Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Trilogi Dunia Lendir [repost]

Status
Please reply by conversation.

fajar_ghost

Suka Semprot
Daftar
27 Dec 2019
Post
12
Like diterima
123
Bimabet
Suhu geram26 kena banned oleh momod, mari kita kenang sejenak karyanya doi katanya pindah aja ke forum Wat. Ane sempat kasih dia cerita SSI akhwat bercadar dan doi sudah menyusunnya di part pertama.

Ane sudah mencoba memperbaiki part yang menimbulkan pelanggarannya, semoga editan ane bias di terima disni.

Beberapa cerita sudah Om Geram kasih ke ane, mungkin ane jadi kepanjangan tangannya disini. izin buka lapa ya om satpam dan momod.


Trilogi Dunia Lendir : Teman Tapi Bersetubuh Page 1 (realstory ane gan cukup banyak di bumbui oleh penulis)

Trilogi Dunia Lendir : Teh Rahmi Page 2

Trilogi Dunia Lendir : Soon
 
Terakhir diubah:
Teman Tapi Bersetubuh



Namaku Ilham, usiaku 29 tahun, mulanya aku lelaki baik baik, namun karena saat itu istriku sedang hamil aku jadi jarang bisa menyalurkan hasratku. Namun tanpa diduga, aku menangkap sinyal sinyal undangan intim dari tetanggaku, nama teh rahmi, usianya 10 tahun lebih tua dariku.





Singkat cerita aku bermain serong dengan teh rahmi, aku sangat menyukai pantat dan payudaranya yang bulat. Mungkin karena suaminya yang seorang pelaut membuat badannya jarang dijamah, dan membuat nafsunya sangat sulit aku kendalikan, dia tipe wanita yang tidak mau didikte dalam urusan ranjang, mungkin karena usianya yang lebih tua dariku.





Hal mesum yang paling menggairahkan bersamanya adalah ketika kami sedang hang out di mall, saat itu entah kenapa aku merasa sangat bernafsu padanya, akhirnya aku menariknya ke parkiran mobil di basement. Aku menggenjotnya di mobil, permainan kami sangat panas, penuh dengan caci maki, tapi aku sangat menikmatinya.





Namun hubungan kami setelah itu terpotong karena teh rahmi mengandung buah dari benih nafsuku, benih spermaku berhasil membuahi sel telurnya dan menjadi janin, setelah itu aku sudah tak bisa menjamahnya lagi, ditambah istriku juga sedang hamil aku jadi tak bisa menyalurkan hasrat, pernah aku menyewa pelacur mahasiswa berjilbab, namun rasanya kurang puas, kemauannya dibeli dengan uang, aku merasa itu kurang menantang, aku punya teman perempuan yang sangat baik, dia penghafal kitab suci, dia sering mengisi cermah di kantor, kami berteman sejak masuk kerja bersama, karena kami satu divisi kami semakin akrab, namun saat itu aku tak pernah terpikir bisa menjamah dirinya, penampilannya yang bercadar seakan memasang imej perempuan tidak bisa ditaklukan, dan lagi pula dia sudah menikah.





Setelah teh rahmi hamil, aku merasa tertantang bisa menaklukan hilda, aku memang belum pernah melihat wajahnya selama 5 tahun kerja di perusahaan itu, namun dari keningnya yang putih bersih, aku tahu dia memiliki paras yang cantik. Aku memang tertantang bisa mendapatkan tubuh hilda, namun itu hanya angan saja, aku tak memasang niat akan itu, namun hanya sesekali saja jika ada peluang kami bercanda aku suka menggodanya. Dia sering menanyakan solusi kerja padaku, aku sering membantunya, makanya kami akrab.





Saat itu aku masuk kantor telat 10 menit, aku langsung masuk ke kursi, kini aku jadi manager perbaikan, sehingga jabatanku kini sudah 1 tingkat lebih tinggi dari hilda, sehingga aku sering menyuruhnya ini dan itu, namun rasa hubungan kami tetap pertemanan, bukan bos dengan bawahan.





“pagi hil” sapaku





“ihhh telat memberi contoh yang gak baik”





“iya maaf, tadi ada tabrakan jadi macet”





“oalah”





Ruangan itu diisi 6 orang, 3 laki laki dan 3 perempuan, biasanya mereka pulang jam 4, namun aku sering lembur karena banyak yang harus aku periksa, pernah sekali aku meminta hilda menemaniku lembur, namun malah keterusan dia menemaniku, aku sering menyuruhnya pulang duluan, namun dia suka menolak.





Hari itu aku juga lembur, karena kinerja bagian perbaikan kurang memuaskan, aku mengatur strategi agar semuanya cepat selesai, memploting pekerja untuk melakukan perbaikan daerah tertentu, setelah itu aku rehat sejenak.





Aku lihat hilda duduk di mejanya sambil bermain hp. Aku mengambil kursi dan duduk di sisi mejanya.





“kamu kok diem aja hari ini? Gak dipuasin ya semalam?” entah kenapa aku berani melontarkan pertanyaan itu, padahal sebelumnya tidak pernah, mungkin karena pikiranku yang mumet dan ingin membicarakan sesuatu yang segar.





“enggak kok gapapa” jawabnya





“ada masalah?”





“enggak, biasa aja, mood aku lagi gak enak aja”





“oh pms”





“enggak”





“yaudah makan yuk”





“hem... berdua aja?” memang aku biasa mengajak teman seruanganku makan bersama, namun belum pernah berduan dengan dia, mungkin karena itu dia merasa canggung.





“kalo kamu mau, aku memet nih, dibuat duduk dikursi seharian gara gara kerjaan”





“tapi tempat rame ya” jawabnya





“iya iya ayo”





Aku segera mengambil jaketku dan kunci mobil, kami naik mobil dan sedikit berkeliling mencari rumah makan, akhirnya aku putuskan makan ramen.





“ramen mau?” tanyaku





“mau”





“okedeh, yu”





Kami keluar dan segera memilih kursi, entah kenapa sisa kursi untuk berdua saja, sehingga kami terlihat sebagai pasangan kekasih.





Singkat cerita pesanan kami sudah datang, aku melihat hilda sulit makan karena cadarnya, aku sengaja mengalihkan pandanganku agar dia merasa lebih nyaman. Setelah itu aku mengantarnya pulang, namun dia meminta diturunkan dekat gerbang saja, aku faham kalau dia tidak mau dilihat suaminya pulang diantar pria lain, mungkin dia tidak mau dianggap selingkuh.





Kemudian hari hari berlalu seperti biasa, aku ingat hari itu hari senin, aku lembur lagi.





“hil pulang aja duluan, aku kayaknya masih lama”





“gapapa ham, aku juga ada pekerjaan”





Aku memfokuskan diri menyelesaikan pekerjaanku, entah berapa lama setelah itu hilda menghampiri mejaku sambil menarik kursi.





“udah beres kerjaannya?” tanyaku





“udah, kamu?”





“dikit lagi”





“ham, aku mau tanya dong”





“apa?”





“ih kok malah kamu yang nanya”





Aku menaikan alisku sambil menatap matanya yang putih bening.





“kamu ngajak ribut ya?”





“tuh kan nanya lagi haha” dia tertawa





“iya silahkan”





“belakangan ini suamiku kurang respon dengan aku ham, kenapa ya?”





“selingkuh kali” aku asal jawab





Plak, dia memukul bahuku keras sekali.





“sakit nyet”





“lagian ditanya serius”





“yaudah gimana yaaa...” aku berpikir sambil menatap layar laptop





“kenapa? Mungkin kamu bisa tau dari perspektif laki laki”





“bentar dikit lagi” aku segera menyelesaikan pekerjaanku. Magrib berkumandang saat itu. Aku mulai berpikir apa yang bisa aku sampaikan padanya sambil sedikit mencari celah privasi.





Aku memutar kursi menghadap dia, entah kenapa dia tak segan jika berbicara dengabku berhadapan, padahal dulu ada karyawan yang mau SSI dia tapi gagal karena dia sangat pasang dinding tebal.





“cueknya cuek gimana?” aku bertanya





“ya gitu, kalo ditanya jawab ngasal, kadang diem aja sibuk sama leptopnya”





“faktornya mungkin banyak sih”





“misalnya?”





“kamu kurang perhatian sama dia”





“kurang perhatian gimana coba, kalo mau kerja bajunya aku setrika, aku siapin sampai kaos kakinya malah, sarapannya, bekelnya bla bla bla”





“bukan disana, mungkin di area lain, maksudkuu yaaaa itu lah kamu faham”





“enggak kok, aku layani dia kalo mau kapan aja, bahkan tengah malam lagi tidur pun aku paksain layani dia”





“aku tau”





“hah?”





“maaf nih tapi sedikit membuka privasi”





“iya”





“mungkin ini hanya asumsiku aja ya, apa pernah kamu menolak sesuatu yang dia mau”





“hemm kalo itu sih sering...”





“apa tuh?”





“ya itu sih susah di jelaskan” entah kenapa aku menangkap sesuatu dalam percakapan ini.





“kalo menurutku sih selama itu tidak bertentangan dengan kepercayaan kamu lakukan aja”





“gamau ah itu kan kotor eh...” dia menutup bibir dan segera memotong kalimat





“aku faham sekarang hahaha... kamu pasti nolak itu ya? Hahahah”





“apa ih sotoy”





“udah ngaku aja, kamu nolak lolipop kan?”





“lolipop apaan?” tanya dia





“masa gapaham sih, jilat banana?”





Dia menutup muka dan menunduk





“udah ah aku pulang”





“bentar dulu, ini serius loh...” aku menarik tangannya yang beranjak berdiri, dia duduk lagi sambil menunduk malu.





“gini loh hil dengerin dulu, maaf ya aku mau kasih saran, tapi gini aku sering saling curhat dengan temanku yang istrinya bercadar sama kayak kamu, dan ya mereka sangat faham dengan agama dan taat, namun mereka sering mengeluh kalo diatas ranjang mereka terlalu pasif, maaf ya aku sendiri sebagai lelaki suka meminta istriku lebih aktif dalam hubungan, dan kami baik baik saja, maksudnya dia jilat itu gak mati kok”





“jadi menurut kamu aku kurang aktif juga?”





“iya”





“aduh gimana ya ngomongnya, aku bingung”





“udah ngomong aja, aku jamin rahasia kamu”





“aku pernah beberapa kali melakukan itu, tapi perintaannya aneh aneh coba masa aku disuruh jilat itu sambil pake cadar coba”





“hem kamu merasa itu tidak normal mungkin ya, menurut aku sih kamu nurut aja sama dia selama gak melaupaui batas kewajaran seperti kamu dikasih ke orang lain gitu”





“hem iya iya faham”





“gini hil aku mau buka pikiran kamu, aku tahu manusia punya nafsu laki atau cewe juga, dan kalau sama istri atau suami kita mau disalurkan ke siapa lagi, nih daripada suami kamu selingkuh sewa cewe gak bener kan, mending kamu nurut aja, nanti pas pulang kamu kasih kejutan ke dia, langsung kamu jilat tuh, gak usah ngerasa jorok, itu punya kamu, kamu aku jamin gak akan keracunan kok, istri aku aja suka”





“ih apaan sih, udah ah, makasih, aku pulang duluan aja” dia berdiri dan segera pulang setelah mengambil tasnya.





Entah kenapa aku senang dia bisa bercerita kepadaku tentang hal itu, aku merasa aku punya celah agar bisa lebih dekat dengan dia, tinggal bersabar dan menunggu waktu yang tepat saja, pikirku.





Hari hari berlalu dengan cepat, pekerjaan yang banyak membuat aku melupakan masalah hilda, ditambah tugasku cek lapangan membuat aku jarang ada di kantor, dan aku juga jadi pembimbing lapangan anak anak magang dari kampus, lumayan kan bisa berinteraksi dengan dedek gemes, aku biasanya mengambil satu anak perempuan untuk aku bimbing di lapangan sekaligus jadi asisten, aku cari yang paling cantik, sisanya aku berikan pada hilda dan yang lainnya.





Dua minggu berlalu aku terbesit bagaimana perkembangan tentang hilda dan suaminya, aku sengaja lembur hari itu, jika aku lembur biasanya otomatis hilda ikut lembur, sehingga aku bisa berduaan dengan dia.





Setelah semuanya pulang, aku menarik kursi mendekat ke meja hilda.





“jadi gimana perkembangannya?”





“ya bagus, sekarang paling cuma sisa 1 atau 2 gangguan aja yang tertinggal”





“bukan itu, suami kamu masih cuek?”





“ooooh itu hahaha aku kira apa, baik kami baik baik saja hehe”





“saran aku bener kan?”





“dih mulai songong ya”





“berarti bener nih masalahnya itu?”





Dia mengangguk





“gimana ceritanya?”





“harus emang di ceritain?”





“harus lah, siapa tau ada masalah lain yang kamu lakukan haha”





“ih enggak”





“gimana awal mulanya”





“hem jadi sesuai saran kamu, tapi gak pulang kerja sih, abis isya gitu, kita abis dari masjid barengan, suamiku duduk di sofa sambil nonton bola, aku ganti baju pake yang candara, terus aku bikin kopi gitu, aku simpen depan dia, yaudah abis itu gitu”





Aku mengerti maksud dia walaupun tak menjelaskannya secara detail, aku berharap juga bisa menikmati bibirnya dengan pusaka warisan bapakku ini.





“suami suka?”





“suka banget, dia nanya kok aku jadi gitu, dia nanya nanya gitu, ya aku jawab ini kan mau dia yaudah aku layani mau dia apa”





“wah mesra yang sekarang”





“ya begitulah”





“kasih hadiah dong ke aku”





“hadiah apa?” tanya dia





Aku berdiri lalu menarik lagi kursiku ke meja, sambil berjalan ke mejaku aku berkata “lolipop” aku rasa dia faham maksudku.





Pletak, kepalaku ditimpuk dari belakang, sakit sekali, aku melihat ke lantai, ternyata aku ditimpuk menggunakan jetrekan kecil dari plastik.





“sakit nyet” aku sedikit membentak dia





“bodo amat”





Setelah itu percakapan kami jadi lebih cair mengenai topik seks dengan hilda, aku sering memberinya saran nakal, dia pun kadang melakukannya, aku pernah menyarankan bersenggama menggunakan mukena, pasti suaminya makin suka, dan ternyata benar, besoknya dia datang telat 1 jam, sorenya aku introgasi dia sampai mengaku kalau malamnya suaminya sangat bringas, sampai mereka main beberapa kali, bahkan mereka melakukannya lagi jam 4 pagi sehingga hilda telat bangun.





Aku merasa sudah waktunya aku membuka celah untuk masuk, aku mencari beberapa trik namun tak berhasil, pernah aku mencium dia ketika kami ngobrol, namun dia menolak dengan menutup mukanya.





Hingga aku mencoba bersabar, aku mulai dari hal kecil, aku mulai dengan memintanya memotong kuku tanganku, karena aku lelah habis cek lapangan tadi siang, dia pun tak menolak dan untuk pertama kalinya tangan kami saling bersentuhan saat itu, tangannya sangat lembut, membuat batangku dibawah tak tenang, dan badanku mulai hangat.





“tanganmu kok anget ham”





“iya, aku demam kali, ini rasanya lemes” padahal ini karena aku lagi sange, sehingga suhu tubuhku lebih hangat.





Setelah itu aku mencoba hal yang sudah aku simpan selam 5 tahun.





“hil, kita udah kenal 5 tahun loh, aku rasanya nyaman banget kenal ke kamu, pikiranmu bener beda dengan cewe yang lain, aku suka cara pikir kamu, hil aku tahu cara berpikir kamu, tapi gak pernah sekalipun aku tau wajah kamu, boleh gak aku liat?”





“hem... kamu mau liat wajah aku?”





“iya kalo boleh”





“hem... bentar aja tapi ya”





“iya iya” aku segera membenarkan posisi dudukku dan memandang wajahnya yang masih tertutup cadar.





Kedua tangannya masuk ke dalam jilbab lebarnya, dan melonggarkan ikatan cadar itu, lalu perlahan dia menarik cadar itu turun melewati bibirnya, dagunya dan terpampang wajah yang selama ini membuat aku penasaran.



“kamu cantik hil” mataku tak berkedip sampai beberapa detik kemudian dia menaikkan cadarnya lagi.





“makasih”





Setelah itu di pamit pulang. Aku senang sekali bisa melihat cantik wajahnya, sepanjang perjalanan aku masih terbayang senyumnya.





Setelah hari itu aku rutin seminggu sekali memintanya memotongkan kukuku, aku menawarkan memotongkan kukunya setelah itu, dan dia tidak menolak, saat itulah aku sangat senang, bisa memegang tangannya selama mungkin, aku memotong kukunya pelan pelan agar lama.





Sampai pada suatu hari dia bercerita suaminya sudah mendapatkan panggilan haji, padahal mereka daftar bersama, namun suaminya dapat panggilan duluan, sehingga dia ditinggal sendiri di tanah air.





Hari itu hari ke 11 suaminya melaksanakan haji, aku berpikir pastilah sepi 10 hari tanpa disentuh suaminya, disanalah aku mulai membuka celah, saat itu aku selesai memotong kuku jari tangan hilda, kemudian aku memijit mijit jarinya layaknya tukang urut pro, ternyata dia tak menolak, malah menyuruhku sedikit ke lengannya, aku mencoba melepaskan handshocknya, dia tidak menolak, pelan pelan dengan sabar aku mengurut tangannya, tanpa berpikir panjang aku merasa harus memberanikan diri. Aku mencium tangannya, tercium aroma tangan khas wanita, wangi sekali, dia menatap mataku namun tak menarik tangannya, aku merasa ini adalah kode hijau untukku.





Mulanya aku mencium tangan dan jarinya, lalu naik ke lengannya, aku menyingkap ke atas, disanalah aku melihat tangan putih mulih berambut merah yang cukup banyak, rumor mengatakan wanita yang berambut tangan banyak memiliki nafsu syahwat yang besar, dan kini aku menciumi tangan hilda, dia memejamkan matanya ketika aku melakukan itu, tipis terdengar desahan dari bibir di balik cadarnya.





“ehmmmmp.....”



Rambut merah di tangannya sangat banyak, aku sangat menyukainya, aku terus menciumi lengan hilda dengan lembut dan kuciumi setiap senti dari lengan itu.





“ehmmmmmppp... ahh... ahh” desahan hilda semakin keras suaranya.





Aku rasa ini waktunya kami melakukan lebih jauh. Aku tarik tangan hilda perlahan hingga dia berdiri, lalu aku menarik dia agar duduk dipangkuanku, kami hanya saling menatap satu sama lain tanpa banyak bicara, aku tatap dalam dalam bagian hitam matanya, cukup lama, sampai aku merasa dia mulai mendekatkan bibirnya ke arah wajahku, aku juga mendekatkan wajahku kepadanya, dan. TouchDown.





Bibir kami bertemu walau masih terhalang cadar hilda, perlahan aku mengangkat tanganku mendekati cadar hilda, setelah aku pegang ujungnya aku angkat ke atas perlahan, lalu cadar itu menutupi matanya. Aku memegang kepala hilda dan mendorongnya mendekat ke wajahku, dan cups......





Bibir kami betemu, awalnya hanya bibir saja, kurasakan bibi hilda basah, berarti tadi dia membasahi dengan lidahnya sebelum aku menarik cadarnya ke atas. Perlahan kami mulai melakukan FK, aku mulai mengeluarkan lidahku mengetuk bibir hilda, dia membukanya dengan sukarela, lidahku mencari lidahnya, bibirnya hangat sekali, masih kuingat hangat dan basahnya area bibir hilda, serta nafasnya yang hangat menerpa bibir atasku, nafasnya tidak teratur, mungkin dia merasakan adrenalin yang sama sepertiku.





Lama setelah itu lidah kamu sudah saling melilit, kami saling memejamkan mata saat berciuman, kadang aku membuka mata untuk merlihat ekspresi wajahnya, entah berapa lama, tapi aku sudah merasa pegal karena pahaku dia tindih, ternyata badannya berat juga, masih tanpa kata, aku mendorong dia berdiri, kemudian aku berdiri dan kembali mendorong badanya duduk di kursi, aku angkat gamisnya sampai paha, kemudian aku tarik celana innernya sampai lepas di lantai, sepatunya aku lepaskan juga, aku cium betisnya, lutut dan paha, dia tak memprotes apa yang aku lakukan, kemudian aku masukkan tangannku ke dalam sela pahahanya, tepat di kening vaginanya, terasa kain cd itu masih kering, lalu aku turunkan jariku ke bawah, disanalah mulai terasa basah licin.





Apalagi tepat diatas bibir vaginanya, sangat basah sekali, sepertinya dia sudah sangat horny, aku mulai mencari atas cd dia, lalu aku menariknya, kulihat hilda mengangkat pinggang seakan membantuku melepaskan cd itu. Aku senang sekali.





Lalu aku menarik pahanya sedikit ke depan, dan aku angkat pahanya sehingga dia mengangkang tertahan pegangan kursi, disanalah jelas terlihat vagina merah muda yang sedikit berambut, dan aku mulai mendekatkan bibirku ke bibir vaginanya. Hilda memegang kepalaku seakan menahanku agar tidak melakukannya, namun aku tak menggubris hadangannya.



Masih sangat kuingat aroma vagina sedikit bau asin hilda, ketika lidahku menyentuh area vaginanya dan bertemu dengan lendir vaginanya, aku dapat rasakan aro khas vagina perempuan, perlahan aku jilati sampai dia medesah.





“ehmmmppp aakkkhhh... ehmp ehmp...”





Kemudian yang terjadi adalah diriku yang merasa sangat kaget karena vagina betina muslimah ini sangat basah dan berlendir, bermili mili cairan putih keluar dari liang vaginanya, jariku membantu untuk mengeluarkan cairan itu, entah kenapa aku merasa semakin bernafsu kepadanya, aku terus menjilatinya sampai benar benar kursi kerjaku dibanjiri lendir vagina.






















Aku merasa sangat bernafsu sekarang, tanpa pikir lama aku membuka celanaku dan segera mengarahkan batangku ke bibir vaginanya, namun aku lihat dia menutupi vaginanya, kemudian aku menatap matanya, dia menggeleng sebagai tanda penolakan.





Nafsuku yang sudah memuncak terasa sangat kesal karena itu, namun setelah itu hilda berdiri dan mengarahkan badanku duduk, dia berlutut di depan kangkangan pahaku, perlahan dia memegang batangku dan memasukkannya ke dalam cadar, kurasakan lidah hangat nan basah menyentuh kepala pusaka hidupku, aku memejamkan mata menikmatinya.





Entah kenapa aku merasa ingin melihat bagaimana bibir betina muslimah ini menjilati batangku, kemudian aku angkat cadarnya sehingga menutupi matanya, jelaslah terlihat bagaimana mulutnya maju mundur dan membasahi batang pusakaku dengan basah, dia lalu meludahi batangku dan mengocoknya perlahan.






Cukup lama dia mengocok, kocokannya nikmat sekali sampai aku merasa puncak kenikmatan akan tiba. Aku pegang kepalanya, lalu aku dorong batangku masuk ke mulutnya, lalu aku lepaskan spermaku ke dalam mulut muslimah yang sering memberi ceramah di kantorku itu, beberapa tetes keluar dari mulutnya dan jatuh ke jilbab lebarnya, puas sekali rasanya aku bisa merasakan mulutnya yang hangat, setelah merasa orgasmeku usai, aku menarik batangku, aku lihat tak ada lagi cairan sperma keluar dari mulutnya, aku berpikir dia menelan spermaku.





Setelah itu aku mengelap batangku yang basah dengan cadarnya, lalu aku memakai celana kembali dan aku pakaikan dia kembali celanya. Aku pegang tangannya saat kami keluar dari kantor, diperjalanan dalam mobil tak keluar sepatah katapun, aku antar dia sampai ke depan rumah karena suaminya sedang tak ada.





Dalam perjalanan pulang aku senyum senyum sendiri mengingat yang terjadi sore tadi, satu lagi tantangan muslimah sudah bisa aku lakukan, langkah selanjutnya hanya harus lebih bersabar.





Namun sayang sekali, seminggu selanjutnya aku diberi tugas dari pusat untuk mengontrol pembangunan pelayanan baru, otomatis aku tak bisa menjalankan misiku selanjutnya pada hilda. Aku takut tugas ini ngaret sehingga aku fokus mengerjakan yang harus kulakukan, jika terlalu lama aku khawatir keburu suami hilda pulang haji, jadi nafsu hilda tersalurkan ke lelaki lain.





Namun sepertinya dewi keberuntungan bersamaku minggu selanjutnya, tepat di akhir pekan aku pulang, padahal aku belum pernah berbicara lagi dengan hilda setelah kejadian mesum terakhir, membuat pertemuan itu lebih canggung.





Hari itu aku tidak ada pekerjaan, tapi tetap harus ke kantor, aku lihat hilda di mejanya dan teman teman yang lain fokus mengerjakan tugas.





Aku memberanikan diri menghampirnya setelah tengah hari, aku berdiri di depan mejanya, kebetulan teman yang lain sedang keluar makan siang. Mata kami saling bertatapan, seakan dia menanyakan kepadaku ada apa.





“kerjaan kamu banyak gak?” tanyaku





“gak terlalu sih”





“ikut aku yuk, ada daerah yang harus di survey, kebetulan anak magang lagi gak ada, aku perlu asisten”





Karena ini urusan kerja dan secara pangkat aku lebih tinggi jabatan dari pada hilda, dia tak menolak.





Kami mengecek area di sebuah tempat padat tempat perbelanjaan, aku rasa semuanya oke, aku minta hilda memotret aku sedang melakukan beberapa survey sebagai bukti ke pusat kalau aku bekerja.





Setelah itu pekerjaan kami beres, aku tidak bilang ke hilda setelah itu kami pulang, justru aku mengajaknya ke tempat wisata pelatihan berkuda, ternyata dia senang sekali, aku sangat senang membawa dia ke tempat yang tepat, kami berdua berkuda mengelilingi tempat itu, aku sewa selama 2 jam, aku ingin memastikan kalau hilda puas berkuda hari itu.





Setelah usai dia minta aku memotret dirinya dengan kuda yang tadi dia tunggangi.



Mungkin dia ingin kontol kuda aku pikir.





Setelah itu aku mengajaknya makan dan sedikit berkeliling di toko pernak pernik, dia membeli beberapa cindramata yang dia sukai. Aku hanya mengikutinya dari belakang, ini kuncinya menaklukan wanita, membawanya ke mall dan membiarkan dia berkeliaran semaunya, aku lihat dia memilih beberapa baju, aku sengaja membayarkan baju itu agar dia merasa berhutang padaku.





Kami jalan jalan sampai malam, dia terlihat senang sekali, dalam perjalanan pulang tangan kami saling berpegangan, aku rasa inilah waktunya eksekusi menu utama.





Kami sampai di rumahnya sudah lumayan gelap.





“boleh aku mampir?” tanyaku





“hemm... bo... boleh”





“okey”





Aku tahu dia hanya sendiri tanpa suaminya. Kemudian aku masuk dan duduk di ruang tamu, dia menyuguhkanku minum segar, air jeruk.





Terlihat dia menunduk kikuk, aku tahu dia merasa canggung, apalagi seorang lelaki yang bukan muhrimnya kini sedang duduk disampingnya ketika suaminya tak ada.





Aku mulai dengan menarik nafas panjang, kemudia berdiri dan duduk disampingnya, dia menatap ke wajahku, aku pegang tangannya, tangannya hangat sekali, lalu aku dekatkan bibirku ke wajahnya, matanya terpejam ketika aku menaikkan cadarnya ke atas, lalu kami berciuman, diawali dengan sentuhan pelan, lalu kami mulai bersilat lidah, ciuman kami semakin panas, tanganku kini masuk ke jilbabnya dan mencari cari menemukan payudaranya.





Setelah menemukan gundukan lemak lembut itu aku mengeluarkannya agar dapat nampak oleh mataku, dapat kurasakan kulitnya yang lembut dan sedikit basah karena keringat, jariku menyentuh putingnya yang sudah mengeras, badannya bergerak ketika aku sentuh puting susunya, aku tahu dia merasakan geli dan aku terus memintilnya, membuat dia meliuk liuk kiri dan kanan.



Desahan lembutnya membuatku semakin bernafsu kepadanya, lalu aku baringkan dia dan aku angkat gamisnya sampai paha, aku tarik celana inner dan cdnya bersamaan, maka langsung terpampang vagina muslimah itu, aku kangkangkan kakinya ke senderan sofa, langsung aku jilati vagina basah itu, badannya meliak liuk dan wesssssssssssssssh, dia pipis membasahi sofa di rumahnya.











Dapat kurasakan air pipisnya yang terasa asin, baru kali ini aku menicicipi rasa air pipis wanita dan langsung dari sumbernya, hangat.





Setelah itu dia bangun, lalu tangannya mendorongku rebahan, perlahan dia mencari ikat pinggangku dan melepaskannya, lalu menurunkan celana bahanku dan menaruhnya di lantai, kemudian dia menarik celana dalamku lalu menaruhnya diatas meja setelah dia mencium aromanya, tangan lembutnya perlahan membelai pusaka warisan bapakku.



Sejujurnya hari itu aku pikir aku yang akan sedikit memaksa dia untuk melakukan hubungan intim kalau dia menolak, namun aku salah total, dia menghentikan jilatannya dan bangun bediri, dia menarik batangku untuk berdiri, karena tarikannya sakit terpaksa aku ikut berdiri dan dia menuntunku ke suatu tempat, kurasa dia akan mengajakku ke kamarnya.





Aku hanya mengikuti dia dari belakang, selama kami berjalan aku hanya fokus memperhatikan pantatnya dari belakang, perlahan hilda membuka pintu, kami masuk ke ruangan yang gelap, hilda memencet tombol saklar lampu, lampu kamar itu merah redup, ternyata mereka sangat romantis, memasang lampu romansa yang membuat peraduan semakin sendu dan dalam.





Dia mendudukkanku di karur empuk, dia berlutut di depan batangku dan memasukkan batangku ke dalam cadarnya, melanjutkan sepongan yang tadi, mataku merem melek menikmati lidahnya yang hangat dan basah.





Kali ini aku sudah tak tahan menunda nafsuku, sudah sejak pagi aku ingin menjamah badan muslimah ini, aku menarik dia berdiri di samping ranjang itu, lalu mata kami saling bertemu, aku yang sudah tak memakai pakaian bawah memamerkan batangku yang tegang dan masih hilda pegang, perlahan aku melepaskan cadar hilda, lalu aku peluk dia, terasa batangku menabrak depan perutnya, aku hendak mencium bibir merahnya kala itu, namun beberapa mili sebelum bibir kami bertemu, tangan hilda menahan bibirku.











Dia keluar kamar, entah kemana, kukira dia ingin pipis atau haus, aku menunggunya sambil duduk di pinggiran kasur, beberapa saat kemudian dia kembali masuk kamar, dia berdiri di depanku, kemudian dia mengotak ngatik ponselku, memang ponselku tidak dikunci jadi dia dengan mudah bisa membukanya, setelah itu dia memberikan ponsel itu padaku, terlihat ponselku sedang memanggil nomor dengan nama kontak “my wife” aku mengerti maksudnya, aku langsung mendekatkan ponsel itu ke kuping kananku.





“hallo assalamualaikum kak”





“waalaikumussalam dek, lagi apa?”





“tiduran”





“aul udah bobo?”





“dia lagi maen sama bonekanya, kenapa kak”





“kakak gabisa pulang malam ini, pusat minta gangguan masal segera di bereskan, jadi mas harus begadang disini sama temen temen”





“iiih padahal adek udah masak”





“gapapa, nanti kalo keburu kakak pulang malam, kalo enggak paling pagi, ade bobo duluan aja”





“iya kak, jangan nakal ya disana!”





“iya pasti, adek juga, debaynya harus sehat ya”





“iya kak, love you”





“love you too”





Aku menyimpan ponsel di meja rias setelah menelpon istriku, aku tarik hilda ke pangkuanku, dia langsung mencium bibirku dengan lembut, aku pun membalas lidahnya yang mulai masuk ke dalam bibirku.





Aku sangat ingin menelanjangin dia, aku buka satu persatu pakaiannya, aku mulai dari jilbabnya dulu, dia tak menolak sedikitpun, lalu aku melepaskan ciputnya, aku lempar pakaian dia ke arah sesuka tanganku, lalu aku angkat kamisnya ke atas, sampai lepas dari tubuhnya, tinggallah sisa branya saja, aku pun melepaskan bra itu dan melemparkannya, hildapun melepaskan kemejaku dan melemparnya.





Dia duduk dipangkuanku, batangku yang sudah sangat ingin kehangatan lendir, masih dia duduki dibawah pantatnya.





“kamu tahu? Aku sudah mencintaimu sejak lama” hilda mengatakan itu sambil matanya menatap mataku, aku sangat kaget dia mengatakan itu.





“kamu bercanda kan?” tanyaku, sambil membelai rambutnya yang panjang sampai pinggang.





“tidak, kamu tau? Hatiku hancur ketika kamu memberikanku undangan itu, aku sangat menyesal tidak bisa mengatakan perasaanku padamu”





“kenapa kamu tidak bilang sebelum aku menikah?”





“aku tak mau merusak rencana manismu, aku hanya bisa memendam rasaku padamu, sampai aku memutuskan untuk menerima lamaran suamiku waktu itu, karena harapanku padamu sudah tak bisa aku andalkan”





“tak apa, aku sudah tahu sekarang” aku memeluk dia





“sudah terlambat ham, kita sudah menjadi milik orang lain masing masing”





“hil, kamu tidak menyadari posisi kita saat ini? Andai kamu tahu aku sudah jatuh cinta padamu sejak kita bertemu, namun aku merasa tak pantas bersanding denganmu, aku lelaki bodoh yang tak tahu apa apa, aku merasa kamu pantas mendapat lelaki yang lebih sholeh”





“kamu bodoh” dia memeluk leherku, dapat aku rasakan payudara kerasnya menyentuh dadaku, dia memelukku erat, kurasakan air matanya jatuh pada bahuku.





Aku ingin menghapus air matanya, namun ketika aku mencoba mendorong dadanya dia memelukku erat sekali, seakan tak mau aku melihat matanya menjatuhkan air mata.





Namun saat itu situasi sudah jauh, kami sudah saling telanjang bulat, akhirnya aku memutuskan mengangkat badannya sedikit sehingga batang uratku bisa naik, aku mencarikan liang vagina hilda yang basah, karena posisi dia duduk diatas pahaku, otomatis batangku langsung masuk dalam vagina hilda untuk pertama kali, rasanya hangat dan sempit sekali.





“aaaah...”





“sudah hil, sekarang kita masih bisa berteman, kamu teman paling baik selama hidupku, kau tau selama lima tahun kaita saling membatu satu sama lain”





“teman katamu, teman berzinah?”





“aku sudah menunggu ini, lama sekali, kamu mau menghentikannya, kalo kamu keberatan aku akan pulang”





Namun dia tak melepaskan pelukan ke leherku, justru perlahan dia menaik turunkan badannya sehingga alat kelamin kami melakukan perkawinan lendir hangat.





“hil, aku bahagia sekali, lendir memek kamu sekarang membasahi kontolku”





“kamu brengsek ham, zina saja kamu sepuitis itu”





“jangan tolak nafsu itu hil, kamu akan menyesal kalau menolaknya, biarkan kita saling melepaskan nafsu malam ini, semua akan aman jika kita bisa saling menjaga”





“sudahlah jangan banyak bicara, aku sedang berusaha menikmati punyamu” dia menaik turunkan badannya perlahan.





“enakkah?”





“rasanya penuh sekali”





“berarti punyaku lebih besar dari punya suamimu”





“hmmm akhhh” aku menikmatinya juga sambil meremas pantatnya yang bulat.





“akhh... emmmph... nikmat banget ham, keras banget”





“apanya yang enak hil?”





“punya kamu ham aakhh... aaaakh... emmmph...”





“sebutin nama aslinya hil, biar aku makin nafsu sama kamu...”





“kontol ham kontol kamu... aaaakh... emmmmmph... akh...”





“sebutin kontol 100 kali hil”





“biar apa ham? Emmppph...”





“biar aku crot...”





Tiba tiba dia mengentikan gerakan naik turnnnya, kami lalu saling menatap mata.





“ka... ka... kamu... mau keluarin di dalam ham?” dia menatapku serius





“memang kenapa hil?”





“aa... aaku hanya takut hamil, apalagi ini tengah bulan dari masa haidku”





“aku justru ingin punya anak bersamamu hil”





“tapi kalo suamiku tau bahaya ham”





“bukan bahaya lagi, tamat riwayat kamu itu mah, dengar hil, semuanya akan baik baik saja selama kita bisa menurupnya rapat”





“sebenarnya, aku ingin hamil, tapi suamiku gamau ke dokter promil karena dia bilang kalo aku mandul”





“yaudah gapapa, mari kita caritahu”





“yaudah... tapi aku mau dibawah aja ham”





“oke”





Aku membaringkan dia di kasur empuk itu, aku segera mengatur posisi, tanpa aku minta hilda mengangkangkan paha mulusnya, terlihar jelas ada gumpalan lendir putih di sekitar bibi vaginanya, aku mendekat padanya, aku lalu menindihnya perlahan, mata kami saling bertatapan dan kemudian dia tersenyum padaku. Batang uratku mencari cari lubah surgawi hilda, sampai kepala batangku menemukan pintu masuk lubang itu, aku sudah siap mendorongnya masuk ke dalam.





“ham aku... aku... aku sayang kamu ham” dia mengatakan itu dengan menatap mataku dalam, aku rasa dia sangat tulus mengatakannya.





Aku merasa sangat tersentuh mendengar kata hatinya yang terlihat sangat tulus, aku pegangin kepalanya, lalu aku cium keningnya cukup lama.





“andai kamu tahu dari dulu aku begitu sayang padamu hil” tak terasa mataku berkaca kaca sehingga air mataku jatuh ke pipi hilda, dia mengusap mataku sambil tersenyum.





“katanya air mata lelaki itu sangat jujur” dia mengatakan itu seakan faham ketulusan sayangku padanya.





“boleh aku menghamilimu hil?”





“jangan sungkan, keluarkan semua spermamu di dalam diriku ham”





“terima kasih”





“aaaaakh emmmmphhh” dia mendesah ketika aku perlahan menusukkan batang uratku.





“enak hil?”





“enak banget ham kontol kamu”





“akh memek kamu nikmat juga sayang”





“aaaah aaaakh emmmph... akh... kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kontol kon...”





Aku menyumbat mulutnya sebelum dia mengucapkan kata terkahir dengan bibirku, aku mendayung kenikmatan kenikmatan memeknya semakin cepat, bibir kami juga bersilat lidah dan ludah, oh tuhan nikmat sekali.





“hil, aku mau dapat”





“bareng sayang” dia sudah berani memanggilku sayang.





“aaaaaaakhhhhhhhh... emmmmmph.... aku keluar hildaaaaaaaaaaaa...” aku mendorong pinggangku sejauh mungkin sehingga batang uratku bisa masuk ke pintu rahim hilda.





“akhhhh.... heeuuuuk....” aku lihat hilda seperti sesak nafas lalu badannya bergetar beberapa kali, aku dapat rasakan dinding vagina hilda menjepit batangku ketika aku memuntahkan jutaan sel sperma di pintu rahim dia.





Kami saling mengerang kenikmatan, namun setelah itu kami sangat lemas karena sejak siang mengeluarkan energi cukup banyak, aku terkapar disamping hilda yang masih mengatur nafas.





Aku merasa masih belum puas, lalu aku dorong badan hilda agar menyamping, aku masukkan lagi batangku melewati pantatnya yang bulat, aku dayung lagi kenikmatan di memek dia, namun karena aku terlalu lelah tanpa sadar aku tertidur dengan posisi itu.



Aku terbangun karena merasakan sentuhan di area selanganku, kulihat di jendela matahari sudah tinggi, kepala hilda bersender di bahu kananku sambil tangan kanan dia memainkan batangku.





“andai aku menikah denganmu, aku pasti bahagia bisa menikmati kontol kamu setiap hari”





“sekarang kamu bisa hil”





“tapi kita berzina ham”





“tapi aku minikmatinya, kamu?”





“hem, aku lemas sekali semalam, pertama kalinya aku langsung tidur karena menikmati namanya orgasme”





“nikmat?”





“sangat”





“kalo kamu hamil dan misalnya kalian ada masalah dan bercerai aku siap menikah denganmu”





“sungguh?” dia betanya sambil tersenyum.





“sungguh” aku menatapnya sambil membelai rambut panjangnya.





“terima kasih, tapi sekarang aku sudah merasa cukup bahagia”





“hem... boleh aku minta lagi jika aku mau nanti?”





“hem... gimana ya?”





“boleh aja”





“asal kamu pastikan semuanya aman saja”





“oke”





“ham, aku mau lagi”





“mau apa?”





“main”





“main apa yang jelas”





“ini” dia memegang batangku





“pake kalimat mesum dong”





“nge.. ngen... ah gamau haha”





“ayo bilangin!” aku mencubit hidungnya





“ayo ngentot”





“apa sekali lagi”





“ayo ngentoooooooooooot”





“lolipop dulu dong”





Hilda dengan tingkanya yang lemah lembut selama lima tahun ini, seakan hancur di benakku setelah dia dengan telanjang bulat menjilati batangku dengan rakus.





Aku sebenarnya tak mau banyak foreplay, aku segera menunggingkan hilda, aku sentuh vaginanya masih kering.





“ludahin tangan aku hil”





“cuh cuh”





“yang banyak”





“cuh”





“cuh” aku juga meludahinya, setelah itu aku pakai ludah itu membasahi vagina hilda yang kering.





Setelah itu aku masukkan batang uratku perlahan.





“aakhhhh... pelan ham”





“iya ini pelan sayang”





“aakh akh akh emmmmph”





“udah enakan sayang?”





“udah sayang”





“aakh kontoooooool aaaaakh akh enak kontol ngaceng”





“hus jaga bahasa kamu sayang, kamu ustazah”





“bodo amat, kontoooooool akkkhhhh...”





“memeeeeek”





“kontooooool”





“memek”





“kontol”





“memek”





“kontol ngaceng”





“memek ustazah”





“kontol ngaceng”





“memek ustazah”





“kontol ngaceng”





“memek ustazah”





“brengsek kamu ham enaaaak aaakh”





“kamu ustazah nakal hil, suami berangkat haji kamu kasih memek kamu ke orang lain”





“bodo aaakh, kontol suamiku gak seenak kontol kamu haam aakh..”





“kamu ini ustazah atau pelacur hil?”





“aku akan jadi pelacur kalo kamu mau ham”





“dasar kamu perempuan memek basah”





“akh emmmph kamu brengsek ham, istri kamu hamil kamu malah mainin memek ustazah”





“akh bodo memek ustazah ini nikmat banget...”





“makasih sayang”





“sama sama”





“hamili aku sayang, semprot aku dengan sperma kamu”





“pasti sayang, akan aku tusukkan dalam dalam kalo aku muncrat nanti”





“akh akh akh... gagahi aku ham... aku sayang kamu”





“aakh... iya sayang aku juga sayang kamuuuu”





“akh emmmmph.... ayo sayang lebih cepat”





“iya nih”





Aku tarik rambut panjang hilda sehingga seakan aku sedang menunggangi kuda.





“akh ilham sayang enak benget”





“aku mau cot sayang”





“crot di dalam ham... jangan dibuang... mubazir”





“aaaakkkkhhhhhhh......”





Crooooooooooooot croooot croooot croooooot





Aku istirahat sebentar itu sebentar sebelum memuaskan hilda, setelah itu aku genjot lagi hilda sampai dia minta ampun padaku setelah dia orgasme 3 kali, kami merasa lemas untuk bangun sehingga tidur sampai siang.





Hari hari berlalu, sering kamu saling memuaskan nafsu, kami tak pernah main di hotel karena takut kena razia, akhirnya aku dan hilda patungan beli rumah kecil di pinggiran kota, harganya cukup miring karena bekas, namun masih layak untuk ditinggali, ya gaji kami memang cukup membeli rumah itu dalam beberapa bulan, apalagi suami hilda juga bekerja sehingga semua gaji hilda masuk sakunya.





Kami melakukan hubungan gelap hampir 3 bulan, sampai suatu pagi hilda muntah di kantor, aku yang khawatir langsung membawanya ke dokter, kami sangat bahagia setelah mendapat diagnosa kehamilan dari dokter.





Setelah kehamilan hilda pun aku masih memintanya melayangi nafsu seksku, dia tak keberatan dengan itu, bahkan kadang dia yang meminta aku memuaskan nafsunya karena sang suami tak bisa memuaskan dia.
 
Suhu geram26 kena banned oleh momod, mari kita kenang sejenak karyanya doi katanya pindah aja ke forum Wat. Ane sempat kasih dia cerita SSI akhwat bercadar dan doi sudah menyusunnya di part terakhir nanti.

Ane sudah mencoba memperbaiki part yang menimbulkan pelanggarannya, semoga editan ane bias di terima disni.

Beberapa cerita sudah Om Geram kasih ke ane, mungkin ane jadi kepanjangan tangannya disini. izin buka lapa ya om satpam dan momod.


Trilogi Dunia Lendir : Teman Tapi Bersetubuh Page 1 (realstory ane gan cukup banyak di bumbui oleh penulis)
Selain forum ini ada forum referensi lainnya suhu ??? Bisa di kasih forum apa, web mana suhu ???
 
sayang banget padahal hari ini sengaja buka lewat PC biar bisa baca story yang g kebaca lewat mobile.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd