Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Uak Ningsih

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Cerita ini berawal ketika aku berumur 17 tahun dan sedang duduk di bangku kelas 2 SMA (2011), di suatu daerah wilayah Indonesia Tengah. Saat itu aku tinggal di rumah keluarga, karena aku bukan asli dari daerah tersebut. Pemilik rumah yang aku tinggali adalah kakak dari mamaku bernama Ningsih, dan beliau biasa aku panggil dengan sebutan Uak. Saat itu beliau telah berumur 43 tahun dan memiliki 1 orang anak, sedangkan suaminya telah meninggal sejak 6 tahun yang lalu atau dengan kata lain sekarang beliau telah berstatus Janda. Ringgo adalah anak satu-satunya dari Uak ku, dia berumur 20 tahun dan sedang melanjutkan pendidikannya di Surabaya sebagai mahasiswa.
Uak ku memiliki pesona wajah yang menggairahkan, ukuran dada 34C, pinggang yang ramping, dan pantat yang membengkak ke belakang.
Di rumah Uak biasa menggunakan baju kaos ketat, sampai bra yang Uak gunakan tercetak jelas di atas kaosnya, sedangkan dibawah Uak biasa menggunakan celana ketat berbahan elastis dan cetakan celana dalamnya jelas terlihat. Tapi kalo udah keluar rumah atau menerima tamu, Uak pasti menggunakan pakaian longgar dan jihab.
Saat itu aku sedang menonton Tv, tiba-tiba Uak ku keluar dari kamarnya dan lewat di depanku. Dengan terburu-buru Uak berlari ke arah WC tanpa menggunakan celana. Aku merasa kaget dan dengan mata melotot aku menatap pantat sexy-nya yang terbungkus oleh celana dalam berlalu di depanku. Setelah beberapa menit mengurung diri di dalam WC, Uak ku keluar, "Uak kenapa, kok tadi buru-buru banget pengen masuk WC?" "Iya nih Rangga, tadi rasanya kebelet banget pengen taik." "Terus tadi Uak ngapain di kamar?" "Cuma tiduran sambil baca buku, emang kenapa?" "Itu keluar kok gak pake celana?" "Uak kalo udah mau tidur emang suka gak pake celana Rangga, suka keringatan." "Kenapa bajunya gak dicopot aja sekalian? Kan jadi adem semua badannya." "Tadi di kamar baju sama celana udah Uak copot. Terus tadi pas Uak pengen keluar Uak pengen pake baju sama celana, tapi karena udah gak kuat nahan kebelet, Uak jadi gak sempat make celana. Ya udah, Uak masuk kamar dulu ya Rangga. Jangan lama-lama begadangnya." "Iya Uak."
Sejak saat itu Uak ku jadi sering gak pake celana kalo yang ada di rumah cuma kita berdua. Uak paling sering keluar tanpa celana ketika pulang kerja sekitar jam 15.30, dan itu adalah pemandangan yang selalu aku nikmati dengan semangat tinggi. Dan yang sering membuatku kepanasan adalah saat dia berdiri sambil menggaruk-garuk pantatnya, rasanya kepengen banget bantuin Uak untuk ngegaruk pantatnya. Suatu hari karena udah benar-benar kepanasan pengen ngegaruk pantatnya aku dapat ide sebagai alasana untuk menyentuhnya, "Uak, ini kok merah?" aku bertanya sambil mendekatkan tatapanku ke area pinggir pantatnya yang tidak tertutup celana dalam, "Apanya yang merah Rangga?" "Ini Uak." Aku menunjuk area yang merah itu sambil menyentuhnya. Sontak Uak ku kaget karena merasakan sesuatu yang menempel di pantatnya, "Heeeey. Iih Rangga bikin Uak kaget aja, Uak kira apa yang nempel di pantatnya Uak." "Heheh, maaf ya Uak." "Iya nih Rangga, sejak dari kantor tadi pantat Uak rasanya gatal-gatal. Gak nyangka sekarang udah jadi merah setelah digaruk-garuk." "Rangga bantuin garuk Uak mau gak?" "Garukin aja Rangga, dari tadi rasanya capek garu-garuk melulu. Tapi pelan-pelan aja ya Rangga, takutnya nanti pantat Uak malah lecet." Rasanya seneng banget setelah dikasih kesempatan buat garukin pantatnya, yah walaupun sebenarnya aku gunakan sebagai kesempatan buat nyentuh pantatnya. "Uak, udah ilang apa belum gatalnya?" "Udah Rangga, terimakasih ya." "Iya Uak, sama-sama. Itu kayaknya masih ada tuh yang ditutupin sama celana dalamnya, mau digarukin juga gak?" "Kalo kamunya gak capek ya digaruk aja. Tapi bentar ya, Uak telengkup dulu di bawah karpet." "Iya Uak." Sambil menunggu Uak telengkup, aku ikut duduk di samping Uak sambil terus-terus menelan ludah dengan jantung yang deg-degan. "Ayo Rangga mulai." "Iya Uak." "Tapi yang ini jangan digaruk ya, takutnya nanti malah lecet tuh kulitnya Uak. Mending digesek-gesekin aja tuh pake telapak tangannya." "Tapi uak, ini geseknya gimana? Tangan Rangga yang dimasukin atau celana dalamnya Uak yang dipelorotin?" "Bentar ya, Uak pelorotin dulu celana dalam Uak." Kulit pantatnya perlahan-lahan mulai terlihat, jantungku makin terasa cepat detakkannya, dan ooh pengen rasanya aku pencet-pencet daging pantatnya dan aku tanam wajahku di sana. "Eeh Rangga, kok malah diam?" "Eeh iya Uak. Nggak apa-apa kok." "Ya udah, ayo gesekin tangannya di pantat Uak yang gatal. Tapi jangan terlalu ditekan, nanti malah panas tuh pantatnya Uak." Aku mulai menggesek tanganku di atas pantatnya, dan lama-lama aku mulai memainkan tanganku secara perlahan agar Uak gak curiga apa-apa sama aku. Melihat respon Uak yang biasa-biasa aja, permainan tanganku semakin meningkat, aku menggesek-gesekkan tanganku sambil memencet pantatnya secara perlahan dan makin lama semakin cepat. Tiba-tiba Uakku menegurku, "Rangga, kok kamu malah pencet-pencet pantat Uak sih, tadi perintahnya apa?" sontak aku kaget dengan tegurannya yang secara tiba-tiba, "Eeh iya Uak, abis pantatnya bikin gemes nih Uak." "Kok bisa gemes?" Aku menjawabnya sambil menarik pelan celana dalam Uakku lalu memukul pantatnya, "Aaaaw, bukannya dijawab pertanyaan Uak kok malah dipukul pantat Uak?" "Ya ini pantatnya kenyal sih, terus bengkak montok gini siapa yang gemes." "Iiyh kamu kok malah macam-macam gitu sih. Udah ah, lanjutin gesek pantatnya Uak." dengan berani sambil menenteng jantung yang deg-degan, aku menjawab sambil mengecup pantat Uakku, "Iya Uak sayang. TCCCUUP." karena respon negatif dari gak keluar, kembali aku mengecup berulang-ulang pantat kiri kanannya, "TCCUP, TCCUP, TCCUP, TCCUP, TCCCCCUUP." lalu diakhiri dengan kecupan panjang untuk pantat kenyalnya. Setelah merasa cukup lama aku menggesek pantatnya, aku mencoba memanggil Uakku, "Uak, udah ilang belum gatalnya?" "Hmm, kenapa Rangga?" Uakku menjawab pertanyaanku dengan ekspresi mengantuk, "Ini pantatnya udah gak gatal atau gimana? Rangga udah mulai capek nih gesekin pantat Uak." "Iya bentar lagi Rangga, lanjutin geseknya." "Iya deh Uak." Dari tadi aku terus menahan hawa panas yang aku rasakan, barangku yang tegak berdiri terpaksa harus menahan kurungan yang tidak mampu menampungnya dengan ukuran pas. Semua itu terpakssa harus terjadi karena memek Uakku terpampang jelas di depan mataku, ingin aku meyentuhnya tapi nyaliku belum melonjak tinggi untuk melakukan hal itu. Tapi sekarang nafsuku justru menamparku untuk segera sadar, memek indah sedang terpampang jelas di depanku, temukan cara untuk memainkannya. Secara perlahan telapak tanganku mulai berpindah posisi, sedikit-sedikit dia mulai memperlebar area gesekannya. Melihat Uakku yang memperlihatkan ekspresi datar, akupun semakin berani melakukannya. Terus memperlebar dan oooh, terasa sungguh lembut permukaan memek Uakku ini, tapi sial suara Uakku membuatku kaget dan tiba-tiba aku menarik tanganku dari memeknya, "Oooh Rangga, sssshh, enak banget gesekan kamu di situ kamu Rangga. Tapi kok tangannya malah ditarik sih sayang?" "Eeh iya Uak. Rangga kaget aja barusan." "Ya udah, lanjutin gih gesekannya." Aku kembali menggesek memeknya, "Oooh Rangga, terusin gesekannya. Sssshh ooh, ilangin gatalnya ya Rangga." "Iya Uak. Uak suka ya?" "Suka banget Rangga. Kamu pintar banget nemuin bagian tubuh Uak yang gatal." "Rangga cuma maenin feeling Rangga aja kok Uak." "Dipercepat lagi dong Rangga, memek Uak rasanya makin gatal nih, ilangin gatalnya dong sayaang." "Iya Uak. Di sini juga gatal gak Uak?" Aku menggesek daging kecil seperti jagung di memeknya. "Ooooh iya Rangga, di situ juga rasanya gatal. Malah di situ yang rasanya lebih gatal sayaaang. Aaah, ssshh, aaaah, terus digesek Ranggaaa." "Iya Uak. Ini namanya memek ya Uak?" Aku bertanya sok bego kepada Uakku. "Iya Rangga, itu namanya memek. Ssshh, ooooh." "Terus daging kecil ini apaan nih Uak?" Aku kembali bertanya kepada Uakku yang sedang telengkup sambil menikmati gesekannya. "Itu namanya klentit sayang. Rasanya gatal banget tuh di klentitnya Uak, gesek terus sayang, tolong ilangin gatal di klentit Uak ya." "Iya Uak, Rangga juga suka kok gesekin klentit Uak." Beberapa saat kemudian tiba-tiba Uakku mengangkat kepalanya ke atas, badannya bergerak maju-mundur, paha Uakku merapat dan menjepit tanganku, dan memeknya terasa nyut-nyutan, sedangkan aku semakin memainkan ujung jariku di klentitnya, "Oooh Ranggaaa, enaaakk, korek klentit Uak sayaang. Sssshh oooh, memek sama klentit Uak keenakan banget sayaaang." Dan akhirnya paha Uakku merenggang, kepalanya kembali turun, dan nafasnya keliatan kelelahan. Uakku telah mencapai orgasme, jadi aku biarkan dulu dia beristirahat sejenak. Setelah nafasnya kembali terlihat normal aku bertanya kepada Uakku, "Iiiiyh, Uak ngompol ya?" "Iya Rangga, tadi Uak pengen masuk ke WC tapi karena tadi gesekkan kamu rasanya nikmat banget jadi Uak tunda dulu." "Tapi kok kencingnya Uak beda sih? Warna sama bentuknya keliatan kayak susu kental manis." "Naah itu dia kenapa tadi Uak tunda pergi masuk ke WC. Biar kencingnya Uak kerasa nikmat pas keluarnya. Karena nikmat, bentuk kencingnya Uak jadi berubah kayak susu kental manis." "Ooh gitu ya Uak. Rangga pengen jilatin memeknya Uak nih buat bersihin memek Uak dari kencing nikmatnya Uak. Boleh gak?" "Eeeh, gak boleh. Itu kan jorok Rangga. Masa memeknya Uak yang ada kencingnya mau dijilat-jilat gitu." "Yaaah Uaaakk, tapikan Rangga gak ngerasain jorok sama kencing memeknya Uak. Malah Rangga suka loh Uak." "Tetap aja gak boleh Uak gak mau. Udah ah, Uak mau ke WC dulu mau bersihin memek Uak. Lagian Uak malu rasanya dijilat-jilat kayak gitu." Dengan rasa kecewa aku melepas Uakku berlalu ke WC tanpa mengenakan apa-apa dibagian bawahnya, sedangkan celana dalamnya tadi telah dilepas untuk mengeringkan memeknya sebelum dia beranjak menuju WC.

Masih Lanjuuuuutt....

lanjut ceritanya seru mau crot nich . . lanjut
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd