Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [TRUE STORY] BOBO SAMA CEWEK TERCANTIK BUAT DAPAT RUMAH

17

Budi mempersiapkan cincinnya ketika dia berangkat kerja. Seperti biasa, mata cincinnya diposisikan di telapak tangan supaya lebih luwes ketika menempelkan. Bisa tos, bisa salaman, atau apalah. Sesampainya di kantor, ternyata Sheila tidak masuk kerja. Sakit katanya. Ternyata Sheila usus buntu jadi izin sakit selama seminggu. Setelah ngobrol sama orang kantor, mereka janjian untuk menengok Sheila di rumah sakit.

Selama di Bali, Budi tinggal di rumah kontrakan bersama empat orang karyawan kontrak lainnya. Malam sebelum hari menengok Sheila, Budi pulang ke kamarnya terus. Waktu tidur dia mimpi lagi ketemu sama burung suara kambing. Burung itu terbang mengelilingi langit sambil berkoar-koar dengan suara kambingnya yang super berisik. Bangun dari tidur, Budi berkeringat, demam tinggi, mual langsung muntah disertai diare. Seluruh tubuhnya seperti remuk. Bahkan buat jalan dari kamar ke kamar mandi dia harus dibantu temannya.

Dibawalah dia ke rumah sakit. Di IGD dia dicek darah, cek urine, USG, dan segala macam, tapi tidak ketahuan apa sakitnya. Budi dirawat di RS selama empat hari. Dalam empat hari itu, Budi muntah, diare, menggigil demam, pusing dan sakit kepala luar biasa, sendi-sendi badannya seperti hancur, berkeringat, dan pokoknya parah. Dia sampai turun dua kilo selama dirawat. Hari kelima, Budi terbangun dengan badan sehat wal afiat. Tidak ada sakit apa pun. Demam hilang, mual tidak ada. Dokter yang memeriksa memutuskan bahwa dia stres dan kecapekan. Budi diperbolehkan pulang.

Sampai ke rumah kontrakan, Budi baru ingat kalau dia belum menyumbang untuk yatim piatu. Itu penyebab sakitnya. Buru-buru dia transfer ke ibukota untuk menyantuni salah satu panti asuhan.

Waktu Budi masuk kerja, Sheila belum masuk. Dia masih istirahat di rumah kontrakannya, kata teman-teman sekantor. Ibunya dari Surabaya datang untuk merawat ke Bali. Baiklah, kata Budi. Dia akan menunggu.

Setelah delapan hari bolos, datanglah Sheila ke kantor. Waktu Sheila masuk ke ruangan, Budi langsung sigap. Sheila sedikit lebih montok ketimbang sebelum sakit. Senyumnya manis seperti biasa, badannya tetap aduhai, matanya tetap menggoda. Budi sudah tidak sabar. Ketika Sheila melewati meja Budi, Budi mengangkat tangannya mengajak Sheila tos.

“Wih, udah sembuh, nih,” kata Budi.

Sheila menyambut tangan Budi. “Udah, dong.”

Dum, cincin mengenai kulit Sheila, dum … tidak terasa panas.

Damn! Kita tempel lagi nanti.

Berhubung Sheila bolos lumayan lama, dia harus mengejar ketertinggalan pekerjaan dia dengan tim. Ada satu rapat yang mempersatukan Budi dengan Sheila lagi. Budi langsung mengincar tempat duduk di samping Sheila tapi ternyata keduluan oleh manajer. Sheila duduk di sebelah manajer karena dia harus di-briefing soal ketertinggalannya.

Makan siang, Sheila makan sama manajer lagi. Rapat sore, Sheila masih ditempel manajer. Nama manajer itu sebut saja Jojo. Jojo ini manajer yang supel dan seru. Dia dan Sheila terkenal dekat karena mereka satu tempat latihan taekwondo. Budi juga dekat dengan Jojo karena Jojo yang menerima laporan langsung dari Budi soal pekerjaannya.

Ketika waktunya pulang, Sheila akhirnya lepas dari Jojo. Budi mencegatnya di pintu keluar kantor. Dia menepuk pundak Sheila. “Langsung pulang?”

“Iya. Masih ada Mamah di kontrakan,” kata Sheila.

“Oh, ya, udah. Tadinya mau ajak makan.”

“Tumben.”

“Iya, udah lama enggak ketemu. Pengin gosip.”

Sheila sedikit heran karena memang Budi tidak pernah terlalu dekat dengan dia. “Oke, deh. Sampai ketemu besok.”

Budi mengajak tos lagi dan disambut oleh Sheila. Ting! Cincinnya masih dingin. Sial!

Besok paginya Budi sudah semangat mencoba lagi tapi hari itu giliran dia yang ditempel Jojo. Ada beberapa perbaikan dalam pekerjaan Budi yang harus diselesaikan hari itu juga. Jojo men-support Budi seharian full. Ketika pekerjaan selesai, hari sudah malam dan Sheila sudah pulang.

Ini memang gue enggak jodoh sama Sheila apa gimana???

Besoknya hari Sabtu. Budi mengirimkan pesan pada Sheila untuk mengajaknya pergi tapi ditolak. Katanya sudah ada janji. Terpaksa Budi harus menunggu Senin.

Hari Senin tiba dan Budi langsung tancap gas. Budi menepuk lengan Sheila yang hari itu pakai baju lengan panjang yang cuma sampai siku. Dingin.

Anjing! Kenapa dingin terus?

“Sheila, sori, pinjem tangannya,” Budi kesal. Dia ambil tangan Sheila terus dia pegang lumayan lama. Si cincin dingin terus.

Ah!

“Kenapa?” tanya Sheila.

“Enggak,” Budi bete dan manyun di mejanya sambil kerja.

Masa khasiat si cincin sudah pudar. Haruskah dia coba ke perempuan lain dulu? Tapi kalau ternyata cincinnya masih efektif, nanti dia malah stuck sama cewek lain, bukannya Sheila. Aaargh.

Hari besoknya Budi mencoba lagi. Masih dingin. Hari besoknya juga dingin.

Hari berikutnya mulai ada harapan. Budi dan Sheila berdua di ruang rapat untuk mempersiapkan presentasi pekerjaan mereka yang sudah hampir rampung. Banyak sekali kesempatan untuk menempelkan cincin ke kulit Sheila. Setelah berkali-kali coba gagal, Budi mulai frustrasi. Tapi ketika di penghujung hari, ketika Budi sedang membereskan proyektor, Sheila tidak sengaja menyentuh jari Budi yang ada cincinnya. Langsung panas membara. Budi memekik dan menjauhkan cincinnya dari kulit Sheila. Kulitnya sendiri sakit sekali. Dia sampai melompat-lompat kepanasan.

Budi melihat Sheila. Sheila diam di depannya. Matanya menatap Budi dengan tajam. Lalu tiba-tiba Sheila mendorong Budi ke tembok dan mencium bibirnya. Bibirnya melumat habis bibir Budi. Budi sampai kehabisan napas mencoba mengimbangi gerakan bibir Sheila. Lidahnya liar. Kedua tangan Sheila meremas bahu Budi lalu salah satunya meremas penisnya yang langsung berdiri.

“Sheila, ini di kantor.”

“Enggak tahan, Bud. Enggak tahan,” kata Sheila sambil membuka ritsleting celana Budi.

“Anjir, wei, tunggu.”

Sheila waktu itu pakai celana jins yang langsung dia lepas.

“Masukin.”

“Enggak bawa kondom, anjir.”

“Keluar di mulut. Cepet.”

Budi ragu. Dia celingak celinguk di ruang rapat yang kosong dan pintu yang tertutup. Gila, kalau ada orang masuk bisa-bisa mereka langsung dipecat. Tapi ini adalah momen yang ditunggu-tunggu Budi.

Ah, tailah. Pokoknya hajar dulu. Paling beres lima menit.

Sheila sudah tanpa celana. Dia menungging di depan Budi dan Budi langsung menyodoknya dari belakang. Masuk tanpa ada masalah. Budi langsung pakai RPM maksimal. Kenikmatan yang sudah dia bayangkan langsung mengambil alih seluruh tubuhnya. Hilang akal sehat. Budi menggenjot sekuat tenaga. Dia melihat badan Sheila yang bergerak seiring gerakan pinggulnya. Kulit pantat Sheila yang bersih. Badan mungilnya yang bergoyang. Rambutnya yang langsung berantakan tidak tentu. Semuanya membuat gairah Budi meningkat sepuluh ribu persen.

Sheila juga sudah tidak tahan. Satu tangannya meremas mulutnya supaya tidak menjerit.

Tidak lama, penis Budi siap menyerah. Budi mendorong Sheila sampai dia jatuh tersungkur. Budi sempat khawatir Sheila terluka tapi tidak. Sheila langsung mengambil posisi duduk, wajah di depan penis Budi dengan mulut terbuka. Tembak. Sebagian besar sperma muncrat ke mulut, sebagian ke wajah. Badan Budi gemetar melihat itu saking bergairahnya. Sheila langsung membersihkan penis Budi dengan mulutnya. Lamaaa sekali. Kalau tidak Budi stop, sepertinya Sheila masih akan melumat penis Budi sampai besok pagi.

“Masih mau. Masih mau,” rengek Sheila.

“Besok lagi. Jangan di sini,” Budi buru-buru pakai celana.

Sheila membereskan pakaiannya juga lalu memeluk Budi lamaaa sekali. Untungnya tidak ada yang masuk ke ruang rapat itu.

**

Malamnya Budi diteror pesan dari Sheila yang menyuruhnya datang ke rumah kontrakannya. Budi mau-mau saja tapi di sana masih ada ibu Sheila. Budi enggan. Sheila memaksa. Dia bilang Budi mau dikenalkan ke orang tuanya.

Kecepetan, woi! Iya, sih, gue suka. Tapi kalau begini gue panik juga.

Sheila memohon habis-habisan di telepon dan di chatting. Budi terus menolak. Ngeri, pikirnya.

Besoknya, di kantor, Sheila super sibuk menempel sama Budi. Mengelus lengan Budi, meremas pantat Budi, mencium pipi Budi. Binal banget, pikir Budi. Pulang kerja, Sheila minta diantar kontrol ke dokter untuk mengecek luka operasi usus buntunya yang seminggu kemarin baru dibuka jahitan.

Di rumah sakit, sambil menunggu giliran, Sheil horny lagi. Dia mengajak Budi ke WC. Katanya lukanya sakit jadi dia ingin Budi cek. Budi ikut. Kamar mandi RS itu cuma ada dua, yang mana pun bebas untuk laki-laki atau perempuan. Di kamar mandi umum RS, Sheila membuka bajunya sedikit untuk menunjukkan lukanya. Lalu dibuka semua. Bra pun dia lepas.

“******! Ini di RS!”

“Enggak kuat.”

Sheila melucuti celana Budi. Lalu Budi didorong sampai duduk di kloset. Sheila duduk di atasnya dan dengan pronya memasukkan penis ke vaginanya. Dia bergerak maju mundur dan naik turun. Payudaranya tepat di wajah Budi yang langsung dicomot pakai bibir. Lidah Budi bermain di kedua puting Sheila. Buasah semua. Sheila menggenjot dengan kecepatan penuh. Suaranya desahannya ditahan sekuat tenaga. Lalu dia menjambak rambut Budi dengan kuat, tubuhnya melenting ke belakang, mulut terbuka dan megap-megap. Badannya kaku ketika diserang kenikmatan yang hakiki. Tapi Budi belum crot. Dia menggunakan momentum itu untuk menggenjot Sheila.

“Ah!” keceplosan. Sheila mendesah kencang dan nikmat.

Tanggung, Budi pikir. Genjot lagi.

Waktu mau crot, Budi mengangkat badan Sheila dan crot di lantai. Keduanya ngos-ngosan. Setelah dari dokter, Sheila tidak mengajak Budi pulang.

“Booking kamar aja, yuk.”

Budi menyanggupi.

Dan petualangan seks dengan Sheila pun berlanjut.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd