Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
maaf sist, agak nyimpang sedikit. buat para suhu ada yang masih inget serial gunung kemukus gak? beberapa hari yang lalu akun ane dihapus sama istri ane. atas bantuan admin, akun ane bisa dibuka lagi. tapi thread ane ilang, gimana cara ngembaliin thread ane ya? ada yang tau gak

Wah.... Knapa menghilang tritnya hu, sangatlah disayangkan
 
Apakah ini akan jadi personal story kokom dari gunung kemukus kah suhu?
 
maaf sist, agak nyimpang sedikit. buat para suhu ada yang masih inget serial gunung kemukus gak? beberapa hari yang lalu akun ane dihapus sama istri ane. atas bantuan admin, akun ane bisa dibuka lagi. tapi thread ane ilang, gimana cara ngembaliin thread ane ya? ada yang tau gak
owalah, pantes, ane cari karma masa lalu kok gak ada
 
Chapter 5

Perutku menjadi mual melihat Asep berdiri di ambang pintu yang terbuka. Ingin rasanya meninggalkan rumah ini, tapi aku tidak melakukannya. Ada hal yang harus ditanyakan kutatanyakan ke Teh Euis yang tidak bisa aku tunda lagi. Aku baru ingat, setahun yang lalu Teh Euis pernah ikut orang tuaku ke Solo. Dia pasti tahu tujuan orang tuaku.

"Masuk Kom, Teh Euis ada di dalam." suara Teh Euis terdengar dari dalam.

"Iya, Teh...?" aku menarik tangan Ecih agar mengikutiku masuk. Ngapain juga orang ini ada di sini? Pikirku saat melewati Asep yang menyingkir memberiku jalan masuk.

Teh Euis duduk di atas tikar pandan dengan hanya mengenakan daster pendek tanpa lengan sehingga tangannya yang putih mulus terekspos. Teh Euis menyanggul rambutnya yang panjang sehingga ketiaknya yang mulus terlihat. Bukan itu yang menjadi perhatianku, tapi sebuah bercak merah yang terlihat di leher tepat di bawah telinga seperti bercak merah yang kulihat di leher ibu. Pasti Teh Euis sudah berbuat mesum dengan Asep.

"Kamu kemarin kenapa menghindari Teh Euis?" tanya Teh Euis setelah aku duduk di hadapannya.

"Gak apa apa, Teh..!" Kokom menunduk mengingat kejadian kemarin. "Soalnya Kokom buru buru mau ke rumah A Agus." aku mulai terbiasa berbohong, sesuatu yang kuanggap tabu selama ini.

"Kirain Teteh ada apa.. Kalian gak ngaji?" tanta Teh Euis melihat kami membawa Al Qur'an.

"Bolos, Teh. Aku mau nanya, boleh gak, Teh?" tanyaku sambil melihat ke arah Asep yang duduk bersandar di galar kayu.

"Sep, kamu pulang dulu. Teh Euis mau ngobrol sama Kokom.!" kata Teh Euis seperti mengerti apa yang kuinginkan.

"Iya, Teh..!"Asep segera berpamitan pulang meninggalkan kami bertiga.

" Teh Euis dulu pernah ikut ke Solo beberala kali dengan orang tuaku ya? Solonya daerah man, Teh?" tanyaku memulai penyelidikan.

"Teh Euis di ajak nemuin gurunya Mang Haji." kata Teh Euis tanpa menyebutkan nama daerah.

"Ke Gunung Kemukus, ya?" tanyaku asal tebak. Seolah olah aku sudah mengetahuinya.

"Ech, kok kamu tahu?" tanya Teh Euis heran.

Yes, jebakanku berhasil dengan mudah. Tapi kenapa Teh Euis tidak jadi kaya setelah pulang dari sana? Kan itu tempat pesugihan atau mungkin kabar yang mengatakan itu adalah tempat pesugihan hanyalah Hoax.

"Tahulah, kan Emak dan Bapak gak pernah bohong ke Kokom. Kok Teh Euis belum kaya?" tanyaku heran.

"Gak semua yang ke situ berhasil. Banyak yang gagal seperti Teh Euis. Soalnya Teh Euis ke sananya cuma tiga kali, gak diterusin sampai tuntas. " kata Teh Euis lagi.

"Kenapa gak diterusin, Teh? Katanya kalau ke sana biar berhasil harus zinah, ya?" tanyaku semakin penasaran.

"Kamu lihat di tv, ya?" Teh Euis malah balik bertanya padaku dan kujawab dengan sebuah anggukan.

Padahal info yang aku dapat dari internet, bukan dari tv. Tak apalah kuakui dari tv. Aku tidak boleh terlalu polos dalam penyelidikan ini. Kepolosan justru akan membuat usahaku sia sia.

"Iya, kita harus berhubungan.badan dengan lelaki yang sama selama tujuh kali malam jum'at pon biar hajat kita berhasil." kata Teh Euis. Matanya menatapku tajam. Entah apa yang ada di dalam pikirannya.

"Ich, kok gitu Teh? Emang biar apa?" tanya Ecih dengan mata terbelalak antara heran dan takjub.

"Kebanyakan nyari pesugihan biar cepet kaya, pokoknya bermacam macam keinginannya bisa terkabul kalau sudah melakukan ritual sex di Gunung Kemukus." kata Teh Euis menjelaskan apa yang diketahuinya.

"Aku .au ke sana buat ritual..!" kata Ecih antusias. Justru aku yang menjadi kaget.

"Maksud kamu mau ritual sex? Istighfar, Cih...!" kataku sambil mencubit pipi Ecih untuk menyadarkannya.

"Iya, aku mau supaya gak jadi dijodohin, biar aku dapet suami yang ganteng dan kaya seperti ayah kamu." kata Ecih seolah hal yang dikatakannya hal yang biasa saja.

"Emang kamu udah gak perawan?" tanyaku heran, bagaimana mungkin sahabatku ini mau melakukan ritual sex yang kuanggap sangat menjijikkan.

Gara gara Ecih, konsentrasiku buyar dan hampir membatalkan rencanaku untuk minta diantar ke Gunung Kemukus. Karena aku ragu kalau hanya berdua dengan Ecih yang berangkat ke Gunung Kemukus. Jadi salah satu tujuanku menemui Teh Euis adalah minta diantar ke tempat orang tuaku yang dicurigai melakukan pesugihan.

"Mau gak Teh Euis nganter aku ke sana buat ngebuntutin orang tuaku?" tanyaku pelan takut terdengar orang yang mungkin saja lewat depan rumah Teh Euis.

"Maksud kamu?" tanya Teh Euis seperti kaget dengan permintaanku yang sangat tidak masuk akal.

"Aku cuma pengen melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa orang tuaku melakukan pesugihan seperti yang diceritakan orang orang." kataku tetap dengan suara pelan. Aku percaya dengan Teh Euis, dia adalah kakak sepupuku yang kehidupannya sangat bergantung pada ayahku sejak ke dua orang tuanya meninggal.

"Kamu serius? Teh Euis gak bisa nganyer kamu ke sana.!" kata Teh Euis tegas.

"Teh, kalau Teh Euis gak mau nganter aku, aku akan bilang ke ayah bahwa Teh Euis sudah berzinah dengan Asep." kataku mengancam. Aku mencerutakan kejadian malam itu.

Mendengar ancamanku, Teh Euis mengalah dan menyanggupi mengantarku ke Solo, besok. Tapi Teh Euis akan mengajak Asep sebagai teman ritualnya di sana dan aku mengijinkannya.

*******

Keesokan harinya setelah mendapatkan ijin dari ayah dan ibuku untuk menginap di rumah uwanya Ecih, kami langsung berangkat dengan menggunakan angkutan umum. Tadinya orang tuaku memaksa mengantar ke Loji, tap aku berhasil meyakinkan orang tuaku bahwa kami bisa berangkat sendiri seperti saat kami ke kota.

Sepanjang perjalanan ke kota, kami tidak bisa menyembunyikan ketengan. Ini adalah petualangan pertama kami. Perjalanan jauh yang belum pernah kami lakukan. Ada yang membuatku sedikit tenang, Teh Euis akan ikut dengan kami. Kami akan bertemu di kota untuk menghindari kecurigaan orang yang melihat, semuanya harus berjalan sesuai rencana.

Aku melihat ke arah Ecih yang terus menatap ke arah luar. Wajahnya terlihat sangat tegang. Bibir tipisnya yang selalu berkicau sekarang terkatup rapat. Aku menggenggam tangannya berusaha menenangkan hatinya dan juga hatiku. Perjalan ke kota terasa lama, lebih lama dari biasanya. Sesekali kami merubah posisi duduk kami untuk menghilangkan kegelisahan yang sangat mencekam.

Hampir saja aku tidak bisa menahan diri untuk bersorak girang saar angkutan umum memasuki kota dan berhenti menurunkan semua penumpang. Aku berhasil turun pertama kali mendahului semua penumpang. Tahap pertama sudh berhasil, sekarang aku sudah ada di kota. Teh Euis memnggilku dari sebuah warung rikok sambil melambaikan tangan. Rupanya dia sudah datang lebih dahulu berdua dengan si Asep, jadi kami tidak perlu menunggu dan berisiko diketahui orang yang mengenal kami.

"Kita beli baju buat nyamar, Teh..!" kataku sambil menarik Teh Euis yang terpaksa mengikuti langkah kakiku yang tergesa gesa tanpa sempat bicara sepatah katapun kecuali sebuah senyuman manis.

Aku berjalan cepat maauk ke sebuah mall tanpa memperdulikan protes Ecih dan Teh Euis yang berjalan di belakangku. Aku harus bergerak vepat melakukan penyamaran agar tidak ada orang yang mengenal kami. Di mall aku membeli beberapa kaos tangan pendek dan juga beberapa buah celanA panjang jeans untukku dan juga untuk Ecih. Tidak lupa aku juga membeli swether, jaket, kaca mata dan satu box masker. Ya aku akan melepas pakaian syar'i ku dan berganti memakai kaos dan celana jeans sebagai penyamaran.

"Kamu serius kita pakai kaos dan celana jeans?" tanya Ecih heran. Selama ini kami selalu memakai baju syar'i, bahkan saat di rumah kami tidak pernah melepas jilbab dan sekarang aku akan memakai kaos dan melepas jilbabku untuk melakukan penyamaran. Ini adalah cara memanipulasi penglihatan.

"Iya, biar gak ada yang ngenalin kita. Selama ini mereka melihat kita pakai baju syar'i, kalau kita pakai pakaian biasa, mereka pasti gak akan mengenal kita." kataku yakin.

Kami bertiga masuk ke dalam toilet mall sementara Asep menunggu di luar. Sesuai rencana aku dan Ecih akan berganti pakaian kaos dan celana jeans serta melepas jilbab, sementara Teh Euis akan memakai pakaianku baju muslim syar'i untuk melakukan penyamaran. Semuanya sudah kurencanangkan dengan matang sehingga orang tuaku tidak akan sadar kami ikuti.

Ternyata benar perkitaanku, penampilan kami berubah 180 derajat, aku hampir tidak mengenali Teh Euis yang memakai pakaian syar'i yang menutup aurat seluruh tubuhnya, aku juga hampir tidak mengenali Ecih yang memakai kaos dan celana jeans dengan rambut sebahunya, bergelombang indah.

"Ini beneran kamu Kokom?" tanya Teh Euis terbelalak melihat penampilanku. Kaos yang aku pakai seperti kekecilan karena tonjolan payudaraku yang terlihat menonjol.

Aku merasa risih dengan penampilanku terutama payudaraku menjadi semakin jelas terlihat dan aku yakin akan jadi pusat tontonan mata lelaki. Aku seperti sedang telanjang. Sesaat aku menjadi ragu untuk memakai pakaian seperti ini. Perlahan aku menarik nafas berusaha memperkuat tekadku dan juga keberanianku berpakaian seperti ini di muka umum.

"Yuk, sekarang kita nyari tiket bis ke Solo." kataku berjalan mendahului Teh Euis dan Ecih.

Aku berjalan dengan mata menatap lurus ke depan. Aku tidak berani menoleh kanan kiri karena malu dengan tatapan orang yang mungkin sedang melihat ke arahku. Mereka pasti akan menganggapku sebagai gadis binal yang melepas baju syar'i dan mempertontonkan auratnya di muka umum. Aku malu sekali, benar benar malu.

"Kamu mau ke mana? Kita nunggu angkot yang ke arah terminal." kata Teh Euis menyadarkanku bahwa jalan yang mau aku ambi adalah jalan yang salah.

Kami berdiri menunggu angkot yang akan membawa kami ke terminal. Sementara aku menunduk malu dengan keadaanku yang menjadi pusat tontonan karena telah melepas syar'i ku, mempertontonkan auratku yang selama ini tersembunyi di balik pakaian syar'i ku. Rambut yang selama ini selalu bersembunyi di balik jilbab, kini bergerak dipermainkan angin sehingga beberapa kali aku merapikan anak rambutku yang bergerak liar seliar diriku yang telanjang di muka umum.

Sebuah angkot berhenti di depan kami. Kami segera naik, parlahan angkot membawa kami ke jalan raya utama. Dari sana kami akan naek bus jurusan cirebon untuk menghindari bertemu dengan orang yang kami kenal. Rasanya terlalu berisiko kalau kami harus naik bis malam ke Solo dari terminal. Itu artinya kami harus menunggu hingga jam 5 sore, sedangkan sekarang baru jam 10 pagi. Tidak perlu menunggu lama, saat angkot sampai tempat bis mangkal nyari penumpang, sudah ada bis yang sedang mengetem menunggu penumpang. Kami segera naek.

Aku duduk dengan perasaan gelisah karena bis tidak langsung jalan. Aku takut ada seseorang yang mengenalku. Untuk menghindari hal itu terjadi, aku memakai masker dan kuberikan satu ke Ecuh agar memakainya. Setidaknya aku merasa sedikit aman dengan memakai masker, mustahil ada yang mengenaliku. Bodohnya aku, kenapa aku tidak memakai masker sejak berganti baju tadi.

Saat bis mulai bergerak meninggalkan tempat pemberhentian, aku menarik nafas lega. Bebanku terasa berkurang kembali. Perlahan bis berjalan semakin cepat dan ahirnya meninggalkan daerah kami lumbung beras terbesar di Jawa Barat. Mataku menjadi lelah dan mengantuk. Mungkin dengan tidur aku dapat melupakan semua ketegangan yang masih akan berlanjut. Ini belum berahir, aku baru memulai sebuah petualangan baru.

Aku terbangun setelah bis yang kami tumpangi maauk terminal cirebon jam 2 siang. Tadinya kupikir kami akan menunggu sore untuk naek bis ke Solo, ternyata tidak. Teh Euis mengajak kami meneruskan perjalanan ke Semarang tanpa sempat beristirahat maupun sekedar mengisi perut. Sampai Semarang jam 6 sore baru kami mencari warung naai sekedar mengisk perut dan beristirahat. Aku yang belum terbiasa melakukan perjalanan seperti ini merasa sangat lelah, begitupun dengan Ecih. Selesai makan kami melanjutkan perjalanan k Soli dan sampai sekitar jam 11.

Teh Euis mengajak kami mencari penginapan untuk menginap.

***†*

"Kalian sudah siap meneruskan perjalanan belum?" tanga Teh Euis melihat kami yang masih lesu setelah kemarin melakukan perjalanan jauh.

"Sudah, Teh..!" kataku bersemangat. Tubuhku yang letih tidak mampu menghalangi semangatku yang bergelora apa lagi menurut Teh Euis ke Gunung Kemukus tinggal satu jam lagi. Sudah sangat dekat. Jantungku berdebar kencang tidak bisa membayangkan petualangan apa lagi yang akan aku temukan di sana.

Kami segera berkemas, penginapan yang kami tempati terletak di belakang terminal Tirtonadi, jadi kami sengaja berjalan kaki menuju terminal. Sebelum naek bis kami sarapan lebih dahulu di warung angkringan yang menyediakan berbagai menu has Solo.

Selesai sarapan kami segera naek bis arah purwodadi yang masih kosong jadi kami leluasa memilih tempat duduk yang kami rasa nyaman. Hampir setengah jam, bis belum juga berangkat. Benar benar membosankan. Tapi setidaknya aku merasa lebih tenang di sini, tidak ada yang mengenaliku. Berbeda saat di daerahku, duduk di dalam bis sangat menegangkan.

Bis mulai terisi. Semakun banyak penumpang yang naek. Perlahan bis mulai berjalan ke luar terminal. Di pintu termknal, bis kembali berhenti menaikkan penumpang. Ada empat orang yang naik dan wajahku menjadi pucat melihat orang pertama yang naik dan sekarang berjalan menuju ke arahku. Orang itu adalah ibuku yang berjalan di belakangnya adalah ayahku.

Bersambung
 
Bimabet
Mantap, sista. Ceritanya semakin seru. Bakal jadi rival kisah Gunung Kemukus yg lain nih.:mantap:

Btw, buat suhu satria73, turut berduka cita. Mudahan thread suhu bisa dimunculkan kembali. Sungguh kerugian yg sangat besar bagi jagad semprot jika thread suhu benar2 hilang tanpa dapat kembali...:galau:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd