Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT True Story sama Adek Cewek Gue Gan

Bimabet
Hormat setinggi tingi nya hu :tepuktangan:, rapi banget jalan cerita nya.
Berharap masih ada karya selanjut ny.
:panlok2:
 
speechless, baper, ngaceng

tp, terlepas dari 3 yg diats gaya nulis ente bgs bisa ngebawa emosi/suasana users semprot disini yg baca. itu yg penting.
ga mesti selalu fulgar dan seks terus.

big applause for u. u're a good man, jaga selalu adik nya brader.
jgn sampe ngecewain hana dan yunda.
itu baru laki2.

thanks for sharing.
 
Keren ceritanya gan, menggairahkan berujung mengharukan.
Semoga Hana dan kita semua bisa terus bahagia :)
 
woooooooh ntap mas kisahnya:beer:
semoga di januari bisa menjadi keluarga yg samawa, goodluck berumah tangga yak:semangat:
 
Endingnya membuktikan bahwa ente memang penulis yg jenius... :ampun:
Tanpa dibumbui adegan2 kuda2an pun, tetap menarik pembaca utk membaca sampai titik penghabisan..
Salut gaan.. :beer::beer: nilainya 9,8

Ditunggu session berikutnya sm Yunda yah.. :genit:
 
Wah gila nih story.. Hampir sebulan lebih kagak mampir ke semprot dan cerbung. Sekalinya mampir dapet cerita yang bikin enjoy pembacanya. Semoga dilancarkan hu sampai hari H nya :beer:
 
keren gan, ane belain begadang buat baca sampe tamat

meskipun ga ada MLnya tapi tetep bisa bikin penasaran dan panas, hehehe

salut sama cerita orang2 di dalamnya

dari segi penulisan, agan udah bisa bikin pembaca penasaran buat liat apa yang terjadi selanjutnya dan agan juga bisa memasukan konflik2 yang membuat ceritanya menarik

regards

:beer:
 
Nyimak dulu ah, baru nyampe page 27.

Ini neng Yunda real jg kah? Kalo iya indah bener iduh lo...
 
Part 10B



Semenjak makan malam itu perasaan cintaku pada Yunda semakin bertambah, aku benar-benar berharap dialah wanita yg akan menjadi istri ku kelak. Sejujurnya, aku belum pernah merasa sesayang ini pada siapapun. Aku merasa hatiku dengan Yunda sudah bertaut, kami merasa saling memiliki. Yunda sendiri menjadi semakin hangat & terbuka padaku. Kini kami tak ragu lagi bercerita hal-hal yg bersifat pribadi, namun tentu aku tak akan menceritakan bagaimana hubunganku dengan adik kandungku. Apalagi keluarga Yunda semakin percaya padaku, terutama sejak aku terjaga sepanjang malam demi menjaga Yunda dirumahnya.

Tak ada yg terjadi malam itu, walau aku menginginkan bercinta dengan Yunda, tetapi entah kenapa ada dinding tebal yang menahanku untuk mereguk kenikmatan darinya. Entah apa itu, mungkin karena memang rasa cinta kami hadir dari ketulusan bukan karena hawa nafsu, atau karena aura Yunda yg belum terlalu memaksa birahiku lepas kendali, aku tidak tahu. Yang jelas malam itu aku puas melihat wajah manis Yunda yg tertidur lelap, sempat beberapa kali kubelai pipi chubby nya. Melihat wajahnya yg tertidur menimbulkan kedamaian & kehangatan tersendiri dalam dadaku.

Namun disisi lain, rasa cintaku pada Yunda ini menimbulkan pertanyaan yg sebenarnya sudah lama muncul dalam benakku. Bagaimana dengan hubungan antara diriku dengan adikku? Bagaimana selanjutnya & mau seperti apa akhirnya. Tentu saja kita semua tau permainan sensual antara aku & Hana selama ini adalah tabu, namun sejujurnya aku sudah sangat jatuh hati pada tubuh adikku sendiri & sangat menikmati permainan seks nya yg sudah semakin mahir. Adikku memang masih perawan, aku sangat menjaga mahkotanya, sehingga aku tak pernah tak terpuaskan olehnya. Namun sekarang seiring dengan hadirnya Yunda dalam hatiku untuk pertama kalinya aku berfikir untuk mengakhiri permainan kami berdua & kembali menjadi saudara kandung yg normal seperti dulu. Aku bingung bagamana caranya, apalagi membayangkan reaksi Hana saat aku menceritakan hubunganku dengan Yunda serta rencana perjodohan kami. Meski demikian adikku adalah wanita yg cerdas, dalam hati kecilku, aku yakin Hana juga pasti pernah berfikir akan bagaimana kelanjutannya permainan kami. Menurutku aku hanya membutuhkan momen yg tepat untuk menceritakannya kepada Hana, tapi kapan? Semoga akan tiba saatnya.



*****



Pertengahan agustus ini kantorku ramai dengan persiapan kemerdekaan RI. Ternyata kantorku sudah sejak lama merencanakan satu hari full yg di isi dengan lomba sambil mengajak seluruh karyawan liburan ke Anyer. Pak Najib atasanku menginformasikan dipersilahkan membawa keluarga kami masing-masing, bagi yg belum menikah boleh mengajak orang tua & saudaranya.

Aku mencoba mengabarkan acara ini kepada ibuku, & syukurlah mereka menyambut dengan antusias & bersedia datang akhir pekan ini. Aku senang sekali mereka mau datang, andai keluargaku menolak datang aku pasti cengok disana karena hanya diriku yg sendirian. Sekalian juga aku berharap ini hiburan buat Hana, minggu lalu dia mendapat kabar kalau dia gagal lolos fase berikutnya dalam rangkaian rekrutan perusahaan yg dia lamar di Solo. Dia benar-benar kesal, bahkan dia sampai mendengus emosi padaku saat kucoba menghiburnya waktu aku pulang. Aku benar-benar tak sabar menunggu akhir pekan ini. Selain itu tak lupa aku menghubungi kekasihku Yunda, aku mengabarkan kalau weekend ini tak bisa jalan bersamanya, dia maklum karena ini kegiatan kantor.

“Tahun depan kita udah jadi keluarga ya Cam, gak sabar deh pengen ikutan gathering di kantor kamu” kata Yunda yg membakar rasa sayang serta rinduku padanya.





*****



Akhir pekan tiba dengan cepat. Malam ini aku mendapat kabar kalau keluargaku sudah berangkat sejak pukul delapan dari rumah. Aku memang memintanya demikian, karena kami akan meluncur dari kantor sekitar pukul satu pagu dengan menggunakan beberapa armada bus milik kantor & sewaan. Jam 12 malam keluargaku tiba dikostan ku. Mereka beristirahat sejenak & kemudian bersiap-siap dikostanku yg kecil. Ku lihat Hana memang raut muka cemberutnya masih tersisa, dia bahkan agak memaksakan senyumnya saat menyalamiku tadi. Setelah itu kami berangkat menuju kantorku, mobil memang sengaja aku parker dikantor karena lebih aman dengan penjagaan satpam. Setelah panitia mengabsen peserta keberangkatan, kami pun meluncur menuju Anyer & tiba sabtu paginya, sekitar setengah tujuh pagi.

Buatku ini ketiga kalinya aku liburan ke pantai Anyer. Yang pertama saat aku & Hana masih SD, kami liburan bersama keluarga besar Ayahku. Yang kedua saat merayakan kelulusan SMA bersama kawan-kawan sekelasku, saat itu kami menyewa sebuah Villa dipinggir pantai, & sekarang di acara kantor ini ternyata panitia menginapkan kami di hotel Marbel*, sebuah hotel berbintang yg cukup terkenal. Setelah registrasi & check in, aku mendapatkan kamar dilantai tujuh. Kamar yg aku dapat tergolong standar, dua bed yg masing-masing cukup untuk dua orang, minimalis namun lumayan indah. Yang aku suka balkon kamar kami menghadap ke kolam renang & pantai, agak mengingatkan ku dengan hotel tempat permainan aku & Hana di Bandung dulu. Panitia mengizinkan kami beristirahat sebentar setelah perjalanan yg cukup melelahkan, tapi kami diingatkan agar segera menuju pantai pada pukul Sembilan pagi untuk memulai rangkaian perlombaan sambil membagikan baju untuk kami pakai dilomba nanti.

Pukul Sembilan ngaret banyak perlombaan dimulai. Mata lomba yg disajikan cukup banyak, yg sering dijumpai seperti lomba lari estafet, memasukan paku ke botol, sampai ke lomba yg melibatkan keluarga seperti lari bakiak, estafet kelereng & gobak sodor. Yang paling seru adalah ekspedisi mencari bendera lambang perusahaanku yg telah disembunyikan panitia disuatu tempat diluar hotel. Beberapa keluarga digabung menjadi satu tim, panitia hanya memberi selembar peta buta lengkap dengan klu serta teka-teki yg harus kami pecahkan untuk menemukan arah. Sepanjang pencarian keluargaku yg bergabung dengan keluarga rekan-rekan sebidang ternyata harus berjalan sampai kepelosok pemukiman penduduk yg terletak disekitar hotel, bahkan sampai menjamah hutan dibelakang kampung-kampung penduduk. Melelahkan memang, namun sangat mengasyikan. Kulihat Hana juga sangat menikmati acara kali ini, aku turut senang dia mulai melupakan kesedihannya. Sayang tim kami gagal memenangkan ekspedisi ini, walau demikian bukan itu intinya, kami sangat menikmati liburan kali ini.

Pukul setengah enam sore keseruan hari ini resmi ditutup, kami diwajibkan berisitrahat dikamar masing-masing karena malam nanti akan ada acara puncak berupa pengumuman pemenang lomba, pembagian hadiah serta hiburan.

Aku kebagian mandi pertama karena sebelum naik tadi pak Najib sudah memintaku untuk cepat turun & berkumpul sebentar di lobby hotel karena ada hal penting yg ingin ada yg ingin beliau sampaikan pada rekan satu bidangnya, walau letih aku tak bisa menolak. Maka tanpa buang waktu setelah selesai mandi aku ijin pada kedua orangtua ku, sekalian aku mengingatkan jangan lupa makan malam jam setengah delapan nanti.

Saat tiba di lobby, aku sudah melihat Pak Najib, Bu Erni serta Pak Ilham. Ternyata yang ingin pak Najib sampaikan adalah membagikan uang sisa anggaran yg tersisa untuk kegiatan kali ini, semua bidang mendapatkannya sebagai reward karena produksi perusahaan kami triwulan ini sangat memuaskan. Aku tak bisa tak tersenyum menerima amplop ini, rejeki yang tak bisa kutolak pikirku. Setelah itu kami ngobrol santai di lobby sambil menunggu makan malam siap.

Tak terasa makan malam telah siap, aku menelpon ibu ku yg masih di kamar untuk mengajak mereka makan. Seperti acara di hotel pada umumnya, makanan disajikan secara prasmanan. Sambil menunggu acara puncak yg sedang dipersiapkan panitia, kami dipersilahkan bersantai sambil minum kopi yg disediakan pihak hotel. Pukul setengah Sembilan acara puncak dimulai.

Acar berlangsung sangat meriah, di awali dengan sambutan direktur, dilanjut pembagian hadiah kepada peserta lomba. Walau aku & keluarga sama sekali tidak memenangkan mata lomba apapun, namun kami turut bersukacita. Mungkin karena sudah diberi amplop, hehehehe. Setelah pembagian hadiah berlanjut ke acara hiburan. Ternyata panitia memberi kami kejutan dengan mengundang tiga artis lawas yg tenar di tahun 90-an. Artis yg diundang adalah lady rocker yg pernah berduet dengan rocker asal Malaysia, penyanyi wanita yg terkenal dengan tahi lalat didekat matanya, serta satu penyanyi dangdut wanita yg pernah menjadi juri d acara dangdut internasional di amerika. Benar-benar bukan artis yg pas buat orang seumuranku & adikku. Yah karena rekan-rekan kantor ku rata-rata lebih tua dariku jadi mereka menikmati acara hiburan tersebut, pun dengan ayah & ibuku. Mereka seperti bernostalgia pada zaman mereka berpacaran. Sebenarnya aku ingin mengajak ngobrol anak-anak dari rekan kantorku yg tampaknya sebaya denganku, namun tampaknya mereka asyik dengan keluarga masing-masing. Sedangkan Hana setelah acara hiburan dimulai pergi ke toilet, tampaknya dia belum kembali.

Saat semua rekan ku beserta keluarganya sedang asyik menikmati acara yg disajikan panitia, aku hanya duduk didekat pagar tembok yg membatasi hotel dengan pantai. Pagar temboknya rendah, jadi walau duduk tidak terlalu membatasi pandanganku ke pantai. Aku cek Hp ku, ingin bertanya kabar Yunda disana sekalian melepas rinduku padanya. Dari sini juga aku melihat orangtua ku beserta pak najib & istri, serta pasangan-pasangan lainnya sedang berdansa menikmati lagu sendu khas era akhir 80-an sampai awal 90-an. Baru sekitar sepuluh atau lima belas menit aku & Yunda bertukar obrolan d ponsel ketika adikku datang menghampiriku & duduk di kursi semen seberangku. Memang bentuk tempat duduk aku & Hana berupa kursi & meja semen yg berbentuk melingkar. Malam ini Hana tampak menawan dalam balutan kerudung biru gelapnya, dia memakai jaket jeans dengan kaos pink gelap didalamnya. Pantatnya yg semok tertutupi oleh jeans agak longgar. Tubuhku agak bergetar ketika angina malam pantai menghembus kerudungnya hingga berkibar, lampu di tepi pantai tampu menghalangi suasana temaram tempat kami, wajah siluet adikku tampak semakin menggoda.

“capek ya mas acaranya hari ini. Badan ku sampe pegel-pegel. Tapi seru kok” katanya sambil tersenyum manis.

“yah, syukur kalo kamu seneng dek. Udah ya jangan sedih lagi, yg di solo emang belum rejeki dek. Sabar aja. Mas juga sedih kalo kamu sedih.” Aku menimpali.

“iya Mas, aku udah agak lupain kok. Susah yah cari kerjaan. Hehehe”

“mas yakin kok ada orang dalem yg jegal kamu. Kalo ngeliat nilai kamu gak ada alasan buat perusahaan nolak.” Kataku lagi mencoba membesarkan hatinya. Memang cukup aneh buat ku melihat adikku belum mendapat pekerjaan, lulus dengan perdikat cum laude dari fakultas teknik harusnya menjadi jaminan masa depan cerah buatnya.

Adikku hanya tersenyum mendengar jawabanku, lalu melempar pandangannya ke pantai. Angina laut bertiup cukup lembut malam ini. Dari kejauhan tampak ku lihat cahaya petromak perahu nelayan bersinar seperti kunang-kunang dari tengah laut. Lampu-lampu neon juga bersinar warna-warni disepanjang pesisir pantai anyer.

“Mas, jalan-jalan ke pantai yuk”



*****



Suara deburan ombak terdengar semakin gemuruh, di langit sana bulan bersinar terang tak hanya memancarkan cahaya hangat, namun juga memberi gravitasi agar laut semakin pasang demi menggerus daratan. Di antara batas lautan & daratan itulah kami berjalan-jalan. Alas kaki sengaja kami lepas demi merasakan lembutnya pasir pantai & air pantai. Malam ini bulan bersinar hangat hingga cahaya temaramnya cukup membuat pandangan kami jelas tanpa bantuan lampu sekalipun, jejak-jejak kaki yg kami buat tersapu jilatan ombak.

Andai saja kami adalah sepasang kekasih, tentu sudah kuraih tangannya & kupagut mesra bibirnya sejak tadi. Suasana romantis memang selalu mudah mengundang nafsu.

Kami berjalan menyusuri pantai melewanti warung-warung makanan, & perahu-perahu nelayan yg tertambat. Tujuan kami adalah batu karang besar diujung sana yg sejak tadi terlihat menggoda dari hotel. Sejak tadi Hp ku terus bergetar, pasti Yunda, namun aku tak perdulikan dulu. Saat ini Hana yg ada didepanku, aku takut dia curiga kalau aku terlalu sering memainkan Hp, untung tadi sempat ku senyapkan.

Sepanjang jalan adikku menceritakan kondisi keluarga ibuku di Solo, serta pengalamannya seminggu menjalani berbagai proses rekrutmen. Dalam ceritanya dia sangat yakin yg terbaik dalam test TPA serta psikotest. Namun apadaya nasib baik belum berpihak padanya. Aku sendiri hanya termenung, perasaanku tentang kegelisahan hubunganku dengan Hana muncul lagi dalam benakku. Sebelumnya aku menunda karena beralasan mencari waktu yg tepat untuk mendiskusikan ini, & sekarang kami hanya berdua, jauh dari keramaian, ditepi pantai bertemani deburan ombak, menurutku bila ingin bicara inilah saatnya. Namun nurani ku menolak, adikku baru saja terhibur dari rasa sedihnya, tegakah aku merusak kesenangannya ditempat & suasana yg indah ini. Memikirkan itu membuatku sedih & gamang.

Ternyata butuh setengah jam buat kami untuk mencapai karang raksasa tersebut. Karang tersebut berdiri kokoh ditepi pantai, tingginya melebihi rumah kami, tampaknya bisa dinaiki karena ku lihat sekilas ada jalan setapak. Namun kami mengurungkan keinginan kami karena ini bukan wilayah kami, kami takut terjadi hal yg tidak di inginkan. Disampng adikku masih trauma dengan hal berbau mistis, dia benar-benar terbayang dengan kejadian horor di Sekolahnya dulu. Sampai disana Hana hanya memintaku untuk mengabadikan momen ini dalam ponselnya. Setelah itu kami memilih duduk di perahu nelayan yg tertambat ditepi pantai, pemiliknya tak tampak disitu, namun sepertinya tak keberatan bila kami duduk disitu. Sunyi beberapa saat, kami seperti asik dengan pikiran kami, atau mungkin sedang menikmati suasana malam ditepi pantai.

“Aku udah tau Mas.. kemaren ibu cerita” aku terlonjak, jantungku seperti lepas. Walau aku sudah nyaris tau apa maksud perkataan tadi namun tetap saja secara reflek aku bertanya pada Hana.

“maksud kamu dek??”

“soal perjodohan kamu sama Yunda mas” adikku menjawab sambil memandangi kakinya yg penuh pasir pantai. Mendengarnya jelas menciutkan ku. Saat ini yg terbaik buatku adalah diam, untuk bersiap menerima amarah adikku. Namun dia masih duduk anteng, hanya memandangi kakinya sambil sesekali membuang pandangannya ke laut lepas. Aku hanya menunduk kaku, dia melirik ke arahku. Lalu tersenyum tipis.

“Mas aku gak marah kok.. aku tau bakal dateng saatnya juga kok kita mesti ngobrolin ini. & waktu aku denger rencana perjodohan mas sama mbak Yunda, menurutku ini jadi waktu yg pas buat kita ngebahasnya..” seluruh tubuhku dingin sekali, dilanda rasa gelisah & bersalah.

“mas tau gak, sebenernya aku udah lama ngerasa mau sampai kapan kita kaya gini. Kita berdua tau kalo ini tabu, gak wajar, & jelas… dosa..” ketika menyebut kata dosa suara adikku bergetar, sepertinya air mata siap tumpah. Akupun mau tak mau semakin menciut di tempatku.

“Maaf ya mas.. tapi jujur aku nikmatin saat-saat itu. Aku juga sempet larut, walau sebenernya kadang aku mau banget nolak kalo mas ngajak aku. Tapi gak tau kenapa aku gak bisa, aku sayang banget sama kamu Mas.. lama-lama aku tau kalo perasaan ini nih udah gak wajar buat kita. Mau gimana juga kita ini adek kakak..” Hana berbicara sambil menangis tertahan. Walau dengan temaram cahaya bulan, aku bisa melihat pipinya yg tirus telah basah.

“Jadi menurutku mas, karena sekarang udah ada Yunda buat kamu… ini saatnya buat kita nge-akhirin ini..” Kini aku tak bisa lagi menahan air mataku sendiri untuk jatuh.

“Maafin mas dek..” hanya itu kata yang bisa aku ucapkan dengan bergetar.

Mendengar kata-kataku adikku menatapku, lalu dia memeluk tubuhku.

“Kita berdua yang salah Mas” kata adikku sambil mendekapkan tubuhnya ke tubuhku. Pelukannya terasa hangat, seolah seluruh jiwaku damai dalam pelukannya.
"Yunda datang ke hidup kamu jg bukan salah siapa-siapa, emang udah takdirnya begini mas. menurutku ini waktu yg pas buat kita jadi adek kakak normal lagi"
Aku sendiri hanya bisa menangis tertahan dalam pelukannya.

Sesungguhnya aku terkejut atas kebesaran hati adikku. Harusnya saat ini hatinya sedang terluka, sudah sepantasnya dia memaki & menghina ku karena tak menceritakan perjodohan ku dengan Yunda, namun adikku justru melihatnya dari sisi yg lain, dia benar-benar melihat bahwa hubungan kami memang akan tiba saatnya untuk berakhir.

Hatiku sendiri benar-benar hancur, andai aku bisa setegar adikku saat ini. Dalam hati aku mengutuki takdir kami, kenapa aku & Hana harus terlahir sebagai saudara sekandung? Mengapa aku tak bisa memiliki hatinya, mengapa aku tak bisa memiliki cinta adikku? Bukankah kamu sudah memilik Yunda Ar? Kamu jangan egois, nanti kamu semakin menyakiti Hana.

Yah!! Aku memang egois. Namun sungguh aku tak ingin menyakiti siapapun sama sekali. Andai saja Hana bukan adikku, lalu dia & Yunda datang bersamaan dihadapanku & aku harus memilih diantar mereka berdua, maafkan aku Yunda aku sudah pasti memilih Hana sebagai pendamping hidupku.

Bukan, bukan karena Hana lebih baik dari Yunda. Mereka berdua sama-sama wanita yg baik, punya keunggulan masing-masing yang sudah jelas masuk dalam kriteria pria manapun bila mencari pendamping hidup terbaik. Secara face memang Yunda jelas lebih unggul dari Hana, namun ini bukan soal itu. Entah kenapa nuraniku lebih memilih Hana. Hanya sekali lagi dinding terbesar yg tak mungkin dirobohkan adalah fakta bahwa kami berdua adalah saudara kandung. Maka karena hal itulah Yunda menjadi yg terbaik buatku. Walau demikian aku masih merasa bahwa kenyataan ini terasa begitu pahit. Aku masih tergugu dalam dekapan adikku, kurasakakan juga pundakku basah oleh air mata Hana.

“Mungkin kita masih bisa ngelakuinnya sekali lagi mas, untuk yg terakhir kalinya..” Kata Hana berbisik sesenggukan ditelinga ku.

masih bakal bersambung ke part 10C

ending malem itu yg sama yunda emng gw harepin ga terjadi apa-apa, malah kalo sampe terjadi jadi merusak ceritanya. keren cerita lo bro...

jadi pengen ketawa denger permintaan neng hana, lagi sedih-sedihan minta lagi...haha
 
Part 11


“Cam… cami… heyy…!!” teriakan Yunda membuyarkan lamunanku. Andai saja dia tak memukul-mukul pelan pipiku mungkin aku masih larut dalam pikiranku.

“eh iya bi.. kenapa tadi?” Kataku saat tersadar.

“kamu ngelamunin apa sih? Tumben amat kamu ngelamun kaya gitu. Semenjak kemaren loh aku liat kamu ngelamun. Kenapa? Nyesel udah lamaran?” interogasi kecurigaan khas wanita yg penasaran oleh Yunda.

“Enggaklah.. mana ada aku nyesel. Aku Cuma rada grogi aja bi. Abis lamaran kemaren, aku kepikiran nanti kalo kita udah resmi jd suami istri, apa aku bakal siap jadi kepala rumah tangga yg baik, terus kalo amit-amit nanti misalnya kondisi kita lagi gak bagus, aku takut gak siap ngehadepinnya” kataku meyakinkan, walau aku memang merasa demikian namun hal itu bukanlah alasan lamunanku tadi. Jadi sebenarnya aku sedang mencoba mengelak.

“ooh gitu.. iya juga sih cam. Aku juga rada grogi. Takut gak bisa jd istri yg baik buat kamu cam.

Tapi kamu mau tau gak alesan kenapa kita harus tetep ngelangkah maju?” Kata Yunda. Aku hanya menggeleng pelan.

“karena di kehidupan rumah tangga nanti, kamu gak akan ngehadepinnya sendirian cami ku, tapi kita berdua. Kita bersama yg bakal ngalamin pahit manisnya nanti. Aku gak khawatir, karena aku punya kamu & kamu jg gak usah khawatir karena nanti aku selalu ada buat kamu cam. Pokoknya kayak aku jadi pakaian kamu, kamu jadi pakaian aku” Yunda bicara sambil memeluk lenganku & menyandarkan kepalanya dibahuku.

“emmmmmhhh… so sweet deh kamu bi..” kataku membelai kepalanya.

Aku sedang berada di gazebo halaman belakang rumah Yunda saat ini. Hari ini hari sabtu, Kamis malam yg lalu adalah momen paling membahagiakan buat keluarga kami karena malam itu ayahku resmi meminang Yunda untuk menjadi calon istriku. Kejadian itu masih terekam jelas dalam benakku. Keluargaku sampai dirumah Yunda tepat pukul setengah Sembilan & langsung disambut hangat oleh Om Deden sekeluarga lengkap ku lihat ada kak hendi kakak Yunda hadir bersama istrinya teh Ela & anaknya yg baru berumur setahun Endra, minus Genta yg masih di Jogja.

Tak ada penyambutan besar-besaran, karena memang hanya dua keluarga inti yg hadir dalam acara lamaran ini. Kami datang membawa sekotak besar donat & satu Tupperware besar berisi kebab beku yg dibuat spesial oleh Ibu & Hana. Sedangkan keluarga Om Deden menjamu kami dengan cemilan-cemilan ringan seperti keripik pisang, kacang & roti bakar coklat hangat yg kata Bu Vera asli buatan Yunda. Sebenarnya Bu Vera sudah bilang pada ibu ku untuk tidak perlu repot membawa sesuatu yg sifatnya seperti “seserahan” buat lamaran ini, tapi ibu ngotot, beliau bilang malu kalau datang tanpa buah tangan. Saat Yunda & Hana saling bercipika-cipiki itulah kesedihanku bangkit kembali, aku memikirkan adikku lagi. Saat itu adikku memakai gamis merah tua dibalut oleh kerudung jingganya, manis sekali.

“Hana apa kabar, makin cantik yah kamu”
“Aku sehat mbak, ah ada juga mbak Yunda makin cantik. Tuh buktinya mas ku kesengsem sama mbak. Hehehehe”

Walau dalam getir aku masih mencoba tersenyum. Aku ingat saat SMP mereka berdua adalah duet maut yg sering mengharumkan sekolah kami dalam berbagai lomba di tingkat provinsi. Dua perempuan genius dengan segala pesona masing-masing yg keduanya mengahangatkan hatiku & mewarnai hidupku dengan caranya masing-masing. Dalam hati aku bingung juga, betapa beruntungnya aku bisa dikelilingi mereka berdua. Disaat jones-jones diluar sana berjuang mati-matian mencari pujaan hati, Hana & Yunda justru mampir begitu saja dalam hidupku.

Walau memang selama sebulan aku menjalin hubungan dengan Yunda, aku belum sempat mempertemukannya dengan Hana. Untungnya Yunda sendiri belum pernah merengek minta d ajak kerumah ku. Selama sebulan lebih berpacaran kami lebih sering di rumah Yunda saja, menikmati hidangan yg disajikan olehnya, makan malam bersama keluarga Om Deden lalu menikmati minuman hangat Yunda sambil bersenda gurau di gazebo belakang rumahnya. Selain sehat tentu irit biaya. Hehehehe..

Acara lamaran berlangsung santai tanpa formalitas, Yunda Nampak sangat anggun dalam balutan Jilbab panjang keperakan & gamis biru mudanya, Nampak serasi dengan baju koko biru muda ku. Memang sudah jauh-jauh hari Yunda menyiapkan pakaian ini untuk kami berdua, “biar kita couple-an Cam” kata Yunda dibutik waktu itu.

Setelah basa-basi sebentar Ayahku langsung menyampaikan maksud & tujuan kedatangan keluarga kami, sambil memohon maaf kalau kami tidak sopan atau lancing, beliau secara resmi meminta Yunda untuk dijadikan menantunya. Om Deden sendiri tak keberatan dengan lamaran dari Ayahku, namun sbg ayah yg tak mau memaksakan kehendak beliau mempersilahkan Yunda sendiri yg menentukan jawabannya. Aku ingat ekspresi Yunda tertunduk dalam saat itu, ada setetes air mata mengalir dari matanya, lalu perlahan dia membuka mulutnya.

“Bismilliahirrahmanirrohim, dengan mengharap ridho Nya, lamaran dari keluarga pak Irul (Samaran Ayahku) saya terima” Kata Yunda sambil terisak.

“Alhamdulillah” kata kedua belah keluarga kami secara bersamaan. Bu Vera langsung memeluk Yunda sambil berkaca-kaca, Ibu ku juga langsung memegang tanganku erat. Sedang Hana, dia tampak menunduk dalam di Sofa ujung. Sejujurnya aku tak mampu mebayangkan perasaannya saat itu. Memikirkan bagaimana nasib Hana kedepannya, itulah alasan mengapa aku melamun walau ada Yunda disebelahku saat itu. Tapi terlepas dari perasaan Hana yg jadi misteri saat itu, keluarga kami sepakat menetapkan bahwa akad serta resepsi pernikahanku & Yunda akan diselenggarakan pada bulan Januari tahun depan.

(Mohon do’anya ya dari warga semprot. Sorry OOT)





*****



“Haah..? Masak sih Hana masih jomblo Cam?” kata Yunda setengah berteriak tak percaya.

“Iya bi. Serius. Kasian dia.. aku sih pengennya bantu dia nyari cowok gitu. Kamu ada ide gak?”

Kataku.

“kamu tau kan aku sama Hana Cuma beda setahun doang. Dia cewek lagi, aku takut dia telat umur. Pengennya sih abis kita nikah, tahun depannya Hana langsung nyusul. Gitu bi”

“kamu perhatian banget sih sama adek kamu.. makin cinta deh cam” Yunda mendelik manja.

Akhirnya memang aku harus menumpahkan kegelisahanku pada Yunda, walau dengan cara yg seolah mencuci tangan & menutupi kebenarannya mengapa aku gelisah soal Hana.

Aku sendiri setelah acara lamaran tersebut belum berani mengajak adikku ngobrol lagi. Yang jelas aku tak lagi melihat senyum di wajah manisnya. & lebih parah terlihat jelas dia mencoba menghindariku. Saat berpapasan dirumah saja dia membuang wajahnya, menumbuh suburkan perasaan tak enak & bersalahku padanya. Aku bisa mengerti sebenarnya, kendati dia sudah berbesar hati melepaskan hubungan selama ini, namun ekspresi karena perasaan wanita tak mungkin dibohongi. Saat ini jelas adikku sedang dimakan perasaannya. Aku sungguh tak kuat melihatnya, terlebih lagi dia memendam kesakitan itu sendirian, hatiku yg harusnya berbunga-bunga justru semakin hancur. Makanya aku coba berinisiatif mencarikan teman pria untuk Hana.
“Kamu ada temen gak yg kira-kira cocok gitu buat Hana bi?”
“eemmmhhh… Coba deh nanti aku bantu cari” Kata Yunda masih menyandarkan kepalanya pada pundak ku.

Sore itu langit agak mendung, matahari enggan menampakan sinarnya yg hangat untuk penduduk bumi. Namun matahari disebelahku saat ini sudah lebih dari cukup untuk menentramkan batin ku yg sering kacau belakangan ini. Aku benar-benar memikirkan perasaan Hana.

Malam itu untuk kedua kalinya aku menemani Yunda yg sendirian di rumah. Om Deden sedang dinas malam, sedangkan Bu Vera harus menghadiri kegiatan ibu-ibu PKK di luar kota. Kami menghabiskan waktu dengan menonton film favorit Yunda, dia penggemar berat actor Tom Cruise, jadi selepas maghrib kami menikmati Mission Impossible sampai Edge of Tomorrow. Untungnya aku juga penikmat film action jadi tak terlalu bermasalah dengan selera film Yunda ini, hingga tak terasa waktu menunjukan pukul 11.30 malam. Seperti dulu, Yunda memintaku untuk menyanyikan lagu romantis sebagai pengantar tidurnya. Setelah berganti pakaian tidur dia mengambil gitar dari kamar Genta & mempersilahkan aku masuk ke kamarnya. Aku sudah mempersiapkan lagu Celine Dion-My Heart Will Go On atau Lea Salonga-We Could Be In Love sebagai lagu pengantar tidurnya.

Di dalam kamarnya Yunda yg Nampak memakai celana basket selutut & kaos oblong hijau langsung naik ke ranjangnya & menutupi tubuhnya dengan selimut. Aku sendiri tersenyum, pakaian yg dikenakan Yunda membuat tubuh montoknya tercetak sempura, disisi lain jakunku naik turun, walau aku yakin bisa menahan birahiku sebenarnya. Toh dengan Hana sebenarnya sudah beberapa kali aku hampir khilaf merobek selaput daranya, namun bisa ku tahan juga akhirnya.

Aku baru saja duduk dipinggir kasurnya untuk memulai permainan gitarku, namun Yunda menahanku, dia memintaku untuk duduk disebelahnya yg sedang berbaring. Agak terkejut juga memang, mungkin dia berfikir status kami yg sudah resmi bertunangan melonggarkan dinding yg membatasi kami. Dengan canggung & gugup aku duduk di sebelah Yunda yg sengaja menggeser badannya demi menyisakan ruang buatku.

Petikan gitarku mengiringi lantunan suaraku yg menyanyikan lagu ost Titanic ini. Seperti sebelumnya, Yunda menyimak nyanyianku sambil tersenyum tipis dalam wajahnya yg diselimuti kantuk. Memang dia tipe orang yg cepat tertidur sebenarnya. Namun entah kenapa sampai lagu ini selesai dia belum tertidur juga, aku lanjutkan dengan menyanyikan lagu Lea Salonga sampai selesai bukannya makin sayu mata Yunda malah semakin terbuka. Saat lagu kedua berakhir inilah dia tiba-tiba bangkit lalu menyandarkan tubuhnya disebelahku.

“Cam, kamu mau tau gak?”

“Kenapa bi?”

“Kemaren, abis keluarga kamu pulang waktu lamaran, malemnya aku….” Tampak Yunda menyembunyikan sesuatu, entah apa itu yg pasti wajahnya merah padam. Aku jadi penasaran.

“Malemnya kamu kenapa bi? Kamu mimpiin aku ya? Hehehe” kataku mencoba bercanda.

“iya aku mimpiin kamu cam” aku tertawa renyah mendengarnya.

“hehehehe.. udah cinta mati nih yee” kataku meledeknya, Karena wajah Yunda tampak semakin memerah menahan malu.

“Tapi aku mimpiin kamu lagi…. Hubungan sex sama aku cam. Kita lagi berhubungan suami istri.. iiiih tuh kan aku cerita. Malu banget sebenernya.. hheeemmmhhh”

Mendengar pengakuan Yunda sontak tawaku hilang, tawa lenyap bangkitlah gairah ku yg tiba-tiba saja terbakar. Penisku tau-tau terasa menegang dalam celana boxer ku yg untungnya masih ditutupi jeans.

“Kamu mimpi basah? Sama aku?” kataku dengan nada bego, tak percaya dengan kata-katanya barusan.

“aaah.. udahlah ga usah dibahas lagi, malu tau.. Lagian kok aku bodoh banget sih sampe cerita-cerita.. haaaaahhh” Yunda tampak sangat menyesal, namun nada bicaranya yg manja malah menambah gairahku.

“udah gak usah malu bi.. aku gak akan ngetawain kamu kok”

“bener yah, awas kalo ketawa. Aku cubit nanti perut kamu” dia mengeluarkan ancamannya. FYI suhu, menurutku cubitan tangan Yunda ini super duper sekali sakitnya. Dulu waktu SMP saat aku tak sengaja membuatnya kesal karena usil menyembunyikan sepatu Hana di mushola sampai dia menangis, Yunda langsung perutku sampai kulitku memerah. Jujur, sakit sekali cubitannya, ditambah dia mencubit sambil memelintir tangannya, Arnold Schwarzaneger pun belum tentu kuat menahan cubitan Yunda. & tampaknya ancaman mencubit perutku tadi sengaja dia lakukan demi mengingat kenangan pahit cubitannya waktu SMP dulu. Hehehehe.

“aduuh apalagi pake di ancem kaya gitu. Suer deh aku gak akan ngetawain” Kataku agak ngeri. Wajah Yunda yg tadinya agak mirip Suzanna kini kembali teduh seperti sedia kala, dia tersenyum tipis lalu merebahkan kepalanya dipundakku lagi.

Sunyi untuk beberapa saat, sebelum aku bertanya lagi padanya.

“Gak ngantuk bi?”

“Gak tau kenapa aku gak bisa tidur cam”

“lagunya kurang enak ya buat tidur. Kamu request gih”

“Enggak bukan masalah itu.. aku… belakangan ini emang agak susah tidur. Kayaknya terlalu excited aja bakalan nikah sama kamu cam..”

Aku tersenyum haru mendengar kata-kata Yunda. Tak mampu lagi aku menahan hasrat ingin memagut bibirnya yg tebal & ranum, aku meraih dagunya lalu mendaratkan bibirku pada bibirnya, Yunda menyambut pagutanku dengan lembut.

Sebenarnya gairahku sudah sangat terbakar waktu itu, jujur saja tanganku sudah hamper nekad merebahkan tubuh Yunda & langsung menindihnya entah dia suka atau tidak. Namun ditengah pagutan kami aku teringat pesan WA Hana padaku tadi siang saat aku baru tiba dirumah Yunda.

“Mas, aku pamit dulu ya. Aku mau ke rumah Sofa temen kostan ku dulu di kampus di Ci*nj*r.

Adek jujur aja Mas, aku gak kuat deket-deket mas yg lagi bahagia. Bukan, bukan berarti aku gak bisa ikut bahagia buat kamu, tapi yah mas tau lah sebabnya kenapa. Mohon ngertiin perasaan adek ya mas. Semoga aku bisa cepet nerima keadaan ini, & kita bisa jadi adek kakak normal lagi sesuai janji kita.

Aku udah Wa mbak Yunda juga mas, aku udah nitipin mas ke dia. Mas harus inget janji kamu ya, Mas harus bisa cinta sama mbak Yunda ngelebihin cinta Mas ke adek, & Mas harus jagain dia ngelebihin mas jagain adek.

Terakhir, mas harus inget, kita wanita bukan sekedar mainan pelampiasan nafsu, tapi kita individu yg tercipta buat ngelengkapin kalian para pria. Adek bersyukur dulu mas memperlakukan aku seperti itu. Enjoy ya mas, salam buat mbak Yunda”

Rangkaian pesan panjang yg dia kirimkan siang tadi. Hana adikku sayang terpaksa mengungsi demi memberikan ruang kebahagiaan buatku. Dia tak ingin aku terus memikirkan perasaannya & memaksaku hanya memiliki Yunda saat dia tak ada. Dia pergi ke C*anj*r dengan alasan mendapat panggilan interview seingatku saat ku Tanya pada ibuku. Ooh Hana, wanita macam apa kamu ini, hati mu sungguh mulia, tapi mengapa kamu biarkan kakak mu ini sempat menorehkan noda dalam hati serta hidup mu. Perasaan bersalah & berdosa itu muncul kembali. Tak terasa air mataku meleleh setelah memagut bibir Yunda tadi. Aku sungguh merindukan Hana saat it.

“Cam, kamu nangis? Kenapa cam?” Yunda menatapku heran, namun penuh perhatian. Aku mencoba tersenyum dalam sendu, aku bertekad memenuhi amanat Hana, yaitu mencintai Yunda sepenuh hatiku. Dan pesan dari Hana itulah yg memadamkan birahiku, hatiku tiba-tiba hangat seolah dipenuhi perasaan & harapan dari adikku. Aku bernjanji akan memperlakukan Yunda dengan cinta, bukan dengan nafsu, hanya demi kamu, adikku tersayang. Hana.

END
Teruntuk Adikku tercinta "RL" yg sedang berjuang meraih hidup baru di Tanah perantauannya..
Mas kangen sekali dengan mu. Semoga kamu sehat & baik-baik saja disana dek.
Real story ini kutulis tanpa mengurangi atau menambah kejadian-kejadian inti yg memang terjadi. dramatisasi tambahan hanya sedikit sbg bumbu penyedap.
TS mengucapkan terimakasih atas atensi berupa like, comment, cendol, dll. Terimakasih sudah mau mampir di thread nubie yg hina ini.
Sejujurnya, aku menulis & mengawali thread ini karena benar-benar butuh tempat untuk mencurahkan isi hati yg tak mungkin ku ungkapkan secara langsung pada orang lain, beruntung seorang teman mengenalkan forum ini dimana aku bias bebas mencurahkan segalanya & tetap terjaga privasi ini.
sekali lagi aku mengapresiasi setiap reader baik itu yg meninggalkan jejak atau tidak, namun sudi menjadi "teman bicara" ku dengan mampir d thread ini. Semoga kalian semua bahagia. Trims.. Salam LockerKavyJones

tamat juga akhirnya,,,

lo harus banyak bersyukur, dulu diawal cerita sekilas tampak hidup lo "blangksak", frustasi karena status pengangguran lalu tiba-tiba adek lo datang sebagai obat penawar, menjadikan hidup lo berasa hidup kembali.
kemudian lo dikasih rezeki, akhirnya bisa lepas dari status pengangguran dan gw liat dari cerita lo kerjaan ini cukup menjanjikan untuk masa depan.
ga cukup sampe situ, jodoh terbaik buat lo pun datang tanpa harus bersusah payah lo cari-cari.

kurang apa lagi coba, hidup lo udah bener-bener indah. banyak-banyak bersyukur aja menurut gw biar tetep dikasih nikmatnya hidup.

buat neng hana, semoga dapet jodoh yg baik buat dia dan bahagia selalu. lo jg jangan sampe lupa mesti tetep jagain dia bro..

sory ya kalo kesannya seperti menggurui, gw cuma berbagi pendapat aj..hehe


koq gw jd kayak komen di HTH yah...wkwkwkw
 
Bimabet
Part 9F



Mau tak mau aku & adikku tersentak, kami saling berpandangan lalu secepat kilat aku berguling turun & bersembunyi disisi tempat tidur yg jauh dari pintu. Hana sendiri langsung merapihkan dasternya, menyembunyikan bra’a d yg jatuh ke lantai dgn melemparnya k atas lemari lalu menarik selimutnya.

Pintu terbuka, “dek..” panggil ibuku. Hana mencoba berakting pura-pura tidur sebaik mungkin, untungnya ibu ku hanya menengok sebentar, memeriksa kondisi kamar tanpa masuk lalu menutup lagi pintu kamar adikku. Ah sial, ini pasti gara-gara jeritan adikku tadi, gagal deh aku balas dendam bathinku, aku sendiri tadi panas dingin dibawah tempat tidur adikku, jantungku nyaris copot, bagaimana kalau permainanku dgn Hana ketahuan, sudah jelas aku akan di usir dari rumah.

Tak berapa lama aku mendengar suara kamar orang tua ku menutup kembali, pasti ibuku sudah kembali k kamarnya. Sungguh tak tergambarkan kaget ku saat itu, ketika aku bangkit lagi aku melihat wajah adikku yg pucat pasi, untungnya daster hana belum sempat aku lucuti tadi, aku pasti mati kalau ibuku menemukan hana tertidur tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya & tiba-tiba juga memergoki ku telanjang bulat dikamarnya. Sedikit lega aku menyeka keringat dingin yg membasahi wajahku.

“Mas, maaf ya kayaknya kita udahan dulu” raut kekecewaan tampak diwajah pucat adikku, aku sendiri kesal karena belum bias menyamakan kedudukan dgn Hana, tapi demi keselamatan kami bersama aku terpaksa setuju.

“iya udah dek, gak apa-apa, maaf ya belum bs bikin kamu keluar tadi” kataku memohon maaf, adikku hanya tersenyum simpul, “gak kok mas, nih udah basah kok”. Aku hanya bias membalas senyumannya, lalu merapihkan kembali pakaian ku. Sebelum keluar dari kamarnya kami sempat berpagutan lagi.

“sweet dream my lovely sister” kataku, akupun mengendap-endap menuju kamarku.



Minggu pagi aku bangun agak telat, aku melihat ke celana boxer ku basah, sepertinya aku mimpi indah semalam. Tapi itu juga tanda hasrat ku dengan adikku semalam belum tuntas, aku Cuma bias mengutuki takdir. Aku bergegas mandi, didapur kudapati adikku & ibuku sedang membuat sarapan pagi. Ketika sarapan tersaji kami sekeluarga makan bersama, selama makan ibuku sempat membahas kejadian tadi malam, ibuku menduga Hana bermimpi buruk sampai menjerit seperti itu. Adikku agak gelagapan, namun cepat menguasai diri, kepada ibu & ayahku dia mengaku bermimpi tentang kesurupan masal yg terjadi disekolahnya saat malam puncak keakraban dulu, Ibuku hanya mengangguk. Tinggal aku merana, atau malah Hana juga demikian, hasrat kami belum tuntas, aku sendiri merasa libido ku masih sangat membara, namun mau bagaimana, ini hari terakhir liburan, pasti kedua orang tua kami ingin menghabiskan waktu dirumah saja menikmati istirahat, sedang malamnya aku harus berangkat kembali ke kota tempatku mengais rejeki. Ah, betapa dewi fortuna sedang jauh dariku. Setelah sarapan aku berencana pergi ke rumah salah satu temanku, aku tak mau ada dirumah, adikku masih memakai daster yg membuat pantat & payudaranya tersembul jelas, sudah pasti aku akan tersiksa menahan birahi yg belum meledak.

Aku kembali ke kamarku setelah sarapan, sedang sibuk bersiap-siap tiba-tiba ponselku berbunyi, ada pesan masuk, ku ambil ponselku yg tergeletak dikasurku, jantungku berdegup, ternyata ini pesan dari Yunda.

“hai Ar, lg apa? Udh bangun dong. Btw sore sibuk g? temenin gw jogging mau?” aku tersenyum mendapat ajakan dari Yunda, kebetulan sekali karena memang sebisa mungkin aku harus menghindar dari godaan tubuh adikku hari ini, & ajakan dari Yunda bisa menjadi penawar yg pas, apalagi dgn jogging aku berharap gairahku ikut terbakar bersama kalori nanti, jadi tak sabar menunggu sore.

“eh elu nda, gak lg ngapa2in kok gw. Boleh jg tuh, sore gw kosong kok. Dimana nda tapi?” balas ku dalam pesan,

“yeee ada temen jogging gw. Sore jemput gw y Ar jam setengah empat, kita jogging di san di*g* hills aja gmn?”

“ooh ok deh sip”

“okey, thx ya Ar”

Aku benar-benar senang dengan ajakan dari Yunda, untuk menghemat waktu aku sekalian saja membawa perlatan yg kubutuhkan saat jogging agar bisa langsung menjemputnya nanti dari rumah temanku. Setelah kurasa cukup, aku keluar dari rumah dgn membawa vario kesayanganku.



Tak terasa waktu menujukan pukul tiga sore, aku memutuskan bergegas dari sekarang agar sampai jam setengah empat tepat dirumah Yunda. Sampai didepan rumahnya, aku memencet bell, tak berapa lama keluarlah Yunda, dia sudah siap mengenakan celana training pink cerah dgn kaos panjang abu-abu yg sebenarnya longgar namun tak mampi menutupi tonjolan dada serta pantatnya, & jilbab panjang kuning cerah yg menutupi dadanya, dia tersenyum menyambut kedatanganku.

“tepat waktu banget Ar, gw kira bakal telat berapa menit gitu, mau masuk dulu gak? Gw bikini minum nih” katanya sambil membuka pagar.

“yah masa telat kalo jemput calon istri, hehehehe.. gak usah nda kita langsung tancep aja yuk” kataku sedikit menggodanya, Yunda agak terbengong & menatapku sekilas, lalu menunduk, namun tak mampu menyembunyikan rona merah dipipinya yg chubby, bibirnya pun tersenyum tipis agak tertahan rasa malu, dia sungguh menggemaskan.

“iiih Ar, apaan sih lu..” nada suaranya terdengar malu-malu. “yaudah deh ayo berangkat, gw kunci pintu dulu ya, gak ada siapa-siapa soalnya dirumah”

“jangan lupa helm ya nda, gw cm ada satu soalnya”

Setelah menunggu Yunda memastikan rumahnya aman, kami pun berangkat menuju jogging track. Sepanjang perjalanan kami berdua bercanda santai, kami benar-benar sudah merasa sangat akrab, apalagi saat kami mengobrol Yunda harus memajukan badannya agar bisa saling mendengar hingga mau tak mau kedua buah dadanya menyentuh punggungku, mau tak mau aku panas dingin juga, ini pertama kalinya organ intim miliknya menyentuh tubuhku.

Di jogging track kami melakukan pemanasan singkat sebelum mulai, disaat seperti aku benar-benar menikmati setiap inci tubuh Yunda walau masih tertutup pakaiannya. Apalagi saat kami memulai jogging, posisi kami yg berlari saling sejajar, hingga kedua buah dadanya yg berguncang hebat benar-benar tak bisa luput dari mataku. Antara beruntung & tersiksa sebenarnya, niat awalku berolahraga ingin memadamkan libido, namun kini justru jogging bersama Yunda malah membakar lagi hasrat yg belum sempat tersalurkan sepenuhnya tadi malam, ditambah lagi peluh yg membasahi wajahnya ibarat cahaya yg semakin memancarkan sensualitas dari Yunda, ah pikiranku benar-benar ada pada selangkanganku seharian ini.

Entah karena kami saling menikmati waktu bersama atau terlalu asik bercanda, tak terasa sudah empat puluh menit kami berlari mengitari danau di jogging track, kami memutuskan untuk beristirahat minum.

Kami duduk berdua ditepi danau san d*eg* hills, selama istirahat kami berdua mengenang masa-masa kecil kami saat rumah kami masih berdekatan, lalu Yunda juga bercerita momen-momen membanggakannya saat menjadi wakil sekolah untuk lomba kecerdasan, dia ingat bagaimana bersalaman dengan menteri pendidikan, lalu kejadian saat dia gagal mendapat beasiswa ke Australia karena dia yakin ada kongkalikong dgn orang dalam. Aku benar-benar kagum dengan otaknya yg encer, kurang apalagi dia, cantik, montok, cerdas, walau aku belum tau sejauh apa kemampuannya dalam mengurus rumah & memasak, namun aku yakin Yunda mampu.

Dia juga memaksaku menceritakan bagaimana bisa menjadi anak yg mandiri sejak SMA, & berani berbisnis walau modal pas-pasan, sekarang giliranku bisa membanggakan diriku, kataku tersenyum dalam hati. Yah menurutku kami pasangan yg pas, Yunda sangat menonjol di otak kirinya, sedangkan aku adalah tipikal orang kreatif yg sangat mengandalkan otak kanan.

Yunda mendengarkan ceritaku sambil memandangku lekat-lekat, aku baru sadar setelah menyelesaikan ceritaku tentang sulitnya mengikuti gaya anak gaul di Bandung.

“kenapa nda? Lu kok ngeliatin gw kaya gitu”

“eehhmm.. Ar, ternyata selama ini wajar y nyokap gw sering cerita tentang lu. Lu emang punya pikiran kedepan, sama tanggungjawab..” dipuji seperti itu otomatis kepalaku seperti mau meledak.

“..gw jg ngerasa gak masalah kalo akhirnya…. Kita beneran jadi dijodohin Ar, menurut lu gimana?” Kata Yunda pelan, malu-malu, grogi serta ragu-ragu pasti berkumpul diwajahnya yg memerah padam sekarang. Aku jelas kaget atas keterbukaan Yunda seperti tadi, mendengar kejujuran dari mulutnya mau tak mau secara reflek tanganku mengangkat dagu Yunda yg agak tertunduk & langsung kudekatkan wajahku ke wajahnya, bibirku kebibirnya hingga akhirrnya… aku memenangkan ciuman dari Yunda sore itu.
Mendapatkan serangan dari bibirku, Yunda sama sekali tak melawan, bahkan ekspresi kagetpun tidak, yg kurasakan begitu bibirku mendarat dibibirnya dia langsung bereaksi menerima, bahkan tangan Yunda meraih kepalaku sesaat setelah ku daratkan ciumanku, bahkan yg kurasa kami saling membalas dengan lembut & romantis. Setelah kami melepaskan ciuman kami, mulutku mengikuti kata hatiku, langsung saja aku menembak Yunda,
“Nda, boleh gak kalo cm gw yg punya hati lu, mulai hari ini sampe selamanya..?” aku berkata setegas mungkin dgn kata-kata terindah yg bisa kurangkai, walau yg keluar hanya sekedarnya saja.
Mendengar kata-kataku, kulihat air mata Yunda meleleh, bibirnya menyungging senyum, dia sempat menundukan kepalanya lagi sambil menyeka air matanya dgn punggung tangannya, lalu menatap kembali wajahku sambil mengangguk, “with my pleasure… honey”
Deg!! Tiba-tiba dia memanggilku “honey”, otomatis aku senyum lebar, hingga sekali lagi aku mendaratkan pagutanku ke bibirnya. Suasana sore yg cerah sejuk, matahari yg menuju persinggahannya, dipinggir danau yg asri, aku & Yunda menautkan janji kami.
“semoga ciuman pertama aku tadi bisa jadi tanggungjawab kamu sama janji kita Ar..” Kata Yunda didalam dekapanku.
Oh ternyata si akang teh org pangkal perjuangan yah...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd