Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY When Worlds Down [Postponed]

Status
Please reply by conversation.
Tolong diupdate ya, kalo tak segra update dikirim podol angsa, terimakasih suhu tampan
 
Masih belum terlihat kapan akan update, yang jelas, bakal ada perubahan signifikan dari awal cerita nya, ga major sih, tapi...

Tunggu aja deh, aku juga ga janji bakal update kapan, sebisa mungkin sesegera mungkin, kalo perubahan ceritanya mah udah mulai di edit dari sekarang, so, daripada kalian nyasar, cek cekin lagi deh part part kebelakang, siapa tau berubah.

Btw, zombie yang satu lagi udah kelar ya, kirain mau panjang, ternyata cuma 1 arc, semoga ada arc berikutnya (sangat berharap sih, tapi kalo suhunya lebih pengen genre lain ya saya tunggu aja)

Ehehe'


Itu yang bilang podol angsa, tolong tenggelamkan. Kosan nya udah berdebu tuh...
 
Itu yang bilang podol angsa, tolong tenggelamkan. Kosan nya udah berdebu tuh...
Saiya telah tenggelam tuan, Tenggelam dalam pesonanya... alias kosan bentar lagi digrebek ormas, bikin begaduh dan maksiat. jadi saiya pasrah aja gimana nasipnya. Kecuali Angga dan kengkawan mau berjuang.
 
Saiya telah tenggelam tuan, Tenggelam dalam pesonanya... alias kosan bentar lagi digrebek ormas, bikin begaduh dan maksiat. jadi saiya pasrah aja gimana nasipnya. Kecuali Angga dan kengkawan mau berjuang.
SemaNat ea, semoga kosan nya tetep berdiri
 
Crouching Tiger, Hidden Dragon pisan ih ceritanya.
Si Dedek geter bakalan muncul gak ya??
 
halo gais, lama tak bersua, gimana kabarnya?

makasih loh uda mau nunggu (ngarep):)

mau ngasih tau aja, kalo cerita ini ada sedikit alteration, jadi bising nanti kedepannya ada pertanyaan, eh kenapa ada si ini, eh kenapa ceritanya jadi gini, mending kalian tengok tengok lagi deh berapa chapter kebelakang. ga signifikan sih, ga baca ulang juga gapapa.
ehehe

semoga pekan ini bisa ada kelanjutan dari cerita ini ya gaes, doaken sahaja semoga semua baik baik saja, serta lancar seluruh handai taulan.
 
halo gais, lama tak bersua, gimana kabarnya?

makasih loh uda mau nunggu (ngarep):)

mau ngasih tau aja, kalo cerita ini ada sedikit alteration, jadi bising nanti kedepannya ada pertanyaan, eh kenapa ada si ini, eh kenapa ceritanya jadi gini, mending kalian tengok tengok lagi deh berapa chapter kebelakang. ga signifikan sih, ga baca ulang juga gapapa.
ehehe

semoga pekan ini bisa ada kelanjutan dari cerita ini ya gaes, doaken sahaja semoga semua baik baik saja, serta lancar seluruh handai taulan.
Amiiin, ditunggu segera updatenya hu
 
Bimabet
Chapter 6

Apart


Dimana ini?

Aku berujar sambil memperhatikan sekelilingku. Ruangan yang sungguh tidak asing dibenakku. Benar, ini tempat tinggal Mbah Surip. Akan tetapi, ada yang aneh. Suasananya terlalu sepi. Dimana Mbah Surip? Dimana gadis-gadis yang bersamaku? Mengapa tiba-tiba aku ada di sini? Terlalu banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepalaku. Namun satu yang kupastikan, aku harus segera mencari yang lain.

Aku tidak tahu sama sekali apa yang terjadi di sini. Tandanya aku perlu berjaga-jaga. Segera kulihat seisi ruangan, mencari sesuatu yang bisa kujadikan senjata. Aku melihat sapu di pojok ruangan. Cukup ideal untuk menghalau mayat-mayat hidup itu. Segera kuambil sapu itu dan beranjak keluar dari ruangan, mencari tahu apa yang terjadi dan mencari yang lain. Aku sekarang berada di koridor yang cukup panjang. Koridor ini sangat gelap, aku hampir tidak dapat melihat apa-apa. Aku meraih handphone ku, menyalakan fungsi senter yang membuatku akhirnya dapat melihat beberapa meter ke depan.

BRAAAKKK!

Tiba-tiba pintu di ujung koridor terbuka. Terlihat cahaya dari ujung koridor. Aku melihat sesosok gadis merangkak mundur dengan susah payah.

“Nggak.. jangan.. NGGAK! TOLONG!”

Aku mengenal suara gadis itu, itu Celine!

“SEELIIINN!” teriakku.

“KAK AL! TOLONG SELIN KAK AL! TOLONG SELIIIN!!!” dia menoleh ke arahku dan berteriak minta tolong. Dari balik pintu terlihat banyak bayangan.

“SELIIIN!” Aku bergegas lari ke arahnya. Apapun bayangan itu, aku yakin itu berbahaya. Benar saja, setelah aku mendekat, terlihat bahwa bayangan itu adalah beberapa Zombie yang terus bergerak mendekati Celine. Aku pun segera mempercepat lariku, aku harus menyelamatkan Celine.

DUGH! Aku tersandung dan terjatuh. Sial, kenapa di saat seperti ini. Aku sorotkan handphone ku ke arah benda yang membuatku tersandung. Aku melihat sesosok tubuh terbujur kaku.

“AAAHHH TIDAAAKKK!!!” Jeritku histeris
Sesosok tubuh yang sudah kaku bersimbah darah. Penuh dengan bekas gigitan. Sebagian anggota tubuhnya sudah hilang, bahkan sebagian mukanya sudah hancur. Namun aku masih mengenalinya, itu Anin.

“ANIN! ANIN! GA MUNGKIN! ANIN!” Aku berteriak histeris.

“KAK AL! TOLONG SELIN KAK! GAK MAU! KALIAN JANGAN KESINI! JANGAN!!!

Aku menoleh kembali ke arah Celine. Ku sorotkan handphone ku ke arah Celine. Terlihat Celine menggapaikan tangannya ke arahku sambil terus meneriakkan namaku. Kakinya berusaha menendang beberapa Zombie yang sudah mulai meraih ujung kakinya.

“KAK AAAALL!!! AAH!!! KAK AAALL” Tangan-tangan itu menggapai tubuhnya. Dalam Sekejap Celine para Zombie tersebut berhasil mengerumuni Celine. Tangan dan mulut mereka terlihat mulai mencabik seluruh tubuhnya.

“SEELIINN!” aku mencoba bergegas bangun, namun kembali terjatuh. Kakiku terasa lemas. Energi seakan hilang dari seluruh tubuhku.

“KAK! AAAHHHH! SAKIT! KAAAAK! Kaaak... kaa...” Jeritnya diantara geraman para Zombie, yang semakin beringas mencabik tubuhnya. Mata Celine menatapku pilu dalam tangisan ketika para Zombie mengoyak dan menggigiti seluruh tubuhnya.

Aku hanya bisa terdiam menyaksikan hal itu. Badanku membeku, tidak dapat bergerak. Hanya suara yang dapat keluar dari mulutku.

.

.

.

“SELIIIN!!! ANIIIIN!!!!!
Aku tersentak. Tiba-tiba mataku terbelalak. Seketika tubuhku bangun dan duduk di sofa. Kuperhatikan disekitarku. Aku masih berada di ruang hotel, tempat dimana Aku dan para gadis tinggal. Nafasku masih tersengal. Tubuhku terasa bergetar. Ternyata semua itu hanya mimpi. Sungguh mimpi yang sangat mengerikan. Terasa sangat nyata.

“Kak Al!? Ada apa?? Kenapa teriak-teriak Kak???”

Aku menoleh kearah sumber suara, terlihat sosok Anin dengan muka khawatir keluar dari balik pintu, ia bergegas menghampiriku. Tangannya langsung memegang bahuku sembari bersimpuh mensejajarkan tatapannya dengan mataku.

“Kak Al? Kenapa kakak teriak-teriak? Manggil-manggil aku sama Selin?” ucapnya sembari terlihat mengecek seluruh tubuhku. “Kak? Kok malah bengong?” Anin yang bersimpuh dihadapanku yang masih duduk di sofa mulai mengguncangkan bahuku.

GREEP

Tiba-tiba saja aku sudah memeluknya.

“Kak?” tanya Anin dalam pelukanku. Sepertinya Ia kebingungan. Namun ditengah kebingungannya ia masih mencoba menenangkanku yang gemetaran. Dirinya pun membalas pelukanku, sembari mengelusi punggungku.

Nafasku masih belum teratur. Aku bersyukur itu semua hanya mimpi. Aku bersyukur gadis ini masih ada di hadapanku. Aku mencoba menenangkan diriku. Tidak apa-apa, itu hanya mimpi. Semua baik-baik saja. Namun semua itu terasa sangat nyata, tatapan pilu dari Celine yang kesakitan seakan tidak bisa hilang dari pikiranku.

“Nin...” Aku memeluknya, lebih erat. Tanganku perlahan meraih dan mengelus rambut indahnya, ingin memastikan bahwa gadis di hadapanku itu nyata, gadis ini hidup dan baik-baik saja. Sensasi tanganku menyentuh rambut halusnya memastikan hal itu.

“Aku ada disini kok Kak, Ada apa?” ucap Anin yang masih ada dipelukanku. Aku yang masih merasa ketakutan makin erat memeluk tubuhnya. Akibatnya aku bisa mendengar detakan jantung Anin yang semakin lama semakin kencang.

“Syukurlah, kamu ngga kenapa-kenapa. Syukurlah, semua itu cuma mimpi,” kataku sambil terus memeluk gadis itu.

“Gapapa kak.. Aku ga kenapa-kenapa kok.. Semua baik-baik aja.” Anin berkata lembut sambil mengusap-usap punggungku. Tangannya membalas memelukku sembari sesekali mengelus rambutku.

Perlahan kulepas pelukanku. Kulihat lagi sosok gadis ini di hadapanku. Pandangan mata kami kembali bertemu. Perlahan wajah kami berdua semakin mendekat satu sama lain. Gadis cantik di hadapanku ini memejamkan matanya. Tanganku pun mulai memegang lembut pipinya mengarahkan mukanya agar sedikit menengadah kearahku.

“mmm... mmmh...”

Bibir kami bertemu. Aku berciuman lembut dengannya. Sangat lembut. Lidahku menelusuri seluruh rongga mulut gadis ini, seakan ingin memastikan sendiri bahwa gadis di hadapanku ini nyata. Lidah Anin juga ikut menjelajahi rongga mulutku, seakan ingin memberitahu langsung bahwa semua ini nyata, bahwa semua masih baik-baik saja.

“Mmmhhh... Cupplhhkk…”

Perlahan, pagutan bibir kami mulai semakin intens. Kami saling melumat bibir dengan lembut. tanganku mulai berpindah ke arah bokongnya yang sekal itu. Anin terbelalak ketika kuremas bongkahan pantatnya, namun ia hanya tersenyum dan terus membalas cumbuanku. Tangannya pun mulai mengelus lembut kedua belah pipiku.

“Ciee, pagi-pagi wes mesra aja ni...”

Aku terkejut dan melepaskan ciumanku dengan Anin. Ku lihat ke arah suara itu berasal, ternyata itu adalah Desy yang baru keluar kamar. Di belakangnya terlihat Sinka yang juga keluar kamar dengan muka memerah. Aku dan Anin pun saling memunggungi satu sama lain, tersipu malu karena godaan Desy.

“Loh, kok udahan sih, lanjut dong~” goda Desy sambil menyikut bahu Anin.

“Ih Cides!” Anin meninggikan suaranya sambil cemberut. Desy hanya tertawa renyah melihat tingkah laku Anin. Sementara Sinka masih diam dengan muka memerah. Aku yang salah tingkah pun hanya bisa menggaruk-garuk kepala sambil memalingkan muka.

Tiba-tiba aku teringat kembali akan mimpiku tadi. Mimpi yang menyeramkan tadi. Aku harus menjemput Celine. Berbagai kejadian kemarin membuatku lupa akan Celine. Dan bukan tidak mungkin kejadian dalam mimpiku benar-benar terjadi. Paling tidak aku harus menghubungi mereka dulu dan memastikan Celine baik-baik saja dalam pengawasan Mbah.

“Ih udah ih Cides!” Anin masih cemberut karena Desy masih terus menggodanya. Seketika aku melihat kearah Anin yang sedang cemberut, lucu sekali.

“Hahahaha iya iya Nin, iya, hahahaha… abis kamu lucu banget sih hahahaha...” Desy masih tertawa lepas melihat Anin yang masih malu. Tanpa banyak basa basi, aku segera menyentuh pundak Anin dan langsung bertanya padanya.

“Nin, Radio kita mana?” Ujarku kepada Anin yang masih bertengkar kecil dengan Desy yang terus menggodanya.

“Eh iya kak? Radio? Oh Walkie Talkie ya? Mm.. oh ada di kamar aku kak. Kenapa emang?” Jawabnya sedikit bingung. Mungkin karena pertanyaanku yang sedikit tiba-tiba.

“Nggak, Saya cuma mau ngubungin Mbah, mau tanya keadaan disana gimana,” Aku menjawab singkat dan kemudian bergegas masuk ke kamar Anin. Namun sebelum aku membuka pintu, tangan Anin mencengkram bahuku, keras.

“Biar aku aja yang ambil kak. Barusan Angel lagi ganti baju,” ucap Anin yang mencegahku masuk. Tatapan matanya sekarang terlihat serius. Aku hanya mengangguk sambil memegangi bahuku yang lumayan sakit dan membiarkannya masuk ke kamarnya.

“Ada apa sih ini, kok dari mesra-mesraan tiba-tiba serius gini?” Tanya Desy yang menghampiriku dengan logat ngapaknya.

“Iya kak.. ada apa?” Sinka juga bertanya dengan khawatir. Perubahan sikap Anin dan diriku yang tiba-tiba tampaknya menimbulkan tanda tanya.

“Gini...” Aku pun menjelaskan tentang pemikiranku untuk segera bergabung kembali dengan Celine. Mereka berdua memperhatikan penjelasanku dengan serius.

“Hoo gitu ya... sekarang jadinya gimana? Kita jemput Celine?” Desy merespon penjelasanku dengan logat ngapaknya.

“Kak, ini walkie talkie nya,”

Anin tiba-tiba memotong saat aku ingin menjawab pertanyaan dari Desy. Entah kapan Ia keluar dari kamarnya. Setelah memberikan Radio yang Ia bawa dari kamar itu kepadaku, Ia kemudian duduk disebelahku. Yang jelas, sekarang semua penghuni kamar ini berada dihadapanku, tak terkecuali Angel yang kemarin sempat pingsan akibat disetubuhi dengan kasar oleh Frans. Mengingat beberapa peristiwa kemarin, pikiranku kembali agak menerawang, entah apa yang merasuki mereka hingga tidak dapat menahan gejolak nafsu syahwat mereka, begitu juga dengan diriku.

“Lah malah bengong Kak, jadi gimana sekarang?” pungkas Desy membuyarkan lamunanku.

“E-eh, iya Des maaf… Nah itu, gatau juga Des. Makanya kita coba kontak Mbah dulu. Keliatannya sih disini jauh lebih aman, mungkin ada baiknya kalo memang kita tinggal dulu disini beberapa saat,” jawabku kepada Desy. “Belum lagi ada teman kalian yang belum ketahuan nasibnya kan? Kita bisa cari mereka dan bikin tempat ini jadi base sementara, sebelum kita ke pengungsian di Tegallega,” tambahku kembali.

Mendengar seluruh penjelasanku, Desy hanya mengangguk. Namun sepertinya ia memikirkan sesuatu.

“Thanks ya Nin,” Aku berterima kasih kepada Anin dan kemudian segera mencoba menghubungi Mbah Surip dengan Radio yang tadi Ia berikan.

“Mbah, Copy. Ganti”

“Sssssrkkkkk……”

Tidak ada jawaban. Aku terus mencoba dan mencoba, namun tetap tidak ada respon dari seberang. Hal tersebut cukup membuatku khawatir. Tiba-tiba Anin memegang tanganku yang masih menggenggam walkie talkie itu.

“Mungkin mereka masih tidur kak, ini masih pagi. Nanti aja agak siangan kita coba lagi,” Ujarnya berusaha menenangkan diriku. Namun yang kulihat dari wajahnya cukup jelas, Ia pun khawatir dengan keadaan temannya di seberang sana.

Aku pun sedikit tersenyum kepadanya, kemudian mengangguk dan menghentikan usahaku menghubungi Mbah Surip.

TOK TOK TOK!

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di arah pintu depan. Desy bergegas berjalan ke arah pintu dan mengintip melalui lubang pintu.

“Loh? Jinan!!!???” Seru Desy.

Para gadis sontak bangkit bergegas menghampiri Desy. Aku pun reflek mengikuti mereka.

CLEK

Desy pun membukakan pintu, terlihat ada dua orang menunjukkan mukanya, seorang lelaki dan seorang gadis. Aku tidak mengenali sang gadis, namun aku mengenali lelaki yang datang bersamanya.

“Ray?”

.

.

.

tbc
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd