Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [TRUE STORY] BOBO SAMA CEWEK TERCANTIK BUAT DAPAT RUMAH

Bimabet
Buset suhu, tak kira pasca ilang cincin jadi nolep. Ternyata keren juga Budi :Dthanks updatenya ya hu
 
Ini cerita memang juara
satu hal yang menarik cerita ini belum memasuki babak utama cerita yaitu bobo sama cewe tercantik buat dapat rumah
masih gambaran sisi aktor dalam cerita ini waah ngk sabar buat nunggu update nya :)
 
20

“Gue pernah nyoba tanya ke cewek soal gimana, sih, rasanya orgasme itu? Kan, kalau cowok kerasa enak di sekitaran titit gitu, ya. Nah, kalau cewek itu katanya sebadan-badan kerasa enak. Di tete, di vagina, di kulit, di sendi-sendi, pokoknya seluruh badan, deh. Curang, kan, kalau gue pikir. Tapi pas ngewe sama si Lika, anjir…. Sebadan-badan gue gemetar.”

Kira-kira begitu deskripsi Budi soal si Lika.

Lika wangi. Campuran sabun mandi dengan parfum mahal yang tercium samar-samar. Waktu Lika masuk ke dalam kamar, dia mengambil tangan Budi lalu meletakkannya di pinggul. Mereka beradu tatap selama beberapa detik. Senyum Lika langsung membuat Budi mati rasa. Mungkin seperti ini rasanya pakai kokain. Semua di ruangan seperti blur kecuali sosok Lika di hadapannya.

Kedua tangan Budi menyentuh gaun hijau yang lembut. Lika mendekatkan tubuhnya ke tubuh Budi sampai perut mereka bersentuhan. Tanpa banyak bicara, Lika mengusap bibir Budi dengan bibirnya.

Jreng. Naik, deh, tuh, si Jenderal Kecil.

Ciuman mereka berlangsung lambat. Tanpa lidah. Tapi Lika menyempatkan diri menggigit-gigit manja bibir Budi. Setelah beberapa saat, Lika menyelipkan lidahnya. Tapi sedikit saja, tidak terlalu banyak. Menggoda. Budi jadi tambah horny.

Kedua tangan Lika melingkar di pundak Budi. Satu tangan naik ke belakang kepala dan meremas-remas lembut rambut Budi. Budi biasanya memejamkan mata kalau berciuman. Kali ini dia melotot melihat wajah Lika dari dekat. Tidak mau kehilangan seperempat detik pun pemandangan wanita super indah itu.

Lika menarik Budi lebih erat dan ciuman mulai naik intensitasnya. Lidah Lika masuk sepenuhnya ke dalam mulut Budi. Budi menyambutnya. Tangan Budi turun ke pantat Lika dan dia remas. Lika membalas dengan memasukkan tangannya ke balik kaus Budi, memainkan putingnya.

Merindiiiing.

Lika menarik kaus Budi sampai copot. Lidahnya turun ke leher, ke dada, lalu ke perut. Kedua tangannya melepas celana Budi tanpa halangan dan sedetik kemudian, penisnya sudah dikulum. Gerakannya lambat tapi mantap. Permainan lidahnya kelas dunia. Budi sekuat tenaga berusaha tidak crot saat itu juga. Kedua tangan Lika meremas pantat Budi, memainkannya. Setelah puas dikulum, Lika berdiri, mencopot sepatu lalu melepas gaunnya.

Perfection.

Payudara terindah yang pernah Budi lihat.

Lika membawa Budi ke kasur, menempatkan dirinya di bawah. Mereka berciuman sebentar sambil Lika menggiring penis Budi masuk ke vaginanya. Slep. Masuk dengan lancar. Budi bergerak. Lika menikmatinya. Bukan menikmati pura-pura, tapi betul-betul menikmati.

Genjot-genjot. Tidak buru-buru. Berbeda dengan perempuan yang dia sihir pakai cincin, juga beda dengan perempuan bayaran lainnya. Lika membawanya ke ritual seks layaknya suami istri yang saling cinta. Santai, tapi panas.

Budi menaikkan tempo. Lika menyesuaikan. Desahan dan erangannya makin kencang. Lalu Lika membalik badan Budi, memosisikan dirinya di atas. Goyang. Ini yang gawat. Empot Lika berbahaya dan bisa membuat Budi crot kapan saja. Budi bertahan. Dia kaget sendiri melihat penisnya mampu bertahan.

Lika makin panas. Goyangannya semakin mantap.

“Keluar di mana?” Budi tidak tahan.

“Di mana saja.”

Oke. Lepaskan.

Crot.

Budi bergetaaaaaar. Lika tersenyum melihat Budi bablas. Mereka lalu rebahan di kasur.

**

“That was the best sex I’ve ever had,” kata Budi.

“There’s room for improvement,” jawab Lika.

Pertama kalinya ada perempuan bayaran bilang Budi kurang oke genjotannya.

Budi tertawa. Mereka lalu ngobrol panjang. Lika dari Yordania, datang ke Indonesia sekitar empat tahun yang lalu. Lebih dari itu, Lika tidak mau cerita soal latar belakangnya. Jadi Budi lebih banyak cerita soal dia sendiri. Setelah kira-kira dua jam, Lika pakai baju dan siap-siap pergi.

“Jadi gimana cara mainnya? Sudah enggak perlu bayar lagi?” tanya Budi.

“Kamu harus kasih tips.”

“Berapa?”

“Tips itu sukarela. Tapi tidak di bawah 20 juta.”

Budi nyengir. Okelah. Murah.

“Kirain bisa minta temani sampai malam,” kata Budi.

“Tipsnya harus lebih. Plus, kayaknya keanggotaan kamu enggak cukup tinggi.”

“120 juta kurang tinggi?”

Lika tersenyum terus pergi keluar kamar. Budi terdiam.

**

Malamnya Budi dan Rusdi pulang. Tapi berhubung mereka masing-masing sudah punya kamar di tempat itu, dalam sebulan Budi bisa menghabiskan waktu sampai 20 hari di sana, bukan di rumah.

Selain karena memang tempatnya nyaman, Budi ingin terus ketemu Lika. Sayangnya Lika tidak selalu available. Budi ditawari perempuan lain tapi dia inginnya sama Lika terus. Kalau LIka sedang dipakai orang, Budi memilih tunggu di restoran atau bar. Di sana dia berteman sama bartender yang namanya Geri.

“Ger, mbak-mbak yang sambut kita pas datang itu bisa dipakai lagi enggak, sih?” tanya Budi. Dia terbayang mbak-mbak yang pertama kali dia genjot di sana. Boleh juga.

“Sebetulnya, sih, enggak bisa, ya. Tapi semua tergantung duit kalau di sini. Selama harganya cocok, tukang kebun juga bisa lu ajak ngewe,” kata Geri.

“Asli?”

“Suka lihat cewek-cewek yang bawain handuk ke kamar, ganti foto cewek di buku, atau ganti sprei gitu? Mereka juga bisa. Tapi, ya, itu. Mereka bisa lebih mahal dari cewek yang di buku.”

Dari Geri ini Budi tahu banyak soal tempat premium itu. Cara kerjanya begini, semakin mahal bayar jadi anggota:

  1. Semakin banyak benefit yang diterima.
  2. Kamarnya semakin bagus. Ada kamar yang pakai ruang tamu, bathtub di dalam kamar, ada perapian, dapur sampai chef pribadi.
  3. Semakin banyak menu perempuan di dalam buku, dan semakin beragam.
  4. Spot parkir lebih strategis.
  5. Makanan dan minuman di kamar lebih banyak jenisnya.
  6. Bisa ngewe sama siapapun, tentunya disesuaikan dengan jumlah tips.
  7. Bisa ngewe di mana pun, kecuali di tempat yang dilarang. Tempat-tempat yang dilarang adalah restoran/bar, kolam renang (soalnya setiap jam tertentu kolam renang ditutup dan dipakai buat pameran cewek-cewek. Jadi anggota harus diam di kamar, nontonin cewek-cewek berenang berbikini di kolam. Tujuannya supaya si anggota bisa pilih cewek mana yang dia mau), toilet umum di lobi, sama di parkiran. Selebihnya sok aja genjot kalau enggak keberatan ada yang nontonin.
  8. Ada layanan antar jemput pakai sopir pribadi dari satu titik di luar kota ke tempat itu.
  9. Bisa booking cewek yang dimau selamanya (jadi tiap datang, ceweknya enggak ganti-ganti)

“Gue pengin sama Lika terus.”

“Bayar mahal banget berarti. Dia laku keras.”

“Caranya gue bayar lebih harus bilang ke siapa?”

“Telepon dari kamarlah. Bilang mau upgrade.”

Budi masuk ke kamar, menelepon dan diangkat sama operator. “Saya mau upgrade.”

Kata operator kalau mau full benefit, ya, ambil paket paling mahal, alias 500 juta. Per bulan.

“Fuck it. Oke, deal.”

Maka sejak saat itu, Lika officially jadi milik Budi.

**

Hampir setiap hari Budi ada di tempat itu. Kerjaan Budi sampai di bawa ke sana. Ngewe Lika, kerja, makan, mandi sama Lika, ngewe, kerja. Terus begitu. Sebulan pertama seperti surga, bulan kedua surga dunia, bulan ketiga, uang Budi mulai habis.

“Rus, kayaknya kita mesti nambah load kerja. Gue butuh duit.”

“Buat Lika. Anjir, men, lu udah enggak sehat. 1,5M lu keluarin buat dia doang. Belum tips, belum makan.”

“Cinta, Bro. Lu bisa, kan, kasih gue kerjaan lebih.”

“Ini aja kita udah hampir overload. Lu mau kerja enggak pakai tidur?”

“Rela, gue. Hajar terus.”

“Benar, ya. Gue ambil cuti dari kerjaan terus cari klien buat kita, ya. Tapi harus beres. Deal?”

“Deal.”

Rusdi membuktikan kalau cari proyek bukan hal sulit buat dia. Omset tahun ketiga mereka tembut 28M. Dengan pengorbanan Rusdi harus cari klien keluar Jawa sampai luar negeri. Kerjaan utama Rusdi di kantor jadi keteteran.

“Lu resign aja, Bro, dari kantor itu. Fokus di bisnis kita,” kata Budi.

“Enggak bisa. Itu perusahaan keluarga gue. Gue mesti hidupin itu juga. Kita stop dulu aja. Lu udah keteteran juga, kan?”

Budi memang kewalahan. Dia bisa tidak tidur seharian. Ngewe sama Lika jadi buru-buru karena dikejar deadline. Tapi dia tidak mau kehilangan Lika. Akhirnya Rusdi bilang kalau mereka mesti ekspansi. Perusahaan mereka naik dari CV jadi PT. Terus mereka mulai rekrut karyawan. Tidak banyak. Cuma tiga. Satu handle akunting, satu marketing, satu lagi programmer untuk support Budi. Omset naik lagi ke sekitar 40M. Tapi maintenance PT cukup besar dan makin banyak permasalahan ketika mereka main di tender besar. Budi yang tidak selalu bisa diajak meeting sama klien jadi salah satu faktor kekalahan dalam tender. Si programmer baru belum bisa ikut cara kerja Budi yang ngebut dan akhirnya resign. Budi tidak mau ambil programmer baru karena tidak ada yang cocok dan ingin profit masuk lebih besar ke kantong dia. Semua itu demi Lika.

Bulan keempat, Budi cuma punya uang 200 juta, tidak cukup untuk bayar keanggotaan lagi. Dia pinjam uang ke bank dengan alasan butuh modal usaha. Dapat. Tapi dia jatuh miskin. Budi sulit memberi tips Lika yang angkanya 20 juta sekali main. Jadi Budi jarang ngewe lagi tapi lebih sering minta ditemani kerja. Kadang-kadang disepong, sih, soalnya kalau itu enggak perlu tips.

Bulan kelima Budi kurang uang lagi. Proyek sudah beberapa yang terlambat deadline. Rusdi sudah mulai marah-marah. Budi stres. Akhirnya dia ngewe Lika untuk melepas penat tapi tidak mampu bayar tips. Plus, hari itu keanggotaannya habis.

“Kalau tidak mampu tidak usah ke sini. Ke pinggiran kali saja,” Lika sewot.

Budi memohon-mohon Lika supaya tetap bersamanya. Tapi Lika sudah kesal. Dia keluar kamar. Tidak lama datang mbak-mbak sama dua orang laki-laki besar.

“Kalau tidak perpanjang, Mas Budi harus keluar.”

Akhirnya Budi diusir, keanggotaan dicabut dan dilarang kembali ke tempat indah itu.

Di rumahnya, Budi depresi. Besoknya dia datang ke kantor yang ada di ruko kecil tempat dia dan Rusdi mendirikan PT. mereka. Budi syok karena PT mereka tutup. Karyawan yang cuma dua orang itu pun tidak ada. Budi menelepon Rusdi. Rusdi mengajak makan siang.

“Enggak bisa lagi, Bud. Gue udah usahain lobi ke berbagai proyek supaya perpanjang deadline. Tapi lu enggak bisa deliver. Gue bisa apa? Akhirnya gue nombok buat ganti rugi karena menyalahi kontrak. Kan, gue udah bilang. Duit lu berkurang karena lu sendiri juga. Yang gerakin PT ini, kan, lu.”

Budi makin depresi. Semua salah dia yang terobsesi sama Lika. Keluarganya mulai curiga dan bertanya-tanya. Budi cuma jawab kalau kantor dia lagi morat-marit. Ditambah tagihan pinjaman bank Budi yang jatuh tempo, Budi semakin gila.

Suatu hari Budi nongkrong di pantai sambil minum-minum. Di sana dia tidak sengaja bertemu dengan programmer yang dulu resign. Namanya Akbar. Mereka mengobrol.

“Yah, namanya juga usaha, Mas. Pasti ada risiko bangkrut,” kata Akbar.

“Sekarang kamu kerja di mana?”

“Di perusahaan otomotif. Simpel kerjanya cuma support karyawan doang.”

“Lebih seru di tempat gue, ya?”

“Iya, sih. Tapi karena keuangannya kacau balau, ya, akhirnya saya sedikit senang bisa resign. Pak Rusdi itu rakus.”

Hah?

“Maksudnya gimana?” tanya Budi.

“Kata orang akunting, Pak Rusdi itu selalu minta DP besar ke klien tapi uangnya enggak masuk kantor seluruhnya. Paling cuma berapa persen. Terus katanya bagi hasil profit juga enggak seimbang. Banyakan yang dia ambil. Gaji kami sempat tertunda dua bulan, kan.”

Babi si Rusdi.

Budi menelepon Rusdi dan minta ketemu. Karena nada bicara Budi yang meledak-ledak, Rusdi menolak. Budi mendatangi kantor Rusdi tapi rupanya dia sudah resign sejak lama. Rupanya si Rusdi ini main curang. Perjanjian 60-40 itu tidak ditepati. Uang proyek selalu masuk lebih banyak ke kantong dia ketimbang Budi. Dan sekarang si Rusdi menghilang. Budi juga salah karena tidak pernah datang ke kantor dan sibuk ngurusin Lika. Perek!

“Guobloooooook!!!!”

Budi stres berat. Waktu stres, ibunya kasih tahu bahwa bakal ada seminar di Singapura yang sepertinya bakal bagus buat Budi. Budi ikut dan di Singapura itu dia bertemu dengan Amanda juga Dodi.

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd