Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG When A Nurse Become A Slave

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Wow, mantap suhu...

Flow cerita nya enak dibaca, slow aja Suhu biar next part nya afdol kaya pembukaan nya

:ampun:
 
Sore suhu dan agan semua. Maafin nubi yang baru bisa update cerita karena kesibukan di kantor Nubi. Maaf juga belum dapat membalas komentar - komentarnya suhu, nanti akan nubi sempatin ya. oke, ini updatennya ...

------------------

Part 2 :

POV by Bramantyo Adi Suseno


Siang harinya, sebelum sore yang melelahkan bagi Risma dan Bram .......

Kota Khatulistiwa, begitu salah satu julukan yang diberikan kepada kota tempat tinggalku, Pontianak. Bukan tanpa alasan, di salah sagu sudut kota terdapat sebuah monumen yang diberi nama Tugu Khatulistiwa, menandakan letaknya yang tepat dilalui garis yang membagi bumi menjadi utara dan selatan itu.

Aku merantau dari Yogyakarta ke Pontianak 8 Tahun silam, ikut mas ku yang telah lebih dulu menjadi abdi negafa di sini. Di sini pula aku bertemu dengan Jodohku, Risma Anjani, wanita cantik khas etnis Tionghoa yang sudah tentu kulitnya putih dan bermata sipit. Sudah dua tahun aku menikahinya, mungkin aku lelaki paling beruntung di dunia karena bisa menikahi Risma, apalagi selain cantik, sifat dan tingkah lakunya tak pernah membuatku marah bahkan jengkel pun belum pernah ku rasakan sejak mengenal dia.

"Mas, tolong koreksi laporanku ini, takut ada yang salah, bisa marah nanti Kasat", pinta Arif, Juniorku yang memang berada dalam satu unit di satuan tempatku berdinas. Ia asli orang Pontianak, sehingga logat melayunya cukup kental.

"Oh, ini LI tentang apa?", tanyaku menanyakan isi Laporan Informasi yang dibuatnya ini. Laporan Informasi adalah produk utama kami yang berdinas di fungsi Intelijen, setiap hari kami membuatnya, gunanya sebagai bahan masukan Pimpinan kami dalam mengambil tindakan - tindakan hang diperlukan.

"Itu Mas, Bandar Sabu yang jadi TO kita bulan ini. Tadi orangku sms, katanya malam ini mau ada transaksi", jawabnya.

Aku hanya menganggukan kepalaku, laporan arif ku teliti dengan betul, bahkan sampai kata per kata, takut kalau ada kata yang Typo diketiknya, juga dengan struktur kalimat yang digunakannya dalam menyampaikan laporan itu.

"Sip, cuman ini aja kamu perbaikin kalimatnya, biar kesannya lugas. Oh ya, ini A.1 kan?"

"Inshaa Allah, Mas"

"Oke, kabarin yah perkembangannya, kalau Sat Narkoba turun malam ini dan minta back up kita, jangan lupa kasi tau ya".

"Siaap, Mas. Semoga Kasat langsung beri perintah ya, Mas."

"Oke, aku malam ini nongkrong di sekitar hotel itu, jadi kalau ada pergerakan dari Sat Narkoba, aku bisa cepat ikut gabung. Yang penting kamu kasi tau aja aku", jelasku pada Arif.

"Oh, pasti nonkrong sama anak - anak VG lagi kan", tebak arif.

"Tuh pinter kamu, dah tau aku mau apa"

"Tau lah, udah hampir satu tahun kita satu unit, hehehe", jawabnya.

"Iya iya, pokoknya kasi tau aja"

"Siap, pasti itu Mas".,

"Tapi, masnya kok nongrong terus yah? Kasian mbaknya dong ditinggal malem - malem, KESEPIAN", sambung arif. Sial, sepertinya Ia menyindirku.

"Mbakmu shift malam hari ini, makanya daripada bosen sendiri di rumah, mending ke luar", Jawabku.

"Oooh", hanya itu jawabnya.

"Ya udah, aku mau ke lapangan dulu yah, abis itu langsung pulang".

"Awal nih pulangnya, sepertinya mau "ngasih bekal" buat mbaknya yang dinas malam ini, heheh", canda Arif ke aku sambil memainkan alis matanya.

"Sial, kamu ngomongnya Kesepian, terus ngasih bekal lagi, kaya udah tau aja. Nikah aja belom", Balasku.

"Kawin kan ga mesti nikah, hahaha"

"Haha, dasar kamu. Udah ya, aku duluan", Aku tak berniat menyambung obrolan.

"Yoi, hati - hati, Mas".

Aku memacu Avanza Velozku menyusuri jalanan Pontianak yang sudah ku hafal semua ini. Di salah satu jalan aku menepi, di situ terdapat sebuah warung kopi. Setelah selesai dengan urusan parkir memarkir, aku berjalan ke dalam warung kopi, memilih tempat yang cocok bagiku. Akhirnya ku putuskan untuk memilh meja di pojok, tempatnya tertutup dengan dekorasi warung kopi ini sehingga tidak mudah terlihat dari luar. Bukan, aku bukan hendak meracun orang seperti Jessica karena memilih tempat yang tak mudah dipantau, tapi karena akan mengobrol dengan seorang yang cukup penting kali ini. Segera ku kirim pesan ke orang itu via WA, mengabarkan kalau aku sudah berada ditempat yang kami sepakati.



Meja 18, kemeja batik. Jangan kelamaan.

Ok, 10 menit lagi sampai. Tolong pesankan Espresso seperti biasa.


Sesuai dengan janjinya, 10 menit kemudian ada mobil yang ku kenal parkir di depan warung kopi ini. Dari dalam turun seorang wanita cantik, berseragam abu - abu, lengkap dengan Lencana Rastra Sewakottama miliknya. Segera ia menghampiriku dan tanpa basa - basi ia langsung duduk.

"Hufft, Panas benar hari ini", ucapnya membuka obrolan kami.

"Namanya juga Pontianak, kalau ga panas ya hujan deras. Kamu yang asli sini kok aku yang jelasin", balasku.

"Ah, ga tau basa - basi yah?"

"Ya elah, ngapain basa - basi lagi, Ren?

"Ya biar enak aja ngobrolnya. Aku tau kok, yang mau kamu omongin pasti hal yang ga enak, iya kan?", balasnya.

Aku terdiam mendengar ucapannya. Reni Widyastuti, adalah Polwan yang satu angkatan denganku. Dulu kami berpacaran, namun kandas karena masalah agama. Dia kemudian menikah duluan, dan aku menyusulnya 1 tahun kemudian. Dan adalah satu kesalahan bagi kami, karena sudah sama - sama menikah namun tetap menjalin hubungan sama seperti saat pacaran dulu, bahkan tak jarang kami tidur bersama di hotel saat jam - jam istirahat kantor. Aku pun kemudian berpikir, bahwa hubungan kami harus segera diakhiri, aku takut nantinya akan merusak rumah tangga kami masing - masing.

"Ya, ga enak sekarang sih. Ke depan pasti enak", aku melanjutkan obrolan kami.

"Ya ya ya, aku ngerti kok. Bukan masalah enak ga enaknya kan, tapi masalah Pak Setyo pasti. Kamu takut?"

"Ya, aku jujur takut rumah tanggaku rusak"

"Ceileh, cinta banget kayaknya sama si Risma. Lebih banget ya dia dari aku?"

"Hmmmmm, Ren, ini bukan masalah siapa yang lebih bagiku. Tapi, memang benar atau salah. Aku ga bisa terus menerus main di belakang Risma, aku cinta dia dan ga mau sampai kehilangan dia. Dan kamu, ga pernah ngerasa nyakitin suamimu?"

"Udah deh, ga usah sok - sok bijak gitu. Kalau mau putus ya udah putus, aku ga masalah kok, lagipula kamu udah ga kaya dulu, aku ga pernah puas lagi sama kamu kalo ga kubeliim viagara itu. Yang jadi masalah gimana urusanmu dengan Pak Setyo? gimana?"

"Udah itu urusanku, yang penting ga akan timbul masalah lagi kedepannya gara-gara hubungan kita", balasku yang ingin cepat mengakhiri pertemuan ini.

"Ooh, ya udah. Gampang sih kalo gitu, ngapain juga ngajak ketemu? Kalau mau mutusin aku, lewat sms juga bisa. Aku kira mau ngobrolin masalah Pak Setyo"

"Pak Setyo itu urusanku. Oke, mulai sekarang jangan ada dari kita yang coba untuk memulainya lagi yah, deal?"

"Oke, deal!", jawabnya santai.

"Kalo gitu, aku duluan, mau balik ke kantor, banyak kerjaan", sambung Reni datar.

"Ya, hati - hati, Ren" Jawabku yang tak kalah datarnya.

"Maaf", aku tak sengaja mengeluarkan kata maaf.

"Udah ah, jangan dipikirin. Kamu bener kok, rumah tangga no. 1., thanks ya, Bram". Ucap Reni. Ku lihat matanya memerah, mungkin sedikit berat baginya bahkan bagiku untuk mengakhiri hubungan kami. Namun, memang sebenarnya itu yang harus kami lakukan dari dulu, sebelum ada permasalahan muncul karena hubungan kami.

Setelah selesai dengan si Kasir, aku juga memutuskan pergi dari warung kopi, dan tujuanku adalah Rumah. Ada sedikit perasaan lega setelah bertemu dengan Reni tadi, dan yang sekarang terpikirkan olehku adalah Pak Setyo, Perwira yang sudah setengah baya di Kesatuanku. Ada satu masalah yang harus ku selesaikan dengannya secepat mungkin.

Tak terasa komplek rumahku sudah dekat, aku memilih memarkirkan mobilku di ruko - ruko yang berjajar depan komplek karena jalanan komplekku sedang diperbaiki. Sisanya, ya tinggal jalan kaki.

"Ting tong", suara bel rumah yang ku pencet.

"Sayang, bukain pintunya dong"

"Iyah, sebentar", terdengar suara Risma dari dalam.

Risma pun muncul membukakan pintu untukku. Aku tak mampu untuk tak tersenyum untuknya, parasnya yang cantik dan sikapnya yang lembut selalu membuat hati terasa dingin. Segera disalaminya aku, aku pun tak lupa mencium keningnya. Dan saat bibirku mengecup keningnya itu, rasa bersalah menghampiriku yang telah mengkhianatinya, bahkan bila tak ada jalan lain aku juga akan membawa bencana untuknya. Risma, maafkan aku .......

Bersambung....
 
Ow...ternyata itu mksdnya...
Merasa bersalah ma istri jd di relaiin...
 
mm kayaknya menarik nih nenda ah
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ditunggu hu cerita updatenya... kentang nih
 
Waaaaahh nurse nurse mantaaapp

Numpang neduh hu

Sambil nunggu update.an
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd