Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [TRUE STORY] BOBO SAMA CEWEK TERCANTIK BUAT DAPAT RUMAH

Bimabet
cara berceritanya enak banget untuk dibaca hu

lanjut sampe tamat hu
 
16

Mari kita lanjutkan kisah cincin pengasih Budi.

Sally ini terkenal sebagai gadis yang alim, pintar, supel, dan agamis di keluarga Budi. Sally ini anak kedua dari tiga bersaudara. Usianya lebih tua tiga tahun dari Budi. Sally baru saja diterima kerja di perusahaan dekorasi interior dan katanya kerjanya sibuk. Kalau hari biasa, Sally suka pulang malam dari kantornya. Budi sempat bingung memikirkan kapan dia menggenjot si Sally ini karena momen berduaannya hampir tidak ada.

Waktu ditempel cincin di hari lebaran, mereka tidak bisa wikwik karena banyak orang (tentu saja). Jadi yang terjadi hanyalah Sally bertingkah centil luar biasa sama Budi. Kalau duduk pasti sebelahan terus badannya ditempel-tempel ke badan Budi. Waktu makan si Sally siapin makan Budi terus mereka duduk sebelahan lagi. Sekali-sekali Sally suapin Budi, kayak, “Eh, ini coba, deh. Enak.” Padahal di piring Budi isinya makanan yang sama dengan piring Sally.

Sampai sore terus begitu tapi tidak ada kesempatan untuk berdua saja dan mereka harus berpisah karena keluarga mulai membubarkan diri.

Malamnya Budi dapat pesan dari Sally. Katanya dia ingin ketemu. Tapi tidak mungkin karena sudah malam. Sally tidak tahu harus beralasan apa pada keluarganya. Budi juga bingung mau bilang sapa sama orang tuanya. Akhirnya Sally mengirimkan ID Yahoo Messenger. Waktu itu Yahoo Messenger masih booming. Mengobrolah mereka di YM.

Obrolan itu diawali biasa-biasa saja lalu topiknya bergeser ke kemesraan.

“Iya, aku masih pengin ngobrol panjang sama kamu.”

Budi balas sambil dag dig dug. “Memang mau ngobrol apa?”

“Kamu sudah punya pacar belum? Nanti kalau pulang ke (kota tempat Budi kuliah) pasti langsung pacaran, ya? Pacarnya cantik? Cantik mana sama aku?”

Hanjirrrr. Sally yang alim ini bisa berubah menjadi agresif gara-gara cincin. Budi menggelengkan kepalanya. “Belum punya pacar.”

“Bohong.”

“Asli.”

“Berarti kalau aku yang jadi pacar boleh, dong.”

Kita, kan, sepupuaaaaaaan. Jerit Budi dalam hati. Dia tidak percaya kalau dia sekarang sedang memprospek saudaranya sendiri buat disikat.

“Nanti aku cium-cium setiap hari. Aku elus-elus. Aku peluk-peluk,” lanjut Sally.

Dueng. Naiklah si otong Budi. “Serius?”

“Serius. Nanti aku kirim foto aku, ya.”

“Foto kayak gimana?”

“Maunya foto yang kayak gimana?”

Nah, si Budi langsung testing. Dia jawab. “Foto enggak pakai baju.”

Tidak lama datanglah SMS yang isinya foto Sally tidak pakai baju. Dia foto sambil senyum dan jari membentuk tanda V.

GOBLOOOOOOOOSSSSS.

“Kirim foto kamu, dong.”

Budi kirim foto muka dia.

“Foto penis kamu.”

GOBLOOOOOOOOSSSSS.

Budi kirim foto penis dia.

“Kirim lagi.”

Budi kirim lagi.

“Mau lagi.”

Tota Budi kirim tujuh foto penis dengan berbagai gaya.

Lalu datanglah telepon dari Sally.

“Halo?”

“Budi… enggak tahan,” kata Sally. “Jilat dada aku.”

“Hah?”

“Jilat dada aku!”

Gimana anjir?? Lewat telepon??

“Aku jilat dada kamu.”

“Hyaaah,” Sally mendesah panjang terus teleponnya mati.

Sally chat Budi di YM. “Sori, barusan aku keleyengan. Makasih, ya.”

Anjroooot, dia orgasme lewat telepon. Budi tertawa bahagia.

**

Sayangnya perjalanan esek-esek Budi dan Sally harus terputus karena Budi mesti kembali ke kampus. Sally juga mulai sibuk dengan pekerjaannya. Tapi mereka rutin SMS-an setiap hari, kirim-kiriman foto dan sebagainya.

Pada suatu hari di tengah tahun waktu Budi lagi sibuk-sibuknya bikin skripsi, Sally menelepon. “Budi, minggu depan aku mau ke kota kamu. Kita ketemu, ya.”

“Oh, siap!”

“Nanti aku booking hotel, kamu nginap bareng aku, ya.”

“Hah?”

“Iya. Aku bilang ke Papa nanti ke kota kamu terus mau minta kamu temani keliling kota. Tapi enggak usah keliling, yah, nanti kita nongkrong aja di hotel.”

DENGAN SENANG HATI!!!

Maka datanglah hari yang ditunggu-tunggu. Budi menjemput Sally di stasiun kereta terus mereka naik taksi ke hotel. Sepanjang jalan menuju ke hotel, Sally memegang tangan Budi dengan erat. Penis Budi yang sudah berdiri tegak tidak sabar menunggu apa yang akan mereka lakukan di hotel.

Sesampainya di hotel, Sally laporan ke orang tuanya kalau dia sudah ditemani Budi. Orang tuanya bilang pada Budi untuk menjaga Sally. Setelah itu Sally check in dan mereka naik lift. Tangan mereka tidak lepas sampai mereka membuka pintu kamar.

“Bud,” Sally menutup pintu setelah mereka masuk ke kamar dan langsung dia menyosor bibir Budi.

Lemas. Budi mengikuti arahan Sally yang mendorongnya sampai ke kursi. Budi didorong sampai rebahan dan Sally menindihnya. Bibir mereka beradu hingga basah. Lidah bertemu lidah. Tangan Budi meremas pantat Sally yang ternyata kenyal dan pas di genggaman. Waktu itu Sally pakai baju terusan jadi gampang banget buat Budi mengangkat baju Sally. Tidak sampai dua detik, Budi sudah mencopot celana dalam Sally.

Sally melepas jilbabnya, melepas bajunya, melepas branya.

Budi tidak membuang waktu. Dia juga melepas semua bajunya.

“Aku bawa kondom,” kata Sally. “Di tas.”

Tapi si kondom tidak langsung dipasang karena mereka masih sibuk berciuman. Saking intensnya berciuman, mereka tidak sempat sampai kasur. Di lantai kamar hotel, mereka berguling-guling sambil telanjang.

Sally mencium leher Budi, turun ke dada, lompat ke penis.

Huk! Budi tegang seluruh tubuh. Isapan Sally muantap banget. Budi mesti meremas rambut Sally saking enaknya untuk menahan diri dari crot prematur.

“Masukin. Keluar di luar,” kata Sally.

Dengan posisi wot, penis Budi sudah masuk maksimal ke vagina Sally. Sally mulai bergerak maju mundur.

Anjing, anjing!

Enak banget.

Tangan Budi sibuk meremas payudara Sally dengan keras. Sally mengerang kesakitan tapi dia malah minta untuk diteruskan.

“Lebih keras.”

Budi menurut. Dia remas payudara Sally lebih kuat.

Saat itulah Budi bisa melihat tubuh Sally dengan jelas. Kulit badannya putih, pinggangnya kecil, perutnya tidak rata tapi tidak gemuk. Putingnya mungil imut-imut. Bulu vaginanya lumayan banyak. Dan yang bikin Budi sedikit ill feel adalah bulu ketiak Sally tidak dicukur. Tidak gondrong, tapi ada.

Budi mendadak malas. Tapi karena sedang digenjot full power. Dia siap crot.

Budi mendorong Sally dan mencabut penisnya. Dia crot di kaki Sally.

**

Kelelahan sehabis serangan barusan, Budi duduk di kasur sementara Sally mandi. Berbeda dengan Hani, si Sally ini enggak ada sakit-sakitnya. Merah-merah pasca-ngewe juga enggak ada. Setelah Sally mandi, Budi bertanya.

“Sally, ini bukan yang pertama, ya?”

Sally diam. Dia duduk di samping Budi sambil memegang tangannya. “Bukan. Kamu orang kedua,” katanya. Lalu dia menangis.

“Lah? Kok, nangis?”

“Maaf. Kamu maunya yang perawan, ya?” Sally menangis sesenggukkan.

“Enggak, kok. Biasa saja.”

Tapi Sally menangis lumayan panjang. Dia baru diam waktu Budi memeluknya dan Sally mencium Budi. Mereka lanjut ronde dua.

Kali ini tanpa foreplay. Sally langsung rebahan, siap ditusuk. Budi yang sudah tegang langsung menyodok dengan sekuat tenaga. Beda sensasi. Kalau Sally di atas, Budi tidak bisa mengatur tempo. Kali ini Budi pegang kendali.

Genjot kencang, pelan, kencang, pelan. Budi menikmati setiap perubahan ekspresi Sally yang keenakan. Seks kedua ini sepuluh kali lebih nikmat. Sally mencakar badan Budi lalu dia menganga. Orgasme, coi.

Budi belum. Waktu Sally sedang kejang-kejang enak, Budi genjot makin kuat. Diujung tombak, Budi cabut penis dan menembak perut Sally. Keduanya lemas lagi. Budi menempelkan kepalanya di dada Sally untuk istirahat. Lalu dia melihat ketiak Sally yang berbulu. Ill feelnya datang lagi. Budi bangun terus duduk di kasur.

“Kenapa? Aku bau?”

“Bukan.”

“Kenapa?”

“Enggak. Aku geli sama ketiak kamu.”

Duar, Sally menangis lagi. “Maaf. Maaf.”

Ampun, kok, Sally cengeng banget.

**

Budi menginap di hotel sama Sally selama dua hari. Dua hari itu full ngewe. Diselingi tangis Sally yang pecah pada setiap hal kecil yang Budi katakan. Waktu Sally orgasme terus menjambak Budi tidak sengaja, Sally menangis. Waktu Sally mandi terlalu lama, dia menangis. Waktu makan terus Budi bilang kurang enak, Sally menangis.

Risih jadinya.

Waktu Sally harus pulang, dia menangis lamaaaa sekali.

Setelah pisah, Budi kecapekan. Bukan karena banyak ngewe, tapi capek meladeni yang menangis. Budi memutuskan untuk menyudahi saja hubungan dengan Sally. Meskipun dia cantik tapi kalau harus menangis terus, pusing juga.

Budi menelepon Pak Kus.

**

Waktu ditelepon Pak Kus sedang tidak berada di rumah. Dia sedang di daerah yang lumayan jauh dan Budi disuruh menyusul ke sana. Tempat yang dimaksud Pak Kus adalah desa kecil yang masih banyak sawahnya. Pak Kus di sana sedang mengobrol dengan seseorang. Waktu Budi datang, Pak Kus langsung meluangkan waktunya.

“Gimana? Gimana?” tanya Pak Kus.

Budi cerita soal Sally.

“Aduh,” Pak Kus tersenyum. “Kalau sama kamu saya enggak bisa menolak. Nanti saya yang dijitak.”

Budi sedikit bingung tapi dia asumsikan bahwa yang ada di dalam cincin dia ini kuat sekali sampai-sampai Pak Kus tidak berkutik dibuatnya.

Pak Kus mengajak Budi ke warung lalu dia membeli air minum botol. Diusapnya si botol terus Budi disuruh habiskan. Budi minum air itu sambil mengobrol.

“Cewek-cewek yang udah kena berubah total, Pak, dari sifat aslinya.”

“Justru itu sifat aslinya. Cincin itu bikin mereka mengeluarkan sifat yang mereka tahan-tahan.”

Setelah habis, Pak Kus bilang, “Selesai. Mau berapa orang cewek lagi?”

“Maksudnya, Pak?”

“Saya enggak bisa larang kamu buat berhenti. Walaupun sempat saya larang. Tapi rupanya godaannya besar banget. Enggak masalah. Selama kamu main aman. Saya cuma mau tanya, mau berapa cewek lagi?”

“Aduh, enggak tahu, Pak.”

“Jangan lebih dari tanggal 24 September, ya.”

“Kenapa memang, Pak?”

“Lewat dari itu saya enggak bisa bantu. Kalau nanti saya sudah enggak bisa bantu, kamu bisa ke Pak Is. Tapi dia enggak sefleksibel saya. Salah-salah malah berantem. Dia pasti kalah tapi nanti cincin kamu malah bikin kamu sakit.”

Budi merinding. Maksudnya gimana?

Tapi Budi tidak bertanya lebih banyak. Pak Kus memberikan nomor HP Pak Is pada Budi. Budi pulang.

Sejak hari itu Budi mulai memilah perempuan yang mau dia tempel cincin. Jangan cuma cantik, dia mesti nyaman. Budi juga mulai sibuk mengerjakan skripsinya sampai lulus. Setelah lulus, Budi kembali ke kotanya terus mulai melamar kerja. Pekerjaan pertamanya didapat di Bali. Budi bekerja di perusahaan tour and travel. Tugasnya membuat sistem perusahaan mulai dari sales sampai invoicing, juga buat sistem absensi karyawan. Budi dikontrak di sana selama satu tahun. Di Bali itu dia bertemu dengan Sheila, gadis Surabaya yang usianya lebih muda dua tahun dari Budi. Sheila ini perawakannya mungil, rambut panjang, kulit kuning langsat, mata besar berbinar, dan tubuh luuuaaaar biasa bagus karena dia senang yoga dan atlet taekwondo. Wajahnya, yah 7 dari 10 lah.

Budi nyaman sama Sheila karena ketika diajak ngobrol dia nyambung, humoris, dan pintar. Budi merasa si Sheila ini suka sama dia tapi dia jual mahal banget. Tidak pernah dia menunjukkan rasa sukanya. Ya, sudah, cincin pengasih adalah jalan ninjanya.
 
Terlepas dari real atau enggaknya. gw lebih suka jalan ceritanya. Jujur. Pembawaan ceritanya enak. Ngalir gitu aja. Nice work suhu. Next post. Please.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd