Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT True Story sama Adek Cewek Gue Gan

Mending berdasarkan kenyataan aja hu, biar konflik2 n ketegangan cerita mengalir lebih dalam berasa lebih grrrr...
 
Hana udah tau Arman pacaran sama Yunda. Keliatannya Hana bisa nerima padahal sebenere gak ikhlas. Beberapa kali Yunda main kerumah Arman. Disitu mereka mesra2an tapi direcoki terus sama Hana. Hana juga pake pakaian yg bikin konak, seksi abis. Tapi kalo diajakin petting gak mau. Kan jadi kentang tuh, bisa liat tapi gak bisa grepe-grepe.
:bata:
Akhirnya yg baca jadi ikutan kentang deh. :pandaketawa:
 
Part 10A

Ini adalah minggu ketiga aku & Yunda resmi berpacaran. Setiap akhir pekan aku pulang ke rumah untuk kencan bersamanya pada malam minggu. Hari ini hari jum’at sore, aku menyeduh segelas kopi sebelum bersiap pulang malam nanti. Minggu ini Yunda mengajakku mancicipi masakannya dirumahnya setelah pekan lalu kami pulang dgn kecewa karena mampir di kafe yg sangat tidak rekomended, makanannya standar tapi harganya menguras dompet, andai saja Yunda tidak memperbolehkanku memagut bibirnya lagi sudah pasti itu akan jadi malam yg tidak menyenangkan buatku. Memang benar kata comica terkenal Raditya Dika, akan tiba masanya dalam hubungan berpacaran dimana kalian dipaksa mencicipi makanan buatan cewek kalian. Hehehehe.. Aku memang belum pernah makan masakan Yunda, tapi mendengar pujian dari ibuku bahwa Yunda bakal jadi istri yg baik membuatku tak ragu menerima ajakannya, apalagi aku yakin akan makan bersama keluarganya Yunda, jadi mana mungkin makanannya tidak enak.

Hana sendiri minggu ini baru mendapatkan panggilan interview lagi, hari ini dia harus berangkat ke Solo agar bisa mempersiapkan diri untuk hari senin. Kebetulan adik ibuku tinggal di Solo jadi Hana tak perlu repot menyewa hotel seperti di Bandung dulu.

Minggu lalu kekecewaan ku karena kencan yg tidak memuaskan dengan Yunda di obati tuntas oleh adikku. Pulangnya, aku yg masih agak kesal iseng-iseng membuka kamar Hana yg ternyata tidak dikunci, cuaca malam itu panas sekali. Hana tak pernah bertanya kemana aku setiap malam minggu, karena sudah jadi kebiasaanku sejak dulu baik dalam kondisi punya pacar atau tidak, aku tak pernah ada dirumah. Yang dia tau aku pasti main ke rumah teman, atau nonton bareng bola.

Kulihat adikku memakai daster tipis bertali seukuran jari telunjuk & panjangnya dasternya tidak menutupi setengah pahanya. Dia tertidur dengan tangan kanan diatas tubuhnya hingga membuka ketiaknya, sedangkan roknya telah tersingkap memperlihatkan cd putih yg dia pakai. Putingnya yg menonjol dari balik dasternya membuatku panas dingin, tumben sekali adikku tidak memakai bra. Aku dekatkan wajahku ketubuh adikku, dapat kuhirup bau keringat Hana, bau tubuh yg benar-benar sensual dari adikku.

Aku perlahan-lahan memposisikan kedua tangan adikku kebawah agar dapat kuturunkan tali dasternya hingga langsung saja tampak kedua bukit kembar milik adikku yg menantang. Posisi tidur adikku yg terlentang membuat buah dadanya semakin enak dilihat, aku tak bisa lama-lama menahan tanganku untuk langsung bermain dikedua payudaranya.

Apakah suhu semua bosan bila aku memuji payudara Hana? Karena memang bentuk payudara adikku benar-benar indah buatku. Aku merasa kedua tangan serta mulutku sangat tertawan bila sudah menyentuh dagingnya yg empuk kenyal hingga menari-nari bersama putingnya.

Tubuh adikku yg terguncang-guncang karena nafsuku membuatnya terbangun. Tak ada ekspresi kaget darinya, malah Hana tersenyum tipis dengan wajah masih terlihat mengantuk.

“kamu gak marah dek?” aku sempat bertanya heran.

“aku sengaja mas pake daster ini, takutnya mas dateng malem-malem terus kangen sama aku, jadi biar gampang buka terus mainin dadaku..” katanya dengan suara orang baru bangun tidur pada umumnya.

Rasa terharu muncul diantara nafsuku, terlepas dari kehadiran kakaknya yg merusak & memeluknya dengan nafsu, adikku adalah wanita paling pengertian yg pernah ku kenal. Agaknya dia memilki kepekaan & rasa pengertian yg tinggi. Aku sungguh menyayanginya.

Tak ingin membuang waktu malam yg sempit ini karena kami masih agak trauma dengan kejadian hampir dipergoki ibuku, adikku langsung meraih mulutku & kami saling berpagut mesra. Sambil berpagutan, aku melepas cd Hana, dia tak menolak bahkan mengangkat tubuhnya agar mempermudah kerjaku. Aku sendiri melepaskan pagutanku & langsung melepas celanaku. Tak ingin buang-buang waktu karena dikejar rasa was-was aku langsung duduk dipinggir ranjangnya, lalu kuposisikan adikku agar duduk dipangkuanku. Ini adalah posisi favorit kami.

Batang penisku diapit oleh kedua pahanya ditambah sensasi dari kulit bibir vagina Hana, & kedua tanganku bisa bebas memainkan payudara adikku. Hana sendiri tangan kirinya meraih kepalaku untuk kembali berciuman, sedang tangan kanannya mengocok penisku diantara kedua pahanya.

Dasah nafas serta rintihan kami sebisa mungkin kami tahan, begitu juga dengan suara derit dari kasur adikku. Hanya suara nafas yg memburu yg keluar dari mulut kami, namun kami mampu menahan gejolak nikmat yg membuat liukan tubuh & goyangan dari pinggul kami. Apalagi kini goyangan adikku harus ku akui semakin memuaskan, secara kasar mungkin diranjang dia adalah wanita binal yg siap memberiku kenikmatan. Seperti sekarang, penisku merasakan kenikmatan combo karena diservis oleh hangatnya jepitan paha adikku, sensasi belahan bibir kulit vaginanya, serta kocokan jemarinya hingga membuatku seperti melayang. Yg lebih nikmat adalah ketika kumerasakan vagina adikku telah membanjir, basahnya itu akan menambah sensasi kenikmatan pada batang penisku.

Beberapa bulan permainan ini membuatku kami saling menghafal zona nikmat kami, karena tak perlu waktu lama bagi kami untuk mencapai puncak bersama. Saat orgasme adikku menggigit lembut bibir bagian bawahku tanda dia telah keluar, hingga akhirnya cairan adikku tumpah membasahi lantai, sedangkan spermaku membasahi sekujur perut, payudara bahkan kulihat sedikit mengenai dagunya.

Adikku langsung roboh didekapanku. Akupun merebahkan tubuh kami yg bermandi peluh. Kulihat adikku terpejam, senyum tipis tersungging dibibirnya. Aku bangkit lalu menggenakan kembali pakaianku, lalu kututupi tubuh adikku dengan selimut.

“makasih banyak yah adekku sayang, mimpi indah” kataku berbisik ditelinganya.



****


Aku menghabiskan hari sabtu ini dengan berisirahat & menyimpan tenaga untuk malam nanti. Walau aku sudah kenal baik dengan om Deden & bu Vera, tapi aku yakin bakal grogi habis disana. Apalagi aku membayangkan mereka hadir sekeluarga lengkap, ada kak Hendi dgn istrinya serta Genta. Aku merasa seperti tersangka yg siap di interogasi habis-habisan, jadi sebaiknya aku dirumah saja untuk mempersiapkan fisik & mentalku.

Aku sudah bilang pada ibuku akan makan dirumah Yunda nanti malam, beliau hanya tersenyum. Melihatku bahagia dengan Yunda pasti juga membuatnya senang, apalagi berbesan dengan bu Vera sahabatnya. Mungkin dikepala ibuku sekarang terbayang adegan film-film India favoritnya, dimana kedua anaknya dijodohkan lalu hidup bahagia selamanya.

Seingatku hari itu waktu berjalan lambat. Walau sudah coba kubunuh dengan bermain game namun tetap saja aku merasa senja sepeti ditunda untuk tiba. Perasaanku makin tak karuan, jantung juga malah tambah deg-degan. Mencoba tidur siang sungguh sia-sia, mataku tak mau terpejam sedikitpun. Namun akhirnya malam tiba juga hari itu. Aku berjanji pada Yunda pukul delapan malam.

Walau ini acara makan perdana dengan keluarga Yunda, aku mencoba menyikapinya dengan biasa saja. Tak perlu memakai baju sebagus mungkin atau berdandan lebay, aku hanya memakai kaus adid*as warna merah marun, dgn kemeja luar yg kulinting lengannya. Malam ini pun aku masih membawa vario kesayanganku, menurutku tampil sewajarnya justru akan menambah respek orang lain kekita, jadi aku tak perlu membawa livina yg notabene punya ayahku kalau Cuma sekedar untuk membuat keluarga Yunda terkesan, lagian toh mereka sudah mengenal keluargaku. Aku pun pamit pada orangtuaku sebelum berangkat, namun ketika mencium tangan mereka ibuku sempat memintaku untuk mendoakan agar adikku Hana bisa selamat sampai tujuan. Aku mengaminkan do’a ibuku.

Aku berjalan santai karena masih cukup banyak waktu, sekalian aku ingin menikmati suasana malam ini yg semilir sejuk, berharap ini bisa mengurangi grogi. Aku tiba dirumah Yunda sepuluh menit lebih awal. Setelah kubunyikan bel, dia keluar untuk membuka pagar & mempersilahkan ku masuk.

“ciee udah kangen yah, cepet amat kamu datengnya cam” sambutnya sambil tersenyum.

“idiih, siapa yg kangen. Orang aku Cuma laper aja kok. Terus denger-denger disini ada makanan gratis, yaudah aku meluncur kesini” aku mencoba menggodanya.

“iih enak aja gratis, harus joget dulu baru boleh makan” kami bercanda hangat, buatku yg paling menarik dari Yunda adalah tawanya yg imut. Benar-benar kontras dengan pipi chubby serta perawakannya yg cukup tinggi berisi. Malam itu Yunda memakai gamis krem dengan jilbab coklat susu. Semenjak kami jadian, Yunda memanggilku “cami” singkatan dari calon suami, sedangkan aku memanggilnya “cabi” dari calon bini disamping pipinya yg juga “cabi”. (Alay yak. Hehehe)

Yunda mempersilahkan aku masuk, namun aku merasakan hal yg janggal, dimana mobil mereka.

“Mobil kamu dimana bi?” aku bertanya sebelum masuk.

“dibawa ortu ku cam, tanteku baru lahiran jadi mama langsung minta dianterin papa ke Bekasi”

Aku kaget, tapi agak lega juga karena setidaknya grogi ku berkurang tanpa kehadiran om deden & bu vera. Tapi lagi-lagi aku heran karena disini tidak ada motor lain selain Beat biru milik Yunda, aku mencoba bertanya lagi, kali ini dengan peraaan menduga-duga mengenai feeling yg tiba-tiba muncul dibenak ku.

“terus ka Hendi sama Genta jg mana bi?”

“emm… ka Hendi sama the Ela gak bisa dateng cam, Genta kan kuliah. Kamu lupa ya?”

Wajahku mendadak tegang, feeling ku tadi benar.

“jadi bi maksudnya dirumah sekarang Cuma ada kamu sama aku?”

“Iya cam.. harus abis lho makanannya. Hehehehe” Aku melongo bego. Bukan soal makanannya, tapi hanya berdua saja dengan Yuna dirumahnya. Antara senang & berdebar-debar juga, senang karena taka da keluarganya yg membatasi gerak kami berdua, deg-degan karena aku meras ini seperti simulasi bila kami tinggal berdua saja dirumah kami nanti. Hanya saja aku bertanya-tanya mengapa Yunda bisa sesantai, atau mungkin dia juga merasa yg sama denganku tapi karena dia lulusan psikogi dia bisa mengatasi perasaan berdebarnya.

Makanan telah siap ketika aku duduk dimeja makan, aku bersyukur Yunda juga tidak berlebihan menyikapi makan malam perdana ini karena tak ada hiasan apapun dimeja seperti lilin atau bunga, walau cantik Yunda adalah wanita yg apa adanya. Aku jadi semakin jatuh hati dengannya. Dihadapanku sendiri telah tersaji nasi putih tanak yg harum baunya, ayam bakar lada hitam, kangkung saus tiram, tempe orek pedas serta lalap sayur lengkap dengan sambal terasinya. Hidangan sederhana namun menggoda selera makanku, sekali lagi hidangan yg tak berlebihan ini menggambarkan betapa Yunda ini menyukai kesederhanaan, walau keluarganya hidup berkecukupan.

“cam, minumnya air putih dulu aja ya biar sehat, aku udah buat teh kok. Tapi abis makan aja ya, nanti kenyang duluan lagi” katanya menyusulku duduk dimeja makan sambil menaruh teko kaca besar berisi air putih.

“siip, yang penting makan dulu nih, udah laper. Kayaknya enak nih lagian” kataku.

Yunda menawariku menuangkan nasi kepiringku, aku berkata satu setengah sendok nasi sudah cukup, tapi dia memberikan dua sendok penuh. “Biar kamu juga chubby kaya aku cam” katanya tersenyum manis. Aku sendiri mau tak mau menerimanya.

Kami pun mulai makan dengan tenang. Rasa masakan buatan Yunda lumayan enak, walau tidak istimewa sekali rasanya, tapi buat lidahku sendiri ini sangat cukup. Kalau aku boleh jujur, Yunda sebenarnya agak kurang menguasai olah bumbu, yg ku tau di dunia ini hanya dua wanita yg memiliki skill olah bumbu terbaik di lidahku, ibuku & adikku Hana. Bahkan kalau masakan Yunda & Hana di adu sayangnya aku harus mengakui masakan adikku lebih baik, Hana benar-benar mewarisi kemampuan ibuku soal memasak. Kekuperannya selama ini membuatnya banyak menghabiskan waktu dirumah, namun dia benar-benar menguasai hal-hal yg penting dimiliki oleh seorang wanita yg akan mengurus rumah tangga & waktu-waktunya dirumah terbayar dengan kemampuan memasaknya, aku yakin kalau dia ikut kompetisi master chef adikku bisa jadi kandidat kuat juara. Ciri khas masakan adikku terletak pada olahan bumbu tumisan serta rasa pedasnya. Sekali menyentuh lidah aku jamin kita semua mau tambah, favoritku adalah ketika Hana memasak oseng-oseng rempelo ayam. Namun aku mengangkat jempol untuk Yunda pada sayur kangkungnya, ini yg paling lezat menurutku.

Tak terasa sepiring nasi ini tandas juga, aku benar-benar puas dengan suguhan Yunda malam ini, melihatku duduk bego karena kekenyangan dia hanya tersenyum. “bapak sudah kenyang?

Saya ambil notanya dulu yah pak?” katanya sambil berdiri, tampaknya dia mau menyajikan teh buatannya. “saya bayar pake cinta aja boleh?” kataku mencoba gombal. Tak lama Yunda membawa nampan dengan teko berisi teh & dua cangkir. Dia mengajakku minum teh dihalaman belakang, di gazebo tempat pertama kali aku tau kami akan dijodohkan dengannya.

Sambil meminum teh hijau buatan Yunda aku mendengarkan cerita tentang pengalaman Yunda didekati oleh cowok-cowok sewaktu dia kuliah. Dia mengakui sempat berpacaran empat kali sejak SMP hingga kuliah, namun dia meyakinkan ku bahwa yg dia lakukan hanya sebatas berpegangan tangan & ciumannya padaku kemarin adalah yg pertama buatnya. Aku mempercayainya saja karena Yunda adalah orang yg apa adanya.

Selanjutnya dia menyelidiku sudah berapa kali aku berpacaran selain yg dia tahu bersama Maria waktu SMP dulu. Aku juga mencoba meyakinkan bahwa hanya sempat dua kali berpacaran selain dengan Maria, yg kedua aku mengenalkan Novi pacarku selama SMA & beberapa saat ketika kuliah, walau aku harus berbohong mengenai ciuman pertamaku ketika dia bertanya sudah melakukan apa saja dengan Maria & Novi, ya aku membohongi Yunda bahwa ciumanku dengannya adalah ciuman pertamaku, padahal sejatinya adikku Hana adalah wanita yg menjadi pelabuhan pertama bagi bibirku. Aku menyesal terpaksa berbohong pada Yunda, namun aku tak pernah menyesal memberikan ciuman pertamaku buat adikku.

Kami saling bercerita cukup lama, sebelum aku cek arloji ku yg ternyata telah menunjukan pukul setengah 12 malam. Aku bertanya apakah om deden & bu vera pulang malam ini,

“tadi mamah udah bbm aku cam, dia bilang nginep dirumah tanteku”

“ooh.. berarti kamu malem ini sendirian dirumah dong? Kamu gak takut?”

Yunda tak langsung menjawab, dia menyeruput the hijaunya lalu menatapku, “kamu mau gak temenin aku malem ini” katanya penuh harap.

Walau kaget, tapi aku cepat menguasai diri. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Aku bersedia menemaninya bukan semata-mata karena melihat ini sbg “kesempatan”, tapi aku mengkhawatirkan keselamatannya. Seorang wanita berada dirumah sendirian siapa yg tidak khawatir. Dalam hati aku sedikit mengutuk om deden & bu vera, kenapa mereka tega-teganya meninggalkan Yunda sendirian.

“kok kamu ga ikut mamah aja ke bekasi bi? Sebenernya makan malem yg tadi ditunda jg gak apa-apa”

“tadinya mamah udah ngajak aku, tapi dia gak maksa gitu. Katanya kalopun mau tetep sama kamu yah gak apa-apa. Oiya, mamah juga titip salam buat kamu”

Bingung juga dengan bu Vera, hanya karena aku mau datang mereka meninggalkan anak perempuan satu-satunya di rumah. Gila sekali, pikirku.

Perlahan Yunda mendekatkan tubuhnya padaku, lalu dia memeluk lengan kananku & menaruh kepalanya pada bahuku. Aku membalasnya dengan memegang tangannya.

“cam, aku udah ngantuk” katanya, “kamu bisa main gitar kan? Nyanyiin lagu yg bisa bikin aku tidur mau?” dia berkata penuh harap kepadaku.

“malem ini aku Cuma buat kamu bi” lalu kukecup kepalanya yg masih terbalut jilbab.


***

Ini pertama kalinya aku masuk ke kamar Yunda, kamarnya bercat biru dengan stiker besar berbentuk bunga. Ada dua poster super junior yg menghiasi kamarnya, namun yg paling besar adalah foto wisuda yg terpajang tepat diatas kasurnya. Lemari baju, meja rias serta meja komputer memenuhi ruang kamar yg ukurannya sedikit lebih besar dari kamarku ini. Dibagian bawah sisi kasur yg dekat dengan pintu, lantainya ditutupi ambal berwarna merah.

Yunda baru masuk setelah mengambil gitar dari kamar Genta. Dia menyuruhku duduk dimeja komputernya sambil menyerahkan gitarnya, lalu tiba-tiba dia melepas jilbabnya. Aku tak pernah lupa rasa kaget serta berdebar-debar waktu itu, ini kali pertama aku melihatnya tanpa jilbab, kulihat rambutnya yg hitam legam & panjang sebahu. Pipinya yg chubby jadi semakin terlihat bila dia tidak memakai jilbab.

“Cam, balik kanan dulu dong. Aku mau ganti baju tidur” kata Yunda sambil pipinya merona merah. Aku hanya bisa diam & patuh, lalu dengan perasaan berdebar memutar kursi menghadap ke komputernya. Aku benar-benar kacau, kepalaku terasa panas sekali, hanya sekitar dua meter dibelakangku Yunda, kekasihku yg aku yakini memiliki tubuh semok sedang . Dalam pikiran kotorku, aku membayangkan Yunda sedang melepas baju gamisnya pelan-pelan hingga lolos kebawah meninggalkan badannya, sekujur tubuhku panas dingin ketika dia melepas bra serta cd’a lalu telanjang bulat. Tapi bukankah dia Cuma berganti baju tidur jadi mana mungkin dia melepas pakaian dalamnya, haaah.. susah sekali memang kalau sudah berpikir jorok.

“cam, kesini” panggilnya membuyarkan lamunan ku. Aku serta merta memutar tubuhku. Kini kepala Yunda tak lagi ditutupi jilbab sehingga rambutnya yg panjang sebahu dapat terlihat. Dia memakai celana training warna biru serta kaus oblong oranye bergaris hitam. Tampak jelas lekuk tubuhnya semakin menggoda dalam balutan baju ruma tersebut. Sudah jelas jakunku naik turun. Dengan berdebar aku berjalan menuju kasurnya & duduk di ambal, bersandar pada tepian ranjang springbed Yunda.

Yunda sendiri naik ketempat tidurnya, dia berbaring menyamping, badanya ke arahku, dia memeluk guling & menarik selimut menutupi tubuhnya sampai leher.

“nyanyi yang romantis dong cami ku” katanya manja. Aku tersenyum, sejak tadi aku berfikir mau menyanyi lagu apa untuknya, akhirnya aku memilih lagu lionel Richie ft Diana ross yg berjudul endless love. Aku memulai petikan gitarku..


My love,

There's only you in my life

The only thing that's bright


My first love,

You're every breath that I take

You're every step I make


Aku bernyanyi sambil menatap Yunda, dia juga menatapku. Dia tersenyum manis sambil menatapku sayu..


And I

I want to share

All my love with you

No one else will do...

wajah Yunda terlihat semakin sayu.. namun matanya menatapku dalam-dalam....

And your eyes

Your eyes, your eyes

They tell me how much you care

Ooh yes, you will always be

My endless love..


Setelah lirik diatas tangan Yunda meraih kepalaku, aku yang tadinya duduk dibawah perlahan mengikuti tangannya, sebelum akhirnya kami lagi-lagi berpagut mesra. Tubuhku sungguh panas dingin, walau kucoba menahannya namun hasrat ternyata bisa naik sedemikian cepatnya. Aku menginginkan Yunda malam ini, tapi akankah dia marah atau membenci ku bila aku nekat nantinya.

Bersambung ke Part 10B
update dipage 40 atau paling telat 41.. keep support & mantengin ya. hehe
 
Terakhir diubah:
Wah, jd ikut terbawa suasana cerita, jd dag dig dug juga.sangat sayang sekali putus ditengah.update gan malem ini, request yak
 
Part 10A




Setelah lirik diatas tangan Yunda meraih kepalaku, aku yang tadinya duduk dibawah perlahan mengikuti tangannya, sebelum akhirnya kami lagi-lagi berpagut mesra. Tubuhku sungguh panas dingin, walau kucoba menahannya namun hasrat ternyata bisa naik sedemikian cepatnya. Aku menginginkan Yunda malam ini, t

udah ditarik, dipagut...

hajar!
:D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd