Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Vania, The Bride of The Dog



Perkenalan Bestiality



Bestiality. Mungkin kata aneh yang baru saja kau dengar. Biar kuberi tahu, bestiality adalah suatu sebutan untuk kegiatan hubungan seksual yang terjadi antara manusia dengan hewan, tentu ini adalah bentuk penyimpangan seksual. Dan benar-benar tidak bermoral. Menjijikkan bagi kebanyakan orang. Tapi, sayangnya ....... Itu adalah bagian dari kehidupanku sehari-hari. Panggilanku, si betina.

Ya, perkenalkan, nama asliku adalah Vania, biasa dipanggil Nia atau Vani. Atau ya... Betina bagi orang-orang yang telah mengetahui penyimpangan seksualku. Sebenarnya aku adalah anak yang dibuang. Entah kenapa, mungkin aku memang tidak diinginkan oleh orang tuaku. Beruntung aku ditemukan seorang wanita yang membawaku ke yayasan yatim piatu dimana aku dibesarkan sampai umurku 13 tahun karena setelah itu aku diadopsi oleh sebuah keluarga.
Keluarga yang memperlakukanku dengan hangat seperti keluarga sendiri karena mereka memang tidak mempunyai anak. Namun, ternyata aku diadopsi untuk tujuan lain. Tujuan yang mengerikan untuk anak yang sebatang kara sepertiku waktu itu.
Di umur 18 tahun, barulah mereka menunjukkan sifat dan tujuan asli mereka terhadapku. Aku dijadikan 'istri'. Istri bagi peliharaan mereka, seekor anjing doberman yang diberi nama Baron. Awal aku menolak dan melarikan diri, tapi sialnya aku tertangkap dan ayah angkatku menyiksaku dan memasungku hingga akhirnya aku menyerah dan mengiyakan untuk dilatih menjadi betina bagi Baron.

Sejak mengiyakan, aku pun langsung dilarang untuk mengenakan pakaian sedikit pun jika di dalam rumah dan selalu menghabiskan waktu bersama Baron agar dia terbiasa dengan aroma tubuhku yang lambat laun akan menganggapku adalah betinanya. Aku masih ingat betul, peristiwa direnggutnya keperawananku oleh Baron, seekor anjing doberman. Di saat gadis-gadis di luar sana kehilangan keperawanan dengan pacar mereka, atau diperkosa, yah setidaknya dengan manusia.
Aku malah kehilangan keperawanan oleh seekor anjing, bayangkan, seekor anjing, meskipun memang didasarkan atas paksaan kedua orang tua angkatku yang 'sakit'. Pada kesempatan pertama pula, aku disuruh menerima buhul Baron sehingga aku 'terikat' dengan Baron setelah aku dikawini untuk pertama kali dengannya, tentu rahimku jadi dibanjiri oleh air mani Baron, seekor anjing yang akan jadi 'suami'ku nantinya.
Semenjak aku resmi jadi betina bagi Baron saat pertama kali dia mengawiniku, aku pun semakin dipaksa untuk berlatih menjadi betina yang baik bagi Baron. Aku harus memandikan Baron, tidur bersama baik di kamarku ataupun kandang Baron, makan dari sisa Baron, dan lain-lain.
Pokoknya aku benar-benar dilatih untuk menjadi seekor anjing betina yang harus menuruti kemauan pejantanku. Mungkin karena aku sering di dekatnya dan dikawinkan denganku, Baron jadi benar-benar mengganggapku sebagai betinanya.




Baron Nyaman Nemplok di Vania



'Suami'ku itu jadi semakin sering mengawiniku. Yang tadinya sehari sekali dan itu pun harus 'dibimbing' oleh kedua orang tua angkatku, Baron sekarang malah jadi rajin mengawiniku dan selalu 'mengunci' alat kelaminku dengan buhulnya itu 3x dalam sehari.
Tidak peduli kalau aku baru saja pulang sekolah, sedang mandi, sedang makan, atau sedang menonton tv. Dia mengawiniku sesuai kemauannya. Entah kenapa, aku jadi semakin terbiasa untuk melayani nafsu hewani Baron, si anjing doberman yang semakin kuterima menjadi 'suami'ku itu.
Pemandangan Baron yang sedang mengawiniku sudah menjadi tontonan biasa bagi kedua orang tua angkatku, bahkan mereka bilang, kami berdua seperti tontonan penghilang stress bagi mereka. Mereka pun senang melihatku yang semakin menerima diriku sendiri sebagai 'betina' milik Baron karena aku sudah tak perlu lagi dipaksa untuk telanjang jika di dalam rumah dan Baron bisa kawin denganku kapanpun dia mau.
Aku pun dilatih untuk menjaga kebersihan Baron. Karena dia hewan, tentu dia tidak mengerti tentang toilet. Jadi kadang, dia 'pup' sembarangan di dalam rumah. Aku lah yang harus membersihkannya, aku ambil kotorannya itu dengan tanganku, tanpa alat bantu, untuk dibuang ke dalam wc.
Ibu angkatku yang melatihku untuk itu, katanya sebagai betinanya, aku sama sekali tidak boleh jijik dengan hal apapun dari Baron. Awalnya aku muntah-muntah membersihkan kotoran Baron dengan tanganku, tapi lambat laun aku terbiasa dan sama sekali tidak jijik dengan apapun dari Baron. Tapi diam-diam aku juga melatih Baron untuk menggunakan wadah tertentu saat pup agar tidak merepotkanku.

Makin hari, tentu Baron semakin mengganggapku betinanya. Rahimku selalu disiram olehnya dengan benihnya 3x sehari. Dan tidak jarang juga, setelah aku dikawini olehnya dan alat kelamin kami sudah 'terbuka', dia langsung mengencingi wajah atau tubuhku. Instingnya, dia ingin menandaiku sebagai daerah kekuasaannya, aku ini adalah properti miliknya, hanya dia yang boleh mengawiniku dan mengisi rahimku dengan sperma. Gilanya, aku pun tak keberatan di'tandai' oleh Baron karena makin hari, pikiranku semakin dipenuhi pikiran kawin dengan Baron.
Bahkan di sekolah, pikiranku melanglang buana memikirkan saat aku pulang sekolah, aku akan langsung dientoti oleh seekor anjing doberman yang benar-benar sudah kuanggap seperti 'suami'ku kini. Sepertinya karena setiap hari aku selalu 'dipakai' oleh Baron, kondisi psikologisku telah berubah. Kata-kata, "I Love You" pun sering kulontarkan kepada Baron.
Aku yang semakin pasrah ke Baron, membuat 'suami'ku ini semakin gencar mengawiniku dan menyiram rahimku dengan benihnya. Aku tidak tahu, tapi mungkin Baron bingung, dia sering mengawiniku tapi aku belum mengandung anaknya juga sampai saat ini.
Kedua orangtuaku kelihatan senang dan bahagia melihat kami berdua yang semakin intim setiap hari, mereka membelikanku sebuah tali kekang berbentuk kalung leher, tali kekang rantainya dihubungkan ke kalung leher Baron sehingga kemana pun Baron pergi, aku akan selalu mengikutinya.




Vania Mulai Tak Canggung Bermesraan Dengan Baron



Mereka bilang memang begitu seharusnya, betina harus mengikuti pejantannya setiap saat dan harus melayani pejantannya kapanpun dia menginginkannya. Oral seks dan anal seks juga sering kami lakukan untuk selingan 'perkawinan' kami berdua. Alat kelamin Baron sudah benar-benar menyatu dengan tubuhku ini. Kawin, kawin, dan kawin, yah itulah aktivitasku setiap hari jika di rumah bersama Baron. Tak jarang, selain mengencingiku untuk menandaiku sebagai daerah kekuasaannya, dia juga sering memandikanku dengan liurnya yakni menjilati seluruh tubuhku dari wajah sampai kaki ketika aku sedang tidur terlentang.

Nampaknya dia benar-benar ingin membuat aroma tubuhku menjadi sepertinya sehingga pejantan lain tak akan berani macam-macam denganku karena keseluruhan tubuhku adalah miliknya. Ibu angkatku pun mengajarkan berbagai tips dan trik untuk merawat tubuh agar tubuhku tetap seperti perawan, tujuannya tentu untuk memaksimalkan kenikmatan yang bisa kuberikan pada Baron. 'Berurusan' dengan alat kelamin Baron yang besar itu tentu akan membuat bibir vaginaku menjadi rusak, dan liang rahimku akan mengendor.
Aku pun selalu minum jamu rahasia ibu angkatku sehingga bentuk dan 'jepitan'nya akan selalu sama. Dan untuk bekas cakaran di tubuhku serta bekas gigitan pada kedua buah daging kembarku karena selalu di'kunyah' oleh Baron seperti mainan karetnya, ada salep khusus untuk itu sehingga tubuhku benar-benar mulus seperti perawan.
Aku pun menyadari kalau aku dekat-dekat anjing betina asli, mereka akan menggonggongiku dengan keras seperti aku maling saja, dan jika anjing jantan, mereka akan menatapku dan perlahan kemaluan mereka keluar dari 'sarung'nya. Apakah anjing-anjing lain sudah menatapku sebagai seekor anjing betina? Bukan sebagai manusia lagi?. Entahlah.


Tidak hanya di mata anjing jantan, di mata manusia laki-laki pun, aku juga mendapat perhatian penuh. Aku dikaruniai sepasang kaki dan leher yang jenjang, kulit putih mulus, wajah cantik dengan rambut hitam mengkilau. Kata-kata 'model' sudah sering di ucapkan oleh teman-temanku. Tapi tetap saja aku sama sekali tidak ada rasa tertarik pada teman-teman pria meski banyak sekali yang mengajakku jalan dan bahkan bertanya apakah mau menjadi pacar salah satu dari mereka.
Aah, andai saja mereka tahu kalau aku sudah lebih dari cukup lama hidup dengan yang namanya sperma anjing. Entah sudah berapa liter air mani anjing yang sudah pernah kuminum dan entah sudah berapa miliar sel sperma species anjing yang masuk ke dalam rahimku dan berebutan untuk membuahi sel telurku. Mungkin karena hal itu, melihat laki-laki dari jenisku sendiri malah terasa biasa saja, tidak ada yang spesial, apakah ini tandanya kalau aku sudah jadi anjing betina secara mental & pikiran?.

Pertanyaan seram yang kian lama, kian sering melintas di pikiranku. Di umurku yang kini sudah 19 tahun, aku sama sekali belum pernah merasakan yang namanya bersenggama dengan pria, yang ada aku sudah merasakan tak terhitung lagi dikawini oleh seekor anjing. Tubuh dan wajahku pun sudah berkali-kali di 'tandai' oleh Baron sebagai daerah kekuasaannya.
Tapi ya mau tidak mau aku harus menerimanya, tubuhku sudah 'terdidik' dengan yang namanya alat kawin anjing jantan. Pada siang hari yang terik, aku pulang sekolah seperti biasa. Keluarga angkatku memang berada, punya rumah yang cukup besar dan sebuah mobil. Namun aku tidak diperbolehkan naik mobil ke sekolah, alasan orang tuaku agar tubuhku tetap fit untuk melayani nafsu 'suami'ku. Aku juga tak keberatan untuk naik angkutan umum, setidaknya aku masih bisa berdekatan dengan manusia karena di rumah, yang ada di dekatku hanyalah Baron, seekor anjing doberman.

"GUUK GUUK !!!", suara itu menyapaku ketika aku menutup pintu.
"Aku pulaaang !!", aku seakan menjawabnya. Kulihat Baron berlari menuju ke arahku.
"Aaah sayang....aku baru pulaang", eluhku manja karena tanpa permisi, Baron langsung menyusup masuk begitu saja ke dalam rokku.
Aku tahu kalau anjing punya penciuman yang tajam, jadi pasti dia sudah mencium aromaku dari jauh. Aku, betinanya, sudah pulang. Baron tentu langsung mencari kemaluanku, tentu dia meminta jatah kepadaku.
Aku yakin kalau Baron sudah sangat hafal dengan aroma daerah intimku karena sudah ratusan kali dia menjilat dan menggunakannya sebagai tempat penampung benih-benihnya. Meski aku bingung apakah aku menyukai percintaanku dengan Baron yang mana seekor anjing ini, tubuhku tak mampu berbohong kalau aku benar-benar sudah sangat responsif dan beradaptasi dengan hubungan seksual antara dua species yang berbeda ini.
Aku yang seorang gadis muda dengan paras cantik dan putih mulus seakan tidak berdaya dan tidak ada kuasa untuk menolak nafsu Baron, seekor anjing doberman, karena entah mengapa aku merasa begitu pasrah dan tunduk kepadanya layaknya seekor anjing betina asli.

Lihat saja sekarang, meski aku merasa lelah karena baru saja pulang sekolah, aku hanya melakukan penolakan yang lemah, tubuhku malah seakan melakukan 'tagihan' terhadap sapuan lidah suami terlarangku ini.
"Mmmhhhh....sebentaar sayaaang", eluhku manja. Aku berusaha untuk 'lari' dulu dari sergapan suamiku yang beda species ini, tapi dia seperti menempel dengan selangkanganku, tidak mau beranjak dari dalam rokku. Aku pun menyerah dan akhirnya mengambil posisi tidur terlentang dengan kaki membuka lebar demi memudahkan Baron untuk 'menyantap' kemaluanku, betina kesukaannya.




Baron Menyantap Kemaluan Betina Miliknya



Hampir setiap hari selalu begini, baru pulang sekolah, Baron langsung menyambutku dengan menyerbu daerah intimku, dan tentu saja aku selalu kalah dan pasrah seperti sekarang. Sudah tak terhitung lagi kami melakukan kawin antar species ini, jadi mungkin tubuhku secara alami selalu memberikan respon positif jika mendapatkan rangsangan dari Baron sehingga aku menjadi 'lemah' karenanya.
Bedanya dengan kemarin-kemarin, hari ini ayah dan ibu angkatku sedang keluar kota jadi tak ada yang mengambilkanku minum untuk melepas dahaga setelah pulang sekolah seraya menunggu Baron selesai 'mengacak-acak' kemaluanku dengan lidahnya. Aku sudah tak bisa berpikir lagi, rasa nikmat dari jilatan-jilatan Baron membuatku seakan melayang-layang, aku hanya bisa merasakan selangkanganku yang basah kuyup oleh liur Baron.

"Baroooon...uuuhhhmmmm.....eeeehhhmmmm.........teruuusssshhhh.....aaaaAAAAHHHH !!!!", pintaku sebelum akhirnya mencapai puncak kenikmatanku.
Tubuhku berkedut-kedut seperti tersengat listrik namun Baron belum berhenti menjilati alat kelaminku.
Aku yang memang sudah dilatih menjadi betinanya tentu merasa tak punya kuasa untuk bilang berhenti padanya. Dia adalah pejantanku, dia berhak atas diriku, tubuhku, dan alat repoduksiku, jadi aku sama sekali tidak punya hak atas diriku sendiri kecuali atas permintaan suamiku ini.
Tugasku hanya menyediakan tubuh dan jiwa untuk melayani pejantanku selama hidupku dengan sepenuh hati, itu adalah mindset yang ada di pikiranku yang sudah dilatih satu tahun lebih dengan keluarga angkatku ini.

Akhirnya, Baron berhenti dan mengeluarkan kepalanya dari dalam rokku yang sudah ada bekas basah di daerah selangkanganku.
"Aku pulang, sayang", ujarku sambil tersenyum manis dan membelai leher Baron.
"Guuuk !!! Guuuk !!", balasnya dengan lidah terjulur. Pandangannya seolah mengatakan "akhirnya betina gue pulang juga". Dia sudah menganggapku betinanya dan hak miliknya, jadi mungkin 'serbuan' ketika aku baru pulang sekolah seperti sekarang adalah salah satu caranya untuk melakukan 'inspeksi' terhadap kemaluanku, apakah dinodai pejantan lain atau tidak.
Dinodai adalah kata-kata yang lucu bagiku, karena aku sudah dinodai ratusan kali oleh seekor anjing dan sekarang anjing itu mengecekku apakah aku dinodai anjing lain atau tidak. Aku menatapnya, gila atau tidak, tapi inilah wajah suamiku. Seorang gadis belia yang bersuamikan seekor anjing doberman mungkin hanya diriku seorang. Aku membuka mulutku dan Baron langsung memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku.




Salam Pulang Vania ke Baron



"Eeemmmhhh....sssllrrpphhh....ccccppphhhh". Tanpa jijik aku membalas pagutan dan tautan lidah Baron. Kami berciuman dengan sangat bergairahnya, benar-benar persis seperti sepasang suami-istri, tentu beda species dan harusnya tak terjadi ini. Entahlah, hidup yang kutahu hanyalah seperti sekarang jadi kujalani saja.
Aku sudah dilatih untuk jadi mempelai bagi Baron, betinanya yang akan menuruti semua kemauan anjing Doberman itu terutama soal perkawinan. Tak ada jalan hidup lain yang kutahu semenjak aku disandingkan dengan Baron oleh kedua orang tua angkatku. Pikiranku memang melanglang buana, mengapa aku harus hidup seperti ini ?.
Namun tubuhku seperti bergerak sendiri, aku melucuti seragam sekolahku sambil terus menerima cumbuan dan jilatan Baron. Mulutku sudah basah kuyup oleh liur Baron ketika aku berdiri untuk melepaskan rok ku dan celana dalamku.
Sekejap, hanya kaos kaki yang menempel pada tubuhku yang sintal ini. Sepasang kaki yang jenjang, kulit putih mulus, wajah cantik, leher jenjang, payudara yang padat berisi berukuran 36C, kuyakin tubuhku ini sangat menarik lawan jenis untuk di'olah'.
Namun, tak habis pikir, lawan jenis dari beda species pun tertarik padaku, bahkan menjadikanku 'properti kawin' miliknya. Dia langsung bergerak ke belakangku dan berusaha untuk membuatku menungging. Tentu aku sudah hafal dan langsung menuruti pejantanku ini. Aku bersimpuh pada lutut dan tanganku, mengangkat pantatku dan menggoyang-goyangkannya, persis seperti betina asli.




Rutinitas Vania



"Saaayaang.....", panggilku mesra. Baron pun langsung lompat dan menaikiku. Kutuntun alat kawinnya yang perkasa itu masuk ke dalam vaginaku.
"Mmmmmmhhhhhhh.......aaaaahhhhhhhhhh", desahku menikmati masuknya tongkat sodok yang besar dan terasa panas ke dalam liang vaginaku.
Aku menuntunnya agar Baron tidak salah menggenjot anusku. Memang ibu angkatku selalu memberi peringatan padaku kalau Baron lah yang memegang kendali jadi terserah padanya karena aku adalah miliknya, semua bagian tubuhku adalah hak milik anjing doberman ini.
Jika dia mau mengencingi wajahku, membuang liur ke dalam mulutku, mengunyah kedua putingku seperti mainan, atau mengawiniku lewat anus, aku sama sekali tak berhak melarang suamiku ini. Tapi mumpung tidak ada kedua orang tua angkatku, aku tuntun saja penis Baron agar tidak salah 'sasaran'.
"Aaaah aaahhh teruusshhh sayaang", lirihanku merasakan nikmatnya gesekan antara 'alat kawin' milikku dengan milik Baron.
Mungkin satu-satunya gadis SMA yang sepulang sekolah langsung bertelanjang ria dan kawin dengan anjing hanyalah aku seorang.
"uuunnngggghhhhhh", kulepaskan kedua jariku yang menahan buhul Baron agar tidak masuk ke dalam liang kewanitaanku sehingga sekarang buhul Baron yang hampir sebesar bola tenis itu pun memenuhi dan membuat liang kewanitaanku melebar cukup maksimal untuk memberikan ruang.

Ditambah lagi, Baron memang adalah seekor hewan, yang dia tahu kalau aku adalah betinanya sehingga dia pun tak memikirkan kalau hujaman-hujamannya yang cukup keras dan cepat merojoki vaginaku dengan brutalnya.
Namun, memang pengalaman membuat sempurna. Ratusan kali aku merasakan hujaman penis Baron membuatku merasakan kebalikannya. Semakin brutal Baron menghujam vaginaku dengan penis dan buhulnya yang besar itu, aku malah semakin merasakan nikmat tiada tara. Aku pun maju mundur sesuai hentakan Baron.
Kalau sudah dalam keadaan begini, di pikiranku, aku bilang ke diriku sendiri kalau aku dan Baron memang diciptakan untuk bersama meski beda species. Setelah beberapa menit penuh kenikmatan duniawi, akhirnya Baron pun menyemburkan air maninya di dalam rahimku.
"Hhhhmmmm.....sayaaaang......", rahimku sangat terasa hangat.
Air mani Baron menggenangi liang rahimku. Baron tahu kalau aku disandingkan dan dijadikan betinanya jadi sudah jelas kalau anjing doberman ini ingin sekali menghamiliku. Aku tahu tak mungkin Baron bisa menghamiliku karena beda species tapi alam berbicara, sudah ratusan kali dan setiap hari, sel telurku ditembaki dan digenangi ribuan sel sperma anjing dari Baron.
Mungkinkah nanti sel telurku bermutasi untuk beradaptasi dengan sel sperma anjing Baron yang selalu menggenangi rahimku setiap harinya ?
Aku pun sama sekali tidak bisa menjawabnya. Yang aku tahu pasti baik Baron ataupun kedua orang tua angkatku ingin sekali aku mengandung anak-anak Baron. Kadang aku jijik sekali membayangkan hal itu, tapi kadang kalau sedang 'gila'.
Aku sedikit terangsang ketika membayangkan seekor anjing jantan seperti Baron berhasil menghamiliku yang tak lain adalah seorang gadis manusia.

Aku tergeletak lemas setelah dikawini oleh suami beda spesiesku. Sementara Baron berjalan sedikit menjauh lalu menjilati kelaminnya sendiri. Entah karena sudah jadi insting, aku pun merangkak pelan ke arah Baron dan menjilati batang kejantanannya seperti seekor betina seharusnya.
Makin lama, aku menyadari aku semakin kehilangan harga diriku sebagai seorang perempuan atau mungkin malah kehilangan identitasku sebagai gadis manusia. Begitu melihat batang kejantanan Baron, aku seperti tersihir untuk melayaninya seperti anjing betina.
"Slllrrrppp.....cccppphhhh".
Aku menjilati batang kejantanannya yang merah menyala namun sudah agak melembek, tidak keras seperti sebelumnya karena 'isi'nya sudah berpindah ke dalam tubuhku. Mungkin baru pertama kali kalian dengar air mani anjing 'disembur' ke dalam tubuh seorang gadis manusia, namun bagiku ini adalah hal biasa karena rahimku selalu dibanjiri sperma anjing setiap harinya kecuali kalau aku sedang haid karena kedua orang tua angkatku khawatir kami berdua akan terkena penyakit kelamin jika tetap melakukannya.
Tapi itu tentu tak menghentikan Baron karena dia adalah seekor anjing dan ia tidak tahu tentang haid sehingga aku pun harus melayani nafsu suamiku itu dengan liang anusku ataupun dengan mulutku. Kami berdua sama-sama lemas dan tergeletak di lantai.

Aku tidur terlentang dan menatap langit-langit. Liang senggamaku terasa hangat digenangi air mani Baron, dan ada sedikit yang meleleh keluar dari sela-sela bibir vaginaku. Saat aku sedang beristirahat, tiba-tiba Baron bangun dan mendekatiku kemudian dia mengendus-endus tubuhku mulai dari wajah hingga kakiku.
Kemudian dia kembali ke wajahku, dan tiba-tiba dia mengangkat sebelah kakinya dan....
"Srrrrrr......", air berwarna kuning langsung memancar keluar dari selangkangannya.
"Eemmhhhh.....", aku merasa santai saja padahal aku sedang dikencingi anjing.
Dikencingi Anjing Jantan !!!. Kalian tau artinya, kan? Itu artinya kalau Baron sedang 'menandai' tubuhku dengan air kencingnya agar pejantan lain tahu kalau aku adalah betina miliknya.
Tentu aku biasa saja, aku sudah sering dikencingi Baron seperti ini setidaknya setiap 3 hari sekali, aku harus bermandikan air kencing suamiku ini. Seperti mengerti Baron, orang tuaku bilang alasan Baron sering 'menandai' tubuhku adalah karena dia menganggapku betina yang sangat cantik dan tubuh yang indah sehingga dia ketakutan kalau aku akan 'dimiliki' pejantan lain.
Sial, aku disamakan dengan anjing betina padahal di kalangan teman-temanku saja, banyak yang bilang kalau aku itu yang tercantik di sekolah, masa aku disamakan dengan anjing betina. Tunggu, apa ??!! Aku merasa terhina disamakan dengan anjing betina??
Padahal setiap hari, aku selalu dikawini oleh anjing jantan setiap hari bahkan dikencingi dan tidur bersama di kandang. Tentu hanya anjing betina yang diperlakukan seperti itu. Ahhh !!! Aku tidak tahu lagi identitasku ini.

Aku teringat hari ini, di sekolah, ada seorang teman pria, Arya, dia tadi menyentuh tanganku tak sengaja saat meminjam powerbank milikku. Pasti itu alasan Baron memutuskan untuk 'menandai ulang' tubuhku sebagai hak miliknya karena dia mencium aroma pejantan lain di tubuhku.
"Aduuuh, kamu Baron. Aku jadi basah niih....", sedikit protesku.
Tapi aku tetap tidak bergerak karena masih merasa agak lemas. Untungnya Baron tidak mengencingi wajahku, air kencingnya hanya menyiram bagian dadaku.
Aku hanya susah bernafas karena tadi nafasku masih belum teratur. Baron pun berjalan menjauhiku dan tidur di sudut ruangan. Meskipun terasa ditinggalkan setelah dia puas 'memakai' tubuhku, tapi entah kenapa aku tahu kalau dia benar-benar 'beda'.
Hmmmm.....aku tak tahu lah, daripada aku bingung sendiri memikirkan aku harus menerima hidupku sebagai betina seekor doberman sepanjang hidupku ataukah aku harus mencoba bertahan dengan identitasku sebagai gadis manusia, aku pun bangun setelah merasa sudah tidak lemas dengan payudara yang basah kuyup dengan air kencing Baron.

Aku memunguti seragam dan pakaian dalamku. Sebelum aku masuk ke kamar mandi, aku pun mengambil kain pel dan melap lantai yang basah karena air kencing Baron.
Tubuhku jadi berkemilauan cahaya karena berkeringat bercampur dengan air kencing Baron tadi. Aku tidak tahu aroma tubuhku sekarang, pasti aneh sekali. Aku pun segera masuk ke kamar mandi. Aku bilas tubuhku. Ahh !!! Aku merasa segar tiada duanya.
Tubuhku yang berpeluh keringat bercampur air kencing anjing kini sudah terbilas bersih dengan air dan sabun. Sambil membersihkan tubuhku, aku mengusap-usap perutku.
Apa benar-benar, aku akan hamil dari Baron? Dan kalau itu benar-benar terjadi, bagaimana hidupku selanjutnya? Karena jika Baron berhasil menghamiliku, itu artinya sel telurku sudah beradaptasi dengan air mani anjing yang selalu membanjiri rahimku setiap hari dan aku bisa dihamili tidak hanya oleh Baron tapi juga anjing jantan lainnya.
Dan kemungkinan besar akan banyak pemilik anjing jantan yang sama 'gila'nya dengan kedua orang tua angkatku untuk datang dan mempersuntingku untuk anjing peliharaannya agar mereka dapat melihat seorang gadis manusia dikawini anjing mereka sampai sang gadis hamil dengan keturunan anjing mereka. Aku cukup lega karena itu baru sebatas imajinasiku saja, setidaknya untuk saat ini.

"Ckkllk". Bunyi pintu depan terdengar, ada seseorang yang masuk.
"Vania...Mama pulang".
"Iiyaaaa, Maah !!!", teriakku dari dalam kamar.
"Oooh....lagi kawin....", ujar Ibu angkatku melihat dari pintu kamar.
"Iiyaa, Mahhh....mmmhhhh.....ooooh", jawabku tak karuan karena Baron sedang gencar-gencarnya 'menempa' liang kewanitaanku dengan alat kawinnya yang perkasa itu dan buhulnya yang 'menyangkut' semakin menambah rasa ekstasi luar biasa yang kurasakan.
Mungkin rasa inilah yang membuatku yang nota bene adalah seorang gadis SMA merasa begitu ketagihan dicabuli oleh seekor anjing dan bahkan belakangan ini, aku merasa 'hampa' dan tidak nyaman jika sehari saja, aku tidak dikawini oleh Baron.
"Ayoo Baroon !!! Kamu bisa, hamili Vania !!", seru ayah angkatku.
"Vania, papa sama mama udah nggak sabar nih pengen punya cucu.....", tambah ibu angkatku.
"Iyaaahh....iniiihh....Vania.....lagi bikin....eehhhmmm....sama....Baroonnhhh.....", jawabku yang sudah tenggelam dalam kenikmatan sodokan-sodokan bertenaga dari penis Baron di dalam liang senggamaku.
Tentu bagi mereka, pemandanganku sedang dikawini Baron sudah jadi pemandangan biasa.
"Teruus Baroon !!! Genjot betina kamu....", ibu angkatku menyemangati Baron.
Aku menengok ke belakang dan Baron segera mengobok-ngobok rongga mulutku dengan lidahnya yang panjang. Tentu suami beda spesiesku ini sudah sangat terlatih dalam hal mengawini betina manusianya yakni aku. Aku sendiri seperti mengais-ngais air liur Baron dari lidahnya untuk sedikit melepaskan dahagaku.
"Aaahh...hhhmmmeee....EEENNGGHH....terusshhh Baaroooonnn !!!! Sedikit lagiiii...hhhhh", erangku begitu menikmati hantaman-hantaman kejantanannya di rahimku.
Begitu bertenaga dan cepat. Inilah yang selalu menyadarkanku bahwa aku adalah betina Baron seakan aku merasa memang diciptakan sebagai gadis manusia yang hanya diperuntukkan untuk menjadi betina Baron agar dia memiliki betina dari spesies lain dibandingkan betina dari speiesnya sendiri.

"Enak ya Vania ? Dientotin Baron ???", tanya Ibu angkatku yang memang suka melecehkanku.
"Eenaaakhhh...Maaah....".
"Banget???".
"Mmmm.....bangeeettthhh !!!!".
Ibu angkatku memang suka sekali menggodaku saat sedang terbuai dalam kenikmatan. Bahkan kadang, mereka menjadikan aku dan Baron yang sedang kawin sebagai pemancing nafsu mereka untuk bercinta.
"Guuuuk !!", seiring gonggongan Baron, kurasakan semburan kencang menembaki liang rahimku. Baron orgasme dan sedang 'tebar benih' di dalam rahimku.
Ibu angkatku pun tersenyum melihat Baron sedang menyirami 'ladang' betinanya. Aku begitu lelah, nafas saja susah ku atur.
Sudah lupa berapa kali aku orgasme. Kepalaku terasa ringan sekali, tubuhku berkedut-kedut karena beberapa kali semprotan air mani Baron mengenai dinding rahimku.
Hangat cenderung panas di dalam liang senggamaku. Namun tidak sampai membuat sakit atau perih, cukup membuatku nyaman.
"Plllp....", kurasakan buhul Baron terlepas karena sudah mulai mengecil setelah beberapa puluh menit kami 'tersangkut' bersama.
"Hmmm....memek kamu....banjir, Vania...".




Mani Anjing Luber di Kemaluan Vania



"Iyaa, Mah...". Ibu angkatku menyeka lelehan sperma Baron untuk dimasukkan lagi ke dalam 'celah' vaginaku yang kuyakin sedikit menganga lebih lebar dari biasanya karena baru disesaki buhul dan kelamin suamiku itu.
"Mama pasang yaa...".
"Iyaahhh...".
"Emmm....".
Dia menanamkan semacam benda kecil ke dalam vaginaku. Ya, benda itu memang untuk 'menyumpal' vaginaku karena setelah itu, dia mengikatkan semacam celana dalam yang hanya seutas tali namun bisa dikaitkan dari samping kepadaku.
Peralatan 'wajib' untukku setiap Baron habis menyemburkan air maninya ke dalam liang senggamaku. Tujuannya ya agar sperma Baron tidak meleleh keluar dari vaginaku dan tetap di dalam supaya meningkatkan tingkat keberhasilan spermanya membuahi sel telurku.
Tidak jarang aku tidur dengan keadaan liang kewanitaanku yang 'penuh' dengan sperma Baron sampai keesokan harinya.
"Yaudah...kamu istirahat dulu....".
"Iyaa...Maah.....", jawabku lemah.
"Ayuuk Baron....kasian betina kamu....biar dia istirahat dulu....".
Seakan paham, Baron menggongong kepadaku dan terlihat tersenyum seakan dia bisa berkata bahwa masih banyak air maninya yang akan 'dituang' ke dalam tubuhku malam ini. Tanpa sadar, aku pun bertingkah binal dengan mengedipkan mata dan memberikan kecupan jauh untuk suami beda spesiesku itu. Begitu mereka keluar, aku pun langsung tidur tengkurap. Mataku sudah begitu berat. Dan aku memejamkan mataku untuk beristirahat.
Semoga lekas hamil yah Vania 😍😍😍
 
Bagus ceritanya.
Semoga semakin banyak cerita bergenre seperti ini.

Maju terus cerita perbinatangan...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd