Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
first impression, yah pini.... gak semanget bacanya, tapi ngeliat reply nya yang sampe 51 page jadi penasaran...
dan ternyata ceritanya ngedrama banget... TOP dengan tanpa mengindahkan MC ceweknya, gw skip-skip sampelah adegan diprakosonya Yuri... jadi makin semangat neeh, lanjut ya suhu! btw kalo bisa perbanyak juga adegan prakosonya. Mamah Yono bisa kali hahahaha
 
Waduh...sadis amat kalo smpe si rio di tusbol sama shani..wkwwk.. :D
 
Mainan plot twist nih kayaknya update selanjutnya. Ga usah lama2 lah hahahah
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
ijin nandain hu, lg seneng bcain yg JKt48 nih
 

Terimakasih ya Viny, hehe
2nd Season

Part 5

CMK6JrbX_o.jpg

Hoaahhmmmm....

Pagi itu pukul 6 pagi, dan gw terbangun oleh suara alarm dari jam weker yang sengaja gw setting untuk berbunyi pukul setengah 6.

Rambut gw yang acak acakan itu sebagian mencolok mata gw,

Ah sudah waktunya potong rambut rupanya.

Hari ini gw libur kerja, namun gw udah janjian dengan Jati untuk berkunjung ke Handshake Festival nya JKT48.

Tujuan gw selain untuk menemani Jati karna penasaran 'apa itu Handshake Festival', tapi juga untuk mengantar Viny. Jadi sebelum gw bertemu Jati di venue, gw kudu menjemput Viny dari rumahnya kemudian mengantarnya ke venue Handshake.

Untuk venue handshake kali ini bertempat di sebuah mall di daerah kuningan Jaksel, di lantai 7.

Sebenarnya acara dimulai jam 10 pagi, namun karna pagi ini gw mau jemput Viny dari rumahnya menuju venue Handshake, guna untuk melakukan persiapan dan make up disana. Makanya gw harus bangun pagi.

Oh iya, kemarin Viny sempat izin ke management bahwa ia harus mampir sebentar ke klinik Dokter spesialist kecantikan khusus wajah, untuk melakukan perawatan rutin terhadap jerawatnya yang makin membandel, maka dari itu ia tidak bisa hadir tepat waktu.

Management pun memakluminya dan mengizinkannya, bagi mereka, kecantikan member adalah aset utama, dan kebetulan Viny sedang memgalami jerawat yang tak kunjung hilang, dibutuhkan perawatan khusus dari sang ahli dan harus rutin. Akhirnya sesi handshake Viny pun ditukar menjadi siang.

Setelah ke Dokter Kecantikan, Viny pun hendak ke kampus untuk mengikuti pembahasan mengenai Project Kelompoknya. Barulah setelah semua beres, kami langsung ke venue Handshake

Gw pun turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi dengan sempoyongan.


=====00000=====​


Selesai mandi, gw pun berdandan seadanya. Menata rambut menggunakan tangan kosong, menggunakan cream muka dan handbody, tidak lupa gw menggunakan deodorant dan parfum, agar gw tetap wangi, tidak seperti wota wota itu hehe.

Setelah gw rasa ganteng, barulah gw memilih outfit seadanya. Menggunakan kaos hitam polos, celana denim hitam, serta sneakers converse cdg play black High. Tidak lupa gw menenteng totebag canvas hitam custom untuk wadah camera dan lensa.

Setelah dirasa cukup, gw pun memanaskan mesin mobil. Gw menunggu mesin mobil panas sambil merokok dan meminum kopi di teras.

Gw menelfon Viny, hendak memberitahunya bahwa gw sebentar lagi meluncur ke rumahnya, agar ia segera mandi dan melakukan persiapan. Namun 3 kali gw mencoba menghubunginya, tidak juga diangkat.

Ah kebo banget nih cewek.

Gw pun menyeruput kopi panas itu, tiba tiba chat masuk dari Jati.

"Ntar jam 10 kita ketemu di venue."

"Gw dateng sekitar jam 11, ada urusan bentar."

Rokok gw pun telah sampai pada hisapan terakhir, kemudian gw menyeruput habis kopi pahit itu.

Setelah puas, gw pun masuk ke mobil dan langsung tancap gas menuju rumah Viny.


=====00000=====

Di tengah perjalanan, gw pun bingung harus membawakan apa untuk orangtua Viny. Yakali gw dateng ke rumah Viny dengan tangan kosong.

Hmmm... kira kira makanan yang cocok untuk cemilan sarapan apa ya.

Gw melihat plang bertuliskan "Pisang Aroma" di sisi kiri jalan, aah ini dia cocok untuk buah tangan.


=====00000=====

Sesampainya di komplek rumah Viny, gw pun memarkirkan mobil di pinggir jalan. Kemudian gw berjalan melewati pelataran menuju pintu depan.

Tok... tok... tok...

"Assalamualaikum..."

Belum ada jawaban...

Tok... tok... tok...

Ckleekkk...

Kriiieeettt...

Nampak wajah seorang pria paruh baya menyambut gw di balik pintu. Ia adalah Om Beny, Papah kandung Viny.

"Wa'alaikumsalam, wah Mas Rio yak, masuk masuk, kebetulan kita lagi mau sarapan." Sambut Om Beny dengan hangat.

"Eh waduh om, jadi gangguin sarapannya gini." Ucap gw dengan sedikit kikuk.

"Ahh gapapa, ikut sarapan juga yak, pasti kamu belum sarapan kan."

"Belum sih Om, hehe."

"Cocok. Ayok."

Gw pun masuk rumah mengikuti di belakang Om Beny.

"Silahkan duduk, anggep aja rumah sendiri kaya biasanya ya." Ucap Om Beny sambil tersenyum. Ia pun duduk di kursi meja makan.

Gw pun ikut duduk di kursi meja makan kecil untuk slot 6 orang.

"Oh iya Om, saya ada oleh oleh,"

Gw memberikan plastik yang berisi beberapa dus pisang aroma kepada Om Beny.

"Waduh kamu ini pinter nyenengin Om, kamu tau aja kalo Om suka pisang aroma." Ucap beliau sambil terkekeh

"Hehe kebetulan aja Om."

Tak lama kemudian Wanita paruh baya membawa bakul nasi dari dapur, ia adalah Tante Evy, Mamah kandung Viny.

"Eh Mas Rio ya, kebetulan banget Tante lagi nyiapin sarapan, kamu ikut kita sarapan yah."

"Iyah Tante, hehe."

Tante pun kembali ke dapur untuk mengangkut lauk pauk ke meja makan. Tanpa basa basi, gw pun bangkit dari kursi dan mengikuti beliau ke dapur untuk membantu nya.

"Biar saya bantu Tante." Gw menawarkan bantuan.

"Ah jadi ngerepotin." Ucap dia dengan senyuman manisnya.

Arrgghhh..

Senyuman beliau mirip sekali dengan senyuman Viny. Mungkin kalo gw dilahirkan taun 60an, bisa jadi gw naksir dengan beliau.

"Gapapa Tante, hehe."

Tante Evy membawa lauk pauk, sementara gw membawa piring bersih serta sendok dan garpu.

FYI aja, nama 'Vienny' adalah gabungan dari nama kedua orangtuanya, Beny dan Evy. Gw pertama kali denger dari Viny aja langsung ketawa, gokil juga.

Kira kira kalo gw dan Viny punya anak, bakal dinamain siapa yah? Riny? Rivin? Vio? Hahaha...

Nama panjang ia adalah Ratu Vienny Fitrilya...

Nama Ratu berasal dari Papahnya yang merupakan keturunan Raja Banten, jadi yah walaupun sudah tidak terlalu kental, tapi Viny dan adiknya memiliki darah bangsawan.

Nama Vienny, seperti yang tadi sudah gw katakan, berasal dari gabungan nama kedua orangtuanya, yakni Om Benny dan Tante Evy. Jadilah 'Vienny'. Yang kemudian dilanjutkan oleh adiknya menjadi 'Viddy'. Mengikuti slogan 'Veni Vidi Vici'.

Kemudian nama Fitrilya, diberikan karna Viny lahir pada perayaan hari raya Idul Fitri, makanya diberilah ia nama 'Fitri'. Kemudian dipermanis menjadi 'Fitrilya'.

Ketiga nama itu bukan suatu yang asal, semua sudah diperhitungkan dan masing masingnya memiliki latarbelakang tersendiri.


=====00000=====​


Kami bertiga pun duduk di kursi meja makan, gw duduk di sebrangnya Om Beny, sementara Tante duduk disebelah kirinya Om.

"Emmm Viny belom bangun yah Om?"

"Ohiya, pasti kamu mau jemput Pini ya. Kayaknya dia belom bangun deh."

"Waduh belom bangun ya Om." Ucap gw sambil menengok jam tangan yang sudah menunjukan pukul 8 pagi.

"Kamu bangunin aja deh di kamarnya."

"Saya Om?"

"Iya, soalnya kalo Om yang bangunin, dia susah bangunnya."

"Saya masuk ke kamarnya, trus bangunin dia gitu?" Tanya gw ragu

"Iya kamu masuk aja ke kamar dia."

"Gapapa nih Om, Tante?"

"Gapapa, nanti abis bangun suruh mandi dulu, baru kita sarapan bareng di sini." Ucap Tante.

"Oh yaudah Om Tante, saya ke atas dulu."

Setelah itu gw berdiri dari kursi dan berjalan melalui tangga menuju lantai 3 dimana kamar Viny berada.

Sesampainya di pintu kamarnya, di lantai 2, terdengar dengkuran yang sangat keras, sampai sampai gw yang masih berdiri di luar aja kedengeran hahahaha.

Gw masuk dengan bebas, seolah olah itu adalah kamar gw sendiri.

Setelah masuk ke pintu, masih ada tangga lagi seperti menuju ke loteng, jadi bisa dibilang, lantai 3 di rumah ini adalah loteng. Diujung tangga kita akan langsung disambut oleh kamar Viny. Benar benar seperti loteng. Pintu kamarnya berada di lantai 2, namun kamarnya ada di lantai 3. Harus menaiki tangga lagi.

Namun walaupun kamarnya berada di loteng, design interrior kamarnya sangat estetis, ditata sedemikian rupa, sehingga terlihat sangat artistik.

Kalo kata Viny, ia tidur di loteng biar kayak anime favoritenya "Kiki deliverys service."

Sesampainya, gw berdiri di ujung tangga, memandang seisi kamar Viny yang sangat kacau balau seperti kapal pecah, berantakan oleh kertas kertas, pensil, cat minyak, cat akrilik, kuas kuas, pallet, penggaris dan segala macam alat lukis lainnya. Berserakan begitu saja di lantai kamarnya, di atas dipan, dan beberapa tersebar di atas kasur. Nampaknya setelah kemarin mengerjakan project UAS, ia malas beberes.

Ia memang tipikal cewek yang ngga akan beres beres sebelum semua pekerjaanya selesai.

Oke, gw tarik ucapan gw tentang kamar Viny yang 'Estetis dan Artistik'.

Viny masih tergeletak diatas ranjang, menggunakan piyama tipis. Posisi tidurnya betul betul urakan. Posisi tidurnya terbalik, kaki di bantal, sementara kepalanya tidak berbantal, kemudian membentuk gerakan seperti merayap. Selimutnya melilit badannya, spreinya lepas di segala sisi, dan gulingnya lepas dari sarungnya.

Gw hanya senyum senyum melihatnya.

Bukannya membangunkannya, gw malah merebahkan tubuh gw di sebelahnya. Wajah kami saling berhadapan.

Terdapat air liur yang mengalir dari sudut mulutnya yang sedikit terbuka itu dan air liur itu mengalir ke kasur.

Gw pun mendekatkan wajah gw ke wajahnya, dan iseng menjilat air liurnya itu.

Sssllrrrpppp....

Aaahhh...

Sial

Gw ngga boleh sange disaat seperti ini. Gw harus menahan diri.

Gw melirik ke arah kerah piyama yang ia kenakan, menerawang jauh ke dalam dadanya.

Dan benar tebakan gw, ia tak menggunakan kutang. Memang kebiasaan.

Matanya pun perlahan terbuka, mungkin terganggu oleh nafas gw.

Cmqmwkjl_o.jpg

"Hai istriku, bangun sayang."

Ia buru buru menutup kepalanya menggunakan bantal.

"Heh bangun dong."

Ia membalik tubuhnya, memunggungi gw.

"Tuh kan kebiasaan, gimana jadi istri yang baik, kalo kebo kayak gini."

Setelah melakukan peregangan otot otot, ia pun duduk dengan perasaan malas, rambutnya acak acakan, mulutnya manyun dan matanya masih setengah terbuka.

Benar benar berantakan dan kacau sekali, berbeda 360 derajat dengan karakternya di atas panggung yang selalu ceria dan semangat.

Gw pun mengusap bekas liur di pipinya menggunakan tangan.

"Jorok banget sik, ngiler segala kalo tidur."

"Bodo." Ucapnya membuat bibirnya makin manyun.

"Udah buruan mandi, udah ditungguin Papah Mamah kamu di bawah, mereka udah siap sarapan."

Tiba tiba ia mencium pipi gw

Cupp...

"Hih main cium aja, belom mandi juga."

"Biarin." Katanya dengan cuek.

Ia pun turun dari ranjang dengan berat hati, memakai sandal selopnya dan mengambil handuknya di jemuran kecil di dekat lemari, kemudian ia berjalan menuju kamar mandi di lantai 2.

Ia berjalan seperti zombie, kakinya diseret sehingga menimbulkan suara suara gesekan antara sandal dan lantai.

Bener bener ini cewek susah banget kalo disuruh bangun tidur.

Oh iya, dan ia memiliki satu kebiasaan yang gw ngga tau ini bisa dibilang bagus atau jelek.

Ia enteng banget nyium orang.

Jadi dikit dikit nyium, dikit dikit nyium. Ketika gemash melihat tingkah teman ceweknya, ia mencium temannya itu, ketika ia terharu melihat temannya, ia mencium juga.

Dan yang paling sering jadi korban sih gw, sering kali ia mencium pipi atau hidung gw tanpa alasan jelas, seperti contoh yang barusan, baru bangun tidur, mata masih merem, kesadaran belum balik 100%, tapi ia udah nyosor nyosor aja.

Tapi mungkin itu tanda sayangnya kepada seseorang kali yah.


=====00000=====

Gw pun tiduran di ranjang yang sudah gw rapihkan spreinya sambil bermain hape.

Ia pun selesai mandi, menggunakan handuk merah jambunya layaknya kemben, hanya menutupi dada sampai separuh pahanya.

Rambutnya sangat basah dan acak acakan, ia masuk ke kamar. Aroma wangi semerbak memenuhi kamar.

Hmmm...

Wajahnya masih terlihat malas, nampaknya tadi tidurnya benar benar nyenyak.

"Heh semangat dong, mau Handshake masa males malesan gini."

"Itu kaki kamu turunin nggak, kotor kasur aku hih." Dia marah melihat kaki gw yang menjejak kasurnya menggunakan sepatu.

"Eh iyak lupa." Gw langsung buru buru menurunkan kaki gw yang masih terbungkus sepatu itu.

Kemudian ia membuka lemari dan mengubek ngubek koleksi baju. Mata gw terfokus pada tumpukan celana dalamnya.

Ia pun berhasil mendapat baju yang menurut ia cocok untuk ootd nya setelah memilih sekitar 10 menit. Padahal pake baju apapun juga gapapa loh, suka aneh emang cewek.

Ia membuka handuknya dan menjatuhkannya begitu saja ke lantai, seolah olah gw ngga ada di dalam ruangan itu.

Tubuhnya sekarang telanjang bulat, tanpa sehelai benang pun, dari punggung sampai tumitnya benar benar mulus.

Sial gw ngaceng.

Viny dan gw sudah tidak memiliki batas lagi, dan ia pun tak segan segan untuk bertelanjang di depan gw seperti ini. Begitu pun gw. Kami berdua sudah hafal bentuk tubuh masing masing saking seringnya kami bercinta.

Bokong kirinya memilik tanda lahir abu abu samar seperti bekas lebam, seukuran koin 100 rupiah. Dan tanda lahirnya itu entah kenapa mirip sekali dengan tanda lahir gw, bedanya tanda lahir gw itu berada di bokong kanan.

Ia membungkukkan tubuhnya untuk menggunakan celana dalam, membuat lobang anus dan lobang vaginanya terlihat oleh gw.

Haduh, gw harus menahan birahi gw yang mulai memuncak ini, yakali gw ngentotin Viny sekarang disaat Papah Mamahnya menunggu di bawah.

Setelah itu ia memakai kutang berwarna hitam yang memiliki tambahan busa, yang akan membuatnya terlihat memiliki payudara yg ideal untuk tubuhnya.

Setelah itu ia mengenakan dress ketat separuh paha tanpa lengan dengan kerah tertutup, berwarna biru tua mencolok, kemudian ditutup jaket denim biru laut.

Ia memakai sepatu sendal berwarna krem yang memilik heels sekitar 5cm.

MsNsVOfX_o.jpg

Ia cocok sekali mengenakan dress ketat dan pendek seperti ini, lantaran ia memiliki tungkai yang amat jenjang, dan tubuh yang langsing.

Gw menelan ludah


=====00000=====​


EgVc99Wr_o.jpg

Kami berdua pun turun ke lantai bawah, ke meja makan.

"Maaf Om Tante, rada lama, Viny nya tadi malah ngambek dibangunin."

"Emang gitu dia mah, besok besok bawa ember air buat bangunin dia."

"Hahaha jangan Om, kasian."

"Melek dulu ngapa sih." Ucap Tante kepada putrinya itu.

"Iya Mamahh." Kata Viny dengan malas, sambil membuka matanya lebar lebar, padahal matanya masih sangat mengantuk.

Viny mengambil piring kemudian berniat mencentong nasi, namun malah keliru mencentong Sop, sehingga tangannya tercelup ke kuah panas itu.

"Aduuh.." Seru Viny sambil menyengir

"Makanya melek dulu!" Tante memarahi Viny.

"Hahahahha." Om malah tertawa

Gw ikut terkekeh, Viny yang merasa kesal ditertawai pun mencubit perut gw.

"Adududhh.. Sakit Vinyyy."

"Bodo."

Kami berempat pun sarapan dengan khidmat. Kursi yang gw dudukin ini biasanya di pakai oleh Vidy, adiknya Viny, namun karna ia sedang kuliah di luar kota, makanya kursi ini kosong.

"Mas Rio pekerjaannya gimana sekarang." Tanya Om Beny sambil menyuap sarapannya.

"Emm lancar kok Om, ngga ada kendala apapun."

"Masih betah?"

"Emm kayaknya makin betah deh Om, soalnya alhamdulilah sebulan yang lalu gaji saya naik beberapa persen, ditambah bonus bonus dari client yang lumayan."

"Alhamdulilah kalo gitu, cukup kan buat ngelamar Pini."

"Uhuk uhuk.."

Sial gw keselek nasi, kata kata Papah Viny ini sungguh tak terduga.

"Kenapa Mas?" Tanya Papah Viny

"Gapapa om." Gw langsung menuang segelas air putih dan meminumnya.

"Hahaha Om becanda doang kok, lagian Pini harus selesai kuliah dulu, baru boleh nikah, tapi dia katanya mau nyoba kerja dulu beberapa taun setelah lulus, mau cari pengalaman sebelum nikah."

"Iya Om, Viny udah cerita semua, Saya sih sabar Om nemenin dia sampe siap hehe."

"Tapi hubungan kalian ini serius kan? Maksudnya bukan cuma main main gitu. Kan ada yang pacaran cuma buat sayang sayangan doang, kalo udah bosen, putus trus cari baru, padahal bisa dibilang umur mereka udah dewasa, ya seumuran Mas Rio gitu."

"Saya serius kok Om, ngejalanin hubungan ini, dan saya ngga akan ninggalin Viny demi alasan konyol apapun, Saya akan perjuangin hubungan kami."

"Tapi kamu tau kan, Viny ini seorang Idol, dia punya aturan yang tidak tertulis namun cukup mengikat diantara dia dan para fans nya."

"Saya tau Om, dan saya terima segala resiko yang ada, saya akan jaga kepercayaan Om sebaik mungkin."

"Oke Om sementara percaya sama kamu, asal jangan kaya pacar Pini sebelum sebelumnya, bukannya jagain, malah dibikin jatuh. Berkali kali ketahuan, dan yaaahh kamu tau lah akibatnya. Karir Pini harus rusak, dan sulit untuk membenahinya, kepercayaan itu sulit didapatkan Mas, kalo sudah rusak, yah selamanya akan tetap rusak...

...Sebenarnya dia sudah saya larang untuk pacaran dulu, demi karirnya, tapi emang anak ini keras kepalanya luar biasa, saya sebagai orangtua ya cuma bisa dukung dia, saya ngga mau maksain. Tapi kenyataanya? Ketahuan sampe berkali kali. Saya sampe capek liat dia nangis."

Gw menyimak dengan seksama.

"Saya berpesan saja sama kamu Mas, jagain Pini, jangan kecewain dia, dan kamu harus patuhi peraturan yang mengikat dirinya dengan para fans nya, kamu sanggup?"

"Saya sanggup Om, saya akan jagain dia, dalam kondisi apapun, dan saya rela menyembunyikan identitas saya serta hubungan kami demi karir Viny. Saya siap." Ucap gw dengan penuh kepercayadirian yang tinggi

"Bagus, semoga kamu bisa diandalkan."

"Makasih Om atas kepercayaannya, Saya merasa terhormat sekaligus bangga."

"Hahaha... kenapa jadi serius kaya gini, udah dilanjut lagi sarapannya."

Kami berempat pun melanjutkan makan, sementara itu, gw melirik ke arah Viny, ia pun melakukan hal yang sama, kami berdua sama sama tersenyum.

Terjadi hening sejenak, hanya terdengar suara denting piring yang bergesek dengan sendok dan garpu, serta suara decitan burung di sangkar yang di gantung di teras.

Akhirnya gw menemukan bahan pembicaraan.

"Om suka pelihara burung yah?"

"Iyah, ada banyak di teras, burung burung hias. Yah buat melepas penat kalo capek pulang dari luar kota."

"Ada jenis apa aja om."

"Ada perkutut, derkuku, burung kakaktua juga ada."

"Wah keren keren."

"Mas Rio suka burung juga? Nanti Om kasih beberapa kalo mau."

"Rio suka banget sama burung Pah." Viny tiba tiba menyela pembicaraan.

"Oh ya?" Seru Om Beny sambil menatap gw.

Apa apaan sih Viny, gw ngga suka melihara burung padahal, kotorannya bau soalnya.

"Iya Rio suka banget sama burung Pah." Kata Viny kemudian ia melirik ke arah gw.

Ia menaruh tangan kirinya diatas paha kanan gw, dibawah meja. Apa maksud dia sebenarnya?

"Kamu pelihara burung apa Mas?" Tanya beliau

"Saya ngg..."

Baru saja gw hendak menjawab pertanyaan itu dengan 'saya ngga pelihara burung, Om'. Namun Viny buru buru menyela dengan berkata.

"Rio pelihara burung jenis cucakrowo Pah."

Gw terkejut mendengar perkataannya, gw makin bingung dengan permainan ini.

Tiba tiba tangan Viny yang berada di paha kanan gw tersebut merambat dan kini berada tepat menyentuh kemaluan gw.

"Akkhh..." Gw reflek mendesah.

"Kenapa Mas?" Tanya si Om penasaran.

"Gapapa Om, gapapa."

Gw pun melirik ke Viny dengan tatapan marah, sambil memberi isyarat supaya tangannya menjauh dari titit gw.

Bukannya menurut, ia malah memijit titit gw, membuat gw makin ngaceng.

"Mas Rio pelihara cucakrowo?" Tanya Om Beny penasaran

"Iyah Pah, burung itu dikasih nama 'si Jago'." Ujar Viny sok mewakili perkataan gw

"Kata temen Om, itu burung bagus, tapi Om belom pernah lihat, emang bentuknya kayak apa sih." Tanya beliau dengan sangat antusias.

"Emm ka..."

Ketika gw hendak menjawab pertanyaan Om Beny, pasti Viny selalu menyela.

"Jadi bentuk burungnya Rio itu, Rada gendut Pah, dan badannya juga panjang. Bulu bulunya hitam tapi di bawah doang, kepalanya gundul, kulitnya kalo lagi semangat, bisa sampe merah gitu." Ucap Viny mantap.

Si anjir

Gw baru paham arah pembicaraan Viny, ia mendeskripsikan titit gw seolah olah titit gw ini adalah burung cucakrowo peliharaan gw. Pake nyebut nama Jago lagi, itukan nama titit gw.

Tangan Viny makin brutal meremas titit gw di bawah meja, membuat gw sedikit kwalahan menahannya.

Tangan Viny dengan bebas memainkan titit gw lantaran pandangan mata Om dan Tante terhalang oleh meja dan beberapa makanan di atas meja.

Gw makin ngaceng dan titit gw mulai berkedut.

"Iyah Om, burung saya seperti itu bentuknya." Ucap gw seolah hal itu benar

Gw pun melirik Viny dan memelototinya, agar ia melepas tangannya dari titit gw.

Namun ia malah makin bandel dan mulai membuka ritsleting celana gw.

Eh bgsdd!! Makin yang engga engga aja nih cewek!!

"Emm Om Tante, saya sama Viny pamit dulu yah, udah jam segini." Ucap gw sambil menahan sange.

"Itu tapi makanan kalian belum habis." Ujar Tante

"Maaf Tante, tapi kita buru buru."

Gw pun menepis tangan Viny yang masih asik memainkan titit gw, setelah itu gw menarik tangannya agar ia ikut berdiri. Setelah itu gw salim mencium tangan Om dan Tante, diikuti oleh Viny.

"Kita pamit dulu Om Tante."

Kemudian gw menarik lengan Viny keluar dengan buru buru

Viny terkekeh mengejek.


=====00000=====

Gw membuka pintu depan kiri dan membiarkan Viny masuk, setelah itu gw buru buru masuk mobil melalui pintu satunya.

Baru saja gw duduk di jok, Viny langsung mengecup pipi gw.

"Kamu keterlaluan sayang, aku hampir aja orgasme di meja makan tadi."

"Aku kan gemesss."

Gw pun menyalakan mesin mobil dan audio speaker untuk memutar lagu.

Cklekk...

Tuas persneling pun masuk ke gigi 1. Gw buru buru menjauh dari rumah Viny


=====00000=====


bWOn3OsR_o.jpg

Di perjalanan, gw benar benar merasakan gatal di titit gw, Viny sukses bikin gw sange pagi ini. Perasaan jadi was was dan tak tenang. Tak fokus mengemudi. Gw butuh pelampiasan.

Gw merangkul leher Viny menggunakan siku agar wajahnya mendekat, kemudian gw melahap bibirnya itu.

Viny merespon dengan baik, bibir kita saling menjepit, nafas kita saling memburu.

Tiba tiba Viny mendorong gw

"Eh kamu masih nyetir!!!"

Astagaaa!!

Ngeeennggg....

"Aaaaakkkk.."

Untung saja gw sempat membanting setir kembali ke badan jalan, hampir saja gw menabrak ibu ibu di bahu jalan yang hendak menyebrang.

Detak jantung gw terpacu sangat kencang.

"Tahan ya sayang, nanti kalo udah sampe venue handshake aja. Nanti pasti aku kasih."

"Nggamau, harus sekarang, udah ngga tahan akutu."

Terdapat lampu merah untuk menghentikan mobil gw sejenak. Tangan kiri gw mulai menggerayangi perut Viny.

"Eh sayang nanti aja."

Kemudian naik ke atas, gw mulai meraba dadanya.

"Ahh... sayang jangan nakal."

Kemudian tangan gw naik lagi ke leher

Greppp...

Gw merangkul leher Viny lagi, kemudian menariknya mendekat, bibir kami pun berpagut lagi.

Ia enggan melakukan hal itu, karna ini masih di tempat terbuka, ia melepas ciuman itu.

"Nanti aja sayang, diliatin orang orang itu loh."

Dan benar saja, para pengendara motor di samping kanan kiri memperhatikan gerak gerik kami, lantaran kaca film mobil gw hampir transparan. Mereka dengan leluasa dapat melihat aksi kami berdua.

Lampu berganti hijau, gw melaju pelan agar para pengendara lain menyalip mobil gw.

Pantang menyerah, tangan gw mulai iseng lagi mengelus paha mulusnya itu, terdapat bulu bulu tipis yang tidak terlihat oleh mata, namun terasa saat diusap seperti ini.

"Sayang jangan nakal!!"

"Aku maunya sekarang cumikkk..." Ucap gw dengan nada manja layaknya seorang keponakan yang meminta dibelikan mainan oleh Tantenya.

"Onyet jangan nakal yaaaa, nanti cumik kasih, tapi jangan sekarang "

Viny menepis tangan gw dari pahanya.

Gw merasakan sakit akibat titit gw yang terlipat lantaran terdesak oleh celana.

Gw udah ngga tahan lagi!!

Tangan gw mengabaikan perkataan Viny dan makin bandel, sekarang tangan kiri gw masuk ke selangkangan Viny.

"Ih onyet jangan gitu dong, nanti aku ikut nafsu, duh."

Gw kepalang sange, gw nggamau tau pokoknya gw harus melampiaskan hasrat gw ini.

Tangan kanan gw memegang kemudi, sementara tangan kiri gw mulai masuk lebih dalam, mencari letak klitorisnya.

Kedua tangan Viny mendorong gw, mencegah gw melakukan itu, namun didesak oleh nafsu, gw mengabaikan itu semua.

Nah!

Tangan gw berhasil mencapai area memeknya, dan mulai menembus celana dalamnya.

Permukaan daging vaginanya masih kering, gw gosok gosok menggunakan jari gw.

"Ehhh.... Emmmm..." Ia melenguh nikmat, namun tangannya masih kuat mencengkeram tangan gw.

"Duh duh, onyett plis jangan disini.."

"Kamu udah bikin aku sange pas di meja makan, nah kalo aku sange, kamu juga harus."

Gw menatap matanya yang memelas itu, sambil sesekali menatap jalanan untuk menghindari pengendara lain dan para penyeberang.

Gw gosok gosok beberapa kali sampai akhirnya bibir vaginanya membasah, ia memejamkan matanya tak kuat menahan gejolak. Tubuhnya tegang, tangan kanannya masih mencengkeram lengan gw, sementara tangan kirinya mencakar jok, dan sesekali memukul mukul jok.

Kedua pahanya merapat merasakan rangsangan itu, sehingga telapak tangan gw yang masih berada di vaginanya terjepit oleh pahanya.

Gw mendorong tangan gw lebih dalam, merogoh memeknya, sampailah gw di liang vaginanya.

"Hmmpphhh...." Ia memasukan seluruh bibir bagian bawahnya ke dalam mulutnya

Skak mat!!

Cengkeraman tangannya pada lengan gw pun kendur, kini kedua tangannya meremas jok dengan kuat, gw melihat responnya itu jadi makin gemas.

Lalu lintas sedang ramai ramainya, gw harus kerja keras membagi perhatian gw antara merangsang Viny dan mengemudi.

Gw mulai memasukkan kedua jari gw ke dalam liang vaginanya yang mulai becek, tercium aroma khas cairan kewanitaan.

Hmmmmm...

Viny hanya bisa duduk tegang sambil meremas jok, dan merapatkan pahanya, matanya terpejam dan ia mulai menggigit bibir bawahnya. Nampaknya gw sukses membuat birahinya meninggi.

Ia kini mulai mengalah, pasrah oleh keadaan, diserang bertubi tubi membuat ia kwalahan, akhirnya ia menghentikan perlawanan dan mencoba menikmati seluruh rangsangan yang gw beri.

Gw memberikan penetrasi yang pelan pada liang vaginanya menggunakan dua jari, tubuhnya kaku dan menggelinjang tak karuan.

"Kamu bandel sayang, akhh ehhmmm...."

"Kamu cukup nikmati saja, biar aku yang bekerja. Deketan lagi sini duduknya biar enak."

Ia menggeser duduknya mendekat, pahanya menempel pada persnelling.

"Nah gituuuu..."

"Paha kamu jangan rapet rapet dong, buka yang lebar."

Ia perlahan membuka pahanya lebar lebar, sehingga gw leluasa memainkan selangkangannya.

Setelah itu gw menyibakkan dressnya sampai ke perut, sehingga celana dalam berendanya terpampang jelas.

Gw menyelipkan tangan gw lewat lubang celana dalam di samping, dan dengan mudah gw menemukan lubangnya lagi.

"Ahhhheemmm... pelan pelan sayanggg uuhhkkk..."

Gw melambatkan laju mobil untuk berkelok tajam 45 derajat ke kanan...

Setelah jalanan kembali lurus, gw meneruskan aktivitas gw tersebut. Gw mulai mengocok liang vaginanya, terdengar decak becek yang nyaring dari selangkangannya.

Ia mengejan beberapa kali, tubuhnya bergetar hebat. Jari gw merasakan dinding dinding vaginanya yang berkedut dan menjepit dengan erat.

"Geliii ahhh."

'Tahan sayang, bentar lagi kan."

Kakinya menendang nendang kabin dan dashboard, tak kuasa menahan gejolak birahi yang sedang dialaminya.

Gw mempercepat tempo kocokan itu, membuat ia mengelinjang makin liar.

Pcaakk... pcakk... pcaakk..

Memeknya sudah becek se becek beceknya

"Tahannn sayanggg, jangan buru buru di keluarin."

"Aku udah ngga arrgghhhh.... aku udah ngga tahaannnn aarrgghhhh....."

Punggungnya terhempas ke sandaran jok dengan keras, kemudian pinggulnya terangkat ke atas.

Sementara gw tak menghentikan kocokan itu sama sekali.

Pcaakkk... pcaakkk... pcaakk...
Pinggulnya makin naik, tubuhnya hampir rebah seluruhnya ke jok, ia hanya meringis kenikmatan.

"Akkkhhh ehmmmmm...."

Gw terlaku fokus pada memek Viny, sampai sampai gw ngga memperhatikan jalanan

Tiba tiba

Jloooggg...

"Akkhhhh...."

Croott... crooottt... crooott...

Srrrrr... Srr...

Tubuh Viny bagai kesetanan, menggelinjang ke kanan dan kiri dan puncaknya pinggulnya terangkat sangat tinggi.

Ban kiri gw baru saja tergejlok oleh kubangan aspal rusak, membuat mobil tersentak dan pada akhirnya kedua jari gw masuk lebih dalam pada lobang memeknya, membuat orgasmenya tak bisa ditahan lagi dan tercapailah juga akhirnya.

Cairan kewanitaannya tersemprot ke dashboard di depan dan membasahi lantai mobil. Celana dalamnya basah kuyup dan dress nya ikut terciprat sebagian.

Gw sengaja menahan jari gw di dalam memeknya sampai gejolak orgasme nya mereda.

Setelah menyembur beberapa kali, tubuhnya seketika lemas dan ambruk begitu saja. Ia terkulai lemah bersandar di jok, ia tepar seperti yang ia selalu alami setelah perform di theater. Tubuhnya lemas, nafasnya tersengal, keringat mulai membasahi sekujur tubuhnya.

Setelah berhasil mengendalikan diri, ia menoleh ke arah gw dengan tatapan 'puas lo sekarang?'

Gw mencabut perlahan, jari gw dari memeknya

Ploopp..

"Akkhh..." Ia melenguh lagi

Tubuhnya mengejan sesaat gw mencabutnya, sisa sisa orgasmenya menyembur lagi.

Tok... tok... tok...

"Woooyy kalian ngapain!!" Terdengar suara ibu ibu berhijab berteriak dari luar mobil sambil mengendarai N-Max.

Viny terkejut dan malu bukan kepalang, lantaran Ibu itu menyaksikannya saat tubuhnya mengejan karna orgasme, ia langsung menutup wajahnya menggunakan jaket denimnya.

Tok... tok... tok...

"
Mas berhenti mas!! Kalian pezina!!"

Sial gw panik.

Ibu itu mengejar mobil kami sambil mengetuk ngetuk kaca mobil.

Setelah itu tangan kiri gw yang masih basah kembali memegang kemudi, lalu gw mempercepat laju mobil dan meninggalkan Ibu itu.


=====00000=====

"Jok kamu basah semua, celana dalem sama dress aku juga basah. Trus gimana sekarang. Masa aku handshake sama wota pake celana dalem basah. Ngga nyaman banget!!"

Gw mengambilkan ia tissue dari dalam laci dashboard. Setelah itu gw berbelok ke kiri, masuk ke gang yang lumayan sepi.

"Kok kesini sih, kan harusnya lurus."

"Iya aku paham, tapi aku masih sange."

Wajah Viny berubah, nampaknya ia paham gelagat gw.

"Hayo sayang, jangan macem macem."

Gw mengendurkan pijakan gas dan melaju dengan pelan, gw berbelok dan masuk ke kawasan bekas pabrik tekstil yang sudah ditinggalkan para pekerjanya lantaran kebakaran yang melanda tempat itu setahun silam.

Gw masuk ke gerbang dan menghentikan mobil gw di bekas parkiran pabrik itu.

Kami berdua saling bertatapan, tanpa ba-bi-bu, gw langsung menyosor bibirnya itu. Melumat bibir bagian bawahnya dengan nikmat.

"Ehmmm..."

Namun Viny yang sudah tau tujuan gw berhenti di bekas pabrik ini langsung mendorong gw.

"Please sayang, jangan di mobil!! Kamu ngga kapok dipukulin warga apa!!" Bentak Viny

"Sepi kok sayang, tenang aja."

"Waktu itu juga sepi, tapi tetep aja ada yang ngelihat!! Apalagi sekarang siang, pasti banyak yang lalu lalang di sekitar sini!!"

Wajahnya penuh ketegasan, ia tak mau kejadian waktu itu terulang lagi. Namun ya mau gimana lagi, gw udah kepalang sange.

"Sepi sayangggg, ayolah... Lihat sekeliling kamu, jalanan di depan jarang dilewatin orang, dan ini pabrik juga bekas, mana ada orang disini, gedung gedung di sebelanya juga uda pada kosong.

"Pokoknya aku ngga mau di dalem mobil!! Titik!!"

"Ngga mau di dalem mobil?"

"Ngga mau!!"

"Oke kalo gitu."

Gw langsung menarik kaki dan lengan Viny, kemudian membopong tubuhnya keluar dari mobil.

"Heh mau apa lagi!!"

"Kamu ngga mau di dalem mobil kan? Kalo gitu sekarang kita di luar mobil."

"Apa??!!" Viny betul betul terkejut mendengar perkataan gw itu.

Gw membopong tubuhnya keluar, ia sempat berontak, tangan kanannya menjambak rambut gw, serta menendang nendangkan kaki ke udara, sampai sampai sepatu sandal yang ia pakai melayang di udara, namun gw mengabaikannya.

Bruukkkk...

Gw menaruh tubuh Viny di atas kap mobil bagian depan, sehingga ia kini tidur telentang di atas kap mobil, kedua tangannya gw silangkan di atas kepalanya agar ia tak bisa melawan.

"Aku ngga mau melakukannya di dalem mobil bukan berarti trus kita melakukannya di atas kap mobil gini juga!!"

Ia berontak

"Resikonya gede!! Kalo ada yang ngeliat gimana!!"

Kemudian gw membangunkan ia, sehingga ia kini duduk diatas kap mobil.

"Lihat sekeliling kamu sayang, pabrik ini ada di kawasan tak berpenghuni, apalagi pabrik ini adalah bekas kebakaran, pasti ngga ada orangnya." Ucap gw mencoba meyakinkan dia

Tatapannya nampak was was dan takut, dia melihat sekeliling bekas pabrik itu, memang tak ada tanda tanda kehidupan.

"Dan jalanan di depan adalah jalan penghubung antar kampung, tapi jembatan di sebelah sana sedang ambruk, pasti takkan ada yang kepikiran untuk lewat sini, untuk saat ini. Jadi percaya sama aku, kita pasti aman."

Kemudian ia menatap mata gw, rKiki deliverys service.asa was was nya perlahan sirna.

"Gimana?" Tanya gw

Ia nampak berfikir sejenak, mungkin memang berat buat dia mengatasi traumanya.

Tatapannya melunak,

Ia pun merangkul leher gw dan menariknya mendekat.

"Mmmmhhh..."

Bibir kami pun terpagut kembali. Ah akhirnya ia mau juga melakukannya.

Kami saling meningkatkan jumlah liur di dalam mulut masing masing, membasahi bibir kami berdua dengan liur. Kami bertukar liur dan mengaduk aduknya menggunakan lidah.

Sudah tak penting kami berada dimana, yang penting kami bisa sama sama melampiaskan birahi kami. Panas terik memancar dan memanaskan tubuh kami, membuat kami berdua makin berkeringat.

Gw menyibakkan dressnya, namun karna dress nya sedikit ketat, membuat gw kesulitan untuk mencapai teteknya itu.

Tak sabar ingin segera menyusu putingnya itu, gw langsung menurunkan ritsleting di belakang punggungnya dan menarik dress nya ke atas, sehingga kini ia hanya menggunakan beha dan celana dalam yang basah.

"Ih nggausah dicopot semua!!"

"Biar fair, aku juga copot kaos sama celana."

Gw pun buru buru menanggalkan seluruh pakaian gw dan menaruhnya begitu saja ke tanah, Serta mencopot sneakers. Udah tak terfikirkan resiko apapun, yang penting kami sama sama menikmatinya.

"Mmmhhh..." Kami berdua berpagut kembali.

Sambil melahap bibirnya, kedua tangan gw meraba punggung Viny dan pada akhirnya melepas kait behanya.

Setelah lepas, gw melemparnya sembarang, dan mulai melepas ciuman itu untuk segera menikmati puting mungilnya itu.

"Akkkhhhh.." Ia mendesah sangat kencang ketika gw mulai menyusu padanya

Gw merebahkan tubuh Viny pada kap mobil tanpa melepas mulut gw dari puting kirinya.

Kedua kakinya yang jenjang itu tergesek gesek pada tanah saking gelinya. Ia pernah bilang bahwa gw adalah cowok yang pandai memainkan putingnya.

Ia hanya memejamkan matanya, entah karna keenakan atau karna teriknya matahari pagi ini.

Kedua tangan Viny di rentangkan bagai sedang di salib, sementara gw masih sibuk melumat putingnya secara bergantian kanan dan kiri. Teksturnya yang sangat lembut membuat gw ketagihan untuk menyedotnya.

Gemas sekali ketika lu mengemut dan menggigit gigit suatu bola karet yang empuk, namun lu ngga boleh menelannya, nah ini yang gw rasakan tiap kali gw melumat putingnya. Gemas sekali.

"Ah sayang, kayak ada yang mau keluar dari pentil aku." Kata Viny sambil mendesah

Gw menyesap putingnya beberapa kali, tiba tiba terasa manis manis hambar tercecap oleh lidah gw.

"Loh kok ada manis manisnya sih."

Gw memencet bulatan coklatnya, terlihat cairan keluar dari situ.

"Wah ini air susu kamu sayang, aku minum ya."

Gw langsung menyesapnya lagi, terasa manis manis hambar, bahkan tak terlalu terasa manisnya sebenarnya

Viny hanya pasrah membiarkan gw menikmati susunya. Gw menelannya dengan nikmat.

Setelah puas, gw pun bangkit dan meludahi titit gw sendiri dan meludahi liang vagina Viny yang masih tertutup celana dalam.

Gw meloloskan celana dalamnya melalui kaki kirinya, sehingga celana dalamnya kini tercantol pada paha kananya.

Sret... srett.. sreett..

Gw menggesek gesekan kepala si Jago kepada bibir vaginanya yang sudah sangat becek.

"Buruan masukin."

Nampaknya ia sudah gatal sekali, wajahnya terlihat sangat gelisah

Gw tak mengindahkan perkataannya, gw masih asik menggesek gesekan kepala titit gw pada bibir vaginannya.

Ia mencengkram teteknya sendiri, merasa gemas oleh perlakuan gw. Bibirnya pun di gigit lagi.

"Buruan sayanggg, aku udah ngga tahaaannn!!"

Jleebbb...

Tepat saat ia selesai bicara, gw langsung memasukan seluruh batang gw ke dalam liangnya.

"Akkkkkkkhhhj eehmmmmm."

Ia mendesah sangat kencang, merasakan liang vaginanya penuh oleh batang.

Dinding dindingnya berkedut dan rasanya titit gw bagai dicengkeram sangat kuat, membuat gw tak kuasa menahannya.

Tubuh Viny bergetar beberapa kali, merasakan shock terapy secara tiba tiba.

Ketika keadaan tubuhnya sudah reda, mulailah gw menggenjot nya dari tempo terpelan.

"Akkkhhh sayang, akkhhh."

Tubuh Viny terdorong dan tersentak ketika gw menggenjotnya, kedua kakinya di lingkarkan ke belakang punggung gw, sementara gw membungkuk agar bisa menciumnya lagi.

Kami berdua pun sama sama berkeringat, deras sekali, selain karna aktivitas melelahkan ini, juga karna panasnya terik matahari yang langsung mengenai tubuh telanjang kami.

Gw makin semangat menggenjotnya, nafas Viny tersengal dan terbata bata, rambutnya berantakan dan beberapa menempel pada wajahnya, gw memasukan lidah gw ke dalam mulutnya dan mulai mengeksplorasi di dalamnya.

Sementata gw sama sekali tak mengendurkan genjotan gw pada vaginanya.

Cittt... ciitt.. ciiit...

Suara decitan antara punggung Viny yang berkeringat dan kap mobil terdengar sangat nyaring di telinga gw.

Mulut, badan dan memeknya sangat sangat basah, sungguh sangat nikmat pergulatan pagi ini. Rambut gw pun basah oleh keringat, sesekali menetes pada wajahnya.

Ia merangkul tubuh gw agar tubuh bagian depan kami bersentuhan dan bergesekan. Gw dapat merasakan perutnya yang bidang bergesek pada perut gw yang sedikit buncit.

"Emmhhhh... emmmhh.."

Ia mendesah puas, entah kenapa gw rasa malah dia yang jauh lebih menikmati percintaan ini, padahal awalnya ia yang menolak.

Kap mobil menjadi basah dan licin, dihujani oleh keringat kami berdua.

Tak ada dialog apapun diantara kami, lantaran kami sibuk berciuman.

Crooott... croott... croott...

Viny orgasme dengan deras, ia orgasme disaat gw masih menggenjot memeknya, membuat cairannya berkecipak dan terciprat kemana mana.

Aaaaakkkhhhh

Gw menggenjotnya makin kencang, gw merasakan peju gw mulai mengalir. Dnding vaginanya berkedut hebat membuat gw makin cepat merasakan peju gw yang mengalir

Akkkhhh ini dia

Gw buru buru mencabutnya, dan melompat ke atas kap mobil

Crooott... croottt...croott...

Akkkhhhhh....

Gw mencurahkan seluruh peju gw di dada dan collarbone nya.

Haaaaaahhh...

Setelah peju gw terkuras habis, tubuh gw pun lunglai dan akhirnya ambruk di samping Viny.

Kami berdua mengatur nafas yang sangat berat ini, keringat bercucuran dan menimbulkan aroma asam dari tubuh masing masing.

"Kayaknya kita harus mandi lagi deh hehe."

Viny memeluk gw dengan erat dari samping

"Ini pengalaman seks aku yang paling absurd sayang, makasih udah ngasih aku pengalaman kayak gini. Jujur aku dari tadi berdoa supaya ngga ada orang yang ngeliatin kita."

Gw pun mengusap usap rambutnya.

"Maaf ya sayang, kalo aku agak maksa, hehe."

"Sayang banget sama kamuuh!!!" Viny memeluk gw makin erat saking gemasnya.

Matahari pun nampak tersenyum ceria menyaksikan cinta kami berdua.

Ahh morning seks memang sangat asyik

Gw melihat Viny yang masih nyaman berada pada pelukan gw, awalnya ia takut melakukan hal ini di ruang terbuka karna trauma, tapi pada akhirnya, justru dia yang paling menikmati

, gw pun akhirnya mengetahui satu hal,

bahwa nafsu dapat mengalahkan trauma.

Gw pun tersenyum, membalas senyum sang matahari



To be continue
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
makin liar aja nih Viny sama Rio segala main di kawasan pabrik, untung sepi.

adegan ngewe di kap mobil udah kayak taksi palsu aja .
 
Di kap mesin setelah berjalan beberapa lama, ga panas tuh kulit nempel di kap mobil? Yah, namanya jg nafsu ya.

Mantab!!!
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd