Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

vivi : pacarku yang cantik, tapi....

Apakah akhirnya kevin bisa merasakan tubuh vivi?

  • Iya, kasihan kevin

    Votes: 75 34,6%
  • Jangan, biar kevin sengsara

    Votes: 146 67,3%

  • Total voters
    217
KERJA KELOMPOK

Setelah beberapa hari berlalu sejak kejadian di toilet sekolah, aku dan pacarku, Vivi, masih sering mengobrol melalui pesan. Aku memilih untuk diam tentang apa yang terjadi, meskipun aku tahu kenakalan apa saja yang sudah dia perbuat di belakangku.

Pada hari Minggu yang cerah, Vivi memintaku untuk mengantarnya ke rumah Rani untuk mengerjakan tugas kelompok. vivi meminta lewat chat.

Vivi: sayang,. Bisa gak kamu mengantarku ke rumah Rani jam 1 siang ini? aku ada tugas kelompok yang harus dikerjakan bersama.

aku: bisa sayang, Aku akan menjemputmu jam 1 siang.

Setelah mengatur waktu dan rincian, aku bersiap-siap untuk menjemput Vivi ke rumahnya. Aku naik mobilku dan menuju ke rumah Vivi.

Aku tiba di rumah Vivi dan melihat sebuah motor tua terparkir di halaman. Aku mengendorkan pegangan pintu mobilku dan mengetuk pintu rumah dengan penuh harap.

Setelah menunggu sekitar 5 menit, akhirnya pintu rumah terbuka dan Vivi keluar. Namun yang membuatku terkejut, dia diikuti oleh seorang pria tua gendut.

Ketika aku datang, Vivi terlihat sedikit terengah-engah ketika membuka pintu rumahnya. Rasa penasaranku semakin memuncak, terutama ketika aku melihat baju yang dia kenakan terlihat berantakan.

Aku memperhatikan Vivi dengan seksama saat dia membuka pintu, dan aku melihat dia sedikit terengah-engah. Tatapan penasaranku semakin intens, terutama ketika aku melihat baju yang dia kenakan berantakan. Bibirnya sedikit tergigit, menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak biasa terjadi sebelum aku datang.

pria tua : Permisi, mas Saya balik dulu.


Kevin: oh iya pak, silahkan.

Aku tidak bisa menahan rasa penasaran yang ada dalam diriku. "Vivi, siapa pria tua itu?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya.


Vivi tersenyum dan menjawab, "Oh, dia adalah seorang tukang ledeng. Aku telah meneleponnya untuk memperbaiki keran bocor di wastafel dapur."

aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Pertama-tama, mengapa Vivi butuh waktu lama untuk membukakan pintu? Dan yang lebih mencurigakan lagi, mengapa pakaiannya berantakan? Pikiranku mulai merangkai berbagai kemungkinan yang semakin bikin kepalanya pusing.

Mencoba menenangkan pikiran yang kacau, aku mengikut Vivi masuk ke dalam rumah.

Dalam hatiku, aku merasa ada yang tidak beres dan aku bertekad untuk mencari tahu kebenaran di balik semua ini. aku merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Vivi, dan aku tidak akan berhenti sampai menemukan jawaban yang memuaskan.

Vivi: "sayang, tunggu sebentar ya. Aku mau ganti baju dan siap-siap dulu sebentar."


Kevin: "Baik, sayang. Aku akan menunggumu di sini."

Sementara aku menunggu Vivi bersiap-siap, aku duduk di sofa dan melihat ada cairan putih di tempat duduk yang baru saja aku duduki. Aku tidak bisa menahan rasa penasaran dan mencoba memegang cairan tersebut. Aroma yang khas membuatku yakin bahwa itu adalah cairan sperma. Dan muncul pertanyaan-pertanyaan di dalam pikiranku, siapa yang mempunyai sperma ini? Apakah itu sperma dari pria tua tadi? Dan apa yang terjadi di sofa ini sebelum aku datang?


Aku meraba-raba cairan putih yang mengering di sofa, dan tanpa disadari, aku membawanya ke hidungku dan mencium aroma yang khas. Pikiranku mulai melayang ke pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Siapa yang telah melakukan sesuatu di sofa ini sebelum aku tiba? Dan lebih penting lagi, apakah sperma ini berasal dari pria tua yang baru saja meninggalkan rumah Vivi?


Ketika pikiranku mulai terjerat dalam tanda tanya yang semakin membingungkan, pintu kamar Vivi terbuka dan dia muncul dengan pakaian yang segar. Dia terlihat polos dan tanpa dosa, namun pikiranku masih terganggu oleh kejadian aneh ini.


Vivi: "Sayang, maaf membuatmu menunggu. Kita bisa pergi sekarang."


Aku mencoba mengatasi kecemasanku dan menyembunyikan keraguan dalam diriku. Aku tersenyum padanya dan berusaha untuk tidak memikirkan apa yang baru saja aku temukan di sofa.


Kevin: "Tidak apa-apa, sayang. Ayo, kita pergi."


Aku berdiri dari sofa dengan hati yang berat dan langkah yang ragu. Pertanyaan-pertanyaan di pikiranku masih menghantui, dan aku tahu bahwa aku tidak akan bisa melupakan apa yang baru saja aku temukan.

Kami berdua sudah berada di mobil, dengan Vivi duduk di kursi penumpang sementara aku berada di belakang kemudi.


Kevin: "Siapa saja yang menjadi kelompokmu selain Rani, Vivi?"


Vivi: terkejut "Oh, kelompokku terdiri dari Rani, Wahyu, Yogi, dan Mamat. Kita akan mengerjakan tugas ini bersama-sama."


Kevin (dalam hati): Oh Tuhan, Mamat lagi. Bagaimana bisa aku melupakan apa yang dia dan Vivi lakukan sebelumnya? Aku harus tetap tenang, jangan sampai Vivi curiga.

sedikit perkenalan dengan anggota kelompok vivi.

Rani adalah seorang gadis yang sering terlihat di perpustakaan sekolah, sibuk dengan buku-bukunya dan tugas-tugasnya. Dia memiliki penampilan yang khas, dengan kacamata tebal dan rambut yang selalu diikat rapi.

Wahyu adalah seorang cowok dengan tubuh yang gendut dan berkulit hitam, mirip dengan Mamat. Sementara Yogi, cowok yang berkulit hitam dan kurus. Ketiganya terkenal di sekolah karena mereka adalah penggemar berat anime, dan dikenal sebagai wibu yang sangat garis keras.

Wahyu, dengan tubuh yang gendut dan kulit hitam yang mirip dengan Mamat, sering terlihat mengenakan kaos anime yang longgar dan celana pendek. Dia selalu membawa ransel yang dipenuhi dengan berbagai merchandise anime. Tidak ada yang bisa melewatkan kehadiran Wahyu dengan senyum lebar di wajahnya, siap untuk berdiskusi tentang anime favoritnya dengan siapa pun yang mau mendengarkan.

Yogi, di sisi lain, memiliki tubuh kurus yang berbalut pakaian anime yang ketat di tubuhnya. Dia sering terlihat membawa sebuah buku komik Jepang di tangan, mempelajari setiap detail dan menghafal dialognya. Ketika Yogi berbicara tentang karakter anime favoritnya, matanya berbinar-binar dan suaranya penuh semangat.

Ketiganya, Wahyu, Mamat, dan Yogi, selalu terlihat bersama di koridor sekolah, berdiskusi tentang episode terbaru dari anime yang mereka tonton, berdebat tentang siapa karakter terkuat, atau bercerita tentang pengalaman mereka di acara cosplay terakhir. Mereka adalah ikon wibu di sekolah, dengan reputasi yang tak terbantahkan sebagai penggemar garis keras anime.

Sekolah kami tidak pernah sepi dari candaan dan komentar tentang Wahyu, Mamat, dan Yogi. Mereka mungkin dianggap aneh oleh beberapa orang, tetapi mereka tidak peduli. Mereka terus berjalan dengan bangga, mengenakan jubah wibu mereka dengan kebanggaan dan menghadapi dunia luar yang tidak mengerti dengan semangat yang tak tertandingi.

kembali ke cerita.
Kevin (dalam hati): Tahan amarah, jangan biarkan rasa cemburu menguasai diriku. Percaya pada Vivi, meskipun hatiku terasa rapuh setelah mengetahui tentang hubungan mereka yang intim sebelumnya.


Kami berdua melanjutkan perjalanan ke rumah Rani dengan suasana yang tegang di dalam mobil. Aku berusaha tersenyum dan berbicara dengan Vivi seperti biasa, berharap bisa mengalihkan pikiranku dari kecemburuan dan kekhawatiran yang menggelisahkan.

(Setelah sampai di rumah Rani, aku langsung berpamitan kepada Vivi dan memberi alasan bahwa aku memiliki urusan yang harus segera diselesaikan di rumah.)"


Aku menghentikan mobilku di depan rumah Rani dan berbalik ke arah Vivi dengan wajah yang sedikit tegang.


Kevin: "Sayang, maaf aku harus pulang sekarang. Ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan di rumah."

Vivi: "Baiklah, sayang. Aku mengerti. nanti ku kabari kalau aku sdh selesai."

kevin: " oke sayang, nanti kabari aja biar aku jemput."

Aku mengecup pipi Vivi dengan lembut sebelum akhirnya berpisah dengannya. Langkahku terasa berat saat aku meninggalkan Vivi dan menuju mobilku.

(Ketika aku berjalan meninggalkan Vivi, aku merasa ada beban berat di dalam diriku. Aku merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres dan aku tidak bisa mengabaikan perasaan itu.)

Dalam perjalanan pulang, pikiranku masih terus menerus dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan. Aku tidak bisa menghilangkan rasa curiga dan kecemasan yang menghantuiku. Aku bertekad untuk mencari tahu kebenaran di balik semua ini, meskipun itu berarti harus menghadapi kenyataan yang mungkin sulit untuk diterima.

Saat aku tiba di rumah, aku memarkir mobilku dan hendak keluar dari mobil ketika mataku tertuju pada sesuatu yang tergeletak di kursi sebelahku. Itu adalah handphone Vivi yang tertinggal. Aku mengambilnya dan merasa khawatir bahwa Vivi mungkin membutuhkannya segera. Tanpa pikir panjang, aku memutuskan untuk kembali ke rumah Rani untuk mengantarkan handphone Vivi.

Aku melaju dengan mobilku menuju rumah Vivi, berharap dapat mengantarnya dengan lancar. Namun, di tengah perjalanan, aku terkejut saat melihat Rani yang melintas di depanku dengan motor yang melaju kencang.

aku bertanya-tanya kemana rani pergi? berarti vivi cewek sendirian di rumah rani? apa yang akan terjadi? banyak pertanyaan yang muncul di dalam kepalaku saat ini. sehingga aku menambah kecepatan untuk segera sampai di rumah rani.

Aku melanjutkan perjalanan ke depan rumah Rani dengan hati-hati. Aku memarkirkan mobilku di pinggir jalan agar tidak menimbulkan kecurigaan. Dengan langkah yang pelan dan mengendap-ngendap, aku mendekati rumah Rani.

Aku mendekati jendela rumah Rani dengan hati yang berdebar kencang. Ketika aku mendengar desahan seorang cewek dari dalam, rasa penasaran menguasai diriku. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengintip.

Dengan perlahan, aku melongok melalui celah jendela yang terbuka. Tapi apa yang aku lihat membuatku terkejut dengan apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Vivi, pacarku, sudah telanjang bulat dan dikelilingi oleh tiga cowok yaitu Mamat, Yogi, dan Wahyu.

Mereka berada di tengah-tengah adegan yang liar dan penuh nafsu. Vivi, dengan matanya yang penuh dengan keinginan, memberikan kenikmatan kepada ketiga cowok tersebut. Mereka saling bergantian mencium, menjilati, dan meremas tubuh Vivi yang bergelombang.

Adegan tersebut membuatku terkejut dan penuh dengan rasa sakit yang mendalam. Aku merasa seperti ditusuk oleh pisau yang menusuk langsung ke hatiku. Air mata tak terbendung mengalir dari mataku, campuran antara kekecewaan, kemarahan, dan rasa pengkhianatan.

Tapi meskipun hatiku hancur, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku. Aku terus menyaksikan adegan yang sedang berlangsung, bahkan terasa ada sesuatu yang memikat dalam adegan tersebut. Rasa sakit yang ku rasakan bergabung dengan keinginan yang membara, menciptakan perasaan yang rumit dan bertentangan di dalam diriku.

Wahyu menciumi bibir Vivi dengan penuh nafsu, lidah mereka saling bermain dan bergumul dalam kehangatan. Sementara itu, Yogi meremas-remas toket Vivi dengan kasar, menggenggamnya dengan kuat dan memutar-mutar putingnya. Vivi merintih dan merasa sensasi campuran antara nyeri dan kenikmatan yang membanjiri tubuhnya.

Di sisi lain, Mamat mulai memainkan memek Vivi dengan gesekan jemarinya yang liarnya. Dia mengelus-elus bibir memek Vivi, menjelajahi setiap sudut dengan gerakan yang penuh nafsu. Vivi merasakan panas dan kelembutan tangan Mamam yang menyentuhnya, membangkitkan rasa gairah yang semakin memuncak.

Mereka bertiga terus bergantian posisi, saling memenuhi tubuh Vivi dengan kehangatan dan gairah mereka. Tangan, bibir, dan jari-jari mereka menjelajahi setiap bagian tubuh Vivi dengan nafsu yang tak terbendung. Vivi merasakan dirinya tenggelam dalam lautan kenikmatan yang liar dan intens.

Saat mereka terus menerus berganti posisi, antara ciuman, remasan, dan sentuhan, Vivi merasakan kepuasan yang tak terhingga. Dia merasa dirinya hanyalah objek nafsu mereka, digunakan untuk memberikan kenikmatan yang tak terlupakan. Segala pikiran dan kekhawatiran sebelumnya menghilang, digantikan oleh puncak kesenangan yang memenuhi pikiran dan tubuhnya.


Vivi: Oh... oh ya... terus... jangan berhenti... ahh... lebih keras... lebih cepat...

Wahyu: Kamu suka, ya, Vivi? Kamu memang seorang wanita nakal yang haus akan nafsuku...

Mamat: Benar kata Wahyu, kamu adalah seorang slut yang suka menikmati ini... lihatlah betapa basahnya memekmu...

Yogi: toketmu indah sekali, Vivi... aku ingin merasakan kehangatannya di tanganku...

Vivi: Ya... ya... berikan padaku... berikan semuanya... aku ingin merasakan kenikmatan yang tak terkendali...

Wahyu: Kamu adalah milik kami sekarang, Vivi... kamu akan terus kami puaskan sampai kau tak bisa lagi berpikir tentang yang lain...

Mamat: Tidak ada yang bisa menghentikan kita... kita akan terus menjelajahi setiap inci tubuhmu...

Yogi: Kau adalah boneka kami, Vivi... kami akan membuatmu merasakan kenikmatan yang tak akan pernah kau lupakan...

Vivi: Oh... terus... teruskan... aku tak bisa berhenti... aku ingin lebih... lebih keras... lebih dalam..."

Adegan berlanjut dengan dialog berapi-api dan erangan yang merdu, menciptakan suasana yang penuh dengan nafsu dan kenikmatan. Mereka bertiga terus memuaskan Vivi dengan penuh gairah, membawa mereka semua ke tingkat kepuasan yang tak terkendali.

Mamat: Kalian tahu, aku yang berhasil memperawani Vivi ini...

Yogi: (terkejut) Apa? Benarkah itu, Vivi?

Vivi: (mengangguk) Ya, benar... Mamat adalah orang pertama yang mengambil keperawananku...

Wahyu: (terkejut) Luar biasa! Mamat, kamu beruntung sekali bisa mendapatkan perawan idola sekolah seperti Vivi...

Mamat: (sombong) Tentu saja! Kalian tahu, pacarnya Vivi yang ganteng itu, Kevin, belum pernah merasakan tubuh indahnya seperti yang aku rasakan...

Yogi: (tertawa) Wah, kasihan Kevin... Tapi kami beruntung sebentar lagi bisa merasakan tubuh indah Vivi ini, bukan?

Wahyu: (tertawa) Ya, benar sekali! Kevin mungkin tidak menyadari apa yang dia lewatkan...

Mereka bertiga tertawa dengan gembira, merasa beruntung dan penuh dengan kepuasan atas pemenuhan nafsu mereka yang akan datang. Mereka merasa bahwa mereka adalah orang-orang terpilih yang dapat menikmati tubuh indah Vivi, dan hal itu membuat mereka semakin bernafsu dan tak terkendali dalam keinginan mereka untuk memuaskan diri dengan Vivi.

Aku, mendengar percakapan mereka dan hatiku terasa sangat sakit. Rasa kecewa dan pengkhianatan melanda diriku, namun di balik itu, aku merasakan kegilaan yang memuncak di dalam diriku. Dalam keadaan campuran antara sakit hati dan terangsang hebat, aku mulai menurunkan celanaku dan memegang erat kontolku yang sudah tegang.

Dengan pandangan yang terfokus, aku mengintip mereka. Mataku terpaku pada adegan erotis yang sedang berlangsung di hadapanku. Tubuh Vivi yang indah terpapar dengan begitu jelas, dikelilingi oleh ketiga cowok wibu yang sedang memberikan kenikmatan padanya.

Aku merasakan desakan gairah yang tak terbendung di dalam diriku. Tanpa ragu, aku mulai memainkan kontolku dengan gerakan yang semakin cepat dan intens. Rasa sakit hati yang aku rasakan tercampur dengan kepuasan yang tak terkendali. Adegan yang kujumpai di depan mataku memberikan rangsangan yang begitu kuat, membuatku terus bergerak dengan semakin cepat dan kuat.

Sambil mengintip mereka, aku merasakan tubuhku bergetar dan gundah. Aku hanyut dalam fantasi yang erotis, membayangkan diriku bergabung dalam adegan tersebut. Rasa sakit hati dan hasrat birahi bersatu dalam sebuah kekacauan emosional yang membuatku semakin tergila-gila.

Yogi: Oh, Vivi... rasakanlah... terimalah kenikmatan yang kami berikan padamu…

Wahyu: Ya, Vivi... kita akan membuatmu mencapai puncak kenikmatan... kamu pantas merasakan orgasme yang luar biasa...

Mamat: Teruslah menikmatinya, Vivi... kamu sudah dekat... aku bisa merasakan memekmu bergetar...

Vivi: Oh... oh ya... aku hampir... hampir mencapai... ahh... orgasme...

Yogi: Ya, Vivi... keluarkanlah semuanya... berikan kami puncak kenikmatanmu...

Wahyu: Ayo, Vivi... berikan kami orgasme yang indah... kamu cantik saat merasakannya...

Mamat: Kami akan memenuhi tubuhmu dengan kenikmatan yang tak terlupakan... rasakanlah ledakan orgasme yang menggetarkan...

Vivi: Oh... oh... aku... aku... ahh... orgasme! Aku... ahhh... merasakan... ahhh... kenikmatan yang tak terkendali...

Mereka bertiga terus memberikan rangsangan yang tak terkendali pada Vivi, hingga akhirnya dia mencapai puncak orgasme yang menggetarkan tubuhnya. Vivi mengerang dan bergetar dalam kepuasan yang melanda setiap serat tubuhnya.

Yogi: (tersenyum) Kamu luar biasa, Vivi... kamu memberikan orgasme yang indah...

Wahyu: (tersenyum) Aku tak pernah membayangkan bisa merasakan tubuh indahmu seperti ini... kamu sungguh menakjubkan…

Mereka bertiga saling melepas pakaian mereka, satu persatu. Pakaian yang tadinya menutupi tubuh mereka yang berisi dan kurus kini terkulai di lantai, meninggalkan mereka telanjang bulat. Wahyu dan Mamat, dengan tubuh yang berbadan gendut, terlihat memiliki ukuran kontol yang hampir sama, sekitar 12cm. kontol mereka tegang dan menghadap ke atas, menunggu untuk memenuhi nafsu mereka yang tak terpuaskan.

Di sisi lain, Yogi, dengan tubuh kurusnya, memiliki kontol yang sedikit lebih panjang dari mereka berdua, sekitar 16cm. kontolnya tegak dengan penuh semangat, siap untuk menembus tubuh indah Vivi dan memberikan kenikmatan yang tak terlupakan. Ketiga kontol yang berdiri dengan gagahnya mencerminkan keinginan dan hasrat yang membara di dalam diri mereka.

Mereka berdiri di hadapan Vivi, saling memandang dengan penuh keinginan. Vivi merasa gairahnya semakin memuncak saat melihat ketiga kontol yang menggoda itu. Dia tahu bahwa saat ini, dia akan menjadi pusat perhatian dan pemuasan nafsu mereka yang tak terbendung.

Wahyu: Ayo, Vivi... mainkan kontol kami... pegang dengan erat... jilat dan sepong dengan penuh nafsu...

Mamat: Ya, Vivi... rasakan kehangatan dan kekerasan kontol kami di dalam genggamanmu...

Yogi: Kamu adalah pelacur kami sekarang, Vivi... berikan kami pijatan yang tak terlupakan dengan tangan dan mulutmu...

Vivi: (bernapas berat) Ya... aku akan memberikan yang kalian inginkan...

Vivi meraih kontol Wahyu dengan tangan kanannya dan kontol Mamat dengan tangan kirinya. Dengan gerakan yang lihai, dia memainkan kedua kontol itu secara bergantian. Dia merasakan kekerasan dan kehangatan mereka di telapak tangannya, membuatnya semakin terangsang.

Sambil memegang kontol mereka, Vivi juga tak ragu untuk menyepong mereka secara bergantian. Dia melumat dan menjilat dengan penuh nafsu, memberikan kenikmatan yang tak terkendali pada ketiga pria itu. Mulutnya meluncur naik dan turun di atas kontol mereka, menghisap dan menjilati dengan penuh hasrat.

Wahyu: Oh... Vivi... kamu sungguh ahli dalam memuaskan kami... teruslah... jangan berhenti...

Mamat: Ya... jilat dan sepong kami dengan penuh nafsu... buat kami merasakan kenikmatan yang tak terlupakan...

Yogi: Terus... teruskan... rasakan kenikmatan kami di mulutmu yang indah...

Vivi terus memainkan dan menghisap kontol mereka dengan penuh nafsu, memberikan kenikmatan yang tak tertahankan. Dia menikmati perannya sebagai pelacur mereka, memberikan kesenangan dan kepuasan pada ketiga pria yang menyiksanya dengan hasrat yang membara.

Dalam adegan yang sangat kontras. Vivi, seorang cewek idola sekolah yang cantik, pintar, seksi, dan montok dikepung oleh tiga cowok jelek yang jauh dari kata ganteng. Ketiganya terkenal karena hobinya yang wibu dan tidak bergaul dengan banyak orang di sekolah.

Mamat: Vivi... bukalah pahamu... aku ingin merasakan tubuhmu...

Vivi: (napas terengah-engah) Ya... aku siap... aku ingin merasakanmu...

Mamat dengan penuh nafsu membuka paha Vivi yang terbuka lebar, mengungkapkan memek indahnya yang siap untuk dipenetrasi. Tanpa ragu, dia memasukkan kontolnya yang keras ke dalam memeknya yang basah, menembusnya dengan perlahan.

Vivi merasakan sensasi yang tak terlukiskan saat kontol Mamat memenuhi rongga memeknya. Dia menggigit bibirnya, mencoba menahan erangan kenikmatan yang hampir terlontar dari bibirnya.

Sementara itu, Yogi mendekati wajah Vivi dengan kontolnya yang tegang. Dia memasukkan kontolnya ke dalam mulut Vivi yang terbuka lebar, mengisi mulutnya dengan kemaluan yang mengeras. Vivi dengan gesit mengocok kontol Mamat dengan tangan kanannya, memberikan kenyamanan dan kenikmatan yang tak terkendali.

Mamat: (menggumam) Ya... terus... kocok kontolku dengan tanganmu yang indah...

Vivi melanjutkan gerakan tangannya, menjepit dan mengocok kontol Mamat dengan semangat. Di saat bersamaan, Yogi merasakan sensasi luar biasa saat kontolnya disedot oleh mulut Vivi yang penuh gairah.

Yogi: (terengah-engah) Oh... Vivi... kamu hebat dalam menghisap kontolku...

Mereka berempat terlibat dalam adegan erotis yang tak terbendung, saling memuaskan satu sama lain dengan penuh gairah. Vivi merasakan tubuhnya dipenuhi oleh kehangatan dan kekerasan yang tak terlupakan, sementara ketiga pria itu menikmati kenikmatan yang Vivi berikan dengan penuh nafsu dan kepuasan.

Wahyu: Ayo, Vivi... biarkan kami merasakan tubuhmu dengan cara yang liar...

Vivi: (menggumam) Ya... berikan aku kenikmatan yang tak terhingga...

Mereka bertiga dengan penuh nafsu merayapi tubuh Vivi dengan tangan, bibir, dan kontol mereka yang mengeras. Tangan-tangan kasar meraba-raba setiap lekuk tubuh Vivi, menjelajahi setiap permukaan yang indah dan menggoda.

Mamat menarik Vivi ke atas meja, sementara Yogi dan Wahyu berlutut di depannya. Mereka mengajak Vivi untuk duduk di atas meja dengan posisi terbuka, memberi akses penuh pada tubuhnya yang menggoda.

Yogi dan Wahyu dengan penuh nafsu menjilati dan menghisap toket Vivi yang indah, membuat putingnya tegang dan merambatkan sensasi kesenangan ke seluruh tubuhnya. Sementara itu, Mamat menggerakkan pinggulnya dengan cepat, memasukkan kontolnya yang keras ke dalam memek Vivi dengan penuh semangat.

Vivi merasakan dirinya dikelilingi oleh gelombang kenikmatan yang tak terbendung. Tubuhnya bergetar dengan intensitas yang semakin meningkat, terjebak dalam adegan liar yang dipenuhi oleh nafsu dan gairah. Ketiganya saling memuaskan satu sama lain dengan gerakan yang tak terkendali, menciptakan sebuah kekacauan erotis yang menggetarkan.

Mamat: AHHH... Vivi... aku akan keluar... aku akan memenuhi memekmu...

Vivi: Ya... berikan aku semuanya... aku ingin merasakanmu...

Mamat: AHH... FUCK! Vivi... aku... aku... AHHHHH!

Mamat merasakan orgasme yang tak terkendali menghantam tubuhnya. Dia melepaskan tembakan panas sperma di dalam memek Vivi, memenuhinya dengan penuh gairah. Vivi merasakan sensasi hangat dan lengket saat cairan itu membasahi rongga memeknya, memenuhi setiap sudut dengan kenikmatan yang menggelora.

Vivi: Oh... Mamat... kamu... kamu mengisi memekku dengan sperma yang panas... ahhh….

Mamat: AHH... FUCK! Vivi... aku... aku... AHHHHH!

Mamat dengan kasar menarik kontolnya dari memek Vivi setelah mengalami orgasme yang hebat. Sperma Mamat menetes keluar dari memek Vivi, mengalir di antara bibir memeknya dan menandai kenikmatan yang baru saja mereka rasakan.

Tak lama berselang, Wahyu mengambil alih. Dia menarik Vivi dengan kasar, mengubah posisinya menjadi doggy style. Dengan penuh semangat, Wahyu memasukkan kontolnya yang keras ke dalam memek Vivi dari belakang. Setiap tusukan memenuhi Vivi dengan sensasi yang intens, membuatnya merintih dan memohon untuk lebih.

Wahyu: Kamu suka, Vivi? Kamu suka saat aku memasukkan kontolku ke dalam memekmu?

Vivi: Oh, ya... lebih keras, Wahyu... pukul pantatku... tunjukkan siapa yang mengendalikan tubuhku...

Dengan penuh gairah, Wahyu juga menampar-nampar pantat indah Vivi, meninggalkan bekas merah di permukaan kulitnya. Sensasi dari tusukan yang keras dan pukulan di pantatnya membuat Vivi semakin terangsang, menggali kenikmatan yang begitu dalam.

Mereka berdua terus menikmati adegan liar ini, menerjang kenikmatan yang tak terbatas, mengisi ruangan dengan suara desahan dan pantat yang terhentak-hentak. Vivi merasakan dirinya seperti boneka seks yang digerakkan oleh ketiga pria ini, merasakan nafsu dan gairah yang membara dalam setiap sentuhan dan tusukan.

Yogi: Vivi... jilat dan sepong kontolku... kamu bisa melakukannya...

Vivi: (terengah-engah) Ya... aku... aku akan melakukannya...

Sementara Vivi masih digenjot oleh Wahyu dengan gaya doggy style, Yogi tidak bisa menahan keinginan birahinya. Dia meminta Vivi untuk menyepong kontolnya dengan penuh nafsu.

Vivi dengan tangkas menurunkan kepalanya, mengarahkan mulutnya ke kontol Yogi yang tegang. Dia mulai menjilati batang yang mengeras dengan penuh nafsu, menggelitik ujung kepala kontol dengan lidahnya yang lihai.

Yogi: Oh... Vivi... jilat dan sepong aku... berikan kenikmatan yang tak terlupakan...

Vivi dengan semangat menghisap dan menjilati kontol Yogi, memberikan kepuasan yang tak terkendali pada pria tersebut. Dia melumat dan mengocok kontol Yogi dengan penuh gairah, menjadikan adegan ini semakin liar dan menggairahkan.

Ketiganya terlibat dalam adegan yang begitu intens, saling memuaskan satu sama lain dengan penuh gairah dan nafsu yang membara. Vivi merasakan dirinya tenggelam dalam lautan kenikmatan dan kepuasan, melupakan segalanya kecuali hasrat yang tak terbendung.

Wahyu: AHHH... Vivi... aku akan keluar... aku akan memenuhi memekmu...

Vivi: Ya... berikan aku semuanya... aku ingin merasakanmu...

Wahyu: AHH... FUCK! Vivi... aku... aku... AHHHHH!

Wahyu merasakan orgasme hebat yang melanda tubuhnya. Dengan gerakan yang keras dan mendalam, dia memasukkan kontolnya ke dalam memek Vivi dan melepaskan tembakan panas sperma di dalamnya. Setiap tetes sperma mengisi rongga memeknya, menciptakan sensasi yang luar biasa.

Vivi merasakan sensasi panas dan lengket saat sperma Wahyu membasahi rahimnya. Dia merasakan getaran kenikmatan yang tak terlukiskan saat tubuhnya dipenuhi oleh sperma pria yang membara.

Wahyu: Vivi... lihatlah apa yang kau lakukan padaku... spermatu mengalir di pahamu...

Vivi: Ya... aku... aku suka ketika kamu mengisi memekku dengan sperma...

Wahyu dengan penuh nafsu menarik kontolnya dari memek Vivi. Sperma yang masih mengalir dari kontolnya mengalir di paha Vivi, meninggalkan jejak yang menggoda.

Wahyu: Lihatlah, Vivi... sperma ini adalah bukti dari kenikmatan yang kau berikan padaku... sekarang, aku akan memberikanmu kenikmatan yang lebih liar...

Dengan jari-jarinya yang penuh dengan sperma, Wahyu mengoleskan cairan tersebut ke seluruh pantat indah Vivi. Dia menggosok-gosokkan spermanya ke kulit yang lembut, meninggalkan bekas putih yang menggoda.

Wahyu: Pantatmu begitu menggoda, Vivi... kamu adalah pelacur yang haus akan kenikmatan... dan aku akan memberikanmu lebih banyak lagi...

Vivi menggigit bibirnya, terangsang oleh kata-kata kasar dan tindakan Wahyu. Dia merasakan kepuasan yang tak terbendung dalam setiap sentuhan dan kata-kata yang diberikan oleh Wahyu, membiarkannya tenggelam dalam lautan erotis yang penuh gairah.

Yogi: Ayo, Vivi... mari kita mencoba gaya ini...

Vivi: Tentu, Yogi... aku siap untukmu...

Yogi berbaring di atas permadani, matanya penuh dengan nafsu saat Vivi mendekat. Dia memegang kontol Yogi yang sudah tegang dan memandanginya dengan penuh keinginan.

Vivi: Mari aku memasukkan kontolmu ke dalam memekku, Yogi... aku ingin merasakanmu di dalamku...

Dengan gerakan yang lihai, Vivi memasukkan kontol Yogi yang mengeras ke dalam memeknya yang sudah basah dan siap menerima. Dia merasakan setiap sentuhan dan tusukan yang dilakukan oleh Yogi, memenuhinya dengan sensasi yang membara.

Yogi merasa kenikmatan yang tiada tara saat kontolnya tenggelam dalam kehangatan dan kelembutan memeknya. Dia memegang pinggul Vivi dengan kuat, memperdalam tusukan dan menggoyangkan pinggulnya dengan penuh gairah.

Mereka berdua terlibat dalam adegan yang penuh dengan nafsu dan gairah, saling memuaskan satu sama lain dengan gerakan yang liar dan penuh semangat. Vivi meliukkan pinggulnya dengan lincah, menggoyang tubuhnya dengan ritme yang memikat. Mereka berdua terbuai dalam lautan kenikmatan, menggebu-gebu dalam adegan yang tak terlupakan.

Vivi: Oh... Yogi... kamu mengisi memekku dengan kontol yang keras... lebih dalam... lebih cepat...

Vivi merasakan kenikmatan yang membara begitu kontol Yogi memenuhi memeknya. Desahan-desahan erotis pecah dari bibirnya saat Yogi memperdalam tusukan dan mempercepat gerakan pinggulnya.

Vivi: Oh... oh... Yogi... terus... teruskan... aku... aku hampir...

Yogi: Ya, Vivi... aku akan memberikanmu kenikmatan yang tak terlupakan... kau akan merasakan orgasme yang begitu hebat...

Vivi merintih dengan penuh gairah, desahannya semakin keras dan tidak terkendali. Dia merasakan kenikmatan yang semakin mendekati puncaknya, tubuhnya bergetar dan memanas.

Vivi: Oh... Yogi... aku... aku... AHHHH!

Vivi melepaskan desahan yang hebat saat orgasme yang dahsyat melanda tubuhnya. Sensasi yang meluap-luap memenuhi setiap serat tubuhnya, mengirimkan gelombang kenikmatan yang tak terlukiskan.

Yogi terus memompa Vivi dengan penuh semangat, memperpanjang kenikmatan yang sedang dirasakannya. Mereka berdua terus menikmati adegan yang penuh dengan gairah dan nafsu, menghanyutkan mereka dalam lautan kenikmatan yang tak terbatas.

Mamat: Vivi... ayo, mainkan kontol kami... kami juga ingin merasakan kenikmatan...

Vivi: Ya... aku akan melakukannya... aku ingin memuaskan kalian berdua...

Mamat dan Wahyu mendekati Vivi dengan penuh nafsu. Mereka meminta Vivi untuk mengocok kontol mereka sambil mereka bermain dengan toket indah Vivi yang bulat, kencang, dan mulus. Mereka merasakan kelembutan daging dan kehangatan puting pink Vivi yang menggoda.

Mamat: Oh, Vivi... putingmu begitu menggoda...

Wahyu: berikan kami kenikmatan yang tak terlupakan...

Vivi dengan penuh antusiasme mengocok kontol Mamat dan Wahyu dengan tangannya yang lincah, sementara mereka berdua memainkan toket Vivi dengan penuh nafsu. Sensasi yang terjadi di tubuh Vivi semakin membara, menjadikannya semakin terangsang dan menggairahkan.

Mereka bertiga terlibat dalam adegan yang penuh dengan keinginan dan nafsu, saling memuaskan satu sama lain dengan penuh semangat dan gairah. Vivi merasakan dirinya tenggelam dalam lautan kenikmatan yang mendalam, melupakan segalanya kecuali hasrat yang tak terbendung.

Vivi: Oh... oh... lebih cepat... aku... aku hampir mencapai puncak...

Vivi merasakan kenikmatan yang meluap-luap saat dia melayani tiga cowok sekaligus. Mamat, Wahyu, dan Yogi saling bergantian mengisi tubuhnya dengan kenikmatan yang tak terhingga.

Mamat: Vivi... kau begitu menggoda... aku tak bisa menahan diri lagi...

Wahyu: Aku juga... aku akan memberikanmu kenikmatan yang tak terlupakan...

Yogi: Ayo, Vivi... bersama-sama, kita akan membuatmu melayang...

Vivi terdengar mendesah hebat saat tubuhnya dibanjiri oleh sensasi yang luar biasa. Dia merasakan tusukan yang dalam dan cepat, tangan yang menjelajahi setiap lekuk tubuhnya, dan bibir yang melumat bibirnya dengan penuh nafsu.

Vivi: Oh... oh... aku... aku datang... AHHHH!

Vivi melepaskan desahan yang ekstatis saat orgasme dahsyat melanda tubuhnya. Dia merasakan tubuhnya bergetar dan menggigil dalam gelombang kenikmatan yang meluap-luap.

Mamat, Wahyu, dan Yogi terus memenuhi Vivi dengan nafsu dan gairah yang membara. Mereka bertiga saling memuaskan satu sama lain, tenggelam dalam lautan kenikmatan yang tak terbatas.

Yogi: AHH... aku akan keluar... aku akan memenuhi memekmu, Vivi...

Vivi: Ya... berikan aku semuanya... aku ingin merasakanmu di dalamku...

Yogi merasakan orgasme yang melanda tubuhnya dengan hebat. Dia mengeluarkan seluruh spermanya ke dalam memek Vivi, memenuhinya dengan sensasi panas dan lengket.

Tak lama setelah itu, Mamat dan Wahyu juga mencapai puncak kenikmatan mereka. Mereka melepaskan tembakan panas sperma ke wajah dan mulut Vivi, membasahinya dengan cairan yang membara.

Vivi merasakan sensasi sperma yang mengalir di dalam memeknya dan mengenai wajahnya. Dia merasa begitu penuh dan dipenuhi oleh kenikmatan dari ketiga pria yang memuaskannya.

Mereka bertiga berbaring, tubuh mereka lelah namun puas. Masing-masing merasa kepuasan yang tak terlukiskan setelah adegan yang liar dan penuh gairah.

Aku yang masih mengintip permainan mereka hanya bisa mengocok kontolku dengan rangsangan yang luar biasa. Aku tak menyangka mereka bertiga, cowok yang tidak populer, bisa menikmati tubuh Vivi, sang idola sekolah, bahkan mengeluarkan sperma di dalam memeknya. Sementara itu, aku sebagai pacarnya belum pernah merasakan kenikmatan tubuh Vivi, apalagi mencapai orgasme di dalamnya.

Tiba-tiba, pikiran liar melintas dalam kepalaku. Aku ingin memiliki kenangan yang tak terlupakan dari adegan yang sedang terjadi di depan mataku. Dengan penuh keberanian, aku meraih ponselku dan mulai merekam kegiatan mereka dengan diam-diam.

Aku dengan hati yang berdebar-debar, mengarahkan kamera ke adegan panas yang sedang terjadi. Mereka yang tengah menikmati tubuh Vivi dengan penuh nafsu, tidak menyadari bahwa aku sedang merekam mereka.

Setiap gerakan, setiap desahan, setiap tindakan mereka terekam dalam ponselku. Aku merasakan ketegangan yang tak terbendung, sensasi mengintip yang semakin membara.

Aku tahu bahwa ini adalah pelanggaran privasi, namun hasratku lebih kuat daripada rasa bersalah. Aku ingin memiliki sesuatu yang hanya aku yang tahu, sesuatu yang dapat aku simpan sebagai kenangan pribadi.

Dalam kegelapan, aku melanjutkan merekam mereka, memastikan bahwa setiap momen erotis terabadikan dengan sempurna. Aku berharap suatu hari nanti bisa menggunakannya sebagai sumber kenikmatan pribadi, sebagai pengganti dari pengalaman yang belum pernah aku rasakan bersama Vivi.

Aku tahu bahwa ini adalah perbuatan yang berisiko, namun ketidaksabaran dan hasratku mendorongku untuk melangkah lebih jauh. Aku memilih untuk mengabaikan konsekuensi, fokus pada pemuasan diri sendiri dan kenikmatan yang tertunda.

Aku: Oh... oh... aku... aku tak tahan lagi…

Ketika aku terus merekam adegan panas mereka, rangsangan yang tak terbendung mulai memenuhi tubuhku. Aku merasakan desakan yang semakin kuat, semakin mendesak untuk mencapai kenikmatan yang tertunda.

Tangan yang terus mengocok kontolku dengan cepat, beriringan dengan adegan yang sedang terjadi di depan mataku. Aku merasakan sensasi yang semakin memuncak, semakin intens.

Tak lama kemudian, aku merasakan tubuhku bergetar dan kehangatan yang meluap dari dalam diriku. Aku mencapai orgasme yang hebat, merasakan ledakan kenikmatan yang tak tergambarkan.

Sperma kuat dan panas memancar keluar dari kontolku, menghiasi tubuhku dengan cairan yang membara. Aku merasakan puasnya kelegaan setelah menahan hasratku begitu lama.

Dalam momen itu, aku benar-benar terpenuhi, merasakan kenikmatan yang begitu mendalam. Aku tersenyum puas sambil menutup ponselku yang masih merekam adegan yang telah memberiku orgasme yang luar biasa.

Aku tahu bahwa ini adalah keputusan yang berani dan berisiko, namun tak bisa dipungkiri, kenikmatan yang aku rasakan saat itu adalah sesuatu yang tak bisa tergantikan.

***
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd