Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT True Story sama Adek Cewek Gue Gan

Bimabet
amboooiiii sedap bener ceritanya suhu, rapi bgt, ane br nemu trs baca dan terpesona

update trs suhu
 
Mantap alur ceritanya ,gara2 bikin thread di IGO jadi ngebut baca ceritanya
Keep update gan ...
Klo cermis kaya di detik dot com dah jadi buku cerita ini or diangkat jadi film
 
Part 11


“Cam… cami… heyy…!!” teriakan Yunda membuyarkan lamunanku. Andai saja dia tak memukul-mukul pelan pipiku mungkin aku masih larut dalam pikiranku.

“eh iya bi.. kenapa tadi?” Kataku saat tersadar.

“kamu ngelamunin apa sih? Tumben amat kamu ngelamun kaya gitu. Semenjak kemaren loh aku liat kamu ngelamun. Kenapa? Nyesel udah lamaran?” interogasi kecurigaan khas wanita yg penasaran oleh Yunda.

“Enggaklah.. mana ada aku nyesel. Aku Cuma rada grogi aja bi. Abis lamaran kemaren, aku kepikiran nanti kalo kita udah resmi jd suami istri, apa aku bakal siap jadi kepala rumah tangga yg baik, terus kalo amit-amit nanti misalnya kondisi kita lagi gak bagus, aku takut gak siap ngehadepinnya” kataku meyakinkan, walau aku memang merasa demikian namun hal itu bukanlah alasan lamunanku tadi. Jadi sebenarnya aku sedang mencoba mengelak.

“ooh gitu.. iya juga sih cam. Aku juga rada grogi. Takut gak bisa jd istri yg baik buat kamu cam.

Tapi kamu mau tau gak alesan kenapa kita harus tetep ngelangkah maju?” Kata Yunda. Aku hanya menggeleng pelan.

“karena di kehidupan rumah tangga nanti, kamu gak akan ngehadepinnya sendirian cami ku, tapi kita berdua. Kita bersama yg bakal ngalamin pahit manisnya nanti. Aku gak khawatir, karena aku punya kamu & kamu jg gak usah khawatir karena nanti aku selalu ada buat kamu cam. Pokoknya kayak aku jadi pakaian kamu, kamu jadi pakaian aku” Yunda bicara sambil memeluk lenganku & menyandarkan kepalanya dibahuku.

“emmmmmhhh… so sweet deh kamu bi..” kataku membelai kepalanya.

Aku sedang berada di gazebo halaman belakang rumah Yunda saat ini. Hari ini hari sabtu, Kamis malam yg lalu adalah momen paling membahagiakan buat keluarga kami karena malam itu ayahku resmi meminang Yunda untuk menjadi calon istriku. Kejadian itu masih terekam jelas dalam benakku. Keluargaku sampai dirumah Yunda tepat pukul setengah Sembilan & langsung disambut hangat oleh Om Deden sekeluarga lengkap ku lihat ada kak hendi kakak Yunda hadir bersama istrinya teh Ela & anaknya yg baru berumur setahun Endra, minus Genta yg masih di Jogja.

Tak ada penyambutan besar-besaran, karena memang hanya dua keluarga inti yg hadir dalam acara lamaran ini. Kami datang membawa sekotak besar donat & satu Tupperware besar berisi kebab beku yg dibuat spesial oleh Ibu & Hana. Sedangkan keluarga Om Deden menjamu kami dengan cemilan-cemilan ringan seperti keripik pisang, kacang & roti bakar coklat hangat yg kata Bu Vera asli buatan Yunda. Sebenarnya Bu Vera sudah bilang pada ibu ku untuk tidak perlu repot membawa sesuatu yg sifatnya seperti “seserahan” buat lamaran ini, tapi ibu ngotot, beliau bilang malu kalau datang tanpa buah tangan. Saat Yunda & Hana saling bercipika-cipiki itulah kesedihanku bangkit kembali, aku memikirkan adikku lagi. Saat itu adikku memakai gamis merah tua dibalut oleh kerudung jingganya, manis sekali.

“Hana apa kabar, makin cantik yah kamu”
“Aku sehat mbak, ah ada juga mbak Yunda makin cantik. Tuh buktinya mas ku kesengsem sama mbak. Hehehehe”

Walau dalam getir aku masih mencoba tersenyum. Aku ingat saat SMP mereka berdua adalah duet maut yg sering mengharumkan sekolah kami dalam berbagai lomba di tingkat provinsi. Dua perempuan genius dengan segala pesona masing-masing yg keduanya mengahangatkan hatiku & mewarnai hidupku dengan caranya masing-masing. Dalam hati aku bingung juga, betapa beruntungnya aku bisa dikelilingi mereka berdua. Disaat jones-jones diluar sana berjuang mati-matian mencari pujaan hati, Hana & Yunda justru mampir begitu saja dalam hidupku.

Walau memang selama sebulan aku menjalin hubungan dengan Yunda, aku belum sempat mempertemukannya dengan Hana. Untungnya Yunda sendiri belum pernah merengek minta d ajak kerumah ku. Selama sebulan lebih berpacaran kami lebih sering di rumah Yunda saja, menikmati hidangan yg disajikan olehnya, makan malam bersama keluarga Om Deden lalu menikmati minuman hangat Yunda sambil bersenda gurau di gazebo belakang rumahnya. Selain sehat tentu irit biaya. Hehehehe..

Acara lamaran berlangsung santai tanpa formalitas, Yunda Nampak sangat anggun dalam balutan Jilbab panjang keperakan & gamis biru mudanya, Nampak serasi dengan baju koko biru muda ku. Memang sudah jauh-jauh hari Yunda menyiapkan pakaian ini untuk kami berdua, “biar kita couple-an Cam” kata Yunda dibutik waktu itu.

Setelah basa-basi sebentar Ayahku langsung menyampaikan maksud & tujuan kedatangan keluarga kami, sambil memohon maaf kalau kami tidak sopan atau lancing, beliau secara resmi meminta Yunda untuk dijadikan menantunya. Om Deden sendiri tak keberatan dengan lamaran dari Ayahku, namun sbg ayah yg tak mau memaksakan kehendak beliau mempersilahkan Yunda sendiri yg menentukan jawabannya. Aku ingat ekspresi Yunda tertunduk dalam saat itu, ada setetes air mata mengalir dari matanya, lalu perlahan dia membuka mulutnya.

“Bismilliahirrahmanirrohim, dengan mengharap ridho Nya, lamaran dari keluarga pak Irul (Samaran Ayahku) saya terima” Kata Yunda sambil terisak.

“Alhamdulillah” kata kedua belah keluarga kami secara bersamaan. Bu Vera langsung memeluk Yunda sambil berkaca-kaca, Ibu ku juga langsung memegang tanganku erat. Sedang Hana, dia tampak menunduk dalam di Sofa ujung. Sejujurnya aku tak mampu mebayangkan perasaannya saat itu. Memikirkan bagaimana nasib Hana kedepannya, itulah alasan mengapa aku melamun walau ada Yunda disebelahku saat itu. Tapi terlepas dari perasaan Hana yg jadi misteri saat itu, keluarga kami sepakat menetapkan bahwa akad serta resepsi pernikahanku & Yunda akan diselenggarakan pada bulan Januari tahun depan.

(Mohon do’anya ya dari warga semprot. Sorry OOT)





*****



“Haah..? Masak sih Hana masih jomblo Cam?” kata Yunda setengah berteriak tak percaya.

“Iya bi. Serius. Kasian dia.. aku sih pengennya bantu dia nyari cowok gitu. Kamu ada ide gak?”

Kataku.

“kamu tau kan aku sama Hana Cuma beda setahun doang. Dia cewek lagi, aku takut dia telat umur. Pengennya sih abis kita nikah, tahun depannya Hana langsung nyusul. Gitu bi”

“kamu perhatian banget sih sama adek kamu.. makin cinta deh cam” Yunda mendelik manja.

Akhirnya memang aku harus menumpahkan kegelisahanku pada Yunda, walau dengan cara yg seolah mencuci tangan & menutupi kebenarannya mengapa aku gelisah soal Hana.

Aku sendiri setelah acara lamaran tersebut belum berani mengajak adikku ngobrol lagi. Yang jelas aku tak lagi melihat senyum di wajah manisnya. & lebih parah terlihat jelas dia mencoba menghindariku. Saat berpapasan dirumah saja dia membuang wajahnya, menumbuh suburkan perasaan tak enak & bersalahku padanya. Aku bisa mengerti sebenarnya, kendati dia sudah berbesar hati melepaskan hubungan selama ini, namun ekspresi karena perasaan wanita tak mungkin dibohongi. Saat ini jelas adikku sedang dimakan perasaannya. Aku sungguh tak kuat melihatnya, terlebih lagi dia memendam kesakitan itu sendirian, hatiku yg harusnya berbunga-bunga justru semakin hancur. Makanya aku coba berinisiatif mencarikan teman pria untuk Hana.
“Kamu ada temen gak yg kira-kira cocok gitu buat Hana bi?”
“eemmmhhh… Coba deh nanti aku bantu cari” Kata Yunda masih menyandarkan kepalanya pada pundak ku.

Sore itu langit agak mendung, matahari enggan menampakan sinarnya yg hangat untuk penduduk bumi. Namun matahari disebelahku saat ini sudah lebih dari cukup untuk menentramkan batin ku yg sering kacau belakangan ini. Aku benar-benar memikirkan perasaan Hana.

Malam itu untuk kedua kalinya aku menemani Yunda yg sendirian di rumah. Om Deden sedang dinas malam, sedangkan Bu Vera harus menghadiri kegiatan ibu-ibu PKK di luar kota. Kami menghabiskan waktu dengan menonton film favorit Yunda, dia penggemar berat actor Tom Cruise, jadi selepas maghrib kami menikmati Mission Impossible sampai Edge of Tomorrow. Untungnya aku juga penikmat film action jadi tak terlalu bermasalah dengan selera film Yunda ini, hingga tak terasa waktu menunjukan pukul 11.30 malam. Seperti dulu, Yunda memintaku untuk menyanyikan lagu romantis sebagai pengantar tidurnya. Setelah berganti pakaian tidur dia mengambil gitar dari kamar Genta & mempersilahkan aku masuk ke kamarnya. Aku sudah mempersiapkan lagu Celine Dion-My Heart Will Go On atau Lea Salonga-We Could Be In Love sebagai lagu pengantar tidurnya.

Di dalam kamarnya Yunda yg Nampak memakai celana basket selutut & kaos oblong hijau langsung naik ke ranjangnya & menutupi tubuhnya dengan selimut. Aku sendiri tersenyum, pakaian yg dikenakan Yunda membuat tubuh montoknya tercetak sempura, disisi lain jakunku naik turun, walau aku yakin bisa menahan birahiku sebenarnya. Toh dengan Hana sebenarnya sudah beberapa kali aku hampir khilaf merobek selaput daranya, namun bisa ku tahan juga akhirnya.

Aku baru saja duduk dipinggir kasurnya untuk memulai permainan gitarku, namun Yunda menahanku, dia memintaku untuk duduk disebelahnya yg sedang berbaring. Agak terkejut juga memang, mungkin dia berfikir status kami yg sudah resmi bertunangan melonggarkan dinding yg membatasi kami. Dengan canggung & gugup aku duduk di sebelah Yunda yg sengaja menggeser badannya demi menyisakan ruang buatku.

Petikan gitarku mengiringi lantunan suaraku yg menyanyikan lagu ost Titanic ini. Seperti sebelumnya, Yunda menyimak nyanyianku sambil tersenyum tipis dalam wajahnya yg diselimuti kantuk. Memang dia tipe orang yg cepat tertidur sebenarnya. Namun entah kenapa sampai lagu ini selesai dia belum tertidur juga, aku lanjutkan dengan menyanyikan lagu Lea Salonga sampai selesai bukannya makin sayu mata Yunda malah semakin terbuka. Saat lagu kedua berakhir inilah dia tiba-tiba bangkit lalu menyandarkan tubuhnya disebelahku.

“Cam, kamu mau tau gak?”

“Kenapa bi?”

“Kemaren, abis keluarga kamu pulang waktu lamaran, malemnya aku….” Tampak Yunda menyembunyikan sesuatu, entah apa itu yg pasti wajahnya merah padam. Aku jadi penasaran.

“Malemnya kamu kenapa bi? Kamu mimpiin aku ya? Hehehe” kataku mencoba bercanda.

“iya aku mimpiin kamu cam” aku tertawa renyah mendengarnya.

“hehehehe.. udah cinta mati nih yee” kataku meledeknya, Karena wajah Yunda tampak semakin memerah menahan malu.

“Tapi aku mimpiin kamu lagi…. Hubungan sex sama aku cam. Kita lagi berhubungan suami istri.. iiiih tuh kan aku cerita. Malu banget sebenernya.. hheeemmmhhh”

Mendengar pengakuan Yunda sontak tawaku hilang, tawa lenyap bangkitlah gairah ku yg tiba-tiba saja terbakar. Penisku tau-tau terasa menegang dalam celana boxer ku yg untungnya masih ditutupi jeans.

“Kamu mimpi basah? Sama aku?” kataku dengan nada bego, tak percaya dengan kata-katanya barusan.

“aaah.. udahlah ga usah dibahas lagi, malu tau.. Lagian kok aku bodoh banget sih sampe cerita-cerita.. haaaaahhh” Yunda tampak sangat menyesal, namun nada bicaranya yg manja malah menambah gairahku.

“udah gak usah malu bi.. aku gak akan ngetawain kamu kok”

“bener yah, awas kalo ketawa. Aku cubit nanti perut kamu” dia mengeluarkan ancamannya. FYI suhu, menurutku cubitan tangan Yunda ini super duper sekali sakitnya. Dulu waktu SMP saat aku tak sengaja membuatnya kesal karena usil menyembunyikan sepatu Hana di mushola sampai dia menangis, Yunda langsung perutku sampai kulitku memerah. Jujur, sakit sekali cubitannya, ditambah dia mencubit sambil memelintir tangannya, Arnold Schwarzaneger pun belum tentu kuat menahan cubitan Yunda. & tampaknya ancaman mencubit perutku tadi sengaja dia lakukan demi mengingat kenangan pahit cubitannya waktu SMP dulu. Hehehehe.

“aduuh apalagi pake di ancem kaya gitu. Suer deh aku gak akan ngetawain” Kataku agak ngeri. Wajah Yunda yg tadinya agak mirip Suzanna kini kembali teduh seperti sedia kala, dia tersenyum tipis lalu merebahkan kepalanya dipundakku lagi.

Sunyi untuk beberapa saat, sebelum aku bertanya lagi padanya.

“Gak ngantuk bi?”

“Gak tau kenapa aku gak bisa tidur cam”

“lagunya kurang enak ya buat tidur. Kamu request gih”

“Enggak bukan masalah itu.. aku… belakangan ini emang agak susah tidur. Kayaknya terlalu excited aja bakalan nikah sama kamu cam..”

Aku tersenyum haru mendengar kata-kata Yunda. Tak mampu lagi aku menahan hasrat ingin memagut bibirnya yg tebal & ranum, aku meraih dagunya lalu mendaratkan bibirku pada bibirnya, Yunda menyambut pagutanku dengan lembut.

Sebenarnya gairahku sudah sangat terbakar waktu itu, jujur saja tanganku sudah hamper nekad merebahkan tubuh Yunda & langsung menindihnya entah dia suka atau tidak. Namun ditengah pagutan kami aku teringat pesan WA Hana padaku tadi siang saat aku baru tiba dirumah Yunda.

“Mas, aku pamit dulu ya. Aku mau ke rumah Sofa temen kostan ku dulu di kampus di Ci*nj*r.

Adek jujur aja Mas, aku gak kuat deket-deket mas yg lagi bahagia. Bukan, bukan berarti aku gak bisa ikut bahagia buat kamu, tapi yah mas tau lah sebabnya kenapa. Mohon ngertiin perasaan adek ya mas. Semoga aku bisa cepet nerima keadaan ini, & kita bisa jadi adek kakak normal lagi sesuai janji kita.

Aku udah Wa mbak Yunda juga mas, aku udah nitipin mas ke dia. Mas harus inget janji kamu ya, Mas harus bisa cinta sama mbak Yunda ngelebihin cinta Mas ke adek, & Mas harus jagain dia ngelebihin mas jagain adek.

Terakhir, mas harus inget, kita wanita bukan sekedar mainan pelampiasan nafsu, tapi kita individu yg tercipta buat ngelengkapin kalian para pria. Adek bersyukur dulu mas memperlakukan aku seperti itu. Enjoy ya mas, salam buat mbak Yunda”



Rangkaian pesan panjang yg dia kirimkan siang tadi. Hana adikku sayang terpaksa mengungsi demi memberikan ruang kebahagiaan buatku. Dia tak ingin aku terus memikirkan perasaannya & memaksaku hanya memiliki Yunda saat dia tak ada. Dia pergi ke C*anj*r dengan alasan mendapat panggilan interview seingatku saat ku Tanya pada ibuku. Ooh Hana, wanita macam apa kamu ini, hati mu sungguh mulia, tapi mengapa kamu biarkan kakak mu ini sempat menorehkan noda dalam hati serta hidup mu. Perasaan bersalah & berdosa itu muncul kembali. Tak terasa air mataku meleleh setelah memagut bibir Yunda tadi. Aku sungguh merindukan Hana saat it.

“Cam, kamu nangis? Kenapa cam?” Yunda menatapku heran, namun penuh perhatian. Aku mencoba tersenyum dalam sendu, aku bertekad memenuhi amanat Hana, yaitu mencintai Yunda sepenuh hatiku. Dan pesan dari Hana itulah yg memadamkan birahiku, hatiku tiba-tiba hangat seolah dipenuhi perasaan & harapan dari adikku. Aku bernjanji akan memperlakukan Yunda dengan cinta, bukan dengan nafsu, hanya demi kamu, adikku tersayang. Hana.

END
Teruntuk Adikku tercinta "RL" yg sedang berjuang meraih hidup baru di Tanah perantauannya..
Mas kangen sekali dengan mu. Semoga kamu sehat & baik-baik saja disana dek.
Real story ini kutulis tanpa mengurangi atau menambah kejadian-kejadian inti yg memang terjadi. dramatisasi tambahan hanya sedikit sbg bumbu penyedap.
TS mengucapkan terimakasih atas atensi berupa like, comment, cendol, dll. Terimakasih sudah mau mampir di thread nubie yg hina ini.
Sejujurnya, aku menulis & mengawali thread ini karena benar-benar butuh tempat untuk mencurahkan isi hati yg tak mungkin ku ungkapkan secara langsung pada orang lain, beruntung seorang teman mengenalkan forum ini dimana aku bias bebas mencurahkan segalanya & tetap terjaga privasi ini.
sekali lagi aku mengapresiasi setiap reader baik itu yg meninggalkan jejak atau tidak, namun sudi menjadi "teman bicara" ku dengan mampir d thread ini. Semoga kalian semua bahagia. Trims.. Salam LockerKavyJones
 
Terakhir diubah:
Gila dari awal sampe akhir ngikutin ceritanya seru banget

Cuman akhirnya kasian juga sma hana ya huhu
Kalu boleh biarkan newbie yg hina ini jadi pendaming adek mu suhu
 
oh Hana.. andai Hana bsamaku..pasti bahagia.. sama2 jenius..sama2 suka komputer
 
Keren bget crta nya...
Salut ttap bisa menahan nfsu lu sampe terjga mahkota adik lu...
Semoga Langgeng smpe anak cucu bersama YUNDA
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd