Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Vanquish 2 : The Next Level

Bimabet

Tiara


Kamila

Di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar di kota ini, nampak dua orang wanita beserta anak-anak mereka sedang asyik berbelanja. Kedua wanita itu mendorong troli belanjanya sedangkan seorang anak lelaki mendorong sebuah stroller dimana ada seorang anak bayi perempuan sedang tertawa-tawa di dalamnya.

“Ardi sayang, mau terus dorongin keretanya dedek Tika apa bantuin dorong belanjaannya Bunda?” tanya Ara.

“Ardi mau sama dedek Tika aja ya Bun?” jawab sang anak.

“Ya udah kalau gitu, tapi pelan-pelan ya sayang,” ujar Ara, yang dijawab dengan anggukan menggemaskan oleh anaknya.

Kemudian dengan berjalan santai, Ardi berada di tengah-tengah bunda dan tantenya yang sedang berbelanja, sambil mendorong stroller adik sepupunya itu dengan hati-hati. Troli yang dibawa masing-masing oleh Ara dan Mila juga nampak sudah terisi separuhnya. Mereka memang sedang belanja bulanan, seperti yang rutin mereka lakukan selama ini.

Sejak menikah dengan Sakti dan pindah ke kota ini, hampir setiap bulan memang Mila selalu pergi belanja kebutuhan bulanan bersama dengan Ara. Kadang suami keduanya menemani, terlebih saat Ardi masih bayi ataupun saat Mila masih mengandung Tika. Tapi hari ini hanya mereka pergi berdua saja bersama anak-anaknya karena para suami mereka masih terlelap akibat semalaman begadang nonton el classico, dimana Budi adalah pendukung si putih dari ibukota, sedangkan Sakti pendukung si merah biru dari Catalan.

Adanya pertandingan klasik itu maka semalam Budi mengajak Ara dan Ardi untuk menginap di rumah Wijaya, karena sudah sejak dari jaman kuliah dulu dia dan Sakti tak pernah melewatkan pertandingan itu, dan tentu saja diselingi dengan taruhan. Namun karena sama-sama dijewer oleh istri mereka masing-masing, maka sekarang tidak ada lagi taruhan-taruhan itu, paling yang kalah bakal kena bully sampai sebosannya yang menang. Maka dari itulah hari ini Ara dan Mila beserta anak-anak mereka berbelanja diantarkan oleh Sarbini.

Di waktu-waktu sebelumnya ketika mengantarkan Ara dan Mila, kadang Sarbini juga ikut berbelanja, namun kemarin istrinya sudah belanja sehingga hari ini selagi kedua ibu muda itu berbelanja, Sarbini lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan menunggu di sebuah café yang berada di dalam supermarket itu. Dua cangkir kopi sudah dia kosongkan, dan baru saja datang cangkir ketiga di mejanya.

Sebenarnya hari ini Sarbini masih agak mengantuk karena semalam juga ikut begadang nonton sepak bola, namun karena tugas hari ini adalah mengantarkan para bidadari cantik ini maka rasa kantuk itu dia buang jauh-jauh dulu, karena bisa mengantarkan mereka berdua bersamaan seperti ini sangat jarang dia lakukan. Bisa bersama dengan dua orang wanita yang mulai memenuhi alam fantasinya seperti ini tentu saja tak akan dia lewatkan begitu saja. Apalagi semakin hari dia semakin terobsesi dengan kedua majikannya itu.

Namun sampai saat ini obsesi dan fantasi Sarbini hanyalah sampai disitu saja. Paling jauh untuk pelampiasannya adalah Tata, dimana dia akan dipakaikan pakaian Ara maupun Mila ketika akan disetubuhi oleh Sarbini. Pria tua itu belum berani berbuat lebih jauh karena memang sangat sulit untuk mendapatkan kesempatan itu. Ara sudah tinggal bersama Budi dan dia juga bekerja, jadi waktu untuk bisa menemuinya sangat terbatas. Sedangkan Mila tinggal bersama dengan Wijaya dan Aini, juga pembantu mereka, ditambah lagi dengan masih mengurusi Tika sehingga sulit juga untuk bisa mencari waktu khusus dengan Mila.

Dia sadar harus bisa menahan dirinya dulu untuk saat ini. Dia tak mau bertindak gegabah, seperti yang dikatakan oleh Tata. Saat ini dia mempercayakan kepada Tata untuk membuat rencana yang bisa menaklukan kedua majikannya itu. Sarbini tidak tahu kenapa Tata mau membantunya, namun dia juga tidak terlalu peduli apapun alasan Tata, yang jelas tujuan Sarbini hanyalah ingin menikmati tubuh indah kedua majikannya itu.

Saat Sarbini sedang larut dalam lamunan mesumnya, kedua majikannya itu masih asyik dengan kegiatan belanja mereka. Entah sudah berapa lama Ara dan Mila berkeliling mencari kebutuhan mereka. Mungkin ini juga yang membuat Budi dan Sakti merasa malas jika harus menemani istri mereka belanja, lama.

Ara dan Mila beberapa kali tersenyum menahan tawa melihat tingkah gemas Ardi. Dengan tingkah polosnya Ardi mencoba untuk bermain dan membuat adik sepupunya itu tersenyum. Dan ternyata tak sia-sia, karena adik sepupunya yang masih bayi itu malah cekikikan melihat tingkah-tingkah Ardi. Semua orang yang berada di sekitar mereka pun mau tak mau ikut tersenyum melihat kelakuan kedua bocah ini.

“Loh, Mbak Ara?” sapa seorang lelaki tiba-tiba.

“Eh, oh Pak Risman tho, kirain siapa, hehe. Sama siapa Pak?” tanya Ara ramah.

“Ini, sama ponakan. Bu Ara sama siapa?” tanya balik Pak Risman.

“Ini Pak, sama anak dan kakak ipar saya,” jawab Ara sambil menunjuk Mila.

Sesaat Mila, dan juga Pak Risman terdiam. Keduanya saling memandang dengan tatapan yang sama-sama terkejut, terutama Mila. Mila melihat lelaki itu lagi, lelaki yang ingin dia lupakan. Mila juga melihat wanita yang bersama dengan lelaki itu, wanita yang sangat dia kenal, dan dia bukanlah keponakan seperti yang dibilang oleh lelaki itu tadi.

“Eh, Mila tho? Walah kebetulan banget, udah lama kita nggak ketemu yaa,” ujar Pak Risman mengulurkan tangannya.

“Eh iya Pak, udah lama,” jawab Mila tergagap, sambil membalas uluran tangan Pak Risman.

“Loh, kalian saling kenal?” tanya Ara kebingungan.

“Iya Mbak Ara. Mila ini dulu kan kost di tempat saya, bareng sama ponakan saya ini. Oh iya, kenalin ini namanya Ratna,” jawab Pak Risman memperkenalkan wanita muda yang bersamanya kepada Ara.

“Lho emang Pak Risman punya kost-kostan?” tanya Ara lagi.

“Punya Mbak, sebenarnya cuma rumah biasa dulunya, tapi karena deket sama kampus dan kebetulan tanahnya yang kosong masih cukup luas ya saya bangun beberapa kamar lagi, saya buka buat kost gitu,” jawab Pak Risman menerangkan.

“Oh, kirain Bapak cuma ngurusin villa yang sering kami pakai itu Pak, hehe. Maaf Pak saya nggak tahu soalnya,” ujar Ara.

“Iya Mbak nggak papa. Oh iya, tadi Mbak Ara bilang Mila ini kakak iparnya, emang kapan nikahnya Mil kok nggak undang-undang?” tanya Pak Risman.

“Eh, udah hampir tiga tahun Pak. Maaf kemarin Mila nggak ngundang, soalnya ponsel Mila yang dulu hilang jadi kontaknya hilang semua, lagian acaranya di Surabaya Pak,” jawab Mila, masih sedikit tergagap, kebingungan mencari alasan.

“Oh gitu, pantesan nomor kamu pernah saya hubungi tapi udah nggak aktif lagi. Ya udah kalau gitu minta nomor kamu dong biar kita bisa kontek-kontekan lagi,” pinta Pak Risman, sedikit tersenyum.

“Ehm iya Pak, ini nomor saya,” Mila terpaksa memberikan nomornya kepada Pak Risman. Bisa-bisa Ara akan menaruh curiga kepadanya kalau saja dia tak memberikan nomornya, dan bisa-bisa dia akan diinterogasi oleh adik iparnya ini.

“Oke kalau gitu, kami duluan ya Mbak Ara, Mila, ini udah selesai kok belanjanya,” ujar Pak Risman.

“Iya Pak silahkan,” jawab Ara.

Mila hanya mengangguk sambil tersenyum dipaksakan. Sungguh sebuah kebetulan yang sama sekali tidak dia harapkan. Salah satu orang yang tak ingin lagi ditemui oleh Mila, salah satu orang yang telah merusak masa lalunya, orang yang benar-benar ingin dilupakannya. Saat semuanya sudah berjalan dengan begitu lancar, kini malah tiba-tiba dia harus bertemu lagi dengan orang itu.

Mau tak mau pertemuan ini kembali membuka memori buruk yang sebenarnya sudah dikubur oleh Mila. Memori buruk dalam salah satu periode paling kelam dalam hidupnya. Dan entah kenapa, dia merasa bahwa pertemuannya dengan pria itu hari ini akan kembali memori buruk itu ke hari-hari yang akan dia jalani kedepannya. Ketakutan akan hal itu perlahan mulai timbul menyeruak dalam pikiranya.

Namun satu pertanyaan yang muncul di benak Mila adalah tentang wanita muda yang bersama dengan Pak Risman tadi, Ratna. Bagaimana ceritanya Ratna bisa bersama dengan Pak Risman hari ini? Ratna seharusnya sudah tidak berada lagi di kota ini, karena seingat Mila, Ratna sudah lebih dulu pergi meninggalkan kota ini dibandingkan dengannya, seminggu sebelum dia pulang ke kota kelahirannya. Apakah dia ada disini karena kebetulan sedang main? Atau ada hal lain?

Pertemuannya dengan Pak Risman dan Ratna ini benar-benar telah merubah mood-nya sehingga mengajak Ara untuk segera menyudahi acara belanja mereka. Ara pun menyetujui karena memang apa yang ada dalam daftar belanjanya sudah terbeli semua. Setelah membayar seluruh belanjaan, mereka pun segera menuju ke tempat dimana Sarbini menunggu dan segera mengajak sang supir itu untuk segera pulang.

Dalam perjalanan pulang Mila lebih banyak diam, pandangannya tertuju ke luar jendela. Entah apa yang dia lihat namun saat ini pikirannya sedang menerawang jauh ke kejadian yang sudah lama sekali terjadi. Kejadian yang kembali teringat akibat pertemuannya dengan Pak Risman dan Ratna beberapa saat yang lalu.

“Mbak, Mbak Mila,” panggil Ara.

“Eh iya, kenapa Ra?” jawab Mila.

“Yee ditanyain malah ngelamun,” ujar Ara.

“Hehe, nggak kok. Nanya apa Ra?” tanya Mila.

“Itu lho soal Pak Risman. Mbak Mila dulu kost disana? Emang rumahnya daerah mana sih Mbak?” tanya Ara.

“Oh iya Ra, dulu aku dari awal kuliah sampai lulus kost disana. Rumahnya deket sama kampusku kok, daerah lembah,” jawab Mila.

“Oh gitu, kirain rumahnya di daerah atas sana,” ujar Ara.

“Lha kamu kok bisa kenal sama dia Ra?” tanya Mila penasaran.

“Iya Mbak, dia kan ngelola salah satu villa di daerah atas, nah kantorku kalau ngadain acaranya biasanya ke villa itu, dan kebetulan aku sama temenku Lia yang sering ngurusin, makanya kenal,” jawab Ara.

Obrolan mereka pun berlanjut sepanjang perjalanan. Sebenarnya Mila enggan untuk membahas pria itu, namun karena Ara terus saja bertanya mau tak mau dia harus menjawabnya. Hingga beberapa saat sebelum sampai di rumah, ponsel Mila bergetar menandakan ada sebuah SMS yang masuk, begitu dibacanya SMS itu matanya terbelalak.

Mila, ini Risman, simpen nomor ini ya. Aku kangen banget sama kamu sayang, kapan-kapan kita main lagi ya, hehe.’

*****

to be continue...
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Makin rumit konfliknya kya nya suhu
Nubi ga demen ni adem ayem kya gini...berasa ada api dalam sekam
Namanya part awal ya??
Suhu emangbpinter mainin alurnya
Thx update nya suhu
 
di tunggu adegan panas nya suhu...

pak Risman VS Kamila

Safitri + Elsa VS AKBP Arjun

wkwkwkwkwk

:mantap: :mantap: :mantap:

jangan lama - lama ya Update nya

Leicester City kan udah juara
hehehe
 
Next target Risman di habisin nih kayaknya. Hehehe. Ane aja yg eksekusi (nyiapin m4a1 + 92f) hehehehe.
 
Masih awal dan menikmati alur cerita yang Ente mainkan bung 14,
Kripik sementara ane simpan dulu, belom ada soalnya,
Sepertinya ane sesekali pengen tau pov dari bapak denjaka ama e coli sang hacker top,
Semangat ya Bung
:beer:
 
mantap banget updatenya, tampa terasa semua chapter ane baca tampa break. luar biasa.
ane tunggu updetan selanjutnya suhu...
ane pendatang baru, salah kenal buat semua para suhu,,,,,,
:)
 
Makin rumit konfliknya kya nya suhu
Nubi ga demen ni adem ayem kya gini...berasa ada api dalam sekam
Namanya part awal ya??
Suhu emangbpinter mainin alurnya
Thx update nya suhu

Wadiuuh, ga demen yg adem ayem? :bingung:
Trus piye om? Mau kita bikin rame kah? :haha:
 
di tunggu adegan panas nya suhu...

pak Risman VS Kamila

Safitri + Elsa VS AKBP Arjun

wkwkwkwkwk

:mantap: :mantap: :mantap:

jangan lama - lama ya Update nya

Leicester City kan udah juara
hehehe

Waini yg udah minta panas2an :pandaketawa:

Tunggu dulu ya om, ane observasi dulu, biar adegan ssnya lebih terasa :pandajahat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd