku, kuamati wajahnya dari dekat, benar-benar cantik, di balik wajah wanita berintelektual tinggi ini ternyata mengandung gairah yang tinggi, payudaranya bersentuhan dengan dadaku
Tanganku mengelus-elus lengan dan perutnya. Ia menarik pergelangan tanganku agar mengelus dan meremas payudaranya. Kini aku mulai beroperasi di bagian dadanya dan memainkan putingnya yang kembali mengeras akibat sentuhan jari-jariku. Kupilin-pilin putingnya dengan lembut dan kudekatkan mukaku ke payudaranya. Lidahku kujulurkan menjilati puting payudaranya memberinya sensasi geli, setelah itu kumasukkan putingnya ke dalam mulutku sambil melakukan gerakan menyedot.
Ooogghh, ya, yahh, gitu enak Ric! desisnya
Disemangati begitu, kedua payudaranya makin kuremas sambil terus mengisap, memilin, menyedot putingnya dengan gerakan bervariasi, kadang-kadang lembut, kadang ganas, hingga pemiliknya menggeliat-geliat nikmat. Kurasakan tangannya yang lembut meraih penisku dan menyentuhkan kepalanya pada bibir vaginanya. Ia menggelinjang-gelinjang antara geli dan nikmat.
Ooouggghh, kita mulai aja yahh! Udah ga tahan nih erangnya.
Aku mengiyakan saja mengikuti permintaannya, ia terus memainkan penisku menggesek klitorisnya hingga kurasakan semakin tegang ditekan oleh kepala penisku. Ia menurunkan tubuhnya setelah bibir vaginanya tepat pada kepala penisku
Eeemmmhh... lenguhnya merasakan penetrasi penisku pada vaginanya
Secara perlahan ia mulai menaik-turunkan pinggulnya menyambut masuknya penisku yang melesak makin ke dalam.
Indra memandang ke arahku sambil tersenyum. Kini ia berdiri di samping ranjang dan meraih payudara Dokter Lea dan mengenyotnya.
Aaaahhh erang Dokter Lea lagi, tangannya memeluk kepala Indra yang menyusu darinya.
Gerakannya menaik turunkan tubuh di atas penisku berlangsung dengan ritme pelan, tetapi kadang-kadang ia menyelinginya dengan gerakan cepat dan dalam. Rintihan nikmat terdengar dari mulutnya
Oohh...yahh...enak...isep Dra, isep yang kuat!
Pinggulnya sesekali berputar sehingga penisku seperti sedang mengaduk. Semakin lama gerakan pinggulnya makin tak menentu. Aku sendiri terkadang aktif menggerakkan pinggulku sehingga penisku semakin menghantam-hantam vaginanya. Seiring gerakanku makin bertenaga, desahannya pun makin kuat mengarah pada jeritan, namun ia masih berusaha meredamnya dengan menggigit bibir atau jarinya sendiri. Dengan beberapa kali hentakan ke atas kubuat tubuh Dokter Lea semakin bergetar, kurasa sebentar lagi ia segera menggapai puncak kenikmatan.
Ric, terusin .udah mau nih, ooohh! ia menggeram sambil menyentak-nyentakkan tubuhnya semakin cepat.
Jari-jari tangannya memeluk punggung Indra dengan erat. Dinding vaginanya semakin berdenyut-denyut memijati penisku, sentakannya kadang membuat buah pelirku ngilu tapi perasaan itu bercampur dengan kenikmatan luar biasa. Kurasakan guyuran cairan kewanitaannya membasahi penisku sedemikian rupa hingga tak kuasa kubendung luapan spermaku memasuki rongga vaginanya.
Dokter....!!! ngecrot nih! desahku sambil meremas payudaranya
Ia pun akhirnya ambruk menindihku setelah Indra melepaskan pelukannya. Kuciumi bibirnya rapat-rapat dan ia pun menyambut ciumanku. Kurasakan bibir kami berdua agak dingin, sebab aliran darah kami seakan-akan terdesak ke bagian bawah. Kedua belah pahanya menjepit kedua pahaku dengan kuatnya dan jepitan vaginanya seolah-olah ingin mematahkan batang penisku. Dinding vaginanya masih berdenyut-denyut memilin penisku.Beberapa kali aku mendorong tubuhnya tapi ia tak mengijinkan tubuhku meninggalkan tubuhnya.
Buru-buru amat? Peluk aku Ric...saya suka diberi kehangatan! katanya.
Mulutnya masih terus menciumi mulutku hingga bibir kami kembali berpagutan dan lidahnya masuk rongga mulutku menggapai langit-langit mulutku. Kulakukan hal yang sama bergantian dengannya. Cairan orgasme kami mengalir di selangkanganku, juga kuperhatikan membasahi wilayah kewanitaannya. Penisku menyusut setelah melakukan tugasnya dengan baik. Aku melepaskan diri dari pelukannya dan berbaring di sebelah sebelah kiri tubuhnya Sungguh sensasi yang terlukiskan nikmatnya. Lama kami berpelukan dalam posisi berdekapan. Elusan jari-jari Dokter Lea di tubuhku membuatku tak habis pikir, betapa dahsyat permainan wanita ini. Ia memiliki kekuatan melawan dua pria sekaligus.
Oh gitu...jadi akhir minggu ini kalian bakal party bulanan? Dokter Lea telah berbenah diri dan duduk di belakang meja kerjanya.
Iya Dok, kalau bisa dateng dong ya...sejak member setahun lalu baru pernah sekali ketemu dokter di party loh saya! kata Indra
Ya gimana ya...maaf sekali, bukannya ga kepingin, tapi tuntutan profesi, jadwal padat...yang kali ini juga gak bisa keliatannya, ada shift malam di rumah sakit ujar Dokter Lea tersenyum, tapi kalau kalian mau datang ke rumah sakit, welcome banget kok saya...jam malem gitu kadang enak ada yang nemenin lanjutnya.
Yah...pengennya sih dokter ke party, ya udah deh....oke kita cabut dulu ya dok! Tar lagi ada kuliah lagi pamit Indra setelah melihat jam tangan.
Yuk Dok, kita pamit dulu, sampai nanti ya! aku juga pamitan.
Oke bye-bye guys Dokter Lea bangkit dan mengantar kami ke pintu.
Wei...ngehe lo..*** bilang-bilang kalau Dokter Lea ex-member! aku menonjok pelan lengan Indra yang tertawa menang atas diriku.
Huehehehe...ya salah lu juga ga nyelidikin dulu malah langsung main ketawain gua katanya, terus gimana nih taruhannya Ric?
Oke...oke gua isiin pulsa lu nanti, lu emang partner in mupeng sejati hahaha.... aku merangkul pundaknya dan berjalan meninggalkan gedung itu.
Tidak apa deh membayarkan pulsa 100ribu untuk temanku ini juga, tidak ada artinya dibandingkan bisa mendapat pasangan seks baru, Dokter Lea yang cantik dan montok itu. Aku dan Indra sedikit berlari memasuki ruang kuliah karena kami sudah agak terlambat. Untunglah Bu Tri yang galak itu belum menutup pintu sehingga kami masih boleh masuk kelas. Satu setengah jam ke depan aku mengikuti kuliah ini seperti biasa. Seusai mata kuliah ini, Indra meninggalkanku karena ada urusan, sedangkan aku masih harus menunggu karena masih ada kuliah berikutnya satu setengah jam lagi. Aku bermaksud menunggu di perpustakaan sambil baca-baca, saat berjalan ke sana aku melewati taman kampus dan bertemu lagi dengan Dokter Lea. Ia sedang bersama seorang bocah laki-laki yang memakai baju seragam taman kanak-kanak yang letaknya tidak jauh dari kampus ini. Anak itu berlari-lari di dekatnya dengan membawa robot-robotan sambil disuapi oleh seorang baby sitter yang sibuk mengejar-ngejarnya.
Siang Dok! sapaku menghampirinya, ia juga membalas hai dengan senyuman, sama keponakan? Atau pasien?
Ooh bukan...anak jawabnya, Albert! Come here, say hello to uncle! panggilnya pada anak itu.
Hah! Anak!? aku tersentak dalam hati, tidak kusangka Dokter Lea ternyata sudah punya anak sebesar ini, padahal masih terlihat begitu muda dan ramping, selain itu rasa vaginanya juga masih seperti wanita yang belum pernah melahirkan, hampir tidak percaya aku dibuatnya.
Hi Albert...hello! aku mengulurkan tangan dan ia dengan malu-malu menjabat tanganku, kuperhatikan wajahnya memang ada kemiripan dengan ibunya, terutama mata dan hidung, wah...ternyata dokter satu ini memang MILF, yes...I like it!
Pake Inggris ya omongnya? tanyaku setelah anak itu kembali sibuk dengan mainannya.
Ya campur lah, kan sekolahnya pake Inggris pengantarnya jawab dokter cantik itu.
Eeemm...iya emang sekarang banyak sekolah yang standar internasional ya...
Kamu masih ada kuliah ya Ric? tanyanya
Iya bentar lagi Dok, kan sekarang lagi tunggu...kalau dokter, kapan pulangnya?
Sebentar lagi, makanya dia kesini jadi sekalian pulang abis ini
Dijemput sama papanya Dok?
Papanya... tiba-tiba air muka Dokter Lea berubah, nggak...saya single parent kok
Ups...maaf Dok aku merasa tidak enak karena sepertinya mengorek kehidupan pernikahannya yang kelihatannya tidak berjalan mulus.
Hihihi maaf apaan sih...kamu gak salah apa-apa kok maaf dia mulai tersenyum lagi.
Aku buru-buru mengalihkan topik pembicaraan, kami duduk di bangku batu dekat situ dan ngobrol. Dokter Lea ternyata teman ngobrol yang menyenangkan,sehingga kami cepat akrab seperti teman lama, padahal aku pada dasarnya bukan pria yang supel. Obrolan kami semakin seru, dia bercerita dan terus berkembang hingga tidak terasa setengah jam berlalu, Aroma tubuhnya harum membuat darah lelakiku bergolak keras apalagi mengingat kejadian tadi pagi bersamanya.
Eeehhmmm...Dok, omong-omong tadi pagi puas ga?aku beranikan diri aku mengajukan pertanyaan nakal dengan suara pelan
Dia terdiam beberapa saat dengan pandangan ke arah anaknya yang sedang bermain, wah...aku sudah berpikir jangan-jangan dia marah nih. Lalu dia menoleh ke arahku
Ric...saya sudah tampar kamu... ketika dia berkata begitu nafasku tertahan karena malu telah bertanya seperti itu, kalau kamu bukan anggota klub
Barulah aku lega mendengar kalimat lanjutannya itu.
Tapi saya kan udah anggota Dok, jadi gimana?
Hussshh....jangan omong macem-macem ah, disini ada anak saya tau
Kalau di ruang praktek boleh Dok?
Saya udah mau pulang Ric jawabnya enteng, tapi sebelumnya mau beres-beres dulu, kalau mau bantu saya yuk kita kesana
Saat itu Albert sudah menghabiskan makannya dan berlari ke arah mamanya dengan manja.
Albert, you play here for a while ok, mom will be back soon! kata Dokter Lea sambil berjongkok dan memegang kedua pundak buah hatinya itu, Sus, main-main aja deket sini, saya mau beres-beres dulu!
Iya Bu! sahut si babysitter, yuk sini Bert!
Yuk Ric...kita bicara di dalam aja! ajak Dokter Lea setelah mengecup pipi anaknya.
Albert bye-bye! kataku pada anak itu yang dibalas senyumannya.
Iblis dalam diriku juga berkata, Im going to fuck your Mom for a while Boy...hehehehe!
Aku mengikuti Dokter Lea yang sudah mendahuluiku di depan. Aku suka MILF satu ini, gaya pancingannya bener-bener cool.
Kunci pintunya perintahnya seraya berjalan ke arah jendela dan menutup tirai setengahnya.
Begitu berbalik badan setelah mengunci pintu, Dokter Lea langsung memelukku erat sekali.
Uuuffff...Dok
Tanpa banyak babibu lagi bibir kami langsung berpagutan. Lidahnya yang lincah dan ahli langsung menelusuri rongga-ronga mulutku. Tangannya turun ke bawah mengelusi selangkanganku yang sudah menggeliat dari balik celanaku. Kali ini ia menunjukkan sisi agresifnya dibanding ketika pertama bercinta beberapa jam yang lalu. Sambil masih berpelukan, aku menggeser tubuhnya menuju ke mejanya. Ia menaikkan pantatnya pada tepian meja, matanya menatapku tajam, menantang dan penuh nafsu. Aku tak tahan lagi, kusingkap kaos di balik jas dokternya hingga tampaklah kedua gumpalan daging kenyal putih yang seakan sesak tertutup bra krem. Gumpalan itu tampak lebih menonjol, karena posisi dadanya agak membusung. Kemudian kunaikkan juga kedua cup bra itu sehingga sepasang buah dadanya yang bulat, menonjol, kenyal, putih, bersih tampak seluruhnya di hadapanku. Sepasang putingnya telah mengeras. Tak ada yang bisa kuperbuat selain menyerbu sepasang gunung indah itu dengan mulutku.
Ooohhh...Ric! Dokter Lea merintih keenakan ketika kujilati dan kukenyot putingnya.
Aku sadar harus main quickie karena waktu tidak banyak, maka sambil mengeksplorasi payudaranya dengan mulutku, tanganku yang satu membuka celanaku dibantu tangannya. Ia sudah terlebih dahulu mengeluarkan penisku sebelum aku sempat menurunkan celana dalamku membuatku makin tegang aja. Lalu, dengan perlahan dia membantu menurunkan celana dalamku. Celana panjangku telah melorot jatuh ke lantai dan celana dalamku menyangkut di pahaku, penisku sudah mengacung tegak di depan Dokter Lea, ibu muda yang cantik dan sexy itu.
Kamu yang ajak, jadi awas kalau ga memuaskan ya! katanya sambil menatap penisku.
Beres Dok, dijamin! sahutku sambil menyingkap roknya dan menarik lepas celana dalamnya.
Celana dalam itu pun terlepas dan kuletakkan di meja itu. Dokter Lea membuka kakinya lebih lebar, klitnya pun semakin terlihat jelas, merah jambu dan berlendir, siap untuk ditusuk. Aku langsung menempatkan pinggulku di antara pahanya yang membuka dan kami berciuman lagi. Tangan kananku membimbing penisku mencari lubang sasarannya, akhirnya kepala penisku menempel pada bibir vaginanya yang basah dan mulai kutekan.
Uuuuuhhhhhh....eeemmmhhh! rintihnya, padahal baru kepala penisku saja yang masuk..
Ouufff ...pelan please! ia menahan dadaku ketika aku menekan lebih keras.
Oh...maaf Dok! Sori terlalu nafsu
Aku coba lebih lembut, menusuk pelan-pelan tapi pasti sampai akhirnya penisku tenggelam seluruhnya. Vaginanya memang sungguh sempit, gesekannya amat terasa di batang penisku.
Eeeehhmmm....enak Dok, sempit, padahal kan Dokter dah punya anak! kataku sambil menggenjot dengan tempo sedang.
Aaahh....aaahh...saya kan dulu sesar!
Oohh...pantes masih legit hehehehe....
Tempo genjotanku pun kunaikkan sampai mejanya berderit-derit setiap aku melakukan gerakan menusuk.
Uuuhh....Ric...kamu sadar siapa yang lagi kamu entot ini? Saya dokter kampus, ibu dari seorang anak! Ini hubungan terlarang...berani-beraninya kamu! katanya sambil menatapku dengan matanya yang sayu.
Tapi kan dokter anggota klub...jadi bebas dong ya ga? kataku sambil terus menggenjot vaginanya sampai ia tidak bisa menahan erangannya sehingga harus menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Aku menyingkirkan telapak tangannya dan memagut bibirnya sehingga erangannya teredam. Ketika kurasakan gelombang klimaks itu akan tiba, saatnya mempercepat pompaan. Penisku makin berdenyut-denyut siap memuntahkan sperma. Ketika hendak mencabut penis untuk dikeluarkan di luar guna menghindari kecelakaan sepasang kakinya menjepitku menahanku mencabut penisku, tangannya juga memelukku semakin erat saja. Karena memang aku tak mampu menahan lagi, kusemprotkan kuat-kuat spernaku ke dalam vaginanya, sambil mengejang dan melenguh. Dia juga mencapai orgasmenya tidak lama setelah aku sehingga kurasakan kehangatan di bawah sana, cairan orgame kami sudah pasti membasahi meja di bawahnya. Tak lama kemudian, tubuh kami melemas saling berpelukan. Kami dapat merasakan dengus nafas masing-masing yang ngos-ngosan.
Thanks ya Ric singkat tapi puas! kata Dokter Lea sambil membelai pipiku.
Oh masa?
Iya bener...kamu hebat mainnya
Ah...Dokter terlalu muji deh, saya biasa aja kok, malah masih kalah liar dibanding dokter
Kamu tau Ric, profesi saya menuntut kedisplinan dan ketelitian, ditambah peran sebagai single parent, itu semua gak mudah, stress udah hal biasa curhatnya sambil mengelus-elus dadaku, suami gak punya, pacar juga yah setidaknya belum dulu sampai sekarang ini, karena itu Ric, kalau lagi ada waktu senggang di luar itu saya sangat menikmati peran saya sebagai...wanita nakal...yah sangat nakal, dimana saya bisa mengekspresikan hasrat sebebas-bebasnya. Di klub inilah saya menemukan yang saya perlukan, bukan sekedar seks, tapi juga teman
Tiba-tiba terdengar suara pesan masuk, Dokter Lea mengambil BB dari kantong jas dokternya dan membaca pesan itu.
Sepertinya kita harus udahan dulu, kamu juga sebentar lagi kuliah kan? ia melepaskan diri dari dekapanku dan turun dari meja.
Wah mejanya jadi basah Dok! aku hendak mengambil tissue untuk membersihkan cairan hasil persetubuhan kami yang berleleran di tepi meja.
Gapapa Ric, tar saya bersihin, kamu mending cepet beres-beres biar gak telat! katanya sambil berbenah diri, ia mengambil celana dalamnya di atas meja dan memakainya kembali.
Lain kali kalau senggang kita bisa main lagi ok katanya tersenyum oh ya...saya pakai IUD, jadi feel free aja kalau kita ML
Oh gitu
Yup...satu anak aja udah cukup repot, jangan sampai tambah lagi, setidaknya belum dulu sampai saat ini katanya lagi, terus...ini kartu nama saya!" ia mengeluarkan kartu nama dari dompetnya dan menyodorkannya kepadaku.
Kuterima kartu nama itu. Tertulis nama lengkap beserta gelarnya, Dr. Lea Kumalasari Sp. PD-KGH, di bawahnya tertera rumah sakit tempatnya bekerja dan juga alamat rumah dan nomor HP.
Spesialis penyakit dalam...KGH nya apaan Dok?
Konsultan Ginjal Hipertensi jawabnya, O ya, salam buat anak-anak di kost ya!
Oke deh...dokter juga kapan-kapan main ke kost dong, ya...ya...!! godaku sambil memeluk tubuhnya.
Kamu ini, kan udah saya bilang jadwal saya padat, harus urus anak juga...tapi kalau ada waktu saya coba ke sana sekalian nostalgia! ia mendorong dadaku pelan dan berjalan ke arah pintu, O iya, Amel masih kost di situ kan Ric?
Amel...mata gede, rambut panjang sedada itu? aku mencoba memastikan.
Iya...dia kayanya angkatan kamu deh
Masih kok, angkatan atas saya itu sih Dok jawabku, emang ada apa sama dia Dok?
Ngga...cuma tanya, salam aja buat dia katanya
Ya udah deh, saya kuliah dulu ya Dok....dadah aku pamitan sambil mencium ringan bibirnya dan meninggalkan ruang klinik kampus dengan hati puas.
Sungguh hari yang menyenangkan, aku menuju ruang kuliah dengan hati puas. Beberapa orang sudah menunggu di kelas ketika aku tiba. Setelah menyapa beberapa orang aku mencari tempat duduk dekat jendela supaya dapat udara segar. Aku duduk lalu mengecek BB sambil menunggu si dosen datang.
Hai kayanya senang banget hari ini! sapa Amel yang tiba-tiba sudah di sebelah, ia menarik bangku kosong di sebelahku dan duduk di sana.
Hehe...gokil juga nih kataku lalu membacakan sebuah status lucu di facebook salah satu temanku.
Bukannya senang karena kenal sama dokter cantik? kata Amel lagi yang membuatku agak kaget, romantis banget di taman tadi, gua kira lu bapaknya anak itu lanjutnya dengan nada agak sinis seperti biasa.
Oohhh....itu hehehe...Dokter Lea, itu Indra yang ngenalin, gak nyangka dia anggota klub juga ternyata kataku, kita sempat threesome tadi pagi, si Indra tuh yang mulai aku memelankan suara.
Wow...jadi sudah sejauh itu, ckk....ckkk...ckk... ia geleng-geleng kepala.
Eh iya, Dokter Lea juga titip salam ke kamu Mel, kayanya kalian kenal deket ya?
O thanks, tapi gua tolak salamnya! katanya datar.
Hah...ada apa emang di antara kalian Mel? kayanya lu sinis banget nadanya daritadi, ooo...gua tau, lu cemburu ya hahaha...!
Ihhh...apaan sih lu, ngapain juga cemburu ke lu? wajahnya berubah masam, please jangan omong sembarangan yah!
Eh, sori bukan maksud gitu, emang ada apa sebenernya antara kalian?
Ini urusan pribadi gua, sori gua pindah ke belakang, temen-temen gua udah dateng, lalu ia berdiri meninggalkanku begitu saja.
Aku tiba-tiba jadi tidak enak melihat reaksinya, entah ada apa dengannya dan Dokter Lea, sepertinya ia tidak mau diajak bercanda soal ini. Tak lama kemudian dosen pun datang dan aku mengikuti kuliah seperti biasa, Amel tidak sedikitpun melihat ke arahku selama itu, nampaknya ia marah atau tersinggung padaku yang aku belum mengerti dimana salah kataku sampai dia begitu. Usai kuliah aku masih harus bertanya beberapa hal mengenai tugas pada dosen sementara Amel sudah keluar bareng teman-temannya sehingga aku pun kehilangan jejaknya. Setelah semua selesai, aku berjalan ke parkiran motor, hatiku sedikit galau, tidak enak pada Amel. Aku ingin segera pulang menemuinya di kost dan menjelaskan semuanya.
Ehhh! Mel! sapaku merasa senang melihatnya di tangga, tadi itu...sori...!
Udahlah gua bukan mau omongin itu, cuma mau tanya lu ada kegiatan lagi ga?
Ga, mau pulang ini, napa emang?
Bisa anter gua Ric, ikutin aja petunjuk gua, jangan tanya-tanya dulu
Emm...oke, boleh, yuk! aku agak heran juga dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah, tadi marah sekarang minta tolong.
Kami meluncur sampai ke sebuah daerah yang tidak terlalu jauh dari kampus, tapi aku baru pernah menginjakkan kaki ke sini, daerahnya agak menanjak, sepi, dan rumah-rumah di sana keren-keren.
Ini sih daerah elit! kataku dalam hati.
Kita kemana nih Mel? tanyaku penasaran.
Depan sana belok kanan katanya mengarahkan, sepanjang jalan ia tidak bicara apapun selain menunjukkan arah tujuan kami.
Itu Ric, yang tingkat dua itu, yang ada pohon cemara di depannya! katanya.
Akhirnya sampai juga kami di tujuan, sebuah rumah yang megah, letakknya lebih tinggi dibanding rumah lainnya. Amel turun dari motor dan memencet bel di sebelah gerbang.
Rumah siapa nih Mel? Sodara? Temen?
Ngga...ini rumahnya om Dedy, di sini kita biasa ngadain arisan bulanan Ric, nanti lu juga diajak kok ke sini, nah sekarang gua ajak liat-liat dulu
Oohh ya...wah baru tau gua Mel, bukannya setau gua mereka tinggalnya di kompleks deket kost kan?
Iya, yang satu ini juga, yang ini lebih berfungsinya ke arah guess house, kalau ada rekan bisnis atau famili mereka dateng biasa tempatin di sini sama ya itu you know lah...yang lain udah cerita kan, tapi kadang mereka tidur di sini juga kok jelasnya tersenyum tipis.
Aaah...Non Amel! Ayo Non masuk! sahut seorang pria setengah baya bertopi yang datang membukakan gerbang.
Aku pun memasukkan motorku ke pekarangan rumah itu.
Di sini gapapa Pak? tanyaku.
Iya gapapa situ aja jawab pria berpostur pendek tersebut.
Pak Iqbal...ini Rico, anggota baru...Ric ini Pak Iqbal, penjaga di sini Amel memperkenalkan kami setelah aku mematikan mesin dan turun dari motor.
Hehe...anggota baru yah Den pria itu mengulurkan tangan padaku yang kusambut jabat tangannya, kalau perlu apa-apa disini bilang Bapak aja yah! katanya ramah.
Pak, kita ke dalem dulu yah, ga ada siapa-siapa? tanya Amel.
Oh, silakan Non hehee..*** ada siapa-siapa kok hari ini
Yuk Ric! Amel lantas meraih lenganku dan menuntunku ke pintu depan sementara aku masih mengagumi pekarangannya yang indah dan tertata rapi itu.
Eeennnggg...Non! panggil Pak Iqbal, Amel pun membalik anu...kan udah lama tangannya tanpa malu-malu mengelus pantat Amel yang terbungkus celana jeansnya.
Amel melepaskan tanganku sejenak, lalu ia berpagutan bibir dengan pria itu dengan panasnya. Amel agar merendahkan tubuhnya karena ia lebih tinggi. Mereka beradu lidah di depanku tanpa risih, tangan pria tua itu menggerayangi payudara montok Amel dan pantatnya, adegan itu berlangsung sekitar 2-3menitan.
Eemmhh...udah dulu ya Pak Amel mendorong pelan pria itu ketika ia hendak menyingkap kaosnya, gak sekarang, oke katanya.
Hehe...iya deh Non, Bapak ngerti, eh sori Den Rico, kangen soalnya udah lama ga ketemu Non Amel kata pria itu cengengesan padaku, silakan masuk aja
Dasar...muka ramah tapi mesum juga nih si tua! omelku dalam hati, panas juga hatiku melihat adegan mereka tadi.
Mau minum apa Den? Non? tanyanya dengan tetap tersenyum
Teh dingin aja Pak, mau apa Ric?
Ehh...apa ya, air dingin aja deh Pak, lagi panas nih
Amel lalu mengajakku memasuki rumah itu. Betapa aku terkagum-kagum menyaksikan interior di dalamnya yang elegan itu. Sebuah piano di sudut, minibar lengkap dengan botol-botol minuman keras berkelas di lemari kacanya, beberapa patung bergaya Eropa maupun Oriental nampak di beberapa tempat memberi kesan eksotis. Di tengah ruangan terdapat satu set sofa lebar dan panjang serta televisi berlayar flat dan lebar dengan permadani berbulu di bawahnya. Wah...jadi disini biasanya diadakan arisan bulanan penghuni kost yang lebih tepatnya pesta Caligula itu, aku jadi tak sabar ingin segera bergabung dalam pesta tersebut.
Mel, gapapa emang nyelonong masuk ke rumah orang gini? tanyaku
Kan gua udah bilang, disini lebih ke guess house, termasuk kita ini yang member orgy club.
Ohh gitu, ic...ic deh! kataku sambil terus mengagumi rumah mewah ini.
Terus, lu ajak gua ke sini mau apa emangnya Mel? tanyaku
Gua lagi pengen berenang ia melangkah ke belakang membuka sebuah pintu kaca yang lebar, di luar sana terdapat sebuah kolam renang yang berukuran sedang, suasananya begitu teduh dan nyaman dengan pemandangan sekitar yang indah.
Emang lu bawa baju renang Mel?
Ia tersenyum dan berkata, Baju renang? Siapa yang butuh? habis berkata ia mulai membuka celana panjangnya, kemudian kaosnya.
Saat itu jam setengah sepuluh pagi, baru bubaran kuliah pagi. Kami makan pagi sambil ngobrol mengenai orgy club dimana aku baru saja menjadi newbie-nya yang berkat rekomendasi dari temanku yang satu ini. Dan baru pada Indra lah aku curhat mengenai perasaanku terhadap Amel yang tiba-tiba saja timbul setelah aku ML dengannya dan ia mulai terbuka padaku. Aku tidak ingin langsung mengatakan ini cinta karena aku ingin lebih berhati-hati mengenai yang satu itu agar tidak sakit hati lagi setelah dikhianati mantanku.
Ya itulah aneh kan Dra, gua kayanya ada rasa ke dia tapi malah enjoy kalau liatin dia digituin sama orang lain, lagian dia itu kan lebih tua dari gua, gua pengennya yang lebih muda daridulu juga
Haiya masa soal itu aja dimasalahin kaya milih milih mobil, gini aja deh bro, mulai sekarang gua ga akan pernah nyentuh si Amel lagi sampe lu mutusin kalau lu emang ga pengen macarin dia
Pacarin? Wah gua belum kepikir kesitu sumpah, buru-buru mutusin pacarin malah bikin sakit ati kaya yang dulu-dulu.
Udah, nyantai aja mikirnya, jodoh gak jodoh udah ada yang atur, kalau lu mau minta pendapat cewek soal ini ke Kak Angel deh, dia itu cewek yang dewasa bukan cuma umur tapi juga pemikiran, dia paling enak buat teman curhat, percaya deh
Tiba-tiba BB Indra berbunyi dan ia mengangkatnya lalu berbicara selama beberapa saat, aku cuek meneruskan makanku sampai ia menyelesaikan bicaranya
Huh sialan, baru inget habis masa aktif! gerutu Indra ketika mengirim pesan yang gagal.
Mau pake yang gua dulu? tawarku
Ngga...ntar aja....eeehh hhmmm...Ric! tiba-tiba wajah Indra tersenyum penuh arti sambil memandang lurus ke belakangku
Apa? jawabku
Gua lagi butuh pulsa nih, mau ga kita taruhan kalau gua menang lu isiin mentari 100 buat gua, gimana? tantangnya.
Kalau lu ga menang gimana? tanyaku lagi
Ntar gua yang beliin pulsa buat lu kalau dah habis
Boleh...taruhan apa emang? Bola? aku menyeruput air mineralku.
Bukan...lu pasti seneng deh, tuh lu liat di sana, tuh dokter itu!
Aku menengok ke belakang mengikuti pandangan matanya, kulihat Dokter Lea, salah satu dokter klinik kampus dan juga salah satu dosen di fakultas kedokteran, baru saja menyelesaikan makannya dan hendak beranjak.
Dokter Lea, napa emang? Naksir lu?
Gini, kalau gua bisa ngentotin dia, gua menang, deal? katanya dengan suara dipelankan.
Aku menanggapinya dengan tertawa, aku pikir temanku ini tidak waras atau apa, ini kan namanya cari penyakit, dia kira ini di kost/klub apa? Bisa begituan seenaknya? Apalagi dengan dokter kampus, kena gampar saja masih untung, paling parah bisa-bisa di DO atau malah dituntut pelecehan seksual.
Hiihihi...Dra...Dra, otak lu korslet ya? Kelamaan di klub ditambah nyandu JAV sama hentai ya! tawaku
Sekarang lu ketawa, nanti kita liat hasilnya, gimana? Deal ga? tantangnya lagi.
Aku jadi penasaran juga nih, pakai cara apa dia kira-kira, Indra ini memang orangnya supel dan dengan lawan jenis gampang akrab, tapi kalau bisa merayu dokter kampus sampai mau diajak ML dalam sehari rasanya mission imposible. Maka kutepuk sambutan telapak tangannya pertanda menerima tantangannya, kan lumayan tuh dapet pulsa seratus ribu.
Oke deal ya...yuk sekarang ikut gua, dia pasti balik ke klinik, ayo mumpung hari Jumat lagi ga banyak orang. ajaknya.
Aku mengikuti Indra ke klinik kampus dekat fakultas kedokteran, suasana hari Jumat tampak lenggang seperti biasanya. Kamipun tiba di depan klinik itu, Indra mengetuk pintunya.
Masuk! sahut suara wanita dari dalam sana.
Ehh....kamu Ndra, ada perlu apa nih? tanyanya ramah, ia sedang membaca dokumen medis di mejanya.
Sebagai gambaran, Dokter Lea ini adalah seorang wanita 30 tahun dengan rambut pendek sebahu, wajahnya yang imut dan murah senyum membuatnya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya. Aku sendiri agak tidak percaya ketika belakangan mengetahui usianya. Aku sih hanya sekedar tahu saja tentang dirinya, memang banyak yang bilang ia adalah dokter cantik, tapi tidak sampai kenal karena aku tidak pernah sakit sampai harus ke klinik kampus.
Pagi Dok...mau medical check up nih! sapa Indra, ini teman saya Rico ia memperkenalkan diriku.
Rico aku menjabat tangannya yang halus lalu duduk di depan mejanya bersama Indra, ia tersenyum manis sekali.
Lagi ga sibuk kan Dok? tanya Indra
Gak kok, biasa hari gini emang sepi, yang mau medical check up kalian berdua nih?
Iyah Dok, saya aja dulu ya! kata Indra
Baik...yuk duduk di ranjang sana Dokter Lea menutup map-nya dan berjalan ke arah ranjang pasien di pojok.
Indra mengikuti dari belakang, aku jadi makin penasaran apa yang akan dilakukannya, masa dia mau senekad itu memperkosa Dokter Lea? Beberapa langkah dari ranjang pasien, tiba-tiba Indra menarik lengan Dokter Lea dan membalikkan tubuhnya menghadap dirinya lalu didekapnya erat. Mulut Indra langsung nyosor mencium bibirnya.
Ahhh...Dra! Kamu gila yah! serunya sambil memalingkan muka melepaskan diri dari mulut Indra yang mulai nakal dan sudah mulai menciumi lehernya.
Ah, dokter ini. Santai aja, dia member klub terbaru kok sahut Indra enteng dan dengan sigap ia menyingkap rok span hitam Dokter Lea hingga terpampanglah paha mulus dokter cantik itu.
Segera setelah itu Indra mencumbunya habis-habisan sehingga Dokter Lea terlihat mulai enjoy dan akhirnya dia berkata,Uhhh...dasar...bilang kek dari tadi, jadi ga usah jaim-jaiman! suaranya nampak letih namun disertai oleh desahan nafsu yang menggelora terlebih saat tangan Indra mulai mengelusi pahanya yang indah itu.
Indra mengacungkan jari tengah dan telujuk padaku di belakang punggung Dokter Lea, mataku memancarkan kemenangan tanpa melepaskan ciumannya terhadap Dokter Lea. Selanjutnya ia menunjuk ke arah pintu dan memutar telapak tangan, aku yang terpana segera ke arah pintu dan menguncinya. Dengan dada berdebar-debar, aku pun menghampiri mereka. Kupeluk tubuh langsing Dokter Lea dari belakang. Tanganku meraba dadanya yang berukuran sedang, kuremas lembut buah dadanya sehingga ia menggeliat.
Nah...kenalin Ric, Dokter Lea ini dulunya pernah ngekost di tempat kita, jadi dia ini alumni klub, jadi ga usah sungkan-sungkan sama beliau, ya ga Dok? kata Indra sambil meremas payudara Dokter Lea yang satunya.
Aahh...diem kamu Ndra, welcome to the club Ric, saya suka member baru, jadi ingin mengenal kamu lebih dalam Dokter Lea menengokkan wajahnya menghadap wajahku dekat sekali, suaranya jadi basah dan penuh gairah.
Lengannya merengkuh leherku dan telapak tangannya mendorong kepalaku ke arah wajahnya. Bibir kami pun bertemu dan berpagutan panas. Tanganku mulai menyingkap ke atas kaos dibalik jas dokternya sehingga bra kremnya terekspos.
Wow, sudah mahir yah kamu. Sudah pengalaman ya? guraunya setelah melepas ciuman sambil meraba selangkanganku, tangan lentiknya meremas penisku sehingga semakin menegang saja.
Belum Dok, baru pernah ML sama satu mantan sebelum gabung ke klub? jawabku mengendus leher jenjangnya, aroma parfum berkelas terasa dari tubuhnya.
Tapi begitu masuk langsung empat cewek dia sikat semua dalam sehari hehehe... timpal Indra yang tangannya tengah mengelusi selangkangan Dokter Lea dari luar celana dalamnya.
O ya....nafsu kamu gede juga ya! kata Dokter Lea tersenyum nakal padaku, yuk kita ke sana aja, capek dong berdiri terus gini! ia mengajak kami ke ranjang pasien saja agar nyaman.
Kini ia pun duduk di pinggir ranjang diapit olehku dan Indra di sebelah kanannya. Aku terus menciumi wajah, bibir dan leher Dokter Lea, sementara Indra sudah melucuti bra-nya hingga terpampanglah kini kedua payudaranya yang bulat sedang dengan puting berwarna coklat itu. Desahan Dokter Lea semakin liar ketika lidahku menggelitiki lehernya yang jenjang dan Indra bergantian melumat dan meremasi payudaranya. Bibirku kembali memagut bibirnya, lidah kami langsung terlibat saling jilat dan belit dengan panas sementara tangan kiriku meremas payudara kanannya. Ia mengerang tertahan di sela percumbuan kami ketika tangan kiriku turun ke bawah dan mengelus-elus paha dan selangkangannya. Tubuhnya semakin menggeliat tak menentu dan nafasnya terasa semakin memburu. Indra naik ke ranjang dan membuka celananya, ia menyandarkan bantal pada tembok agar nyaman berselonjor di ranjang pasien
Sepong dong Dok! pintanya memegang penisnya untuk dilayani Dokter Lea, ukuran penis Indra ternyata tidak jauh beda dengan punyaku, standar cowok Asia lah.
Dokter cantik itu membaringkan diri menyamping di antara paha Indra, lalu mencium kepala penis Indra, batangnya dan akhirnya memasuk-keluarkan penis itu ke dalam mulutnya. Tangan kirinya memegang batang penis temanku itu sambil bibir dan lidahnya terus melakukan aksinya. Secara alamiah, kedua tanganku bergerak melucuti rok spannya hingga lepas lalu disusul celana dalamnya. Kini ia telah telanjang bagian bawah, tinggal memakai atasan berupa kaos yang sudah tersingkap dan jas dokternya. Kuamati dengan nanar kewanitaan Dokter Lea, vaginanya ditumbuhi bulu yang tebal tapi teratur. Agaknya ia rajin merawatnya, sebab bulu-bulu itu dicukur rapi, belahannya nampak menggairahkan membuatku tak sabar untuk segera menikmatinya. Kuraba wilayah segitiga kenikmatan itu, jari-jariku mengusap-usap bibir vaginanya lalu kugerakkan keluar masuk ke belahannya.
Auuwww, aaahhh, enak Ric terusin ya! desis Dokter Lea sambil menggeliatkan pinggulnya dengan indah.
Setelah beberapa saat mencucuk-cucuk vaginanya dengan jari sampai wanita cantik itu menggeliat-geliat, kini aku mendekatkan wajahku ke selangkangannya dan lidahku kujulurkan ke belahannya yang telah becek.
Ooooohhhh ! desahnya sambil mempercepat gerakan mulutnya terhadap penis Indra.
Jariku membuka vaginanya hingga klitorisnya terlihat. Kuciumi biji kecil itu sambil sesekali melakuan gerakan menyedot. Bagian sensitif itu sudah tegang sebesar biji kacang hijau. Indah sekali bentuknya, apalagi ketika kukuakkan labianya bagian atas klitorisnya. Kedua labianya kupegang dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar lalu dengan lembut kujulurkan lidahku menusuk makin dalam ke vaginanya.
Aaaaaahhhhhh .Ric pinter juga ya kamu! Dokter Lea berusaha mengendalikan erangannya namun sesekali suaranya meninggi tanpa terkendali.
Aku melakukan gerakan mencium, menjilat, menusuk, menyedot secara bergantian, bahkan tak urung kuisap klitoris dan kedua labianya secara bergantian, hingga erangan dan rintihannya semakin keras.
Ahhh, yes...eeemmm! Indra yang sedang dioral penisnya juga meracau tak karuan.
Kepala Dokter Lea naik turun mengoral penis temanku. Tangan Indra tidak tinggal diam, ia meremas-remas payudara Dokter Lea dan memilin-milin putingnya.
Cairan kewanitaan Dokter Lea keluar semakin banyak saja. Kusedot dan kutelan cairan bening itu dengan nikmatnya, gurih rasanya. Tangan kanannya kini memegang belakang kepalaku dan menekankannya kuat-kuat ke selangkangannya sambil menggeliat-geliat seksi. Agaknya ia sudah orgasme. Kurasakan aliran cairan menyembur dari dalam vaginanya yang langsung kuseruput seluruhnya dengan bernafsu. Ia menolakkan kepalaku, mungkin merasa jengah karena kuisap seluruh cairannya, tanpa mau menyisakan sedikit pun. Aku tidak mengikuti perlakuannya, tapi terus menekan wajahku menjilati sisa cairan orgasmenya yang masih berleleran. Aku masih melumat vagina Dokter Lea ketika ia mengangkat wajahku lalu mencium bibirku.
Good start Ric, mantap! pujinya
Kulihat Indra terpengaruh atas orgasme Dokter Lea
Sekarang aja ya Dok, saya belum dapet nih! ajaknya
Aaahh...oke, tapi saya masih capek sih, jadi di bawah ya, Dokter Lea menelentangkan dirinya di ranjang tersebut setelah sebelumnya melepaskan jas dokter, kaos dan bra nya hingga bugil total.
Ric...tolong taro di kursi situ aja! pintanya padaku
Aku pun melakukan permintaannya, sekalian aku melepas celana dan celana dalam lalu kuletakkan di dekat pakaiannya. Setelah itu aku kembali ke ranjang tempat peraduan kami. Indra telah mengambil posisi di antara paha Dokter Lea dan menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina dokter cantik itu. Dokter Lea nampak naik lagi birahinya atas perlakuan Indra. Indra menekan penisnya hinggga melesak semakin dalam ke dalam vagina dokter itu. Dokter Lea sendiri menyambutnya dengan membuka lebar-lebar pahanya. Kedua kakinya dipentang dan dipegang oleh kedua tangan Indra. Dokter Lea lalu mengisyaratkan aku mendekatinya. Aku pun naik ke dadanya dan tangannya langsung meraih penisku.
Keras nih...kayanya ga bakal mengecewakan, hihi...! komentarnya.
Ga bakal Dok, jaminan mutu boleh dicoba! timpalku.
Emangnya baygon, jaminan mutu! ia mulai mengocok penisku pelan.
Sambil menyentuh penisku, perlahan-lahan ia dekatkan wajahnya ke arah pahaku dan menjilat kepala penisku.
Eeemmm...sedap Dok!! desahku nikmat.
Dokter Lea semakin liar bergerak menikmati tusukan penis Indra sambil melumat penisku. Kedua tanganku tidak mau tinggal diam dan meremas-remas kedua payudaranya dengan putingnya yang semakin mengeras itu. Genjotan penis Indra kulihat semakin kencang dan itu berpengaruh pada semakin kuatnya Dokter Lea menghisap penisku. Kurasakan kepala penisku menekan ujung tenggorokannya, tapi wanita ini tidak peduli, ia sepertinya sudah ahli soal beginian, air liurnya menetes di sela-sela bibirnya yang tak kenal lelah mengoral penisku. Bahkan ketika seluruh penisku ia telan, lidahnya mengait-ngait lubang kencingku, rasanya agak panas, tapi geli bercampur nikmat. Aku ikut merintih tanpa kusadari. Plok...plokkk...plok....suara penis Indra keluar masuk semakin cepat. Penisku disedot kuat-kuat oleh Dokter Lea sehingga tanganku pun makin gemas meremas payudaranya.
Ahhh, saya mau keluar Dok...yessshhh! erang Indra ngos-ngosan
Sama Dra...bareng ya? Oooohhhh, akkhhh enak gilaa... yang dalam... aaauhhggghhhhh!! rintih Dokter Lea semakin tinggi.
Desah orgasme Dokter Lea tak tertahankan ketika dengan hebatnya penis Indra menghunjam dengan cepat dan berhenti saat orgasmenya pun menjelang. Kedua pahanya menjepit pinggul temanku sementara mulutnya menelan penisku hingga ujungnya kurasakan menekan tekak tenggorokannya. Kuperhatikan tubuh wanita ini yang indah bergetar-getar beberapa saat. Aku menengok ke belakang, tubuh Indra pun menegang otot-ototnya sambil terus menusukkan penisnya lebih dalam. Aku turun melepaskan diri dari Dokter Lea agar ia lebih menikmati orgasmenya dengan utuh dan mengambil tempat duduk di pinggir ranjang. Indra menghempaskan tubuh di atas tubuh Dokter Lea, sementara kedua tangan wanita itu memeluk temanku. Kuamati mereka berpelukan sambil bertindihan menikmati gelombang orgasme yang makin menyurut.
Tak lama kemudian, Dokter Lea berkata dari balik himpitan tubuh Indra, Sekarang giliranmu ya Ric...yuk cepet mumpung masih jam jumatan nih, masih sepi!
Nggak apa-apa Dok, santai aja. Saya kan cuma nemenin Indra aja, aku berbasa-basi
Jangan gitu dong Dokter Lea menolakkan tubuh Indra dan turun dari ranjang lalu mendekatiku. kamu kan pendatang baru, masa saya belum memberi sambutan ke kamu ia cium bibirku lembut sambil melingkarkan kedua tangannya ke leherku.
Nah, sekarang kamu berbaring aja di ranjang suruhnya padaku, Dra kamu turun dulu, sempit ranjangnya tuh!
Indra hanya mengangguk dan turun dari ranjang yang sebenarnya hanya muat satu orang itu untuk membiarkanku naik
Giliranlu bro....enjoy! katanya menepuk lenganku ketika aku hendak membaringkan diri.
Dokter Lea naik ke atas penisku lalu ia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Rambut-rambut halus vaginanya memberikan nuansa romantis yang tak terlukiskan ketika bersentuhan dengan kepala penisku. Tubuh Dokter Lea benar-benar seindah pualam. Geliatnya begitu erotis, membuat pria manapun takkan mampu menguasai diri untuk tidak menyetubuhinya dalam keadaan begitu rupa.
Ayo Ric, ga usah malu-malu gitu, tiap member orgy club ga perlu sungkan soal ginian rayu Dokter Lea sambil mengelus rambutku, kuamati wajahnya dari dekat, benar-benar cantik, di balik wajah wanita berintelektual tinggi ini ternyata mengandung gairah yang tinggi, payudaranya bersentuhan dengan dadaku
Tanganku mengelus-elus lengan dan perutnya. Ia menarik pergelangan tanganku agar mengelus dan meremas payudaranya. Kini aku mulai beroperasi di bagian dadanya dan memainkan putingnya yang kembali mengeras akibat sentuhan jari-jariku. Kupilin-pilin putingnya dengan lembut dan kudekatkan mukaku ke payudaranya. Lidahku kujulurkan menjilati puting payudaranya memberinya sensasi geli, setelah itu kumasukkan putingnya ke dalam mulutku sambil melakukan gerakan menyedot.
Ooogghh, ya, yahh, gitu enak Ric! desisnya
Disemangati begitu, kedua payudaranya makin kuremas sambil terus mengisap, memilin, menyedot putingnya dengan gerakan bervariasi, kadang-kadang lembut, kadang ganas, hingga pemiliknya menggeliat-geliat nikmat. Kurasakan tangannya yang lembut meraih penisku dan menyentuhkan kepalanya pada bibir vaginanya. Ia menggelinjang-gelinjang antara geli dan nikmat.
Ooouggghh, kita mulai aja yahh! Udah ga tahan nih erangnya.
Aku mengiyakan saja mengikuti permintaannya, ia terus memainkan penisku menggesek klitorisnya hingga kurasakan semakin tegang ditekan oleh kepala penisku. Ia menurunkan tubuhnya setelah bibir vaginanya tepat pada kepala penisku
Eeemmmhh... lenguhnya merasakan penetrasi penisku pada vaginanya
Secara perlahan ia mulai menaik-turunkan pinggulnya menyambut masuknya penisku yang melesak makin ke dalam.
Indra memandang ke arahku sambil tersenyum. Kini ia berdiri di samping ranjang dan meraih payudara Dokter Lea dan mengenyotnya.
Aaaahhh erang Dokter Lea lagi, tangannya memeluk kepala Indra yang menyusu darinya.
Gerakannya menaik turunkan tubuh di atas penisku berlangsung dengan ritme pelan, tetapi kadang-kadang ia menyelinginya dengan gerakan cepat dan dalam. Rintihan nikmat terdengar dari mulutnya
Oohh...yahh...enak...isep Dra, isep yang kuat!
Pinggulnya sesekali berputar sehingga penisku seperti sedang mengaduk. Semakin lama gerakan pinggulnya makin tak menentu. Aku sendiri terkadang aktif menggerakkan pinggulku sehingga penisku semakin menghantam-hantam vaginanya. Seiring gerakanku makin bertenaga, desahannya pun makin kuat mengarah pada jeritan, namun ia masih berusaha meredamnya dengan menggigit bibir atau jarinya sendiri. Dengan beberapa kali hentakan ke atas kubuat tubuh Dokter Lea semakin bergetar, kurasa sebentar lagi ia segera menggapai puncak kenikmatan.
Ric, terusin .udah mau nih, ooohh! ia menggeram sambil menyentak-nyentakkan tubuhnya semakin cepat.
Jari-jari tangannya memeluk punggung Indra dengan erat. Dinding vaginanya semakin berdenyut-denyut memijati penisku, sentakannya kadang membuat buah pelirku ngilu tapi perasaan itu bercampur dengan kenikmatan luar biasa. Kurasakan guyuran cairan kewanitaannya membasahi penisku sedemikian rupa hingga tak kuasa kubendung luapan spermaku memasuki rongga vaginanya.
Dokter....!!! ngecrot nih! desahku sambil meremas payudaranya
Ia pun akhirnya ambruk menindihku setelah Indra melepaskan pelukannya. Kuciumi bibirnya rapat-rapat dan ia pun menyambut ciumanku. Kurasakan bibir kami berdua agak dingin, sebab aliran darah kami seakan-akan terdesak ke bagian bawah. Kedua belah pahanya menjepit kedua pahaku dengan kuatnya dan jepitan vaginanya seolah-olah ingin mematahkan batang penisku. Dinding vaginanya masih berdenyut-denyut memilin penisku.Beberapa kali aku mendorong tubuhnya tapi ia tak mengijinkan tubuhku meninggalkan tubuhnya.
Buru-buru amat? Peluk aku Ric...saya suka diberi kehangatan! katanya.
Mulutnya masih terus menciumi mulutku hingga bibir kami kembali berpagutan dan lidahnya masuk rongga mulutku menggapai langit-langit mulutku. Kulakukan hal yang sama bergantian dengannya. Cairan orgasme kami mengalir di selangkanganku, juga kuperhatikan membasahi wilayah kewanitaannya. Penisku menyusut setelah melakukan tugasnya dengan baik. Aku melepaskan diri dari pelukannya dan berbaring di sebelah sebelah kiri tubuhnya Sungguh sensasi yang terlukiskan nikmatnya. Lama kami berpelukan dalam posisi berdekapan. Elusan jari-jari Dokter Lea di tubuhku membuatku tak habis pikir, betapa dahsyat permainan wanita ini. Ia memiliki kekuatan melawan dua pria sekaligus.
Oh gitu...jadi akhir minggu ini kalian bakal party bulanan? Dokter Lea telah berbenah diri dan duduk di belakang meja kerjanya.
Iya Dok, kalau bisa dateng dong ya...sejak member setahun lalu baru pernah sekali ketemu dokter di party loh saya! kata Indra
Ya gimana ya...maaf sekali, bukannya ga kepingin, tapi tuntutan profesi, jadwal padat...yang kali ini juga gak bisa keliatannya, ada shift malam di rumah sakit ujar Dokter Lea tersenyum, tapi kalau kalian mau datang ke rumah sakit, welcome banget kok saya...jam malem gitu kadang enak ada yang nemenin lanjutnya.
Yah...pengennya sih dokter ke party, ya udah deh....oke kita cabut dulu ya dok! Tar lagi ada kuliah lagi pamit Indra setelah melihat jam tangan.
Yuk Dok, kita pamit dulu, sampai nanti ya! aku juga pamitan.
Oke bye-bye guys Dokter Lea bangkit dan mengantar kami ke pintu.
Wei...ngehe lo..*** bilang-bilang kalau Dokter Lea ex-member! aku menonjok pelan lengan Indra yang tertawa menang atas diriku.
Huehehehe...ya salah lu juga ga nyelidikin dulu malah langsung main ketawain gua katanya, terus gimana nih taruhannya Ric?
Oke...oke gua isiin pulsa lu nanti, lu emang partner in mupeng sejati hahaha.... aku merangkul pundaknya dan berjalan meninggalkan gedung itu.
Tidak apa deh membayarkan pulsa 100ribu untuk temanku ini juga, tidak ada artinya dibandingkan bisa mendapat pasangan seks baru, Dokter Lea yang cantik dan montok itu. Aku dan Indra sedikit berlari memasuki ruang kuliah karena kami sudah agak terlambat. Untunglah Bu Tri yang galak itu belum menutup pintu sehingga kami masih boleh masuk kelas. Satu setengah jam ke depan aku mengikuti kuliah ini seperti biasa. Seusai mata kuliah ini, Indra meninggalkanku karena ada urusan, sedangkan aku masih harus menunggu karena masih ada kuliah berikutnya satu setengah jam lagi. Aku bermaksud menunggu di perpustakaan sambil baca-baca, saat berjalan ke sana aku melewati taman kampus dan bertemu lagi dengan Dokter Lea. Ia sedang bersama seorang bocah laki-laki yang memakai baju seragam taman kanak-kanak yang letaknya tidak jauh dari kampus ini. Anak itu berlari-lari di dekatnya dengan membawa robot-robotan sambil disuapi oleh seorang baby sitter yang sibuk mengejar-ngejarnya.
Siang Dok! sapaku menghampirinya, ia juga membalas hai dengan senyuman, sama keponakan? Atau pasien?
Ooh bukan...anak jawabnya, Albert! Come here, say hello to uncle! panggilnya pada anak itu.
Hah! Anak!? aku tersentak dalam hati, tidak kusangka Dokter Lea ternyata sudah punya anak sebesar ini, padahal masih terlihat begitu muda dan ramping, selain itu rasa vaginanya juga masih seperti wanita yang belum pernah melahirkan, hampir tidak percaya aku dibuatnya.
Hi Albert...hello! aku mengulurkan tangan dan ia dengan malu-malu menjabat tanganku, kuperhatikan wajahnya memang ada kemiripan dengan ibunya, terutama mata dan hidung, wah...ternyata dokter satu ini memang MILF, yes...I like it!
Pake Inggris ya omongnya? tanyaku setelah anak itu kembali sibuk dengan mainannya.
Ya campur lah, kan sekolahnya pake Inggris pengantarnya jawab dokter cantik itu.
Eeemm...iya emang sekarang banyak sekolah yang standar internasional ya...
Kamu masih ada kuliah ya Ric? tanyanya
Iya bentar lagi Dok, kan sekarang lagi tunggu...kalau dokter, kapan pulangnya?
Sebentar lagi, makanya dia kesini jadi sekalian pulang abis ini
Dijemput sama papanya Dok?
Papanya... tiba-tiba air muka Dokter Lea berubah, nggak...saya single parent kok
Ups...maaf Dok aku merasa tidak enak karena sepertinya mengorek kehidupan pernikahannya yang kelihatannya tidak berjalan mulus.
Hihihi maaf apaan sih...kamu gak salah apa-apa kok maaf dia mulai tersenyum lagi.
Aku buru-buru mengalihkan topik pembicaraan, kami duduk di bangku batu dekat situ dan ngobrol. Dokter Lea ternyata teman ngobrol yang menyenangkan,sehingga kami cepat akrab seperti teman lama, padahal aku pada dasarnya bukan pria yang supel. Obrolan kami semakin seru, dia bercerita dan terus berkembang hingga tidak terasa setengah jam berlalu, Aroma tubuhnya harum membuat darah lelakiku bergolak keras apalagi mengingat kejadian tadi pagi bersamanya.
Eeehhmmm...Dok, omong-omong tadi pagi puas ga?aku beranikan diri aku mengajukan pertanyaan nakal dengan suara pelan
Dia terdiam beberapa saat dengan pandangan ke arah anaknya yang sedang bermain, wah...aku sudah berpikir jangan-jangan dia marah nih. Lalu dia menoleh ke arahku
Ric...saya sudah tampar kamu... ketika dia berkata begitu nafasku tertahan karena malu telah bertanya seperti itu, kalau kamu bukan anggota klub
Barulah aku lega mendengar kalimat lanjutannya itu.
Tapi saya kan udah anggota Dok, jadi gimana?
Hussshh....jangan omong macem-macem ah, disini ada anak saya tau
Kalau di ruang praktek boleh Dok?
Saya udah mau pulang Ric jawabnya enteng, tapi sebelumnya mau beres-beres dulu, kalau mau bantu saya yuk kita kesana
Saat itu Albert sudah menghabiskan makannya dan berlari ke arah mamanya dengan manja.
Albert, you play here for a while ok, mom will be back soon! kata Dokter Lea sambil berjongkok dan memegang kedua pundak buah hatinya itu, Sus, main-main aja deket sini, saya mau beres-beres dulu!
Iya Bu! sahut si babysitter, yuk sini Bert!
Yuk Ric...kita bicara di dalam aja! ajak Dokter Lea setelah mengecup pipi anaknya.
Albert bye-bye! kataku pada anak itu yang dibalas senyumannya.
Iblis dalam diriku juga berkata, Im going to fuck your Mom for a while Boy...hehehehe!
Aku mengikuti Dokter Lea yang sudah mendahuluiku di depan. Aku suka MILF satu ini, gaya pancingannya bener-bener cool.
Kunci pintunya perintahnya seraya berjalan ke arah jendela dan menutup tirai setengahnya.
Begitu berbalik badan setelah mengunci pintu, Dokter Lea langsung memelukku erat sekali.
Uuuffff...Dok
Tanpa banyak babibu lagi bibir kami langsung berpagutan. Lidahnya yang lincah dan ahli langsung menelusuri rongga-ronga mulutku. Tangannya turun ke bawah mengelusi selangkanganku yang sudah menggeliat dari balik celanaku. Kali ini ia menunjukkan sisi agresifnya dibanding ketika pertama bercinta beberapa jam yang lalu. Sambil masih berpelukan, aku menggeser tubuhnya menuju ke mejanya. Ia menaikkan pantatnya pada tepian meja, matanya menatapku tajam, menantang dan penuh nafsu. Aku tak tahan lagi, kusingkap kaos di balik jas dokternya hingga tampaklah kedua gumpalan daging kenyal putih yang seakan sesak tertutup bra krem. Gumpalan itu tampak lebih menonjol, karena posisi dadanya agak membusung. Kemudian kunaikkan juga kedua cup bra itu sehingga sepasang buah dadanya yang bulat, menonjol, kenyal, putih, bersih tampak seluruhnya di hadapanku. Sepasang putingnya telah mengeras. Tak ada yang bisa kuperbuat selain menyerbu sepasang gunung indah itu dengan mulutku.
Ooohhh...Ric! Dokter Lea merintih keenakan ketika kujilati dan kukenyot putingnya.
Aku sadar harus main quickie karena waktu tidak banyak, maka sambil mengeksplorasi payudaranya dengan mulutku, tanganku yang satu membuka celanaku dibantu tangannya. Ia sudah terlebih dahulu mengeluarkan penisku sebelum aku sempat menurunkan celana dalamku membuatku makin tegang aja. Lalu, dengan perlahan dia membantu menurunkan celana dalamku. Celana panjangku telah melorot jatuh ke lantai dan celana dalamku menyangkut di pahaku, penisku sudah mengacung tegak di depan Dokter Lea, ibu muda yang cantik dan sexy itu.
Kamu yang ajak, jadi awas kalau ga memuaskan ya! katanya sambil menatap penisku.
Beres Dok, dijamin! sahutku sambil menyingkap roknya dan menarik lepas celana dalamnya.
Celana dalam itu pun terlepas dan kuletakkan di meja itu. Dokter Lea membuka kakinya lebih lebar, klitnya pun semakin terlihat jelas, merah jambu dan berlendir, siap untuk ditusuk. Aku langsung menempatkan pinggulku di antara pahanya yang membuka dan kami berciuman lagi. Tangan kananku membimbing penisku mencari lubang sasarannya, akhirnya kepala penisku menempel pada bibir vaginanya yang basah dan mulai kutekan.
Uuuuuhhhhhh....eeemmmhhh! rintihnya, padahal baru kepala penisku saja yang masuk..
Ouufff ...pelan please! ia menahan dadaku ketika aku menekan lebih keras.
Oh...maaf Dok! Sori terlalu nafsu
Aku coba lebih lembut, menusuk pelan-pelan tapi pasti sampai akhirnya penisku tenggelam seluruhnya. Vaginanya memang sungguh sempit, gesekannya amat terasa di batang penisku.
Eeeehhmmm....enak Dok, sempit, padahal kan Dokter dah punya anak! kataku sambil menggenjot dengan tempo sedang.
Aaahh....aaahh...saya kan dulu sesar!
Oohh...pantes masih legit hehehehe....
Tempo genjotanku pun kunaikkan sampai mejanya berderit-derit setiap aku melakukan gerakan menusuk.
Uuuhh....Ric...kamu sadar siapa yang lagi kamu entot ini? Saya dokter kampus, ibu dari seorang anak! Ini hubungan terlarang...berani-beraninya kamu! katanya sambil menatapku dengan matanya yang sayu.
Tapi kan dokter anggota klub...jadi bebas dong ya ga? kataku sambil terus menggenjot vaginanya sampai ia tidak bisa menahan erangannya sehingga harus menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Aku menyingkirkan telapak tangannya dan memagut bibirnya sehingga erangannya teredam. Ketika kurasakan gelombang klimaks itu akan tiba, saatnya mempercepat pompaan. Penisku makin berdenyut-denyut siap memuntahkan sperma. Ketika hendak mencabut penis untuk dikeluarkan di luar guna menghindari kecelakaan sepasang kakinya menjepitku menahanku mencabut penisku, tangannya juga memelukku semakin erat saja. Karena memang aku tak mampu menahan lagi, kusemprotkan kuat-kuat spernaku ke dalam vaginanya, sambil mengejang dan melenguh. Dia juga mencapai orgasmenya tidak lama setelah aku sehingga kurasakan kehangatan di bawah sana, cairan orgame kami sudah pasti membasahi meja di bawahnya. Tak lama kemudian, tubuh kami melemas saling berpelukan. Kami dapat merasakan dengus nafas masing-masing yang ngos-ngosan.
Thanks ya Ric singkat tapi puas! kata Dokter Lea sambil membelai pipiku.
Oh masa?
Iya bener...kamu hebat mainnya
Ah...Dokter terlalu muji deh, saya biasa aja kok, malah masih kalah liar dibanding dokter
Kamu tau Ric, profesi saya menuntut kedisplinan dan ketelitian, ditambah peran sebagai single parent, itu semua gak mudah, stress udah hal biasa curhatnya sambil mengelus-elus dadaku, suami gak punya, pacar juga yah setidaknya belum dulu sampai sekarang ini, karena itu Ric, kalau lagi ada waktu senggang di luar itu saya sangat menikmati peran saya sebagai...wanita nakal...yah sangat nakal, dimana saya bisa mengekspresikan hasrat sebebas-bebasnya. Di klub inilah saya menemukan yang saya perlukan, bukan sekedar seks, tapi juga teman
Tiba-tiba terdengar suara pesan masuk, Dokter Lea mengambil BB dari kantong jas dokternya dan membaca pesan itu.
Sepertinya kita harus udahan dulu, kamu juga sebentar lagi kuliah kan? ia melepaskan diri dari dekapanku dan turun dari meja.
Wah mejanya jadi basah Dok! aku hendak mengambil tissue untuk membersihkan cairan hasil persetubuhan kami yang berleleran di tepi meja.
Gapapa Ric, tar saya bersihin, kamu mending cepet beres-beres biar gak telat! katanya sambil berbenah diri, ia mengambil celana dalamnya di atas meja dan memakainya kembali.
Lain kali kalau senggang kita bisa main lagi ok katanya tersenyum oh ya...saya pakai IUD, jadi feel free aja kalau kita ML
Oh gitu
Yup...satu anak aja udah cukup repot, jangan sampai tambah lagi, setidaknya belum dulu sampai saat ini katanya lagi, terus...ini kartu nama saya!" ia mengeluarkan kartu nama dari dompetnya dan menyodorkannya kepadaku.
Kuterima kartu nama itu. Tertulis nama lengkap beserta gelarnya, Dr. Lea Kumalasari Sp. PD-KGH, di bawahnya tertera rumah sakit tempatnya bekerja dan juga alamat rumah dan nomor HP.
Spesialis penyakit dalam...KGH nya apaan Dok?
Konsultan Ginjal Hipertensi jawabnya, O ya, salam buat anak-anak di kost ya!
Oke deh...dokter juga kapan-kapan main ke kost dong, ya...ya...!! godaku sambil memeluk tubuhnya.
Kamu ini, kan udah saya bilang jadwal saya padat, harus urus anak juga...tapi kalau ada waktu saya coba ke sana sekalian nostalgia! ia mendorong dadaku pelan dan berjalan ke arah pintu, O iya, Amel masih kost di situ kan Ric?
Amel...mata gede, rambut panjang sedada itu? aku mencoba memastikan.
Iya...dia kayanya angkatan kamu deh
Masih kok, angkatan atas saya itu sih Dok jawabku, emang ada apa sama dia Dok?
Ngga...cuma tanya, salam aja buat dia katanya
Ya udah deh, saya kuliah dulu ya Dok....dadah aku pamitan sambil mencium ringan bibirnya dan meninggalkan ruang klinik kampus dengan hati puas.
Sungguh hari yang menyenangkan, aku menuju ruang kuliah dengan hati puas. Beberapa orang sudah menunggu di kelas ketika aku tiba. Setelah menyapa beberapa orang aku mencari tempat duduk dekat jendela supaya dapat udara segar. Aku duduk lalu mengecek BB sambil menunggu si dosen datang.
Hai kayanya senang banget hari ini! sapa Amel yang tiba-tiba sudah di sebelah, ia menarik bangku kosong di sebelahku dan duduk di sana.
Hehe...gokil juga nih kataku lalu membacakan sebuah status lucu di facebook salah satu temanku.
Bukannya senang karena kenal sama dokter cantik? kata Amel lagi yang membuatku agak kaget, romantis banget di taman tadi, gua kira lu bapaknya anak itu lanjutnya dengan nada agak sinis seperti biasa.
Oohhh....itu hehehe...Dokter Lea, itu Indra yang ngenalin, gak nyangka dia anggota klub juga ternyata kataku, kita sempat threesome tadi pagi, si Indra tuh yang mulai aku memelankan suara.
Wow...jadi sudah sejauh itu, ckk....ckkk...ckk... ia geleng-geleng kepala.
Eh iya, Dokter Lea juga titip salam ke kamu Mel, kayanya kalian kenal deket ya?
O thanks, tapi gua tolak salamnya! katanya datar.
Hah...ada apa emang di antara kalian Mel? kayanya lu sinis banget nadanya daritadi, ooo...gua tau, lu cemburu ya hahaha...!
Ihhh...apaan sih lu, ngapain juga cemburu ke lu? wajahnya berubah masam, please jangan omong sembarangan yah!
Eh, sori bukan maksud gitu, emang ada apa sebenernya antara kalian?
Ini urusan pribadi gua, sori gua pindah ke belakang, temen-temen gua udah dateng, lalu ia berdiri meninggalkanku begitu saja.
Aku tiba-tiba jadi tidak enak melihat reaksinya, entah ada apa dengannya dan Dokter Lea, sepertinya ia tidak mau diajak bercanda soal ini. Tak lama kemudian dosen pun datang dan aku mengikuti kuliah seperti biasa, Amel tidak sedikitpun melihat ke arahku selama itu, nampaknya ia marah atau tersinggung padaku yang aku belum mengerti dimana salah kataku sampai dia begitu. Usai kuliah aku masih harus bertanya beberapa hal mengenai tugas pada dosen sementara Amel sudah keluar bareng teman-temannya sehingga aku pun kehilangan jejaknya. Setelah semua selesai, aku berjalan ke parkiran motor, hatiku sedikit galau, tidak enak pada Amel. Aku ingin segera pulang menemuinya di kost dan menjelaskan semuanya.
Ehhh! Mel! sapaku merasa senang melihatnya di tangga, tadi itu...sori...!
Udahlah gua bukan mau omongin itu, cuma mau tanya lu ada kegiatan lagi ga?
Ga, mau pulang ini, napa emang?
Bisa anter gua Ric, ikutin aja petunjuk gua, jangan tanya-tanya dulu
Emm...oke, boleh, yuk! aku agak heran juga dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah, tadi marah sekarang minta tolong.
Kami meluncur sampai ke sebuah daerah yang tidak terlalu jauh dari kampus, tapi aku baru pernah menginjakkan kaki ke sini, daerahnya agak menanjak, sepi, dan rumah-rumah di sana keren-keren.
Ini sih daerah elit! kataku dalam hati.
Kita kemana nih Mel? tanyaku penasaran.
Depan sana belok kanan katanya mengarahkan, sepanjang jalan ia tidak bicara apapun selain menunjukkan arah tujuan kami.
Itu Ric, yang tingkat dua itu, yang ada pohon cemara di depannya! katanya.
Akhirnya sampai juga kami di tujuan, sebuah rumah yang megah, letakknya lebih tinggi dibanding rumah lainnya. Amel turun dari motor dan memencet bel di sebelah gerbang.
Rumah siapa nih Mel? Sodara? Temen?
Ngga...ini rumahnya om Dedy, di sini kita biasa ngadain arisan bulanan Ric, nanti lu juga diajak kok ke sini, nah sekarang gua ajak liat-liat dulu
Oohh ya...wah baru tau gua Mel, bukannya setau gua mereka tinggalnya di kompleks deket kost kan?
Iya, yang satu ini juga, yang ini lebih berfungsinya ke arah guess house, kalau ada rekan bisnis atau famili mereka dateng biasa tempatin di sini sama ya itu you know lah...yang lain udah cerita kan, tapi kadang mereka tidur di sini juga kok jelasnya tersenyum tipis.
Aaah...Non Amel! Ayo Non masuk! sahut seorang pria setengah baya bertopi yang datang membukakan gerbang.
Aku pun memasukkan motorku ke pekarangan rumah itu.
Di sini gapapa Pak? tanyaku.
Iya gapapa situ aja jawab pria berpostur pendek tersebut.
Pak Iqbal...ini Rico, anggota baru...Ric ini Pak Iqbal, penjaga di sini Amel memperkenalkan kami setelah aku mematikan mesin dan turun dari motor.
Hehe...anggota baru yah Den pria itu mengulurkan tangan padaku yang kusambut jabat tangannya, kalau perlu apa-apa disini bilang Bapak aja yah! katanya ramah.
Pak, kita ke dalem dulu yah, ga ada siapa-siapa? tanya Amel.
Oh, silakan Non hehee..*** ada siapa-siapa kok hari ini
Yuk Ric! Amel lantas meraih lenganku dan menuntunku ke pintu depan sementara aku masih mengagumi pekarangannya yang indah dan tertata rapi itu.
Eeennnggg...Non! panggil Pak Iqbal, Amel pun membalik anu...kan udah lama tangannya tanpa malu-malu mengelus pantat Amel yang terbungkus celana jeansnya.
Amel melepaskan tanganku sejenak, lalu ia berpagutan bibir dengan pria itu dengan panasnya. Amel agar merendahkan tubuhnya karena ia lebih tinggi. Mereka beradu lidah di depanku tanpa risih, tangan pria tua itu menggerayangi payudara montok Amel dan pantatnya, adegan itu berlangsung sekitar 2-3menitan.
Eemmhh...udah dulu ya Pak Amel mendorong pelan pria itu ketika ia hendak menyingkap kaosnya, gak sekarang, oke katanya.
Hehe...iya deh Non, Bapak ngerti, eh sori Den Rico, kangen soalnya udah lama ga ketemu Non Amel kata pria itu cengengesan padaku, silakan masuk aja
Dasar...muka ramah tapi mesum juga nih si tua! omelku dalam hati, panas juga hatiku melihat adegan mereka tadi.
Mau minum apa Den? Non? tanyanya dengan tetap tersenyum
Teh dingin aja Pak, mau apa Ric?
Ehh...apa ya, air dingin aja deh Pak, lagi panas nih
Amel lalu mengajakku memasuki rumah itu. Betapa aku terkagum-kagum menyaksikan interior di dalamnya yang elegan itu. Sebuah piano di sudut, minibar lengkap dengan botol-botol minuman keras berkelas di lemari kacanya, beberapa patung bergaya Eropa maupun Oriental nampak di beberapa tempat memberi kesan eksotis. Di tengah ruangan terdapat satu set sofa lebar dan panjang serta televisi berlayar flat dan lebar dengan permadani berbulu di bawahnya. Wah...jadi disini biasanya diadakan arisan bulanan penghuni kost yang lebih tepatnya pesta Caligula itu, aku jadi tak sabar ingin segera bergabung dalam pesta tersebut.
Mel, gapapa emang nyelonong masuk ke rumah orang gini? tanyaku
Kan gua udah bilang, disini lebih ke guess house, termasuk kita ini yang member orgy club.
Ohh gitu, ic...ic deh! kataku sambil terus mengagumi rumah mewah ini.
Terus, lu ajak gua ke sini mau apa emangnya Mel? tanyaku
Gua lagi pengen berenang ia melangkah ke belakang membuka sebuah pintu kaca yang lebar, di luar sana terdapat sebuah kolam renang yang berukuran sedang, suasananya begitu teduh dan nyaman dengan pemandangan sekitar yang indah.
Emang lu bawa baju renang Mel?
Ia tersenyum dan berkata, Baju renang? Siapa yang butuh? habis berkata ia mulai membuka celana panjangnya, kemudian kaosnya.